LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
OLEH :
NAMA : MITA EKA PUTRI
NO BP : 1410211006
KELAS : D
PENJAB : Ir. OKTANIS EMALINDA
ASISTEN : 1. SILVIA QURATUL AINI
2. NANDA YULIA SAFITRI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita rahmat , nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melengkapi mata kuliah kesuburan tanah dan pemupukan dan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum.
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dosen penanggung jawab mata kuliah kesuburan tanah dan pemupukan, para asisten yang selalu membimbing kami dalam praktikum, orang tua yang mendukung baik darin segi materil maupun moril,serta teman-teman seperjuangan yang tidak pernah kenal lelah, yang selalu memberikan masukan satu sama lain. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih.
Penulis sadar bahwa laporan inintidak sempurna seperti nyang diharapkan
Untuk itu perlu kiranya kritik dan juga saran. Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Padang , November 2015
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahan organik disamping berpengaruh terhdap pasokan unsur hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik , biologi , dan kimia tanah lainnya.
Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah , yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik . Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur , konsistensi , porositas , daya mengikat air , dan yang tidak kalah adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah , yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanahuntuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlukan. Pada btanah lempung yang berat , terjadi perubahan struktur gumpalan kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar , dengan derajat struktur sedang hingga kuat , sehingga lebih mudah untuk di olah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dslsm hal ini berperan sebagai sementasi partikel lempung dengan membentuk kompleks lempung logam humus. Pada tanah pasir an bahan organik dapat diharapkan merubah struktur tanah dari berbutiran tunggal menjadi bentuk gumpal , sehinnga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halyus menjadi sedang atau kasar . Bahkan bahan organik dapat merubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
Kandungan bahan organik yang cukup didalam tanah dapat memperbaikai kondisi btanah agar tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah , penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Disamping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Padav tanah yang bertekstur halus (lempungan) , pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi , sehingga sukar diolah, dengan tambahan bahan norganik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar , maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak nakan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat , tidak liat , pada saat basah , dan saat gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh , sehingga dapat diolah.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap porositas tanah. Porositas adalah ukuran yang menunjukkan bagian yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Poro-pori tanah dapat dibedakan pori mikro , pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori dikenal sebagai pori drainase lambat , dn poro makro dikenal sebagai drainse cepat. Tanah pasir sering mengandung pori makro sulit menahan air , sedang tanah lempung sering mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menetukan kandungan air dan udara dalam serta menetukan kandungan tata udar dan air yang baik . Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir) , akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air.
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah disamping berkaitan dengan aerasi tanah , juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkanh kemampuan dalam menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanamandan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang.
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation , kapasitas pertukaran anion , pH tanah , daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik kan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KTK). Bahan organik memberikan kontribusi nyata terhadap KTK tanah. Sekitar 20 – 70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus. Sehinga terdapat korelasi antar bahan organik dengan KTK tanah.
Kapasitas pertukaran kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation – kation dan mempertukarkan kation – kation tersebut sehingga termasuk kation hara tanaman. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif tanah , shingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung , dia bersifat dinamik , mudah dinhancurkan dan dibentuk.
Fraksi organik tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara nonbiologis , yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui pertukran ion , protonisasi , ikatan hidrogen , gaya vander wall’s dan ikatan koordinasi dengan ion logam.
Pengaruh penambahan bahan organik tanah terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkt kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahanorganik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi , biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah , karena seklam proses dekomposisi akan melepaskan asam - asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukat tinggi , akan menyebabkan peningkatan pH tanah , karena asam –asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa kompleks, sehingga Al tidak terhidrolisis lagi.
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral – mineral hara tanaman dengan lengkapm dalam jumlah tidak tentu dan reltif kecil. Bahan organik sumber nitrogen pertama – tama mengalami penguraian menjadi asam – asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikroba heteretrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal dengan proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan , sehingga amonium dapat merupakan nitrogen an organik (mineral) yang utama dalam tanah. Amonium inin dapat secara langsung dserap dan digunakan tanaman pertumbuhannya , atau oleh mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitrasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomanasdengan menghasilkan nitrit , yang segera di ikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi.
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P daoat secara langsung melalui proseds mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu melepas P yang terfiksasi. Keterseiaan P dalam tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalauin 5 aksi seperti : melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral , melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil dekomposisi, bahan organik akan mengurangin jerapan fosfat karena asam humat dan asam fulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran , penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah , dan membentuk kompleks fosfo humat yang dapat ditukar dan lebih tersedia bagin tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah.
