Kolonialisme

Sejarah kota merupakan pembahasan yang sangat menarik. Terutama kota-kota yang berperan penting dalam memajukan perekonomian Hindia-Belanda pada abad ke-19 dan ke-20. Perekonomian Hindia-Belanda sat itu sangat bergantung pada perdagangan maritim. Salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan maritim di pantai barat Sumatera adalah Kota Padang. Kota Padang pada awal abad ke-20 dikenal melalui Emmahaven Teluk Bayur. Kota ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, emas, kopi, teh dan ekpor batu bara dan semen.
Salah seorang sejarawan yang menulis tentang sejarah Kota Padang ialah Mestika Zed. Beliau berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat dan berprofesi sebagai Guru Besar Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP).  Tulisan beliau berfokus pada sejarah daerah, yaitu Sumatera Barat. Beliau sering menulis artikel dan tulisan internasional tentang sejarah Sumatera Barat. Salah satu bukunya yang paling terkenal berjudul Somewhere in the Jungle: Sejarah PDRI.

NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 VOLUME IV
E. Gobée & C. Adriaanse

Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies, 1991

Unduh : bit.ly/3NhVzxf

#snouckhurgronje
#kolonial
#nederlandschindie
#penjajahan
#aceh
#penjajahanaceh
#sejarahaceh
#sejarahindonesia
#sejarahnusantara
#catatanindonesia
#catatannusantara

https://www.instagram.com/p/CberOG8Lshk/
https://drive.google.com/file/d/1hMveBGj_Xm8Tojsur69AqNdtf8Ao1Dma/view
https://linktr.ee/CatatanNusantara

Persaingan negara-negara Barat dan keperluan untuk mendapatkan bahan mentah bagi industri perkilangan yang pesat membangun di Eropah menyebabkan munculnya idea imperialism dan kolonialism oleh Eropah. Revolusi Industri ini telah menyebabkan para kapitalis telah menyediakan sejumlah wang bagi para pedagang bagi mengeskploit negara-negara baru dan seterusnya menjadikan negara tersebut sebagai tanah jajahan samada dalam bentuk peperangan ataupun perjanjian.

Ungkapan yang tak terbantahkan jika Ada yang mengatakan sejak zaman dulu Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam. Harum aroma sumber daya alam Indonesia telah menyebar dan mengudara di seantero dunia. Karena banyak bangsa-bangsa atau Negara-negara d ari luar Indonesia menjadi tahu dan terpesona akan kekayaan negeri Ibu Pertiwi ini.
Tulisan ini telah dimuat dalam website :
https://phylo2.blogspot.co.id/

Since the 1900's Bali has attracted many painters and artists, first the painters of the 'mooi Indië school' (beautiful Indies school) that depicted the country in a naturalistic impressionist way. Later, in the 1920's the avant-garde started to visit Bali, all working in their own style. Is it possible to name this group of artists the School of Bali?

Dalam sejarah peradaban Indonesia tidak akan pernah luput akan kekayaan alam yang melimpah ruah. Berkat ungulnya akan sumber daya alam yang melimpah tersebut. Sampai seantero dunia mencium akan kesuburan dan kemakmuran Indonesia.
Indonesia sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam yang sanggat melimpah. Dengan demikian menjadi sebab banyaknya bangsa dari eropa yang berbondong-bondong untuk datang ke Indonesia. Yang tujaun awalnya untuk berdagang dan menyalurkan jiwa penjelajah serta upaya menyebarkan agama yang dianutnya.
Diantara sebab datangnya bangsa eropa ke negeri Indonesia adalah mencari kekayaan juga termasuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, menyebarkan Agama, serta mencari kemuliaan bangsa.
Pada abad 13 rempah-rempah merupakan komoditas unggulan yang menajadi barang dagang yang menguntungkan. Hal tersebut mendorong bangsa eropa yang sedang berusaha mencari harta kekayaan serta mencari kajayaan dan kemuliaan bagi bangsanya..
Pada mulanya tujuan bangsa eropa ke Indonesia hanya untuk membeli dari para petani Indonesia. Namun lama-kelamaan bangsa eropa mulai mengklaim daerha-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaanya. Ini merupakan gambaran akan ketidak sesuai dengan asas perikemanusia yang sanggat bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia.
Di dalam makalah sederhana ini kami sebagai pemakalah memaparkan secara singkat tentang Kolonialisme serta Imperialisme yang terjadi di Indonesia yang kita cintai ini.

