Unsur Kebahasaan

Abstrak Campur kode adalah gejala terjadinya pencampuran dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa. Bercampurnya antara bahasa ibu (bahasa pertama) dengan bahasa kedua atau biasa disebut dengan bilingual. Masyarakat Indonesia termasuk dalam masyarakat bilingual (menguasai dua bahasa atau lebih dengan baik) atau bahkan bahasa multilingual (mampu menguasai lebih dari dua bahasa), yakni bahasa Indonesia bahasa daerah hingga bahasa asing. Kajian yang digunakan ialah Sosiolinguistik. Proses pengumpulan data menggunakan metode simak yang dibantu dengan teknik simak libat cakap. Proses analisis data digunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian campur kode dalam acara podcast Deddy Corbuzier memiliki ciri khas layaknya talk show pada umumnya. Namun, kali ini peneliti menemukan campur kode dalam beberapa tayangan yang menggunakan bahasa Indonesia, bahasa prokem, bahasa daerah dan bahasa Inggris.
Kata Kunci: Campur kode, poadcast, sosiolinguistik

Telah saya rangkum hasil analisis unsur fisik dan unsur batin dari puisi yang berjudul "Kesunyian Ibu". Saya menemukan puisi ini di situs web google tetapi tidak tercantumkan nama dari penulis puisi ini, jadi mohon maaf jika saya tidak menuliskan nama penulis puisi karena di situs web tersebut tidak menuliskan nama dari penulis puisi tersebut.
Semoga analisis puisi ini bermanfaat untuk kita semua. Saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi. Saya ucapkan terimakah.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa daerah terlihat dari adanya penggunaan kata-kata seperti mbak yu, wong bagus, jenganten, wong ayu, dan masih banyak lagi. Tidak hanya dari pengguanaan kata-kata tersebut, penggunaan bahasa daerah juga terlihat dari adanya nyanyian atau mantra-mantra yang digunakan pada saat Srintil menari ronggeng, yaitu:

Tindak tutur adalah teori yang mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya dalam  berkomunikasi. Artinya tuturan baru bermakna jika direlisasikan dalam tindakan berkomunikasi nyata. Tindak tutur merupakan salah satu kajian dalam ilmu Pragmatik.
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang disampaikan melalui tuturan. Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan penting di dalam pragmatik karena tindak tutur adalah salah satu satuan analisisnya. Tindak tutur merupakan suatu tindakan dalam bentuk mengucapkan kata-kata tertentu atau tindakan yang dilakukan dalam wujud bahasa. Selain itu, tindak tutur juga dapat diartikan sebagai bentuk bahasa yang sudah digunakan untuk berkomunikasi yang sudah disertai dengan konteks.
Dalam kajian tindak tutur terdapat berbagai jenis makna. Dari dulu hingga sekarang, penyelidikan makna kata dapat dilakukan berdasarkan hubungan antara ujaran. Salah satu cabang studi linguistik yang mengkaji tentang makna adalah semantik. Abdul Chaer (1994:289-296) membagi jenis makna sebagai berikut “ makna leksikal, gramatikal, kontekstual, refernsial dan non referensial, denotatif, konotatif, konseptual, asiosiatif, kata, istilah, idiom, serta makna peribahasa.

Abstrak Pada dasarnya, pendidikan pada anak dilakukan oleh dewasa dengan cara-cara yang baik dan benar, untuk mencapai tujuan pendidikan sesempurna mungkin. Pada proses pelaksanaan pendidikan tidak semua orang dewasa menggunakan kata-kata yang sopan dan santun, dan banyak diantara para orang dewasa yang melakukan kekerasan verbal terhadap anak. Kekerasan verbal dewasa ini dapat terjadi dalam komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung yaitu melalui media sosial. Tujuan dari penelitian ini menegtahui bagaimana kekerasan verbal pada anak dapat terjadi, dan bagaimana serta media apa dalam proses penyampaiannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini data yang diambil berdasarkan teknik survei dengan kuisioner. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kekereasan verbal terjadi, kekerasan verbal terjadi dalam 3 bentuk yaitu, makian dan cacian , sumpah-serapah, serta nama-nama hewan. (2) Media apa yang digunakan pada kekerasan verbal, media yang digunakan adalah secara langsung atau dalam kata lain dalam dunia nyata dan dalam dunia maya, atau dalam percakapan daring. (3) Dampak dari kekerasan verbal yang terjadi pada anak, yang dihasilakan anak akan cenderung bersikap yang berkonotasi negatif. Kesimpulan dari penelitian bahwa pendidikan dengan cara kekerasan verbal akan menagkibatkan anak kurang bahkan tidak berkembang pada proses pendidikannya. Abstract Basically, education in children is carried out by adults in ways that are good and right, to achieve the educational goals as perfect as possible. In the process of implementing education not all adults use polite and polite words, and many adults who verbally abuse children. Verbal violence today can occur in direct communication and indirect communication through social media. The purpose of this study proves how verbal coping with children can occur, and how also what media are in the delivery process. The research method used is quantitative descriptive. In this study the data taken is based on survey techniques with questionnaires. The data generated in this study are (1) How verbal violence occurs, verbal failure occurs in 3 forms namely, cursing and scolding, swearing, and also the names of animals. (2) What media are used in verbal violence, media that are used directly or in other words in the real world and in cyberspace, or in bold conversations. (3) The impact of verbal violence that occurs on children, which is produced by children will tend to involve negative connotations. The conclusions from