381-Article Text-888-1-10-20190714

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

UJI EFEKTIFITAS BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP


PENURUNAN KADAR BESI (FE) AIR SUMUR GALI DI DESA BUHUNG
BUNDANG KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA

Ika Mustika1, Andi Indrawati2, Andi Auliyah Warsyidah3


1
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul kadir No.70, Makassar
e-mail: [email protected]
2
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul kadir No.70, Makassar
e-mail: [email protected]
3
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul kadir No.70, Makassar
e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Moringa oleifera fruit seeds contain bioactive compounds rhamonsyloxyl-benzyl-


isothiocyanate, which are able to adopt and neutralize particles of mud and metals contained
in water into consumable clean water, and meet established quality standards. Many people
don't know that Moringa seeds can be a safer alternative water purifier. The purpose of this
study was to determine the effectiveness of Moringa seeds to decrease iron (Fe) levels in
dug well water with quantitative methods on UV-Vis spectrophotometers. This type of
research is an experimental laboratory that was conducted in August 2017. The population
used was all dug well water in Buhung Bundang Village, Bontotiro District, Bulukumba
Regency. The sample used was one of the dug well water taken by using purposive
sampling technique. The results of the study show that from the samples examined the
average value of the percentage of degradation produced is by immersion time from 0-45
minutes as much as 45.66%, from 45-60 minutes as much as 72.12% (an increase of
26.46%) , from 60-75 minutes as much as 87.88% (an increase of 15.76%). However, the
most effective time for Fe (II) ion degradation process is 60 minutes with an average
degradation yield of 72.12% with an increase in degraded Fe ions of 26.46% from the results
of the average immersion for 15 minutes with the addition of 5 Moringa seeds.

Keywords: Fe content, Moringa seeds, well water dig

PENDAHULUAN Menurut Wardhana (2004), air


Air merupakan salah satu yang ada di bumi ini tidak pernah
kebutuhan hidup dan merupakan terdapat dalam keadaan murni bersih,
dasar bagi perikehidupan di bumi. tetapi selalu ada senyawa atau mineral
Tanpa air, berbagai proses kehidupan (unsur) lain yang terlarut di dalamnya.
tidak dapat berlangsung. Oleh karena Hal ini tidak berarti bahwa semua air di
itu, penyediaan air merupakan salah bumi ini telah tercemar. Sebagai
satu kebutuhan utama bagi manusia contoh, air diambil dari mata air di
untuk kelangsungan hidup dan pegunungan dan air hujan. Keduanya
menjadi faktor penentu dalam dapat dianggap sebagai air yang
kesehatan dan kesejahteraan manusia bersih, namun senyawa atau mineral
(Sumantri, 2013). (unsur) yang terdapat di dalamnya
9
Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