Era penjajahan Barat (kolonialisme) hampir lima ratus tahun ke atas Tanah Melayu telah memberi kesan yang mendalam terhadap jiwa dan kehidupan rakyat. Dengan konsep " God Gold and Glory", penjajah telah berjaya merubah lanskap sosial masyarakat melalui sistem dan dasardasar yang telah mereka perkenalkan. Proses yang memakan masa berzaman lamanya umpama api dalam sekam yang setiap saat dan ketika menunggu untuk membaham sedikit demi sedikit yang akhirnya jika tidak dikawal akan memusnahkan seluruh struktur dalam tamadun masyarakat. Antara aspek penting yang diberi perhatian oleh penjajah adalah pendidikan. Atas alasan mentamaddunkan rakyat maka penjajah memperkenalkan satu bentuk sistem pendidikan mengikut acuan (moule) dan model Barat yang asasnya adalah kapitalisme. Aplikasi acuan ini telah memberi impak mendalam dalam kehidupan bermasyarakat pada ketika ini. Kertas ini cuba untuk membincangkan dua perkara pokok iaitu sejarah dan latarbelakang sistem pendidikan Barat terutamanya perkembangan pendidikan di zaman British dan pengaruhnya terhadap sistem sosial masyarakat Malaysia mutakhir ini.

Penelitian ini bertujuan mengetahui status-status hadis dalam kitab “Maslakul Akhyar” karya Sayyid Utsman. Kitab ini menghimpun doa-doa dan zikir sehari-hari, yang dapat diamalkan oleh kita. Sayyid Utsman menisbatkan penamaan kitab ini dengan menyandarkannya kepada Rasulullah Saw.
Apapun motifnya, namun hal ini menarik untuk dikaji di kalangan pelajar hadis, khususnya dalam bidang Takhrij Hadis, supaya kita dapat mengetahui apakah benar doa ini bersumber dari Nabi SAW atau sebaliknya. Peneliti menggunakan Manhaj al-‘Iraqi dalam kitab “al-Mughni” dan Ibnu Hajar dalam kitab “ad-Dirāyah” dalam menakhrij hadis-hadis dalam kitab ini.
Setelah meneliti kitab ini, dari 46 doa, terdapat 62 hadis, dan rinciannya: yang shahih berjumlah 43 hadis, sama dengan 70%, yang dhaif berjumlah 12 sama dengan 18%, yang tidak memiliki asal berjumlah 6 sama dengan 9%, dan dua hadis yang tidak dihukumi, sama dengan 2%.
Selain itu, temuan peneliti diantaranya adalah bahwa ada beberapa doa yang bertambah lafaznya, tidak sesuai yang sebagaimana disebutkan dalam hadis. Dan, ada pula beberapa, satu doa yang ternyata terdiri dari beberapa hadis.
Sumber rujukan Sayyid Utsman dalam menukil doa-doa ini beragam, diantaranya adalah Kutubuttis’ah dan kitab-kitab hadis primer lainnya seperti Mu’jam ath-Thabrani, al-Mustadrak, dan lain-lain. Terhitung ada dua puluh kitab yang jadi rujukan selain Kutubuttis’ah. Hal ini menandakan beberapa kemungkinan, apakah Sayyid ‘Utsman adalah seorang ahli hadis, atau doa-doa yang terhimpun dalam kitab tersebut adalah hasil menukil dari kitab lain.
Setelah meneliti hadis-hadis di kitab ini, peneliti menyimpulkan bahwa penisbatan kitab doa-doa ini kepada Nabi sah-sah saja. Dan di luar praduga tersebut, Sayyid ‘Utsman memiliki sumbangsih berupa karya literasi berjumlah puluhan yang manfaatnya kentara di Bumi Nusantara.

