Bab Ii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus Penyakit Jantung Bawaan


1. Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan atau penyakit jantung kongenital merupakan
abnormalitas dari struktur dan fungsi sirkulasi jantung pada semasa
kelahiran.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan
anatomi jantung yang sudah terdapat sejak dalam kandungan
(Susilaningrum, 2013)
Susilaningrum, dkk (2013) mengatakan bahwa PJB digolongkan menjadi
dua, yaitu :
a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
PJB asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai
dengan warna kebiruan pada mukosa tubuh. PJB asianotik dibagi
menjadi 5 diantaranya :
1. Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celah
antara ventrikel kiri dan kanan. Pirau kiri ke kanan disebabkan oleh
pengaliran darah dari ventrikel kiri yang bertekanan tinggi ke
ventrikel kanan yang bertekanan rendah, karena tekanan ventrikel
kiri meningkat sekitar 5 kali lebih tinggi daripada tekanan ventrikel
kanan, maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui celah
tersebut dan akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri
melalui katup aorta kedalam aorta akan berkurang dan jumlah
darah ke ventrikel kanan akan bertambah (Aspiani, 2015).
2. Atrial Septal Defect (ASD) disebabkan adanya defect atau celah
antara atrium kiri dan kanan, sehingga terjadi pengaliran darah dari
atrium kiri yang bertekanan tinggi ke dalam atrium yang
bertekanan rendah.

11
12

3. Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya defect atau celah pada


ductus arteriosus yang seharusnya telah menutup pada usia 3 hari
setelah lahir. Kegagalan menutupnya duktus arterious pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan
rendah (Aspiani,2015).
4. Stenosis Aorta (SA), yaitu adanya penyempitan pada katup aorta
yang dapat diakibatkan oleh penebalan katup.
5. Stenosis Pulmonal (SP),yaitu adanya penyempitan pada katup
pulmonal.Adanya defect atau celah dapat menyebabkan adanya
pirau (kebocoran) darah dari jantung sebelah kiri ke kanan, karena
jantung sebelah kiri mempunyai tekanan yang lebih besar.
Besarnya pirau bergantung pada besarnya celah atau defect.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. Sianosis adalah warna kebiruan
yang timbul pada kulit karena Hb tak jenuh dalam darah adalah
rendah dan sering sukar untuk ditentukan kuantitasnya secara klinis.
Warna sianotik pada mukosa tubuh tersebut hendaknya dibedakan
dengan warna kepucatan pada tubuh anak yang mungkin disebabkan
karena beberapa faktor, seperti pigmentasi dan sumber cahaya.
PJB sianotik terdapat beberapa macam diantaranya :
1) Tetralogi Of Fallot (ToF) yaitu kelainan jantung yang timbul sejak
bayi dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD,
stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta.
2) Transposisi Aorta Besar (TAB) atau Transposition of the Great
Arteries (TGA), yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan
letak aorta dan arteri pulmonalis, sehingga aorta keluar dari
ventrikel kanan dan arteri keluar ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis dari ventrikel kiri. Penyakit jantung bawaan pada anak
terutama sianotik, jika tidak ditangani secara benar dapat
13

mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar


seperti gagal jantung dan serangan sianosis (sianotic spell).

2. Etiologi
Penyebab PJB tidak diketahui secara pasti namun diduga karena adanya
faktor pranatal dan faktor genetik diantara lain mungkin terkenanya infeksi
campak jerman (rubella) selama kehamilan, usia ibu yang lebih dari 40
tahun ketika hamil, penyakit diabetes selama kehamilan sedangkan faktor
genetik disebabkan karena adanya multifaktor seperti mempunyai abrasi
kromosom,memiliki keluarga yang menderita penyakit jantung kongenital,
dan anak yang dilahirkan dengan anomali kongenital lain selain jantung.

Kelainan jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh


gangguan sistem kardiovaskuler pada embrio yang di duga karena adanya
faktor endogen dan eksogen. Pada saat masa kehamilan 2 bulan pertama
ibu mengalami penyakit rubella atau terkena virus lainnya, ibu
mengkonsumsi obat-obatan tertentu,dan terkena sinar radiasi yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung bawaan (Ngastyah,2012).