Peranan bahan organik tanah terhadap biologi tanah , bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro fauna tanah. Penambahan bahan oragnik dalam tanah akan menyebabkan aktifitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat , terutama yang berkaitan dengan aktifitas dekomposisi mineralisasi bahan organik. Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktifitas biologis yang ditemukan didalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin. Senyawa – senyawa inin didalam tanah berasal dari eksudat tanaman , pupuk kandang, kompos, dan sisa tanaman, dan juga berasal dari hasil aktifitas mikroba dalam tanah. Disamping itu, diindikasikan asam organik dengan berat mlekul rendah, bikarbonat , hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari paraktikum ini adalah mengetahui bahan organik terbaik dalam kesuburan tanah ultisol, mengatahui dosis jenis bahan organik terbaik dalam kesuburan tanah ultisol, dan mengetahui tingkat dekomposisi dari beberapa jenis bahan organik dalam kesuburan tanah ultisol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pH dan Al-dd
Tanah sangat memerlukan bahan organik. Karena bahan organik sebagian syarat tanah yang subur. Sehingga tanah yang kehilangan bahan organik dapat merugikan bagi tanaman. Tidak hanya kekurangan unsur hara yang terkandung dalam tanah,tetapi dapat juga kelebihan sehingga mengakibatkan keracunan. Oleh karena itu dibutuhkan kapur untuk menetralkannya. Bahan organik tanah merupakan indikator kesuburan tanah karena bahan organik merupakan kumpulan-kumpulan senyawa organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme. Dan mempunyai manfaat yang baik bagi tanah. Banyak unsur-unsur kimia yang terkandung dalam tanah atau perbaikan tanah (Dariah,2007).
Kolorimeter adalah penentuan pH tanah dengan menggunakan indikator warna seperti kertas lakmus, kertas pH, dan pH Stick. Fungsi dari menggunakan alat dengan metode kolorimeter yaitu untuk mengetahui pH Tanah dengan berdasarkan warna yang diperoleh (Aminiarin, 2013).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi pH tanah melalui dua cara yaitu pengaruh ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung ion hidrogenn. Yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur-unsur lain yang beracun. Kebanyakan tanaman erapan terhadap pH yang ektrim rendah atau tinggi,asalkan dalam tanah tersebutt tersedia hara yang cukup. Sayangnya tersedianya hara yang cukup itu dipengaruhi oleh pH,beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH yang eksrim,dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat racun (Brady,2002)pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat). Sebuah pH meter khas terdiri dari probe pengukuran khusus atau elektroda yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pembacaan pH (Aslilah, 2013).
Terdapat beberapa jenis alat ukur pH tanah salah satunya yaitu alat ukur pH tanah ETP110 atau yang biasa disebut dengan soil pH meter merupakan salah satu dari soil test kit yang sangat penting dalam kegiatan pengukuran dan penelitian kandungan zat dalam tanah. Alat pH tanah ini digunakan untuk mengukur keasaman dan kebasaan pada tanah, selain itu juga terdapat kertas lakmus yang menentukan pH tanah pada saat dilapangan (Ryan, 2012).
.
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).
Perharaan sangat dipengaruhi oleh pH,antara lain kalsium dan magnesium dapat diukur,aluminium,unsur mikro ketersediaan posfor dan perharaan yang berkaitan dengan kegiatan jasad mikro. Penenuan nilai pH suatu tanah penting untuk menenukan tindakan perbaikan kesuburan anah untuk memilih tanaman yang cocok maupun untuk menciptakan susunan atau reaksi tertentu,sehingga sesuai dengan kehendak tanaman dan cocok bagi penyediaan hara (Gardiner,2004).
Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam, Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation yang diserap (Sarwono, 2003)
Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005). B
Al-dd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah. Kadar aluminium sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin rendah pH tanah, maka semakin tinggi aluminium yang dapat dipertukarkan dan sebaliknya (Anonimous, 2009).
Pengeringan contoh tanah juga menurunkan nilai pH H2O, pH KCL, H-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, jumlah basa, dan KB, serta meningkatkan nilai Al-dd, K-dd, KTK tanah, dan C-organik. Pengaruh perlakuan sangat nyata terhadap perubahan nilai pH, H-dd, Al-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, jumlah basa, dan KB, tetapi tidak nyata terhadap nilai Na-dd, KTK tanah,dan organic. Sifat irreversible dicerminkan oleh sebagian besar sifat kimia kecuali pH, Al-dd, K-dd, C-organik, dan KTK tanah. Rata-rata nilai perubahan sifat tanah vertik yang disebabkan pengeringan contoh tanah umumnya kecil dari segi Ilmu Tanah, kecuali Mg dan Na. Hasil klasifikasi tanah vertik menurut Sistem Taksonomi Tanah tidak dipengaruhi oleh pengeringan contoh. Namun pengeringan menurunkan kualitas data penciri klasifikasi. Dengan demikian kelembaban contoh tanah yang lebih tepat untuk persiapan analisis labolatorium adalah lembab lapang, kecuali untuk C-organik lebih baik kering udara. Contoh lembab tanah bersifat vertik dapat dipersiapkan dari contoh kering udara yang telah diayak sesuai kebutuhan dan selanjutnya dilembabkan dengan inkubasi kira-kira satu minggu (Djunaedi, 1992).
Keracunan aluminium menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur hara Hakim, 1986).
