Bangunan Cagar Budaya

Pelestarian warisan budaya bangsa, merupakan ikhtiar untuk memupuk kebanggaan nasional dan memperkokoh jati diri bangsa. Langkah pelestarian warisan budaya tersebut, sangat besar artinya bagi kepentingan pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta pemanfaatan lainnya dalam rangka memajukan kebudayaan bangsa demi kepentingan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Warisan budaya memberikan semangat dan amanat bahwa kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui langkah pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Negara dan masyarakat pada hakikatnya mempunyai kewajiban yang sama, yakni melaksanakan kebijakan yang telah dimuat untuk memajukan kebudayaan secara utuh demi kemakmuran bersama. Serta untuk selalu menjaga eksistensi atas warisan budaya dan sumber daya arkeologi. Yang mana bernilai guna untuk pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri. Serta sebagai karya warisan budaya atau aktifitas manusia di masa lampau, oleh karenanya warisan budaya merupakan hal yang penting untuk tetap dan selalu untuk dipertahankan.

Kita ketahui bersama, di kota tanjung pinang banyak memiliki peninggalan budaya masa lalu salah satunya bangunan cagar budaya. Di kota lama ini banyak bangunan Cagar Budaya yang menjadi saksi bisu perkembangan dari masa ke masa kota Tanjungpinang. Di kota Tanjungpinang dalam rentang masa ratusan tahun sudah tumbuh dan berkembang berbagai tradisi, adat-istiadat, kebudayaan, seni budaya, peradaban dan lain sebagainya dalam masyarakat melayu dan etnis lainnya sebagai masyarakat kota Tanjungpinang. Dalam rentang masa kerajaan melayu dan masa kolonial terlah terwujud kebudayaan dan peradaban.
Kota ini pernah mejadi pusat pemerintahan kolonial belanda, pusat perdagangan, pusat pendidikan ,serta pusat keagamaan. Seiring dengan warisan kerajaan melayu dan kolonial di kota ini juga ada wujud warisan marga Tionghua (China). Peninggalan-peninggalan warisan budaya tersebut, ada yang bergerak (bisa dipindahkan) contoh:barang. dan ada pula yang tidak bergerak (tidak bisa dipindahkan) contoh:bangunan. Yang semuannya ini perlu kita bersama-sama kita melestarikan, menjaga, mengembangkan ,serta kita manfaatkan untuk kemajuan kota Tanjungpinang. Karena benda Cagar Budaya merupakan hasil proses sejarah, bukti autentik bentuk nyata dari warisan system nilai dan ide, yang pernah dirasakan masyarakat kita sepanjang sejarahnya. Sebagai bangsa yang tengah membangun kita sangat memerlukan warisan itu. Maka dari itu kita harus terus melestarikan, agar benda-benda tersebut dapat bertahan dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Kurang lebih sudah 4 tahun berlalu semenjak saya mendapatkan penugasan untuk menjalankan praktek kerja lapangan di Magelang, Jawa Tengah. Tepatnya yakni Candi Borobudur yang menjadi lapangan tempat saya bermain dan belajar bersama rekan-rekan satu kelompok saya saat itu. Candi Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, kurang lebih sekitar 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini terkenal dengan banyaknya jumlah stupa yang dimiliki yang konon menurut sejarah, didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi di masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam hal ini Borobudur kemudian diketahui sebagai candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Sehingga jika diingat-ingat kembali, dalam sektor pariwisata dan cagar budaya, eksistensi Borobudur sendiri sangatlah menarik bukan hanya untuk dipelajari secara keilmuan tetapi juga menarik untuk sekadar dikunjungi sebagai hiburan. Lalu, bagaimanakah sebenarnya atraksi wisata berupa candi ini dapat bertahan sejauh ini sebagai cagar budaya yang ada di Indonesia?

Budaya merupakan barang aktual sebagai warisan sosial sebuah rumpun atau kelompok. Barang-barang aktual ini termasuk bangunan bersejarah, peninggalan sejarah, dan perpustakaan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU RI No. 11 Tahun 2010, Cagar Budaya merupakan warisan sosial berupa Barang-barang Cagar Budaya, gedung Cagar Budaya, bentuk dari Cagar Budaya, dan Kawasan baik di darat serta di perairan yang harus diselamatkan, mengingat fakta bahwa hal tersebut memiliki nilai sejarah yang signifikan sebagai ilmu pengetahuan, pembelajaran, agama, atau budaya. Cagar Budaya yang disebut bagian dari warisan adalah Cagar Budaya yang bersifat aktual. Artinya, hanya warisan yang memiliki struktur terlihat dan bisa dikunjungi, serta memiliki massa dan aspek yang asli dapat disebut sebagai warisan sosial. Sementara itu, warisan yang tidak terlihat seperti tarian atau bahasa, bukanlah warisan sosial yang termasuk dalam Cagar Budaya.

Pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga tiket masuk Candi Borobudur tetapi menetapkan kuota harian untuk jumlah pengunjung yang dapat naik sampai ke puncak teratas. Keputusan ini diambil mengingat arti penting Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO di tahun 1991. Pemerintah Indonesia tetap mempunyai hak untuk memanfaatkan Candi Borobudur sebagai kawasan wisata. Tetapi pemerintah juga wajib merawat, melindungi, dan menjaga kelestarian Candi Borobudur sesuai standar yang ditetapkan UNESCO. Tulisan ini membahas perlunya perubahan cara pandang dalam mengelola Candi Borobudur. Pelibatan warga sekitar tidak hanya akan menggerakkan ekonomi lokal tetapi juga mendukung pemanfaatan Candi Borobudur untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi kebudayaan, dan pariwisata. DPR RI melalui Komisi terkait, utamanya Komisi X yang bermitra dengan kementerian dan lembaga negara di bidang pariwisata dan kebudayaan perlu mengawasi upaya pelestarian Candi Borobudur sesuai amanat UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.