Kata Koloni berasal dari bahasa lain yaitu colonus atau colonia yang berarti tanah jajahan (pemukiman), sehingga koloni berarti pemukiman suatu negara di luar wilayah negaranya, yang dicap sebagai bagian dari wilayahnya. Pengertian Kolonialisme adalah usaha untuk memperluas, mengembangkan, menguasai suatu daerah dengan kekuasaan satu negara di luar lokasi atau wilayah negara tersebut. Untuk menguasai suatu daerah biasanya dilakukan dengan cara paksa untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi motherland atau negara induk. Umumnya kolonialisme mempunyai tujuan untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, perdagangan di wilayah tersebut. Umumnya wilayah koloni adalah wilayah yang mempunyai bahan mentah yang banyak untuk memenuhi keperluan negara ynag melakukan kolonialisme. Macam Macam Bentuk Kolonialisme : 1. Koloni Eksploitasi adalah penguasaan suatu wilayah atau daerah untuk dikuras habis tenaga penduduk secara kerja paksa atau kerja rodi dan dikuras juga kekayaan alamnya untuk kepentingan Negara yang melakukan koloni (Negara penguasa). 2. Koloni Penduduk adalah penguasaan daerah atau wilayah baru dengan cara mengusir atau menghilangkan penduduk pribumi yang digantikan oleh pendatang yang menjadikan kedudukan penduduk pribumi terabaikan. 3. Koloni Deportasi adalah daerah atau wilayah koloni yang digunakan sebagai tempat membuang para narapidana yang tidak dapat ditangani lagi oleh perintah. Kebanyakan dari mereka adalah narapidana yang mendapatkan hukuman seumur hidup, dimana mereka dijadikan sebagai tenaga kerja tanpa bayaran daripada pemerintah harus memberi makan mereka seumur hidup. Pengertian Imperialisme Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin "imperare" yang berarti memerintah. Hak untuk imperare atau memerintah disebut imperium. Orang yang diberi hak imperium (memerintah) disebut imperator. Umumnya yang diberi imperium adalah raja, dan selang waktu berjalan raja disebut imperator dan daerah dimana imperiumnya berlaku (kerajaannya) disebut imperium. Pengertian Imperialisme adalah usaha (politik) untuk menguasai negara lain atau memperluas kerajannya dengan paksa untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. Maksud menguasai disini yaitu tidak perlu merebut menggunakan kekuatan senjata, tetapi bisa dijalankan menggunakan kekuatan agama, ideologi, ekonomi, kultur, asal saja dengan paksaan.

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Politik
Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan desentralisasi, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan.
Tentu, saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit perlawanan yang menghadang. Salah satunya adalah perlawanan ciamik lewat dunia politik. Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi dalam maupun luar negeri.
Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme di bidang politik diantaranya :

ABSTRAK Artikel hasil penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami kolonialisasi budaya Korea melalui K-drama popular di Indonesia. Kolonialisasi saat ini tidak lagi dilakukan dengan pendudukan langsung, melainkan dengan instrumen media dan budaya. Penjajahan gaya baru ini bersifat soft dan langsung menyerang individu dalam suatu wilayah. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan pascakolonial yang akan melihat teks sebagai praktik diskursus atau praktik wacana untuk menguatkan kekuasaan. Perspektif yang digunakan adalah pascastrukturalis dan paradigm kontruktivisme, hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kolonialisasi budaya Korea melalui K-drama terjadi ketika produk-produk media Korea mulai masuk dan mendominasi di layar televisi Indonesia. K-drama yang menginternalisasi budaya Korea dan mendominasi televisi Indonesia sedikit banyak memberi pengaruh pada khalayak pencinta K-drama. Kolonialisasi budaya Korea terlihat dengan banyaknya produk media Korea di Indonesia, baik di televisi, media cetak dan internet, yang kemudian berdampak pada produk media Indonesia dalam memberitakan Korea. Namun, pengaruh Korea tidak sepenuhnya diterima, ada juga perlawanan mikro dari masyarakat yang sadar akan tujuan Korea menyebarkan budaya popnya. Bahkan pengaruh Korea juga memberi kontribusi terhadap tumbuh kembang budaya popular Indonesia. ABSTRACT This search-based paper aims to describe and understand the colonialization of Korean culture through popular K-drama in Indonesia. The current colonization is no longer done directly, but by media and cultural instruments. This new colonization style comes with a soft form and attacks the individual in a region directly. This research uses qualitative methods and postcolonial approach which shows the text as practice discourse or discourse to strengthen power. This research uses poststructuralist as a perspective and constructivism as a paradigm which reveals that Korean culture colonization through K-drama when Korean media products start to enter and dominate television screen in Indonesia. K-dramas internalize Korean culture and dominate television in Indonesia have much to do with K-drama lovers. Korean culture colonization is demonstrated by the abundance of Korean media products in Indonesia, in television, print and internet, then impacts to Indonesian media

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan.
Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan yaitu munculnya Taman Siswa dan kayu Tanam.
1. Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara merupakan putera dari KPH Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III. Nama kecilnya adalah R. M. Suwardi Suryaningrat, pada usia 39 tahun, ia berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Kelahiran Taman Siswa dianggap sebagai titik balik dalam pergerakan Indonesia, karena kaum revolusioner yang mencoba menggerakkan rakyat dengan semboyan-semboyan asing dan ajaran-ajaran Marxis terpaksa memberikan tempat untuk gerakan baru, yang benar-benar berasas kebangsaan dan bersikap kooperatif dengan pemerintahan.