Penetapan Al-dd dapat dilakukan melalui uji tanah. Tanah yang mengandung ion-ion (-) sehingga kation yang dapat dipertukarkan hanyalah kation yang menempel pada tanah diantaranya Ca+,Mg,K,Na, dll. Penetapan Al-dd jugan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N,HCl 0,1 N, dan 10 ml NaF. Tanah yang mengandung mineral liat smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk diolah menjadi lahan pertanian tanaman pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung mineral liat smektit umumnya terdapat pada order Vertisol dan order lain bersubgrup vertik. Tanah-tanah vertik mempunyai sifat irreversible terhadap pengeringan namun intensitasnya rendah (Nursyamsi,2008).
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+ yang dipertukarkan karena Aluminium merupakan sumber keasaman yang sangat penting. Dengan persentase Al-dd yang tinggi berarti menunjukkan tingkat kemasaman suatu jenis tanah. Semakin masam suatu tanah, berarti pHnya menurun sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin menurun karena kemampuan unsur Al untuk mengikat unsure P membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Keracunan Al ini akan merugikan tanaman yang akhirnya akan menurunkan produksi sehingga pendapatan akan tanaman itu akan berkurang. Keracunan alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fopor. Didalam tanah yang memiliki pH yang rendah atau bereaksi masam permasalahan utama adalah kelarutanAl, Fe, Mn dan unsur mikro lainnya yang cukup tinggi, yang bersifat racun bagi tanaman. Selain itu akan terjadi interaksi antar ion Al dan P, dimana Al akan mengikat P tanah ataupun dari pupuk dalam bentuk persenyawaan yang tidak larut dan merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh tanah-tanah masam. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung pada tanaman. Ion OH- yang dihasilkan segera menetralkan H+ dan Al3+, sehingga pH tanah dpat mengikat dan Al mengendap sebagai aluminium hidroksida, kompleks jerapan yang bebas dari Al dapat diisi oleh kation. Kation dari Ca dari kapur atau kation-kation lain yang berasal dari pupuk atau mineral.
Pada umumnya tanaman tidak dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai kemasaman tinggi,akibatnya beracun bagi tanah yang memiliki tanah sangat masam dikarenakan kelarutan yang tinggi. Apabila kejenuhan Al-dd melebihi 69% dari kapasitas ukuran kalium efektif jumlah Al dalam larutan meningkat sehingga ketidak aktifan Al merupakan keuntungan utama pengapuran pada tanah-tanah yang melakukan pengapuran secara intensif dan perkembangan lebih lanjut sehingga pH rendah menunjukkan bahwa Al-dd diikat oleh Al lainnya lebih kuat dan merupakan kation yang dominan kemasaman tanah yang disebabkan oleh Al yang dapat dipertukarkan (Rusdi,2003).
Jika kejenuhan basah Al-dd melebihin 69% dan kapasitas-kapasitas tukar kation efektif,jumlah aluminium dalam larutan mengikat nyata,sehingga ketidakaktifan Al tampak dan merupakan sumber ion kedua dalam tanah. Ion terserap dalam koloid humus masam dan pada umumnya pada muatan yang demikian berada pada muatan yang seimbang larutan menjadi rendah disini akan jelas bahwa ion Al dan H dalamlarutan sehingga dapat menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah (Handayani,2003).
2.2 N-Total
Nitrogen merupakan sumber utama gas bebas di udara yang menempati 78% dari volume atmosfer. Dalam bentuk unsur lain tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen gas harus diubah menjadi bentuk nitrat atau amonium melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman.
Diantara berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman nitrogen merupakan salah satu diantara unsur hara makro tersebut yang sangat besar peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pertumbuhan. Diantara tiga unsur yang biasa mengandung pupuk buatan yaitu kalium, fosfat, dan nitrogen, rupanya nitrogen mempunyai efek paling menonjol.
Atmosfer terdiri dari 79 % nitrogen ( berdasarkan volume ) sebagai gas padat N2 yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lainnya yang menghasilkan suatu bentuk nitrogen yang dapat digunakan oleh sebagian besar tanaman. Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri terutama dari meningkatnya jumlah pengikatan nitrogen secara biologis atau penambahan nitrogen pupuk.
Nitrogen bila ditinjau dari segi keberadaannya merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkat tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak. Disamping itu, senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase atau alang ke atmosfer. Selanjutnya efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat. Dengan demikian dari banyak segi jelas bahwa unsur nitrogen ini merupakan unsur yang berdaya besar yang tidak saja unsur yang harus diawetkan juga harus dikendalikan pemakaiannya.
Nitrogen dalam tanah berasal dari (1.) Bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah; dan bahan organik, kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber N yang utama di dalam tanah.); (2.) Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara (Simbiose dengan tanaman legumenose, yaitu oleh bakteri bintil akar atau Rhizobium; Bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik) yaitu Azotobacter (aerobik) dan Clostridium (anaerobik)); (3.) Pupuk, misalnya ZA, Urea, dan lain-lain; dan (4.) Air hujan.
Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning dan gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat (NO3-).
Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO3- mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada tanah liat (Hardjowigeno, 2003).
Dalam penetapan N total dengan metode Kjehdahl, nitrogen diubah dalam bentuk amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang mengandung katalis dan zat-zat kimia lainnya yang dapat meningkatkan suhu pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium ditetapkan dari jumlah amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat.Bentuk-bentuk nitrogen anorganik yang dapat ditemukan dalam tanah adalah bentuk amonium, nitrat dan nitrit.
Di kebanyakan daerah tropika, nitrogen anorganik (NH4+ dan NO3-) tanah berfluktuasi mengikuti suatu pola tertentu. Pada musim kemarau, jumlah NO3- di bagian tanah atas akan meningkat secara perlahan-lahan. Pada permulaan musim hujan, nitrogen anorganik melonjak sebentar dan selanjutnya menurun secara cepat sepanjang sisa musim hujan tersebut. Besar fluktuasi musiman dari nitrogen anorganik ini bersesuaian dengan intensitas dan frekuensi hujan. Hal ini perlu diperhatikan di dalam penentuan dosis pupuk nitrogen.Penetapan N-total tanaman dan beberapa bahan kompleks yang mengandung N sangat sulit. Bahan-bahan yang membantu perubahan N menjadi NH4 adalah garam-garam, biasanya K2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu
Nitrogen diserap tanaman sebagai NO3- dan NH4+, yang kemudian dimasukkan ke dalam semua asam amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat banyak sering membatasi hasil tanaman. Defisit protein yang cukup luas di daerah tropika menandakan kandungan N tanamannya rendah. Di lain pihak, pencucian unsur nitrogen pada usaha tani yang intensif telah mengakibatkan air bumi tercemari. Nitrogen anorganik memang mudah berfluktuasi, terutama di daerah dengan perubahan curah hujan yang sangat nyata. Kadar air tanah merupakan faktor penting yang mempengaruhi dinamika nitrogen di dalam tanah.
Sumber nitrogen terbesar bagi tanaman berasal dari N atmosfer. Nitrogen organik yang dibenamkan ke dalam tanah merupakan N organik tanah yang bentuk kimianya tidak dapat diserap begitu saja oleh tanaman. Dalam bentuk NO3-, nitrogen mudah keluar dari daerah perakaran. Ia mudah tercuci karena besar muatan listrik positif tanah biasanya sangat kecil. Nitrogen dalam bentuk NO3- juga dapat tereduksi secara mikrobiologis menjadi NO, N2O, atau N2 yang menguap.
Jumlah NH4+ dan NO3- di dalam tanah dapat bertambah akibat dari pemupukan N, fiksasi N biologis, hujan, dan penambahan bahan organik. Sedangkan berkurangnya jumlah NH4+ dan NO3- disebabkan oleh pencucian, pemanenan, denitrifikasi, dan juga votalisasi. Air sangat berperan sekali dalam dinamika nitrogen tanah.
2.3 C-Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti
Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi secara alami atau buatan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi: bahan organik adalah: (1)sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.(2) sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain (3). menambah kemampuan tanah untuk menahan air. (4)menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi). (5)sumber energi bagi mikroorganisme. (Doeswono, 1983)
Kandungan bahan organik tanah merupakan faktor penentu kualitas tanah untuk tanah mineral. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka kualitas tanah mineral semakin baik. Penilaian kualitas tanah beradasarkan kandungan bahan organiknya telah dilakukan. Sampel tanah di ambil pada top dan sub soil pada titik -titik yang telah ditentukan melalui analisis terrain.
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir. (Fadhilah, 2010)
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum kesuburan tanah dan pemupukan ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai bulan November 2015 yang bertempat di rumah kaca dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
3.2.Bahan dan Alat
3.2.1 pH
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung film,timbangan,labu semprot,gelas ukur,batang pengaduk,mesin kocok,kertas pH,elektroda gelas,pH meter,dan tissu.
Adapun bahan yang digunakan aquadest,KCL 1 N,standart pH 4 dan 7.
3.2.2 Al-dd
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung film,timbangan,labu semprot,gelas ukur,batang pengaduk,mesin kocok,kertas pH,elektroda gelas,pH meter,dan tissu.
Adapun bahan yang digunakan adalah KCL 1 N,NaOH 1N,NaF 4%,aquadest,indikator PP
3.2.3 N-total
Alat yang digunakan dalam praktikum N-total adalah unit destruksi dan destilasi kejdhal (tungku listrik,labu kejdhal,alat destilasi),pipet gondok,buret 10ml,enlemeyer 250 ml,dan labu semprot.
Adapun bahan yang digunakan adalah H2SO4,Na2SO4,atau K2SO4,CuSO4,serbuk selenium (Se),larutan 40% NaOH (400 g NaOH dalam 1 liter aquadest),indikator conway (0,5 g hijau bromkesol dan 0,1 g merah metil dalam 95% alkohol,tambahkan sedikit NaOH atau HCL sehingga warna menjadi merah kebiruan),larutan baku 0,1 N H2SO4 (2,8 ml H2SO4 p.a dalam 1 liter aquadest,bakukan dengan larutan baku 0,1 N NaOH).