berlainan seperti, air hujan Menurut KEPMENKES RI


mengandung SO4, Cl, NH3, C, O2 dan No.492/MENKES/PER/IV/2010
debu. Sedangkan, air dari mata air tanggal 19 April 2010 tentang
mengandung Fe, Mg, Ca, Na dan O2 persyaratan kualitas air minum, kadar
(Wardhana, 2004). Fe dalam air minum yang
Kualitas air menyatakan tingkat diperbolehkan hanya 0,3 mg/l. Pada
kesesuaian air terhadap penggunaan air minum yang telah tercemar oleh
tertentu dalam memenuhi kebutuhan limbah cair, tentu kadar logam yang
hidup manusia, mulai dari air untuk terkandung melebihi ambang batas
memenuhi kebutuhan langsung yaitu yang telah ditetapkan (M.Fajar, Z.
air minum, mandi dan cuci, air irigasi Alfian, H.Agusnar, 2013).
atau pertanian, perikanan, rekreasi Bahan yang biasa digunakan
dan transportasi. Kualitas air untuk menjernihkan air adalah tawas
mencakup tiga karakteristik, yaitu fisik, (alumunium sulfat). Tetapi, hasil
kimia, dan biologi (Suripin, 2004). penelitian dari The Environmental
Masyarakat di daerah pedalaman Engineering Group di Universitas
ataupun pedesaan masih memiliki Leicester, Inggris, telah lama
keterbatasan untuk memperoleh air mempelajari potensi menggunakan
bersih terutama air untuk dikonsumsi. beberapa koagulan alami dalam
Warga pedalaman dan pedesaan proses pengolahan air skala kecil,
menggunakan air sumur gali atau air menengah, dan besar. Penelitian
sungai untuk memenuhi kebutuhan mereka dipusatkan terhadap potensi
sehari harinya. Air yang digunakan koagulan dari tepung biji tanaman
terkadang berwarna coklat akibat Moringa oleifera. Tanaman tersebut
campuran tanah ataupun lumpur. Saat banyak tumbuh di India bagian utara,
musim hujan, air sumur gali akan tetapi sekarang banyak menyebar luas
sangat kotor, bahkan juga ke seluruh kawasan tropis, termasuk
mengandung kuman yang dapat Indonesia.
menyebabkan penyakit. Penelitian tentang penurunan
Air sumur gali merupakan kadar Fe dalam air dengan biji kelor
sebagian air hujan yang mencapai telah dilakukan sebelumnya. Hasil
permukaan bumi dan menyerap ke penelitian yang dilakukan mahasiswa
dalam lapisan tanah dan menjadi air Analis Kesehatan, di Universitas
tanah. Sebelum mencapai lapisan Muhammadiyah Semarang (2010),
tempat air tanah, air hujan akan dapat mengubah air yang
menembus beberapa lapisan tanah mengandung Fe 10 mg/l menjadi air
dan menyebabkan terjadinya bersih yang layak konsumsi, dan
kesadahan pada air (hardness of memenuhi standar baku mutu
water). Kesadahan pada air ini ditetapkan dengan hasil penelitian nilai
menyebabkan air mengandung zat–zat rata-rata presentase degradasi yang
mineral dalam konsentrasi. Zat–zat dihasilkan yaitu dengan waktu
mineral tersebut, antara lain kalsium, perendaman dari 0-15 menit sebanyak
magnesium, dan logam berat seperti 38,96% dari 15-30 menit sebanyak
Fe. Akibatnya, apabila kita 43,28% (kenaikannya sebesar 4,32%),
menggunakan air sadah untuk dari 30-45% menit sebanyak 45,35%
mencuci, sabun yang kita gunakan (kenaikannya sebesar 2,07%) dan dari
tidak akan berbusa dan bila 45-60 menit sebanyak 48,16%
diendapkan akan terbentuk endapan (kenaikannya sebesar 2,81%). Namun
semacam kerak (Sumantri, 2013) demikian waktu yang paling efektif
untuk proses degradasi ion Fe (II)

10
Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

yaitu 30 menit dengan rata-rata hasil f. kertas saring watman


degradasi sebanyak 43,28% dengan g. timbangan analitik
kenaikan ion Fe terdegradasi sebesar h. kuvet
4,32% dari hasil rata-rata dengan i. spektrofotometer
perendaman selama 15 menit. j. Biji kelor
Semakin lama waktu perendaman k. FeSO4
dengan penambahan 6 biji kelor l. air sumur gali,
terhadap larutan uji Fe (II) maka m. buffer ammonium asetat
semakin bertambah pula jumlah ion Fe n. ortho phenantrolin
(II) yang mengalami terdegradasi. o. aquadest
Adapun rumusan masalah dalam 2. Membuat Blanko
penelitian ini adalah 1) bagaimanakah 3. Mengolah Biji Kelor
efektivitas biji kelor dalam menurunkan 4. Memberi perlakuan pada sampel air
kadar besi (Fe) pada air sumur gali?, dengan penambahan filtrat biji kelor
2) bagaimana tingkat kadar Fe 5. Memberi perlakuan pada sampel
berdasarkan penambahan jumlah biji dengan penambahan
kelor dan waktu perendaman yang orthophenantrolin dan asam asetat
bervariasi?. 6. Melakukan pengukuran pada
Dari rumusan masalah tersebut, spektrofotometer
maka tujuan dari penelitian ini adalah 7. Menghitung kadar besi dengan
untuk 1) mengetahui efektivitas biji rumus
kelor terhadap penurunan kadar besi
(Fe) pada air sumur gali, 2) Kons.Fe (II) sisa (mg/l) (ppm)=

menentukan jumlah biji kelor yang x kons.baku x pengenc.sampel


efektif dalam menurunkan kadar besi
pada air sumur gali, 3) menentukan
lama waktu perendaman filtrat biji Konsentrasi Fe (II) kontrol (mg/l) (ppm) =
kelor yang efektif dalam menurunkan
[ ( )
kadar besi x kons.baku x pengenc sampel

METODE
[ ( )] –[ ( ) ]
Jenis penelitian ini adalah % Fe (II) terdegradasi =
[ ( )]
x 100%

penelitian eksperimen laboratorium


secara analisis kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui efektivitas biji Data hasi penelitian akan
kelor terhadap penurunan kadar besi diperoleh langsung dari hasil uji
(Fe) pada air sumur gali. penetapan kadar Fe pada sampel
Penelitian ini dilaksanakan di yang telah dicampur filtrat biji kelor
Laboratorium Kimia Farmasi dengan penambahan jumlah biji kelor
Universitas Indonesia Timur pada yang bervariasi.
Bulan Agustus Tahun 2017.
Adapun prosedur dalam HASIL DAN DISKUSI
Penelitian ini meliputi: Setelah dilakukan penelitian
1. Mersiapan Alat dan Bahan di terhadap sampel air sumur gali
antaranya: dengan penambahan biji kelor dan
a. labu ukur 50 ml waktu yang bervariasi untuk melihat
b. gelas ukur 50 ml keefektivan biji kelor terhadap
c. pipet tetes penurunan kadar besi, maka diperoleh
d. corong hasil sebagai berikut.
e. batang pengaduk