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial Budaya.
Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial Budaya salah satunya melalui perlawanan Raden Ajeng Kartini.
Raden Ajeng Kartini adalah bangsawan Jawa  yang menjadi simbol dan wujud perlawanan atas feodalisme Jawa. Pelopor sekaligus korban. R.A. Kartini adalah bentuk perlawanan atas pemujaan feodalisme Jawa di mata penguasa kolonial Belanda. Sejarah tentang Kartini adalah sejarah tentang penentangan pemanfaatan feodalisme Jawa yang dilanggengkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejarah perlawanan R.A. Kartini adalah perlawanan atas hegemoni dan perselingkuhan antara kalangan priyayi feodal yang menjadi antek pemerintah Hindia Belanda di Rembang dan hampir seluruh Jawa kecuali Kerajaan Mataram Islam Jogyakarta.

Oleh: Tri Santoso http//:bungts.com/ Universitas Muhammadiyah Surakarta Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh lebih dari satu bangsa. Katakanlah Belanda yang konon pernah menjajah Indonesia selama berabad-abad. Selain Belanda, menurut beberapa studi literature Indonesia juga pernah dijajah oleh Inggris, Portugal, Spanyol hingga Jepang.

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Ekonomi
Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme di bidang ekonomi diantaranya :
1. Perang Padri (1821-1837)
Terjadi di Sumatera Barat atau di tanah Minangkabau. Perselisihan antara kaum Padri dengan kaum Adat yang kemudian mengundang campur tangan pihak Belanda.
Perang Padri pertama (tahun 1821-1825) dan perang Padri kedua (tahun 1830-1837)
• Perang Padri Pertama
Di kota Lawas, berkembang ke daerah lainnya seperti Alahan Panjang. Kaum Padri dipimpi oleh Datok Bandaro bertempur melawan kaum Adat yang dipimpin oleh Datuk Jati. Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan dipegang oleh Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum Padri menyerbu pos Belanda di semawang dan mengacaukan kedudukan Belanda di daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt van der Capllen. Tahun 1822 didaerah Baso terjadi pertempuran antara Pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. 1823 terjadipertempuran lagi di Bonio dan Agam. Belanda dapat merebut benteng pertahanan kaum Padri. 1825, kedudukan Belanda mulai sulit karena harus berhadapan dengan kaum Padri dan juga harus menghadapi pasukan Diponegoro.
November 1825, Belanda dan Kaum Padri menandatangani perjanjian damai yang berisi tentang pengakuan Belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama berakhir.