3. Patofisiologi
a. Ventrikel Septal Defek ( VSD )
Adanya lubang pada septum interventrikuler memungkinkan terjadinya
aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan,sehingga aliran darah yang
ke paru bertambah. Persentasi klinis tergantung besarnya aliran pirau
melewati lubang VSD serta besarnya tahanan pembuluh darah.
Beberapa tipe VSD dapat menutup secara spontan,terjadi hipertensi
pulmonal, hipertrofi infundibulum, atau prolaps katup aorta yang dapat
disertai regurgitas.
14

Ukuran defek secara anatomis menjadi penentu utama besarnya pirau


kiri ke kanan. Pirau ini juga ditentukan oleh perbandingan derajat
resistensi vaskular dan sistemik. Ketika defek kecil terjadi (<0,5
cm^2), defek tersebut dikatakan restriktif. Pada defek nonrestriktif (>
1.0 cm2 ), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Pada defek
jenis ini arah pirau dan besarnya ditentukan oleh rasio resistensi
pulmona dan sistemik. Setelah kelahiran (dengan VSD), resistensi
pulmonal tetap lebih tinggi melebihi normal dan ukuran pirau kiri ke
kanan terbatas. Setelah resistensi pulmonal turun pada minggu-minggu
pertama kelahiran, maka terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan.
Ketika terjadi pirau yang besar maka gejala dapat terlihat dengan jelas.
Pada kebanyakan kasus, resistensi pulmonal sedikit meningkat dan
penyebab utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal
yang besar. Pada sebagian pasien dengan VSD besar, arterior pulmonal
menebal. Hal ini dapat menyebabkan penyakit vaskular paru
obstruktif. Ketika rasio resistensi pulmonal dan sistemik adalah 1:1,
maka pirau menjadi bidireksional (dua arah), tanda-tanda gagal
jantung menghilang dan pasien menjadi sianotik. Namun hal ini sudah
jarang terlihat karena adanya perkembangan intervensi secara bedah.

Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan berdasarkan rasio aliran


darah pulmonal dan sistemik. Jika pirau kiri ke kanan relatif kecil,
maka ruang-ruang jantung tidak membesar dan aliran darah paru
normal. Namun jika pirau besar maka terjadi overlood volume atrium
dan ventrikel kiri, peningkatan EDV dan peningkatan tekanan vena
pulmonal akibat aliran darah dari kiri masuk ke kanan dan ke paru dan
kembali lagi ke kiri. Peningkatan tekanan di bagian melekanan juga
menyebabkan hipertofi ventrikel kanan, peningkatan aliran pulmonal
dan hipertensi dari arteri pulmonal. Trunkus pulmonalis, atrium kiri
dan ventrikel kiri membesar karena aliran pulmonal yang juga besar.
Selain itu, karena darah yang keluar dari ventrikel kiri harus terbagi ke
15

ventrikel kanan, maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun


berkurang (Kasron, 2012).

b. Atrium Septal Defek (ASD)


Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium
mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium kanan ventrikel
kanan dan sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat dihitung dari curah
jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada
stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan
dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vaskular pulmonal.
Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi
pulmonal berat.

Darah aternal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena adanya perbedaan
tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada
atrium kiri 6 mmHg dan pada atrium kanan 5 mmHg). Adanya aliran
darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka
volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah
yang melalui aorta. Dengan bertambahnya volume aliran darah pada
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat-alat
tersebut naik, dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup
arteri pulmonalis naik, sehingga terjadinya perbedaan tekanan sekitar
15-25 mmHg. Adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising
sistolik. Juga pada valvula triskuspidalis ada perbedaan tekanan,
sehingga disini juga terjadi stenosis relative katup trikuspidalis
sehingga terdengar bising diastolik.Karena adanya penambahan beban
yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan
terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan akibatnya akan
16

terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen (Kasron,


2012).

c. Paten Ductus Arteriosus (PDA)


PDA adalah tetap terbukanya ductus arteriosus setelah lahir,yang
menyebabkan mengalirnya darah secara langsung dari aorta ( tekanan
lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmonal ( tekanan lebih rendah ). Aliran
dari kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi oksigen yang
jumlahnya semakin banyak dan megalir kedalam paru,serta
menambahkan beban jantung sebelah kiri,adanya usaha tambahan
kerja dari ventrikel kiri ini menyebabkan menambahnya beban jantung
sebelah kiri. Usaha ini menyebabkan pelbaran dan hipertensi atrium
kiri yang progresif. Efek dari jantung kumulatif mengakibatkan
peningkatan pada vena dan kapiler pulmonal,dan menyebabkan
terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi
oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru yang progresif.
Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika
keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah.