3.2.3 C-organik
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah enlemeyer 250 ml,pipet takar 50 ml,pipet gondok 10 ml atau buret 50 ml,gelas ukur 40 ml serta labu ukur 100 ml dan 250 ml,tabung reaksi,dan calorimeter.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan 1 N kalium kromat,asam sulfat pekat larutan 0,5%,barium klorida,dan sukrosa baku serta kertas lap tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 pH
Ditimbang tanah 10 gram dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung film lalu ditambahkan 10 ml aquadest lalu dikocok 15 menit dengan shaker,tunggu sampai tanah mengendap kemudian diukur dengan alat pH meter.
3.3.2 Al-dd
Ditimbang tanah 5 gram dimasukkan tabung film ditambahkan 50 ml 1 N KCL lalu dikocokk 15 menit kemudian disaring dan ditampung dengan tabung film,kemudian ekstrak dipipet sebanyak 25 mg dan kemudian masukkan ke elemeyer ditambahkan 5 tetes indikator PP dan larutan dititrasi dengan 0,1 N NaOH sampai timbul warna merah muda ditambahkan 1 tetes KCL sampai merah muda menghilang dan kemudian ditambahkan 10 ml NaF 4% hingga warna merah muda timbul,dititrasi dengan KCL di catat berapa jumlah KTK.
3.3.3 N-total
Dimasukkan 1 g contoh tanah kering lolos ayakan 0,5 mm,ke labu kejdahl. Kemudian ditambahkan 1 g campuran selen,dan 3 ml H2SO4 pekat,serta di goyangkan. Setelah itu destruksi contoh tanah tersebut diatas tungku listrik dalam lemeri asam. Lalu dipanaskan dengan api kecil,kemudian dibesarkan,sampai larutan menjadi jernih,kemudian diangkat dan dijernihkan,lalu ditambahkan 200 ml aquadest. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu didih,lalu ditambahkan 15 ml 400% NaOH. Kemudian labu didih tersebut dihubungkan dengan alat destilasi,dan kran air pendingin dibuka. Kemudian hasil destilasi ditampung dengan 50 ml 45% H3BO3 dalam enlemeyer 250ml. Setelah itu tungku pemanas dihidupkan dan didestilasi selama 10-15 menit.
Tetesan-tetesan destilasi akan turun melalui pipa penyuling ke dalam enlemeyer penampung. Bila tetesan distilat tidak lagi mengandung amonia (bila kertas lakmus merah tidak berubah warnanya dengan tetesan destilat tersebut). Air suling disemprotkan pada ujung pipa dimasukkan ke dalam tabung beerisi aquadest,kemudian api tungku dimatikan, alat destilasi atau tercuci secara otomatis. Kemudian hasil destilasi ditatar dengan larutan 0,1 N H2SO4 sampai warna hijau berubah menjadi merah muda,dan jumlah H2SO4 yang terpakai dicatat. Kemudian percobaan untuk blanko dilakukan dengan cara yang sama.
3.3.4 C-organik
Pada C-organik ,larutan sukrosa 29,68 gr yang telah dikering oven ditimbang dan dilarutkan dalam air suling di dalam labu ukur 250ml. Dipipet masing-masing 5,10,20,25 ml larutan dimasukkan ke dalam 5 buah labu ukur 100ml. Lalu diencerkan hingga 100 ml dengan air suling. Lalu K2CrO7 dipipet sebanyak 2 ml sukrosa pada enlemeyer. Selanjutnya masukkan H2SO4 sebanyak 20 ml digoyangkan sehingga tercampur kemudian didiamkan 30 menit. Setelah itu ditambahkan 100ml 0,5% BaCL sehingga sulfat menjadi mengendap dan menjadi BaSO4 kemudian didiamkan satu malam atau hingga larutan menjadi jernih. Selanjutnya larutan dipindahkan ke tabung reaksi,kemudian dari tabung reaksi baru ke buret dan diukur pada kalorimeter dengan filter merah,atau dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 654 mu. Warna kuning menunjukkan kadar C rendah,sedangkan hijau sampai biru mnunjukkan kadar C tinggi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari rangkaian praktikum tentang kesuburan tanah dengan analisa al dd , ph , n total dan c organik .