Rencana pembangunan Gereja besar berawal dari gagasan Paulus Tosari pada tahun 1871, karena gedung Gereja yang ada saat itu sudah tidak memadai lagi mengingat jumlah jemaat semakin hari semakin banyak, namun penanggungjawab proyek besar itu adalah Karolus Wiryoguno. Tidak hanya itu, Karolus Wiryoguno berkeinginan pula mendirikan Rumah Sakit, Sekolah Pertukangan, Jalan besar, Rumah Kepanditan dan sebagainya.
Maka Karolus Wiryoguno beserta adiknya Samodin Simson diantar oleh J. Kruyt Sr. menghadap kepada Bupati Mojokerto RAA Kromodjoyo Adinegoro III (R. Aersadan) untuk menyampaikan gagasan proyek besar di Mojowarno berupa: Gereja, Rumah Sakit, Sekolah Pertukangan, Jalan besar, Rumah Kepanditan dan sebagainya, karena proyek itu membutuhkan tenaga-tenaga ahli di bidangnya.
Atas perintah Bupati Japan (Mojokerto) RAA Kromodjojo Adinegoro III, dikirimlah Djatmodjo alias Darmoredjo Djojoguno (Boas Waterstaad) ke Mojowarno.
Setelah gedung Gereja diresmikan pada tahun 1881, untuk pertama kalinya digunakan oleh jemaat dengan upacara khidmat, yaitu pembaptisan (permandian kudus) putri Karolus Wiryoguno yang bernama Lesningwati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak-dampak kolonialisme Barat terhadap masyarakat pribumi dalam kumpulan cerpen Aloer-Aloer Merah karya Ardi Wina Saputra. Untuk mengetahui dampak mental dan dampak moral kolonialisme Barat terhadap subjek terjajah, digunakan kerangka pemikiran Edward Said. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data penelitian ini berupa kumpulan cerpen Aloer-Aloer Merah karya Ardi Wina Saputra. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis data. Analisi data dilakukan sebagai berikut, 1) Mengidentifikasi data yang diperoleh dari kumpulan cerpen Aloer-Aloer Merah karya Ardi Wina Saputra. 2) Mengklasifikasi data yang sesuai dengan Teori Poskolonialisme. 3) Menganalisis dalam bentuk deskripsi menggunakan penafsiran peneliti. 4) Menyimpulkan hasil temuan. 5) Menulis laporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak moral dan mental subjek terjajah. Dampak moral subjek terjajah digambarkan dengan perilaku-perilaku masyarakat pribumi yang kehilangan identitas diri. Salah satu bentuk kehilangan identitas diri mereka adalah dengan meluapkan rasa dendamnya dan membunuh tuan-tuan Belanda. Dampak mental subjek terjajah digambarkan dengan memilih jalan kematian, yaitu bunuh diri. Bunuh diri menurutnya sebagai jalan untuk memulai dan membangun dunia baru dengan identitas baru.

Berbicara tentang Jember, utamanya munculnya Jember menjadi sebuah daerah yang produktif secara ekonomi dari perkebunan dan pertanian memang tidak tercipta dalam satu kebas perjalanan sejarah pendudukan kolonial Nusantara oleh Pemerintahan Hindia Belanda kala itu. Menyitir Alm. KH. Abdurahman Wahid atau yang dikenal dengan Gus Dur, saat beberapa kali bertandang ke Jember, sekitar tahun 2003, bertemu dengan ribuan petani tembakau di alun-alun Ambulu kala itu, sempat berkelakar "Jember ini memang jauh, jauhnya seperti kalau jin buang anak," kelakar Alm. Gus Dur 1 yang disambut gelak tawa para petani tembakau di Alun-Alun Ambulu Jember tersebut.

Aceh dikenal karena adanya tsunami tahun 2004 dan sebutan lain Aceh yaitu serambi mekkah. Ibarat serambi mekkah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Tetapi kedaulatan terganggu karena keserakaan dan dominasi Belanda.dominasi dan kekejaman tersebut melahirkan Perang Aceh, perang terjadi pada tahun 1873-1912

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam pembahasan mengenai peran negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara pasca kolonialisme, maka fokus pembahasan pun akan secara otomatis tertuju pada peristiwa pasca Perang Dunia II. Hal ini disebabkan oleh fakta yang ada bahwa banyak negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang baru terbebas dan merdeka dari penjajahan karena masa kolonialisme dan imperialisme ini berakhir seiring dengan selesainya Perang Dunia II. Fenomena umum setelah Perang Dunia II (PD II) adalah pesatnya pertumbuhan kerjasama regional yang sifatnya merata di seluruh kawasan dunia. Hal ini disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang telah membuat dunia bertambah kecil, sehingga hampir menghilangkan jarak-jarak antarnegara (Sabir, 1992). Dalam keadaan demikian, tidak ada lagi satu bangsa atau negara yang dapat melepaskan diri dari perkembangan yang tengah terjadi di dunia internasional. Hubungan yang 'mau tidak mau' harus terjalin erat antarnegara, serta kehidupan negara dan bangsa yang saling bergantung satu sama lainnya, menuntut adanya kerjasama antar bangsa-bangsa dalam suatu sistem kerjasama yang berskala kawasan (regional). Bagi negara-negara kecil, terlebih yang memiliki posisi penting karena letak negaranya yang strategis ataupun karena memiliki sumber daya alam yang berlimpah, akan mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam menghadapi tekanan negara-negara besar bila mereka bernaung dalam sebuah kelompok. Mereka akan lebih mampu memperkuat posisi tukar (bargaining position) dalam menghadapi raksasa ekonomi dunia, seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang dan

This essay tell about the early stage of nationalism in Malaya which lead by left wing movement that has been forgotten or silenced by mainstream history that actually really contributed to the creation of the nation state and Malaysia today.