11
Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

Tabel 1. Rata-rata Presentase (%) phenantrolin agar membentuk


Konsentrasi Fe (II) yang kompleks larutan berwarna.
Terdegradasi Percobaan ini dilakukan dengan
mengukur absorbansi sampel
Rata-Rata Presentase (%) air sumur gali yang dilakukan dengan
Jumlah Konsentrasi Fe (II) mengukur absorbansi dari larutan besi
Biji Terdegradasi (II) dengan konsentrasi yang berbeda.
Kelor 45 60 75 Larutan yang digunakan yaitu ortho
Menit Menit Menit phenantrolin dan buffer ammonium
5 biji 45,66 72,12 87,88 asetat masing-masing ditambahkan
pada filtrat biji kelor yang bervariasi
10 biji 23,38 43,59 51,18 waktu dan jumlahnya . Tujuan
ditambahkan ortho phenantrolin
15 biji 22,02 45,66 47,08 adalah untuk membentuk senyawa
kompleks yang berwarna sehingga
Sumber : (Data Primer, 2017) dapat diukur absorbansinya.
Sementara penambahahan buffer
Spektrofotometri merupakan ammonium asetat bertujuan untuk
suatu metoda analisa yang didasarkan mempertahankan pH larutan. Setiap
pada pengukuran serapan sinar kali pengukuran aborbansi, alat
monokromatis oleh suatu lajur larutan spektrofotometri UV-Vis yang
berwarna pada panjang gelombang digunakan dinolkan dengan larutan
spesifik dengan menggunakan blanko. Larutan blanko ini adalah
monokromator prisma atau kisi difraksi larutan berbeda dengan sampel tapi
dengan detektor fototube. dibuat dengan cara yang sama yang
Spektrofotometri dapat dianggap bertujuan sebagai pembanding.
sebagai perluasan suatu pemeriksaan Dimasukkannya larutan blanko ke
visual dengan studi yang lebih dalam spektrofotometri UV-Vis pada
mendalam dari absorbsi energi. setiap pengukuran absorbansi
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel bertujuan agar yang terukur nantinya
diukur pada berbagai panjang hanya absorbansi atau penyerapan zat
gelombang dan dialirkan oleh suatu yang diinginkan.
perekam untuk menghasilkan Langkah selanjutnya adalah
spektrum tertentu yang khas untuk mengukur absorbansi Larutan besi (II)
komponen yang berbeda. dengan konsentrasi yang berbeda.
Pada percobaan kali ini, Larutan yang akan diukur
dilakukan analisis penurunan kadar absorbansinya memiliki variasi waktu
besi Fe (II) dalam sampel air sumur dan jumlah biji kelor yang berbeda-
gali dengan penambahan biji kelor, beda. Larutan yang dijadikan larutan
dengan teknik spektrofotometri UV- blanko pada percobaan ini adalah air
Vis. Spektrofotometer adalah alat sumur gali.
untuk mengukur transmitan atau Dari hasil pengukuran absorbansi
absorban suatu sampel sebagai fungsi larutan besi (II) dengan konsentrasi
panjang gelombang. Syarat analisis yang berbeda pada panjang
menggunakan visibel adalah cuplikan gelombang 510 nm diperoleh
yang dianalisis bersifat stabil absorbansi larutan besi (II) untuk
membentuk kompleks dan larutan masing-masing konsentarsi dari 5 biji
berwarna. Oleh karena itu, untuk kelor dalam waktu 45 menit yaitu
melihat penurunan kadar besi dalam 0,8031, 60 menit yaitu 1,1325, dan 75
air, perlu ditambahkan larutan ortho menit yaitu 1,1526. Sedangkan 10 biji