Sebagian PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran


duktal dari kanan ke kiri dapat terjadi jika berkaitan dengan penyakit
paru, lesi obstriktif janrung kiri, dan koarktasio aorta. Penutupan PDA
terutama bergantung pada respon konstriktor dari duktus terhadap
tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi
penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular
pulmonal dan sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur
atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan
kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi karena mekanisme
kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dari pirau kiri ke kanan
itu cenderung lebih besar (Kasron, 2012).
17

d. Tetra of Falot (ToF)


Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke- 18
usia kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung
yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-
4 usia kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana
terjadi proses pembentukan dan penyekatan ruang- ruang jantung serta
pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5
sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan
tetapi, proses pembentukan dan perkembangan jantung dapat
terganggu jika selama masa kehamilan terdapat faktor-faktor resiko.

Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta yang


abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis,
serta terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan
lahir dengan kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek
septum ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibuler atau
valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul, bergantung pada
derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus stenosis pulmonal hanya
infundibuler, pada 10% - 24% kasus kombinasi infundibuler dan
valvular, dan 10% kasus haya stenosis valvular. Selebihnya adalah
stenosis pulmonal perifer.

Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang


normal, overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke
arah anterior mengarah ke septum. Derajat overriding ini bersama
dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis menentukan
besarnya pirau kanan ke kiri. Karena pada TOF terdapat empat macam
kelainan yang bersamaan, maka:
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrkel kanan melalui
lubang pada septum interventrikuller dan sebagian lagi berasal dari
18

ventrikel kiri,sehingga terjadi percampuran darah yang suda


teroksigenasi dan belum terogsigeasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir
dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui
lubang septum ventikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke
aorta, akan tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi
dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan
ke ventrikel kiri.
4. Karena jantung bangian kanan harus memompa sejumlah besar
darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan
tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-
ototnya akan mengalami pembesaran.

Pengambilan darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan


ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrkel kanan
menguncup, dan manghadapi stenosis pulmonalis, maka darah
akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke
dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak
teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis.

Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infudibulum berat,


menangis lama, peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien
dengan TOF mengalami hipoksia spell yang ditandai dengan:
sianosis, mengalami kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat
lelah dan pucat, kadang pasienmenjadi kejang bahkan pingsan.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani
segera, misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan
spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada (Kasron, 2012).
19

Kelainan Struktur Jantung


4. WOC

Asianotik Sianotik

5.
VSD
ASD PDA

Darah dari ventrikel


Volume ventrikel kiri Volume atrium kiri Tekanan atrium kiri Darah dari aorta
kiri ke ventrikel kanan
> atrium kanan ke arteri pulmonalis

Darah kaya oksigen dan


Volume ventrikel
nutrisi ke seluruh tubuh Darah atrium kiri ke Arteri Pulmonalis
kanan
atrium kanan

Kebocoran aorta
Hipertrofi ventrikel kanan Hipoksia jaringan
Volume atrium kanan

Sulit melakukan Beban volume darah


Darah di paru
aktifitas MK : Overload bertambah pada ventrikel
Intoleransi kanan dan arteri
Beban kerja
aktifitas
Lemah, letih, lesu

Kerusakan pembuluh darah


Atrium kanan tidak dapat
Kemampuan MK : Gangguan
mengimbangi beban kerja
intelegensi, berat tumbuh kembang Eksudasi cairan
badan, tinggi badan
Pembesaran atrium kanan
Edema pulmonal

Gejala gagal jantung


murmur,edema,hepatomegali MK :
MK : Penurunan Poltekkes Kemenkes Padan g Gangguan pertukaran gas
curah jantung
20

TOF Sianotik
Gambar 2.1

1 Ventrikel Septum Defect 2 Stenosis Pulmonal

Tekanan ventrikel kiri Tekanan sistolik Darah dari kanan Darah masuk ke
Darah kaya O2 dan CO2 bercampur
ke ventrikelkanan ventrikel ki=kanan kembali ke kiri ventrikel kiri

Beban kerja

ventrikel kanan Darah kaya CO2 masuk ke Aliran darah Ventrikel darah di
4 Overriding
seluruh tubuh dan darah ke aorta ventrikel kiri MK : Resiko

Merangsang mekanisme jantung kaya O2 ketidakefektifan

untuk menyesuaikan terhadap perfusi jaringan


Resiko abses
beban kerja yang meningkat O2 di otak Hipertrofi jaringan otak serebral
Hipoksia serebri
O2 ke perifer Hipoksemia

3 Hipertrofi ventrikel kanan Sesak MK : Pola nafas tidak efektif


Sianosis

Jumlah volume darah dan Bayi cepat lelah saat beraktifitas MK : Intoleransi aktifitas
kemampuan memompa darah Clubbing finger : menyusu, berjalan, dll.