Op de boekenmarkt deden opeens de grote namen Han Baudet en Henk Wesseling dit jaar weer van zich horen. Van Baudet verscheen postuum een heruitgave van 'Het paradijs op aarde', Wesseling publiceerde zijn langverwachte 'Scheffer - Renan - Psichari'. Voor de Nederlandse Boekengids/The Dutch Review of Books jaargang 2,
nummer 4 (www.nederlandseboekengids.com) schreef ik een essayistische dubbelrecensie.

Bu çalışmada öncelikle kolonicilik ve sömürgecilik anlayışının kökenine inmeye çalışırken, esas olarak koloniciliğin tarihsel süreç içerisinde nasıl kavramsal dönüşüme uğrayarak kendi metodolojisini değiştirdiği irdelemekte ve türetilen emperyalizm kavramı ile post kolonyal dönemde uluslar arası sistemin ana yapısı olarak devam ettiği ortaya koymaya çalışmaktadır. Bu etkinin veya dönüşümün ana unsuru ise hukuk olarak tezahür edilmekte ve kolonicilik ile birbirine sıkı sıkıya bağlı oldukları, devamlı etkileşim içerisinde bulundukları vurgulanmaktadır. Bu temelde kavramsal değerlendirmeler çalışmanın ilk aşamasında yer almaktadır. Mamafih, bu bilgiler ışığında yeni bir argüman ortaya konarak bu ilişkiler açıklanmaya çalışılmaktadır. Bu argümanın adı "Koloniciliğin Hukuksal Dönüşümü"dür. Esasen vurgulanan husus ise koloni anlayışının bahse konu sistemin sömüren-sömürülen bağlamında hukuksal yapı çerçevesinde şekillendiği ortaya koymaktır.

The paper would like to present the figure of Kiai Madrais, his thought and teachings, as well as socio-cultural conditions that shape the ersonality and perspective he has. It also wants to show that the thought of leaders are today considered the founder of Sunda Wiwitan teaching in Kuningan, West Java – is still relevant to criticize the ways and our thinking in the society, nation and religion. In search of the author, Madrais nationalist figure is one of this nation has ever had, but because he understands the history of teaching heresy. Regarding the sources of writing, the author gives more on the narrative portion off spring (grandchildren and great-grandchildren) Madrais, people who still adhere to the teachings of Sunda Wiwitan and society in general who live in Cigugur, then turned writing about Madrais scattered across multiple social networking sites. Author sees them more authority to give an explanation of Madrais and teachings. The data obtained author then
compiled in the form of notes and / or ethnographic reports.

Artikel ini membahas tentang suku Indian awal, bangsa Eropa pertama di daratan Amerika, kolonialisasi Inggris di Amerika, kolonialisasi Belanda dan Perancis di Amerika, warisan budaya imigran dan bangsa Eropa lainnya era kolonialisasi di Amerika, revolusi dan perang kemerdekaan bangsa Amerika, nilai-nilai perang kemerdekaan bangsa Amerika, bapak bangsa dan para pemikir bangsa Amerika, perang saudara bangsa Amerika, dampak perang saudara pada Perang Dunia I dan II, dan revolusi industri dan perubahan sosial di Amerika.

NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 VOLUME I
E. Gobée & C. Adriaanse

Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies, 1990

Unduh : bit.ly/34InYes

#snouckhurgronje
#kolonial
#nederlandschindie
#penjajahan
#aceh
#penjajahanaceh
#sejarahaceh
#sejarahindonesia
#sejarahnusantara
#catatanindonesia
#catatannusantara

https://drive.google.com/file/d/1uCiT987UYlW2k15shWlV1dVYNvT173a8/view

https://www.instagram.com/catatan.nusantara/
https://linktr.ee/CatatanNusantara

This interpretive article relies on insights from three critical literatures -world-systems analysis, postcolonial studies and, to the extent of an extended simile, the economic sociology of flexible global production -to propose a geopolitical understanding of what the European Union (EU) is. The authors begin by interrogating the tendency within much of the current research and commentary on the EU to treat it as a state of sorts. They then outline some mechanisms -pertaining to its internal and external linkage structuresthat have enabled the EU to perform successfully in a geopolitical context where most of the main actors are states. Finally, drawing on critical insights from the sociology of subcontracted production and distributed organization, the authors suggest ways in which the EU, in its current form, might be thought of beyond the constraints of the current theoretical language of statehood.