12
Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

kelor dalam waktu 45 menit yaitu KESIMPULAN


0,4102, 60 menit yaitu 0,8337, dan 75 Dari hasil penelitian yang telah
menit yaitu 0,8031. Dan untuk 15 biji dilakukan dapat disimpulkan sebagai
kelor dalam waktu 45 menit yaitu berikut :
0,1792, 60 menit yaitu 0,7216, dan 75 1. Pada proses degradasi ion Fe (II)
menit yaitu 0,7821. (Lampiran dengan variasi jumlah biji kelor
absorban, Hal 49-58) didapatkan kesimpulan bahwa
Setelah diketahui absorbansi penambahan biji kelor yang paling
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata efektif untuk menurunkan kadar ion
presentase degradasi yang dihasilkan Fe (II) yaitu sebanyak 5 biji kelor
yaitu dengan waktu perendaman dari dengan nilai presentase ion Fe (II)
0-45 menit sebanyak 45,66%, dari 45- terdegradasi dibandingkan dengan
60 menit sebanyak 72,12% penambahan 10 dan 15 biji kelor.
(kenaikannya sebesar 26,46%), dari 2. Waktu perendaman filtrat biji kelor
60-75 menit sebanyak 87,88% (5 biji) terhadap larutan uji Fe (II)
(kenaikannya sebesar 15,76%). yang paling efektif adalah 45 menit
Sedangkan dengan penambahan dengan rata-rata hasil degradasi
10 biji kelor, nilai rata-rata presentase 26,46%.
degradasi yang dihasilkan yaitu
dengan waktu perendaman dari 0-45 DAFTAR PUSTAKA
menit sebanyak 23,38%, 45-60 menit
sebanyak 43,59% (kenaikannya Ahmad affandi, Haini.R. "Analisa
sebesar 20,21%), dari 60-75 menit Logam besi (Fe) di Sungai Pasar
sebanyak 51,18% (kenaikannya Daerah Belangwetan Klaten
sebesar 7,59%). dengan Metode Spekrofotometer
Adapun untuk penambahan 15 Serapan Atom." Jurnal Ilmiah
biji kelor, nilai rata-rata presentase Manuntung, 2016: 39-43.
degradasi yang dihasilkan yaitu
dengan waktu perendaman dari 0-45 Almatsier. Prinsip dasar Ilmu Gizi.
menit sebanyak 22,02%, 45-60 menit Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
sebanyak 45,66% (kenaikannya Utama, 2015.
sebesar 23,64%), dari 60-75 menit
sebanyak 47,08% (kenaikannya Bain, B.J. Hematologi. Jakarta: PT.
sebesar 1,42%). Gramedia pustaka Utama, 2014.
Dari hasil analisa yang diperoleh
terjadi peningkatan kadar ion Fe pada Fajriati. "Optimasi metode Penuntun
waktu perendaman, semakin lama Tanin (Analisis Tanin secara
waktu perendaman maka semakin Spektofotometri dengan Pereaksi
meningkat kadar ion Fe yang Orto-Phenantrolin)." Jurnal
dihasilkan. Sedangkan untuk setiap KauniVo.2, No.2, 2006.
penambahan biji kelor tidak terjadi
peningkatan kadar ion Fe. Ika, Tahril, Said. "Analisis Logam
Namun demikian waktu yang Timbal (Pb) dan Besi (Fe) dalam
paling efektif untuk proses degradasi Air Laut di Wilayah Pesisir
ion Fe (II) yaitu 60 menit denga rata- Pelabuhan Ferry Taipa
rata hasil degradasi sebanyak 72,12% Kecamatan Palu Utara." 2012.
dengan kenaikan ion Fe terdegradasi
sebesar 26,46% dari hasil rata-rata Krisnadi, A.D. Kelor Super Nutrisi Edisi
dengan perendaman selama 15 menit. Revisi. Blora, 2015.

13
Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 1, mei 2018

M.Fajar, Z. Alfian, H.Agusnar.


"Penentuan Kadar Unsur Besi
Kromium dan aluminium dalam
Air Baku dan pada Pengolahan
Air Bersih di Tanjung Gading
degan Metode Spektrofotometer
Serapan Atom." Jurnal Saintia
Kimia Vol.1, No.2, 2013.

Mardalena. Dasar-Dasar Ilmu Gizi


dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan pada Asuhan
Keperawatan . Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2017.

R, Alfiyani. Jurnal Praktiikum Analitik


Liispektroskopi Uv-Vis. Surabaya:
Jurusan kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Surabaya, 2017.

Sumantri, A. Kesehatan Lingkungan


Edisi Revisi. Jakarta: Pernada
Media Group, 2013.

Suripin. Pelestarian Sumber Daya


Tanah Air. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, 2004.

Trianjya.Z. Penentuan Kadar Besi


pada Soft Water secara
Spektofotometri di PT Coca Cola
Botting Indonesia. Skripsi,
Medan: Universitas Sumatera
Utara , 2009.

Wardhana, W.A. Dampak Pencemaran


Lingkungan Edisi Revisi.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET,
2004.

Widawati, Sastiono, Jusuf. Efek toksik


Logam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET,
2008.

14

You might also like