Academia.eduAcademia.edu

Ulumul Hadis

2021, Fatimah Harahap

Sejarah pertumbuhan hadis 1.Periwayatan hadis pada masa rasulullah SAW Hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis. Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun . Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwujudkannya Hadis. Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskannya melalui perkataan(aqwal),perbuatan(af’al), dan penetapan (taqrir)-nya. Sehingga apa yang didengar,dilihat dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah dan ubudiyah mereka. Rasul SAW merupakan satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SWT yang berbeda dengan manusia lainnya.

ULUMUL HADITS SEJARAH PERTUMBUHAN HADITS D I S U D I S U S U N OLEH; NAMA NIM Nur’aini Harahap 2010500001 Fatimah Harahap 2010500008 Dosen pengampu Dr.H.Ali Sati, M.Ag. PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN T.A 2021/2022 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadis,terhadap hadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadis, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut. BAB II PEMBAHASAN Sejarah pertumbuhan hadis 1.Periwayatan hadis pada masa rasulullah SAW Hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarakan hadis pada awal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan terkait langsung dengan pribadi Rasul SAW sebagai sumber hadis. Rasul SAW membina umatnya selama 23 tahun . Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwujudkannya Hadis. Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskannya melalui perkataan(aqwal),perbuatan(af’al), dan penetapan (taqrir)-nya. Sehingga apa yang didengar,dilihat dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah dan ubudiyah mereka. Rasul SAW merupakan satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah SWT yang berbeda dengan manusia lainnya. a. Cara Rasul SAW Menyampaikan Hadis Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya. Umat islam secara langsung menerima hadis dari Rasul SAW tanpa hijab. Allah menurunksan al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya adalah sebuah paket yang tidak dapat dipisahkan,dan apa-apa yang disampaikannya juga merupakan wahyu. Kedudukan Nabi yang demikian itu secara otomatis menjadikan semua perkataan,perbuatan dan taqrir Nabi sebagai referensi para sahabat. Para sahabat secara proaktif berguru dan bertanya kepadanya tentang segala sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, tempat-tempat pertemuan diantara kedua belah pihak sangatlah terbuka dalam banyak kesempatan. Tempat yang biasa digunakan Rasul SAW cukup bervariasi, seperti di masjid, rumahnya sendiri, pasar, ketika dalam perjalanan (safar) dan ketika muqim (berada di rumah). Ada beberapa cara Rasul menyampaikan hadis kepada para sahabat,yaitu : Pertama, melalui para jama’ah pada pusat pembinaaannya yang disebut majlis al-‘Ilmi. Melalui hadis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadis,sehingga mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri guna mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan oleh Nabi. Kedua, dalam banyak kesempatan Rasul juga menyampaikan hadisnya melalui para sahabat tertentu,yang kemudian disampaikannya kepada orang lain. Hal ini karena terkadang ketika ia mewujudkan hadis,para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja,baik karena disengaja oleh Rasul sendiri atau secara kebetulan para sahabat yang hadir hanya beberapa orang saja,bahkan hanya satu orang,seperti hadis-hadis yang ditulis oleh Abdullah ibn Amr ibn Al-‘Ash Ketiga, cara yang dilakukan Rasul adalah melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka,seperti ketika haji wada’ dan fathul Makkah. b. Perbedaan para sahabat dalam menguasai hadis Di antara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadis. Ada yang memilikiya lebih banyak, tetapi ada yang sedikit sekali. Hal ini tergantung kepada beberapa hal, pertama, perbedaan mereka dalam soal kesempatan bersama Rasul, kedua, perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya kepada sahabat lain, ketiga ,perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk Islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasul. c. Menghafal dan Menulis Hadis a. Menghafal hadis Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-Qur’an dan Hadis,sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasul menempuh jalan yang berbeda. Yaitu menghafal dan menulis. Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalam kegiatan menghafal hadis ini. Pertama, karena kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa Arab yang telah diwarisinya sejak praislam dan mereka terkenal kuat hafalannya; kedua, Rasul banyak memberikan spirit melalui do’a-do’anya; ketiga, seringkali ia menjanjikan kebaikan akhirat kepada yang menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain. b. Menulis Hadis Beberapa sahabat yang memiliki catatan dan penulisan terhadap hadis : Abdullah ibn Amr Al-‘Ash,Jabir ibn Abdillah ibn Amr Al-Anshari, Abu Hurairah Al-Dausi, Abu Shah (Umar ibn Sa’ad Al-Anmari) c. Mempertemukan Dua Hadis yang Bertentangan Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi,seperti para hadis dari Abu Sa’id Al-Hudri di satu pihak,dengan hadis dari Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash. Diantara mereka ada yang menggugurkan salah satunya,seperti dengan jalan nasikh dan mansukh dan ada yang berkompromi keduanya sehingga keduanya tetap digunakan (ma’mul) 2. Hadis pada Masa Sahabat Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat, khususnya masa khalafa’ al- rashidin yang berlangsung sekitar tahun 11-40 H. Masa ini disebut juga masa sahabat besar. a. Menjaga Pesan Rasul SAW Pada masa menjelang akhir kerasulannya,Rasul berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Hadis serta mengajarkannya kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: yang artinya, “ Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”. (HR. Malik). Dan sabdanya pula: “ Sampaikanlah dariku walau satu ayat atau satu hadis” b. Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadis Perhatian para sahabat pada masa ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-Qur’an. Ini terlihat bagaimana al-Qur’an dibukukan pada masa Abu Bakar atas saran Umar bin Khattab. Usaha pembukuan ini diulang juga pada masa Usman bin Affan,sehingga melahirkan Mushaf Usmani. Kehati-hatian dari usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para sahabat,disebabkan karena mereka khawatir terjadinya kekeliruan,yang padahal mereka sadari bahwa hadis merupakan sumber tasri’ setelah al-Qur’an,yang harus dijaga dari kekeliruannya sebagaimana al-Qur’an. Setelah Rasul wafat Abu Bakar pernah mengumpulkan para sahabat. Kepada mereka,ia berkata : “Kalian meriwayatkan hadis-hadis Rasul SAW yang diperselisihkan orang-orang setelah kalian akan lebih banyak berselisih karenanya. Maka janganlah kalian meriwayatkan hadis(tersebut) c. Periwayatan Hadis dengan Lafaz dan Makna Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis,yang ditunjukkan oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya,tidak berarti hadis-hadis rasul tidak diriwayatkan. Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul SAW. Pertama, dengan jalan periwayatan lafdzi(redaksinya persis seperti yang disampaikan Rasul) dan kedua, dengan jalan periwayatan maknawi(maknanya saja) a. Periwayatan Lafdzi Periwayatan lafdzi adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW. Ini hanya bisa dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW. b. Periwayatan Maknawi Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang di dengarnya dari Rasul SAW,akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh,sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul SAW,tanpa ada perubahan sedikitpun. Namun para sahabat tetap hati-hati dalam melakukannya. Ibn Mas’ud misalnya,ketika ia meriwayatkan hadis ada istilah-istilah tertentu yang digunakan untuk menguatkan penukilannya,seperti dengan kata: qala Rasul SAW hakadza(Rasul SAW telah bersabda begini),atau nahwan atau qala Rasul SAW qariban min hadza. 3. Hadis pada masa Tabi`in Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabi’in tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh para sahabat. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat. Pada ,masa ini al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Ketika pemerintah dipegang oleh Bani Umayah,wilayah kekuasaan Islam sampai meliputi Mesir,Persia,Iraq,Afrika,Bashrah,Syam dan Khurasan. Penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat,sehingga masa ini dikenal dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (intisyar al-riwayah ila al-amshar) a. Pusat-pusat Pembinaan hadis Beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis,sebagai tempat tujuan para Tabi’in dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut ialah Madinah al-Munawarrah, Makkah Al-Mukarramah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan Andalus, Yaman dan Khurasan. Beberapa orang yang meriwatyatkan hadis cukup banyak,antara lain Abu Hurairah,Abdullah ibn Umar,Anas ibn Malik, Aisyah, Abdullah ibn Abbas, Jaabir Ibn Abdillah dan Abi Sa’id al-Khudri. Pusat pembinaan pertama adalah Madinah ,karena di sinilah Rasul SAW menetap setelah Hijrah. Di sini pula Rasul membina masyarakat Islam yang di dalamnya terdiri atas Muhajirin dan Anshar dari berbagai suku dan kabilah. Di antara para sahabat yang membina hadis di Makkah yaitu,Mu’adz ibn Jabal, ‘Atab ibn Asid, Haris ibn Hisyam, Ustman ibn Thalhah dan ‘Utbah ibn Al-Haris. Di antara para Tabi’in yaitu, Mujtahid ibn Jabbar,Atha’ ibn Abi Rabah, Thawus ibn Kaisan dan Ikrimah maulana ibn Abbas. Di antara para sahabat yang membina hadis di Kufah yaitu, Ali bin Abi Thalib,Sa’ad ibn Abi Waqas, dan Abdullah ibn Mas’ud. Di antara para tabi’in yaitu, Al-Rabi’ ibn Qosim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i dan Abu Ishaq Al-Sa’bi. Di antara sahabat yang membina hadis di Basrah yaitu,Anas ibn Malik,Abdullah ibn Abbas,’Imran ibn Husain, Ma’qal ibn Yasar,Abdurrahman ibn Samrah dan Abu Sa’id Al-Anshari. Di antara para Tabi’in yaitu,Hasan Al-Bishri, Muhammad ibn Sirrin,Ayub Al-Sakhyatani, Yunus ibn ‘Ubaid, Abdullah ibn ‘Aun,Kahatadah ibn Du’amah Al-Sudusi dan Hisyam ibn Hasan. Di antara para sahabat yang membina hadis di Syam yaitu,Abu Ubaidah Al-Jarrah,Bilal ibn Rabbah, Ubadah ibn Shamid, Mu’adz ibn Jabal,Sa’ad ibn Ubaidah,Abu Darda’ Surahbil ibn Hasanah,Khalid ibn Walid dan Iyad ibn Ghanam. Di antara para tabi’in yaitu Salim ibn Abdillah al-Muharibi,Abu Idris Al-Khaulani, Abu Sulaiman Al-Darani dan Umar ibn Hana’i. Para sahabat yang membina di Mesir yaitu,Amr ibn Al-‘Ash,Uqbal ibn Amr, Kharisah ibn Huzafah dan Abdullah ibn Al-Haris. Para tabi;in diantaranya Amr ibn Haris, Khair ibn Nu’aimi Al-Hadrami,Yazid ibn Abi Habib,Abdullah ibn Abi Jafar dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil. Di Maghribi dan Andalus yaitu,Mas’ud ibn Al-Aswad Al-Balwi,Bilal ibn Haris ibn ‘Ashim Al-Muzani,Salamah ibn Al-Akwa dan Walid ibn ‘Uqbah ibn Abi Muid. Para tabi’in yaitu, Ziyad ibn An’am Al-Mu’arif,Abdurrahman ibn Ziyad, Yazid ibn Abi Mansyur,Al-Mughirah ibn Abi Burdah,Rifa’af ibn Rafi’ dan Muslim ibn Yasar. Para sahabat yang terjun di Yaman yaitu,Mu’adz ibn Jabal,dan Abu Musa Al-As’ari. Para Tabi’in diantaranya yaitu, Hammam ibn Munabah dan Wahab ibn Munabah, Thawus dan Ma’mar ibn Rasyid. Sedangkan para tabi’in yaitu, Muhammad ibn Ziyad, Muhammad ibn Tsabit Al-Anshari dan Yahya ibn Sabih Al-Mugri. b. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadis Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat,setelah terjadinya perang Jamal dan perang Siffin yaitu ketika kekuasaan di pegang oleh Ali bin Abi Thalib. Langsung atau tidak dari pergolakan politik di atas,cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya. Pengaruh yang langsung dan bersifat negatif ialah dengan munculnya hadis-hadis palsu(maudhu’) untung mendukung kepentingan politiknya masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi lawan-lawannya. BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan,Sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis dimulai sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, Penulisan hadis ada sejak Rasulullah masih hidup. Shahifah yang berisi catatan hadis rasul itu dibuat dari pelapah-pelapah kurma,kulit-kulit kayu dan tulang-tulang hewan. Masa pembukuan hadis yang secara resmi dilakukan atas kebijaksanaan pemerintah yang terjadi pada zaman khalifah Umar bin Abd Aziz, Pada masa pengkajian hadis, para ulama’ hadis mengalihkan perhatiannya untuk menyusun kitab-kitab hadis atau topik-topik tertentu. Masa kontemporer adalah zaman Mutakalimin, yaitu era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini DAFTAR PUSTAKA As- Shiddiq, M. H. (1980). Sejarah dan Pintar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang. Khathib, ,. A.-M. (1997). 'Ajjaj al- Sunnah Qabla At-Tadwin. Beirut: Dar Al- Fikr. Shalih, A.-S. (1997). 'Ulum Al-Hadis wa Musthalahu. Malayin: Dar Al-'Ulum. Al-Khathib Al-Baghdadi, Al-Jami’ li Akhlak Al-Rawi wa Adabi Al-Sami’, (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Misiriyah,t.t) Muhammad ibn Mathar Al-Zahrani, Tadwin Al-Sunnah Al-Nabawiyah wa Tathawwurihi min Al-Qarn Al-Awwal ila Nihayat Al-Qarni Al-Tasi’Al-Hijri, (Thaif: Maktabah Al-Shadiq, 1412 H) .