With this anthology, we intend to provide new knowledge about the colonial aspects of our diverse stories and to enable awareness of how the legacies of colonialism operate at the macro and micro level. We are concerned with how colonial and decolonial practices are entangled in globalization and politics, and also in everyday life encounters, engagements, suffering and the ongoing efforts of formulating healing practices. The chapters in this book therefore attempt to disseminate indigenous knowledge, and discuss empirical research and practices that are well-suited to the addressing of the consequences of colonial violations, both in the past and in the way they operate in the present. We know that indigenous knowledge is being destructed through ongoing policies of assimilation, expropriation and cultural appropriation.
Contemporary national and international governance by states and companies brings about intended and non-intended disruptions of relationships and kinship within and between communities, landscapes and other earth beings peoples live with. This involves the dissolution of the indigenous knowledge practices, relations to the land, governance and protocols that have co-created and sustained healthy ecosystems over millennia (Kimmerer, 2013).

Dit artikel bestudeert de netwerken van antikoloniale activisten en politici in de aanloop
naar de dekolonisatie van Belgisch Congo (1945-1960). Concreet tracht het artikel met
behulp van het archief en de bijkomstige secundaire literatuur te bekijken wie in deze
netwerken zat, wat deze netwerken inhielden en welke betekenis ze hadden voor het
Congolese onafhankelijkheidsverhaal. Het bekijkt niet enkel de interactie tussen de
Belgen en de Congolezen maar poogt een bredere internationale context aan te bieden.
Het uitgangspunt van de verhandeling vormt het persoonsarchief van Jean Van Lierde,
een Belgische antikoloniaal en pacifist, die correspondeerde met enkele sleutelfiguren
uit de dekolonisatiegeschiedenis van Belgisch Congo zoals Patrice Lumumba en
Thomas Kanza. Van Lierde is een ongekend persoon, iemand die opstond tegen het
onrecht van het koloniale systeem, iemand die zich engageerde voor een volk zonder
stem. Belangrijker, hij was één van de vele vergeten Europeanen die afstapten van het
racistische, paternalistische denken van de afgelopen eeuwen en de moderne waarden
zoals het zelfbeschikkingsrecht der volkeren of geweldloosheid uitdroegen. Het artikel
wil niet vervallen in een Eurocentrische lofzang waaruit blijkt dat deze Europese
antikolonialen de eigenlijke dekolonisering mogelijk maakten. Het artikel wil louter een
nieuw inzicht geven in de publieke opinie omtrent het Belgische kolonialisme en het
Europese kolonialisme tout court.