Curah MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


MK : Ketidakefektifan Nafsu menyusu berkurang
MK :Penurunan jantung kebutuhan tubuh
perfusi jaringan
curah jantung
Asupan nutrisi Daya imun Demam,pilek,lemah,lesu MK : Resiko infeksi
Gagal jantung

Berat badan,tinggi Orang tua cemas MK : Defisiensi pengetahuan


MK : Gangguan pertumbuhan
badan,kemampuan Poltekkes Kemenkes Padang
& perkembangan
intelegensi Sumber : Hidayat (2012), Kasron (2016)
21

5. Respon Tubuh
a. Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal kiri
atas sejak lahir, dapat mengakibat terjadinya stenosis pulmonal atau
aorta dengan gejala edema, sianosis, sesak nafas saat melakukan
aktifitas (Hidayat,2012).
b. Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel
(VSD) dan overriding aorta maka darah yang beredar keseluruh tubuh
dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat sianosis
dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres. Keadaan tersebut
menyebabkan anak menderita anoksia. Serangan hipersianotik selama
masa bayi, dikenal dengan “Tet spells” yaitu terjadi peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan, dispnea awitan mendadak.VSD
dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan,
karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga
pertukaran oksigen /tidak adekuat. Gejala infeksi yang biasanya timbul
ialah demam, batuk dan napas pendek-pendek, bayi sukar jika diberi
minum (Kasron, 2016).
c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis
berat menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan
kejang, stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di otak
maka akan menimbulkan keluhan neurologis berat sampai pada
terjadinya abses otak (Hidayat, 2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) terjadi
apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah timbulnya embolus
atau tombus. Terjadinya polisetimia berat dan terdapat hipoksia maka
anak akan mengalami anemia (Hidayat, 2012).
22

e. Sistem Intagumen
Bibir, lidah, dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang terjadi
sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus menerus
selama 6 bulan akan terjadi jari-jari tabuh/ clubbing finger (Aspiani,
2015).

f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan penurunan
toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam makan/minum.
Selain itu, anak juga mengalami kelainan ortopedri berupa skoliosis.
Anak yang sudah dapat berjalan sering tiba-tiba jongkok (squatting),
hal tersebut merupakan usaha tubuh untuk mengatasi kekurangan
darah yang mengalir ke otak yaitu berkurangnya alir balik vena-vena
ekstremitas bawah yang saturasinya sangat rendah dan meningkatnya
resistensi sistemik yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta
bertambahnya aliran darah ke otak (Ngastyah, 2012).

6. Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala
yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan,
sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas
berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk
awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan.
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuh- an timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB
sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis.
Gangguan pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung
kronis pada pasien PJB.
23

b. Sianosis.
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.
Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar
mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu
dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak
yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung- ujung
jari.
c. Toleransi latihan.
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan
jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan
berkurang. Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua
dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien
cepat lelah, napas menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang
biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi dapat
ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia hanya mampu minum dalam
jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan
berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu
seperti pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
d. Infeksi saluran napas berulang.
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli
jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek.
Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelum- nya sudah diobati
sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
e. Bising jantung.
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam
menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda
ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentu-
24

kan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung


pada pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung
bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan jantung, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.

7. Penatalaksanaan
Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan
penyakit jantung bawaan dapat diselamatkan dan mempunyai nilai harapan
hidup yang lebih panjang. Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan
meliputi tata laksana non-bedah dan tata laksana bedah. Tata laksana non-
bedah meliputi tata laksana medikamentosa dan kardiologi intervensi. Tata
laksana medikamentosa umumnya bersifat sekunder sebagai akibat
komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan
lain yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medika- mentosa untuk
menghilangkan gejala dan tanda di samping untuk mempersiapkan
operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan tergantung pada jenis
penyakit yang dihadapi.Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung
merupakan tiga penyulit yang sering ditemukan pada neonatus atau anak
dengan kelainan jantung bawaan. Perburukan keadaan umum pada dua
penyulit pertama ada hubungannya dengan progresivitas penutupan duktus
arterious, dalam hal ini terdapat ketergantungan pada tetap terbukanya
duktus. Keadaan ini termasuk ke dalam golongan penyakit jantung bawaan
kritis. Tetap terbukanya duktus ini diperlukan untuk :
1. Percampuran darah pulmonal dan sistemik, misalnya pada transposisi
arteri besar dengan septum ventrikel utuh
2. Penyediaan darah ke aliran pulmonal, misalnya pada tetralogi Fallot
berat, stenosis pulmonal berat, atresia pulmonal, dan atresia trikuspid
3. Penyediaan darah untuk aliran sistemik, misalnya pada stenosis aorta
berat, koarktasio aorta berat, interupsi arkus aorta dan sindrom
hipoplasia jantung kiri. Perlu diketahui bahwa penanganan terhadap
penyulit ini hanya bersifat sementara dan merupakan upaya
untuk„menstabilkan keadaan pasien, menunggu tindakan operatif yang
25