4.1.1 Ph
Hasil dari praktikum dan pengamatan tentang Ph
Indikator
Sampel
ph terukur
kriteria
B
5,71
Agak asam
H20
C
5,62
Agak asam
E
5,54
masam
B
4,28
Sangat Masam
KCl
C
4,04
Sangat Masam
E
4,09
Sangat Masam
4.1.2 Al – dd
Hasil dari praktikum tentang al dd
1. Perhitungan al dd
Kelompok 1 dan 2
Me Al dd / 100 mg = 0,9 x 0,1 n x 50 x 100 x 1,14
25 25
= 4,104 /100g
Kelompok 3 , 4 dan 5
Me Al dd / 100 mg = 1,2 x 0,1 n x 50 x 100 x 1,14
25 25
= 5,472 /100 g
4.1.3 N total
Hasil pengamatan tentang n total :
sampel
H2So4 terpakai
% N tanah
kriteria
0,7
0,191
rendah
kelompok 1 dan 2
0,8
0,223
sedang
0,2
0,031
sangat rendah
0,7
0,191
rendah
kelompok 3 , 4 dan 5
0,6
0,159
rendah
0,3
0,063
sangat rendah
4.1.4 C organik
Hasil dari praktikum tentang c organik yaitu :
No
standar (x)
absorban (y)
x.y
x2
1
0
0
0
0
2
5
0,028
0,14
25
3
10
0,074
0,74
100
4
15
0,122
1,83
225
5
20
0,159
3,18
400
6
25
0,212
5,3
625
n=6
Ex=75
Ey=0,595
Ex.y=10,19
Ex2=1375
4.1.5 pengamatan pertumbuhan Jagung
A. Tinggi Tanaman
Tabel . Tinggi Tanaman Jagung pupuk buatan , kapur dan bahan organik
No
tanggal pengamatan
hasil pengamatan (cm)
1
19-Okt-15
0,2
2
20-Okt-15
1,5
3
21-Okt-15
1,8
4
22-Okt-15
1,9
5
23-Okt-15
2,1
6
26-Okt-15
2,3
7
27-Okt-15
2,5
8
28-Okt-15
2,9
9
29-Okt-15
3,1
10
30-Okt-15
3,4
B. Banyak Daun
Tabel . Banyak Daun Tanaman Jagung pupuk buatan, kapur dan bahan organik
No
tanggal pengamatan
Jumlah daun
1
19-Okt-15
1
2
20-Okt-15
1
3
21-Okt-15
1
4
22-Okt-15
2
5
23-Okt-15
2
6
26-Okt-15
3
7
27-Okt-15
3
8
28-Okt-15
3
9
29-Okt-15
4
10
30-Okt-15
4
C. Lebar Daun
Hasil Pengamatan
Tabel . Lebar Daun Tanaman Jagung pupuk buatan, kapur dan bahan organik
no
tanggal pengamatan
hasil pengamatan (cm)
1
19-Okt-15
0,4
2
20-Okt-15
0,7
3
21-Okt-15
1,2
4
22-Okt-15
1,3
5
23-Okt-15
1,3
6
26-Okt-15
1,8
7
27-Okt-15
2,1
8
28-Okt-15
2,2
9
29-Okt-15
2,5
10
30-Okt-15
2,7
D. Panjang Daun
Tabel . Panjang Daun Tanaman Jagung pupuk buatan , kapur dan bahan organik
no
tanggal pengamatan
hasil pengamatan (cm)
1
19-Okt-15
3
2
20-Okt-15
3,5
3
21-Okt-15
3,7
4
22-Okt-15
4
5
23-Okt-15
4,8
6
26-Okt-15
8
7
27-Okt-15
12
8
28-Okt-15
12,8
9
29-Okt-15
13,6
10
30-Okt-15
15
4.2 Pembahasan
4.2.1 pH dan Al-dd
Manfaat dengan mengetahui pH tanah pada bidang pertanian adalah dengan mengetahui pH tanah akan menjadikan kegiatan pertanian lebih mudah karena telah mengetahui jenis maupun kandungan asam dan basa tanah, sehingga dapat menentukan komoditas apa yang cocok dibudidayakan pada tanah tersebut (Rappang, 2011).
Pada indikator H2O menggunakan sampel B dengan pH indikator 5,71 kriteria agak masam,dan sampel C dengan pH indikator 5,62 kriteria agak masam dan sampel E 5,54 kriteria masam,dan sampel B pH indikator 4,28 sangat masam. Dan pada indikator KCL menggunakan sampel C pH indikator 4,04 kriteria sangat masam dan sampel E pH indikator 4,09 kriteria sangat masam . Hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.
Terdapat perbedaan pada nilai pH tanah antar kelompok, dengan menggunakan indikator maupun pH meter hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan berbeda. Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai (Partana Fajar Crys, 2006).
Berdasarkan pengamatan contoh tanah kelompok kami dengan nilai pH tanah pada Indikator yaitu 4,0 dan menggunakan pH meter yaitu 4,16 dapat dimanfaatkan dibidang pertanian pada tanaman kelapa sawit dan cengkeh (Muchtardi dan Justiana Sandri, 2006)
Penetapan Al-dd dapat dilakukan melalui uji tanah. Tanah yang mengandung ion-ion (-) sehingga kation yang dapat dipertukarkan hanyalah kation yang menempel pada tanah diantaranya Ca+,Mg,K,Na, dll. Penetapan Al-dd jugan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N,HCl 0,1 N, dan 10 ml NaF. Tanah yang mengandung mineral liat smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk diolah menjadi lahan pertanian tanaman pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung mineral liat smektit umumnya terdapat pada order Vertisol dan order lain bersubgrup vertik. Tanah-tanah vertik mempunyai sifat irreversible terhadap pengeringan namun intensitasnya rendah (Nursyamsi,2008)
Sedangkan pada praktikum Al-dd, pengamatan Al-dd pada kelompok 1,2,3 adalah 4,104 /100g dan pengamatan kelompok 4,5 adalah 5,472 /100 g. Terdapat perbedaan pada nilai pH tanah antar kelompok, dengan menggunakan indikator maupun pH meter hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan berbeda. Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai (Partana Fajar Crys, 2006).