Öz Nitel araştırma yöntemlerinden fenomenoloji kullanılarak gerçekleştirilen bu çalışmada, tarihi çağlarda Afrika kıtasının bilinirliği üzerinde durulmuştur. Kıtanın, özellikle Sanayi Devrimi"nden sonra, sömürgeciler tarafından masa başında ve haritalar üzerinde, ekonomik çıkarlarına uygun olarak, düzmece sınırlarla nasıl paylaşıldığı açıklanmıştır. XX. yüzyılla birlikte Afrika devletleri bağımsızlıklarını kazanmış görünseler de neokolonial uygulamalarla sömürünün nasıl devam ettirildiği ve bunu sağlamak için sömürgeci güçlerin hangi menfi uygulamaları sürdürüldüğü ortaya konmuş ve Avrupalı sömürgecilerin kıtaya acımasız yaklaşım ve uygulamalarına karşı Türklerin kıtaya insani ve medeni yaklaşımları sergilenmiştir. Bu anlamda Batılı devletler ve Türkler tarafından çizilen haritaların örnekleri verilmiştir. Zira haritalar geçmişten günümüze, günümüzde ve günümüzden geleceğe uzanan güçlü bir iletişim aracıdır. Bu nedenle devletler ve uluslar için adeta bir tapu senedi hüviyetindedir. Bir devlet ve ulus hatta uluslararası destekle bir birey olarak, eski ya da yeni bir harita üzerinden sizi ilgilendiren/ilgilendirmeyen alanlar üzerinde hak iddia edebilirsiniz. Bu haritanı; öncesi, çizildiği dönem ve sonrası için iddialarınızı, işgal ve istilalarınızı desteklemek için delil olarak kullanabilirsiniz. Bir dünya, kıta veya ülke haritasını masa üzerine serip beğendiniz alanları kendinize ayırıp partnerlerinize gücünüz nispetince bunu dikte ederek ya da-kavgaya gerek yok herkese yeter mantığıyla-barışçı bir şekilde (!) paylaşımda bulunabilirsiniz. Daha da ileri giderek hiç olmayan tarzda ve tamamen uydurma bilgilerle dolu haritalar hazırlar ve bunları servis edebilirsiniz. Ardından oluşan tepkileri ölçer ve ısrarlı tavırlarınızı uluslararası alanda kanıksatır, kabul edilmesini bile sağlayabilirsiniz. Bütün bu uygulamalar, Batılı devletler tarafından Afrika kıtasını kolonileştirmek ve sömürmek için kullanılan uygulamalardan bazılarıdır. Bu tür uygulamaların örneklendirilmesi çalışmanın amaçları arasındadır. Abstract In this study, using phenomenology from qualitative research methods, focuses on the awareness of African continent in historical times. After the Industrial Revolution, it was explained by the colonists on the table and on the maps, how they were shared with fictitious limits in accordance with their economic interests. XX. century African States gained their independence, though they look, not how neocolonial practices of exploitation was continued, and to achieve this, the colonial powers, which have been demonstrated where the ugly practices are carried out. European colonialists to the continent and the relentless approach of the Turks against humanitarian practices on the continent and is an example of a civilized approach. In this sense maps from past to present, present and that extends from the present to the future is a powerful communication tool. For this reason, occupies a prominent place in States and nations for almost a deed. State and even a nation with international support, as an individual, old or new that interests you on a map/on the fields that pertain to you can make a claim. This map is drawn before period and your Claims For the post, you can use as evidence to support your invasion and occupation. World, continent or country map on the table spread out like it dictates your strength nispetince isolate yourself and your partner, or by the fields-no need to fight, enough for everyone with logic-peaceful (in a good way!) you can share it. He went even further and never non-fabrication style and maps full of information to prepare and you can serve them. You can have your attitude, then gauge reactions and aggressive to be accepted, even internationally. All these applications are some of the practices used by Western states to colonize and exploit African continent. Examples of such practices are among the objectives of the study.

The archaeology of Jakarta is a multi-layered artefact compounded with thin period separations. In the geographical sphere of the “greater Jakarta area”, its roots start from the Neolithic with the discovery of Buni tradition pottery. The Buni area stretched along the north coast of west Java towards the interior to the south. This geographical sphere then became the oldest kingdom in the archipelago, Tarumanagara, an Indian-influenced Hindu Kingdom. A series of different ancient kingdoms ruled until the arrival of the Europeans. First, the Portuguese signed a treaty with Sunda (a Hindu Kingdom and ruler of the port of Kalapa) to defend their territory from Cirebon (an Islamic Kingdom in the eastern part of west java). Kalapa became a prized area that was fought over until the Dutch East India Company (Vereenigde Oostindische Compagnie, or VOC), led by J. P. Coen, burnt it down and built Batavia. Kalapa, as one of the few main ports of Sunda, historically welcomed people (with or wi...

Zwarte Piet blijkt gevormd uit elementen van de Nederlandse sinterklaastraditie, die in de 19e eeuw al eeuwenlang voorkwamen. Zijn grappige gedrag en kleurige kleding zijn afkomstig van de komediant die optrad op de populaire sinterklaaskermis. Zijn rol van knecht is afkomstig van de gildeknecht van het sint Nicolaasgilde, het gilde van de winkeliers. Zijn zwarte gezicht is in heel Europa een vast element in diverse gebruiken en tradities, waaronder die van de schrikfiguur bij Sinterklaas.

Globalisasi di masa kini telah berkembang begitu pesat dan disebarkan ke seluruh penghujung dunia. Namun apakah benar globalisasi bisa diterima sebagaimana yang diimingkan oleh para agen globalisasi. Pada kenyataannya negara-negara Dunia Ketiga menjadi korban dari globalisasi, khusunya dalam ekonomi. Ekonomi di Dunia Ketiga telah menjadi lahan politik bagi