Academia.eduAcademia.edu

Laporan Praktikum Destilasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR DESTILASI Nama : Listi Nur Maitsa NRP : 143020008 Kelompok : A Meja : 04 (Empat) Asisten : Akbar Maulana LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013 DESTILASI Listi Nur Maitsa 143020008 Asisten : Akbar Maulana Tujuan Percobaan Untuk memisahkan suatu campuran sehingga mengngetahui zat murni campuran tersebut agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara melakukan proses destilasi, dan agar dapat memisahkan zat cair dari campurannya ataupun untuk memisahkan suatu larutan dari larutan lain. Prinsip Percobaan Berdasarkakn tekanan uap dari atas cairan pasa kesetimbangan (kecepatan penguapan = kecepatan pengembunan) bersifat khas, naik dengan kenaikan suhu. Metode Percobaan Pasang dan susun alat seperti gambar 10. Masukkan cairan dan pecahan porselin kedalam labu destilasi melalui corong biasa. Pasang termometer, jalankan air dan jalankan pembakar bunsen. Amati selama pengerjaan, destilat mulai tertampung pada waktu termometer menunjukan harga tetap attau konstan Waktu temperatur mulai naik, ganti penampung dengan yang lain dan penampungan dilanjutkan waktu temperatur mulai konstan untuk kedua kalinya dan seterusnya sampai temperatur naik. Untuk cairan yang mudah menguap hindarkan bahaya-bahaya yang mungki bisa terjadi. Gambar 1. Susunan Alat Destilasi Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: No Pengamatan Hasil 1 Nama Sampel Fermentasi Ekstraksi Murbey 2 Warna Sampel Ungu 3 Volume Asal 17 mL 4 Suhu Mendidih 97 ºC 5 Suhu Tetepan Pertama 97 ºC 6 Suhu Konstan 89 ºC 7 Volume Destilat 15 mL 8 Warna Destilat Bening (Sumber :Listi Nur Maitsa, Eva Eriska dan Asyah, Meja 4, Kelompok A, 2014) Berdasarkan percobaan pada fermentasi ekstraksi murbey, volume awal 17 ml, mendidih pada suhu 970C, pada suhu 970C mulai mengalami suhu tetapan pertama dan suhu konstan pada percobaan adalah 890C. Volume destilat yang dihasilkan itu sebanyak 15 ml dengan larutan berwarna bening. Pada percobaan ini seharusnya volume destilat yang dihasilkan harus sama dengan volume awal bahkan harus lebih banyak dari volume awal. Pada percobaan destilasi ini terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu kondisi tidak vakum, kurangnya kesadaran praktikan akan suhu yang digunakan (ketelitian), bentuk yang tidak rata mengakibatkan aliran uap destilat berkurang volumenya. Termometer yang rusak sehingga pengukuran suhu mengakibatkan kesalahan fatal. Jenis batu didih yang digunakan, apabila salah maka logam bias aja bercampur dengan larutan yang di destilasi. Penyimpanan kondensor yang miring mengakibatkan uap yang tertampung dalam gelas kimia sedikit karena menguap terkena udara sebelum berubah bentuk menjadi cairan, dan diperlukan kepahaman praktikan dalam metodedestilasi yang baik dan benar. Destilasi adalah pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dan campuran homogen. Pada percobaan destilasi jenis destilasi yang digunakan di laboratorium adalah destilasi biasa cara ini digunakan untuk memisahkan 2 macam zat atau lebih yang mempunyai perbedaan titik didik yang cukup besar. Mekanisme destilasi berdasarkan kepada perbedaan titik didih antara larutan pelarut dan zat terlarut. Syarat utama agar destilasi dapat dilakukan adalah fase cair dan fase uap. Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan destilasi tidak dapat dilakukan. Pada proses pemisahan secara destilasi fase uap akan segera terbentuk setelah jumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulag-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni. Fungsi dari komponen alat pada destilasi adalah labu ukur untuk mengukur volume larutan, kawat kassa sebagai alas labu ukur saat proses pembakaran, termometer untuk mengamati suhu dalam proses destilasi sehingga suhu dapat dikontrol dengan suhu yang diinginkan untuk memperoleh destilat murni, pipa penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor dan wadah penampung destilat sehingga cairan destilat yang mudah menguap akan tertampung dalam gelas kimia dan tidak akan menguap keluar selama proses destilasi berlangsung, kondensor atau pendingin untuk mendingkan uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair, bunsen sebagai alat pembakar, klem dan statif untuk penyangga dan penjepit kondensor, gelas kimia sebagai wadah penampung destilat yang diperoleh dari proses destialsi. Ada 6 jenis destilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, destilasi vakum, destilasi kering dan destilasi azeotropik. 1. Destilasi Sederhana Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol. 2. Destilasi Fraksionasi Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian destilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya 3. Destilasi Azeotrop Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan, akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan. Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult. 4. Destilasi Vakum Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini. 5. Destilasi Uap Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat. 6. Destilasi kering             Destilasi kering merupakan destilasi yang dilakukan dengan cara memanaskan material padat  untuk mendapatkan fase uap dan cairnya, biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara ( Fhya,2011). Kesimpulan Berdasarkan pada percobaan destilasi yang telah dilakukan praktikan telah mengetahui dalam pemisahan zat-zat dengan metode ini. Dan disertai dengan perbedaan titik didih antara larutan pelarut dan zat terlarut. Dan pada percobaan sampel larutan nutrisari dapat diuji dengan metode destilasi sehingga dapat diperoleh data dari sampel tersebut, seperti :volume awal 17 ml mendidih pada suhu 970C, pada suhu 970C mulai mengalami suhu tetapan pertama dan suhu konstan pada percobaan adalah 890C. Volume destilat yang dihasilkan yaitu sebanyak 15 ml dengan larutan berwarna bening. DAFTAR PUSAKA Brady, E. James. 1999, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binapura Aksara : Jakarta. Day, R.A, ir.dan Underwood A.L ,1989, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta. http://kimia.googlecode.com/files/destilasi.docx(Diakses pada tanggal 30 November 2013) http://migasnetOInovi715.blogspot.com/2009/06/menara-destilasi.html?m=1 (Diakses pada tanggal 30 November 2013