Pengeringan contoh tanah juga menurunkan nilai pH H2O, pH KCL, H-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, jumlah basa, dan KB, serta meningkatkan nilai Al-dd, K-dd, KTK tanah, dan C-organik. Pengaruh perlakuan sangat nyata terhadap perubahan nilai pH, H-dd, Al-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, jumlah basa, dan KB, tetapi tidak nyata terhadap nilai Na-dd, KTK tanah,dan organic. Sifat irreversible dicerminkan oleh sebagian besar sifat kimia kecuali pH, Al-dd, K-dd, C-organik, dan KTK tanah. Rata-rata nilai perubahan sifat tanah vertik yang disebabkan pengeringan contoh tanah umumnya kecil dari segi Ilmu Tanah, kecuali Mg dan Na.
Hasil klasifikasi tanah vertik menurut Sistem Taksonomi Tanah tidak dipengaruhi oleh pengeringan contoh. Namun pengeringan menurunkan kualitas data penciri klasifikasi. Dengan demikian kelembaban contoh tanah yang lebih tepat untuk persiapan analisis labolatorium adalah lembab lapang, kecuali untuk C-organik lebih baik kering udara. Contoh lembab tanah bersifat vertik dapat dipersiapkan dari contoh kering udara yang telah diayak sesuai kebutuhan dan selanjutnya dilembabkan dengan inkubasi kira-kira satu minggu.
4.2.3 N-total
Nitrogen memiliki beberapa peranan, yang diantaranya untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman serta pembentukan protein. Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan jika suatu tanaman kekurangan N, yaitu tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan daun terbatas, daun pucat dan gugur. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah kandungan N didalam tanah yang rendah sehingga berpengaruh dalam proses fotosintesis baik proses pertumbuhan dan perkembangannya. Sedangkan jika tanaman kelebihan N maka akan menimbulkan gejala-gejala yang memperlambat kematangan tanaman, batang menjadi lebih lunak dan mudah roboh, daya tahan tanaman terhadap penyakit menjadi lebih rentan (sutoro,2004).
Berdasarkan hasil dari perhitungan N total pada praktikum ini untuk sampel kelompok 1,2, H2SO4 terpakai adalah 0,7 0,8 dan 0,2 dan %N tanah 0,191 0,223 dan 0,031 dan kriteria rendah,sedang,sangat rendah dan rendah,sedangkan sampel kelompok 3,4 dan 5 H2SO4 yang terpakai 0,6 0,3 %N tanah 0,159 dan0,06 kriteria rendah dan sangat rendah .
Dari hasil yang didapatkan dari sampel kelompok 1 dan 2 yang di kategorikan kandungan nitrogen rendah, maka upaya yang mesti dilakukan sebelum melakukan penanaman pada tanah tersebut dengan cara penambahan pupuk (pupuk oganik), legum dan Rizobium Sp. Karena penambahan bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan kadar N didalam tanah. Nitrogen merupakan unsur yang berada didalam tanah yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan seperti pembentukan klorofil.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada sampel tanah ultisol memiliki nilai N-Total dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena rendahnya bahan organik yang terdapat pada sempel tanah ultisol, sedangkan bahan organic merupakan sumber bahan N yang paling utama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lopulisa (2004) yang menyatakan bahwa Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber bahan N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan organik mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur mikro. Pengikatan oleh mikrorganisme dan N udara.
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai N-Total yaitu bahan organic, apabila bahan organiknya tinggi maka nilai N-Total juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemas (2005) yang menyatakan bahwa apabila peningkatan kadar bahan organik terjadi maka N dalam tanah juga akan meningkat.
4.2.4 C-organik
Tanah yang mengandung banyak bahan oganik adalah tanah lapisan atas atau top oil . semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organic nya semakin berkurang, sehingga tana semakin kurus. Apabila dalam tanah tersebt kekurangan bahan organic maka bahan organic tersebut dapat digantikan dengan menggunakan pupuk organic hal ini guna untuk tetap menjaga unsure hara yang terkandung tetap ada.sealain mempengaruhi sifat fisis tanah bahan organic juga dapat mempengaruhi Ph tanah
Pada praktikum C-organik menggunakan standart 0,5,10,15,20 dan 25 dengan absorban 0 0,028 0,024 0,122 0,139 0,232.Bahan organic dalam tanah terdiri dari bahan organic kasar dan bahan organic halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organic halus berasal dari hancuran bahan organic kasar serta senyawa-senyawa baru terbentuk dari hancuran bahan organic tersebut melalui kegiaaan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang sangat resisten berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan unsure hara yang tinggi. Tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus memunyai beberapa gugus karboksil.
Kita lihat pada blangko yang bernomor 4 dan 5 terjadi perbedaan volume Titar fero sulfat sebanyak 1 ml, tapi hasil dari C-Organik dan Bahan Organiknya hampir mendekati kesamaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai factor, mulai dari tanah yang dijadikan sampel sampai dengan ketelitian dalam pencampuran bahan, melakukan titrasi dan penghitungannya. Kita ketahui bahwa tanah yang kita jadikan sampel adalah tanah yang berasal dari tempat yang sama dengan blangko yang lain dan dalam perhitungannyapun setiap kelompok telah melakukan perhitungan yang benar. Oleh karena itu, kesalahan yang terjadi disini dapat disebabkan karena adanya kesalahan dalam melakukan titrasi atau kurangnya ketelitian dalam melakukan titrasi.
Dari hasil yang didapat, diketahui hubungan antara C-Organik dan Bahan Organi berbanding lurus (semakin tinggi C-Orgaik semakin tinggi pula Bahan Organik yang terkandung di dalam tanah tersebut. Pada pengaruh Titar fero sulfat jika kita urutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbanyak volum yang terkandung dari setiap belangko dapat dilihat bahwa Titatar fero sulfat hubungannya berbandng lurus dengan C-Organik dan Bahan Organik, yaitu dari blangko bernomor 1, 5, 6, 3, dan 2. Tapi pada blangko no 4 terjadi kecendrungan dari blanko yang lain.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari praktikum secara keseluruhan ini maka dapat disimpulkan bahwa tanah ultisol merupakan tanah yang masam yang kurang unsur hara , oleh karena itu dilakukan pengapuran agar dapat menaikkan pH tanah. Serta penambahan bahan organik tithonia merupakan bahan yang baik dalam meningkatkan kesuburan tanah pada tanah ultisol ini. Untuk dosis jenis bahan organik yang baik dalam meningkatkan kesuburan tanah khususnya pada tanah ultisol ini adalah menggunakan bahan organik pada perlakuan yang ketiga.
5.2.Saran
Adapun saran yanag dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah dalam melakukan praktikum haruslah bersungguh- sungguh agar dapat memahami materi praktikum dengan baik, dan juga komunikasi dengan anggota kelompok haruslah tetap terjaga agar mudah dalam melakukan koordinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah M.2008.Studi Pemupukan Nitrogen , Fosfor , dan Kalium Pada Tanaman.Bogor.IPB.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.1988.Jagung.Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.
Darmawijaya, M Isa.2000.Klasifikasi Tanah,Dasar Teori Bagi Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia.UGM Press.Yogyakarta.
Gardner, F.P.1986.Dasar Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung.Lampung.
Hasibuan , B,E.2006.Pupuk dan Pemupukan.Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.Medan.
Kemas.2005.Dasar Dasar Kesuburan Tanah.Universitas Lampung.Lampung.
Koswara.2009.Teknologi Pengolahan Jagung.eBook Pangan.com.
Lopulisa.2004.Kesuburan Tanah.Jakarta .PT Grafindo Persada.
Rukmana, Rahmat.1998.Usaha Tani Jagung.Yoyakarta.Kanisius.
Suriadi A,Nazam M.2005.Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik.NTB. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Suryani,A.1996.Bahan Organik Tanah.UGM Press.Yogyakarta.
Sutejo M.2002.Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta : Rineka Cipta.
Suwerno.2003.Kesuburan Tanah.Bogor : IPB.
Warisno.2005.Budidaya Jagung Hibrida.Yogyakarta : Kanisius.
LAMPIRAN
Tabel Kriteria
A.Tabel kriteria pH
pH
Reaksi tanah
<4,0
Luar biasa masam
4,0 – 5,0
Sangat masam
5,0 - 6,0
Masam
6,0 – 7,0
Agak masam
7,0 – 8,0
Agak basa
8,0 – 9,0
Basa
9,0 – 10,0
Sangat basa
>10,0
Luar biasa basa
B.Tabel Kriteria Al-dd
Al-dd
Nilai
<15
Sangat rendah
15 -20
Rendah
21 – 30
Sedang
31 – 60
Tinggi
>60
Sangat tinggi
C.Tabel Kriteria C
C%
Nilai
<1,0
Sangat rendah
1,0 – 2,0
Rendah
2,1 – 3,0
Sedang
3,1 – 5,0
Tinggi
>5,0
Sangat tinggi
D.Tabel Kriteria N
N %
Nilai
<0,10
Sangat rendah
0,10 - 0,20
Rendah
0,21 – 0,30
Sedang
0,31 – 0,50
Tinggi
>0,50
Sangat tinggi