dapat berupa paliatif atau koreksi total terhadap kelainan struktural


jantung yang mendasarinya.
Jika menghadapi neonatus atau anak dengan hipoksia berat, tindakan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Mempertahankan suhu lingkungan yang netral misalnya pasien
ditempatkan dalam inkubator pada neonatus, untuk mengurangi
kebutuhan oksigen
2. Kadar hemoglobin dipertahankan dalam jumlah yang cukup, pada
neonatus dipertahankan di atas 15 g/dl
3. Memberikan cairan parenteral dan mengatasi gangguan asam basa
4. Memberikan oksigen menurunkan resistensi paru sehingga dapat
menambah aliran darah ke paru
5. Pemberian prostaglandin E1 supaya duktus arteriosus tetap terbuka
dengan dosis permulaan 0,1μg/kg/menit dan bila sudah terjadi
perbaikan maka dosis dapat diturunkan menjadi 0,05 μg/kg/menit.
Obat ini akan bekerja dalam waktu 10-30 menit sejak pemberian
dan efek terapi ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg dan
perbaikan pH. Pada PJB dengan sirkulasi pulmonal tergantung
duktus arteriosus, duktus arteriosus yang terbuka lebar dapat
memperbaiki sirkulasi paru sehingga sianosis akan berkurang. Pada
PJB dengan sirkulasi sistemik yang tergantung duktus arteriosus,
duktus arteriosus yang terbuka akan menjamin sirkulasi sistemik
lebih baik. Pada transposisi arteri besar, meskipun bukan
merupakan lesi yang bergantung duktus arteriosus, duktus
arteriosus yang terbuka akan memperbaiki percampuran
darah.Pada pasien yang mengalami syok kardiogenik harus segera
diberikan pengobatan yang agresif dan pemantauan invasif.
Oksigen harus segera diberikan dengan memakai sungkup atau
kanula hidung. Bila ventilasi kurang adekuat harus dilakukan
intubasi endotrakeal dan bila perlu dibantu dengan ventilasi
mekanis. Prostaglandin E1 0,1 μg/kg/menit dapat diberikan untuk
26

melebarkan kembali dan menjaga duktus arteriosus tetap terbuka.


Obat-obatan lain seperti inotropik, vasodilator dan furosemid
diberikan dengan dosis dan cara yang sama dengan tata laksana
gagal jantung.

Pada pasien PJB dengan gagal jantung, tata laksana yang ideal
adalah memperbaiki kelainan struktural jantung yang
mendasarinya. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk
memperbaiki perubahan hemodinamik, dan harus dipandang
sebagai terapi sementara sebelum tindakan definitif dilaksanakan.
Pengobatan gagal jantung meliputi :
1. Penatalaksanaan umum yaitu istirahat, posisi setengah duduk,
pemberian oksigen, pemberian cairan dan elektrolit serta
koreksi terhadap gangguan asam basa dan gangguan elektrolit
yang ada. Bila pasien menunjukkan gagal napas, perlu
dilakukan ventilasi mekanis.
2. Pengobatan medika-mentosa dengan menggunakan obat-
obatan.
Obat- obat yang digunakan pada gagal jantung antara lain :
a. Obat inotropik seperti digoksin atau obat inotropik lain
seperti dobutamin atau dopamin. Digoksin untuk neonatus
misalnya, dipakai dosis 30 μg/kg. Dosis pertama diberikan
setengah dosis digitalisasi, yang kedua diberikan 8 jam
kemudian sebesar seperempat dosis sedangkan dosis ketiga
diberikan 8 jam berikutnya sebesar seperempat dosis. Dosis
rumat diberikan setelah 8-12 jam pemberian dosis terakhir
dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat
inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1 μg/kg/menit
diberikan bila terdapat bradikardia, sedangkan bila terdapat
takikardia diberikan dobutamin 5-10 μg/ kg/menit atau
dopamin bila laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis
27

2-5 μg/kg/menit. Digoksin tidak boleh diberikan pada


pasien dengan perfusi sistemik yang buruk dan jika ada
penurunan fungsi ginjal, karena akan memperbesar
kemungkinan intoksikasi digitalis.
b. Vasodilator, yang biasa dipakai adalah kaptopril dengan
dosis 0,1-0,5 mg/kg/hari terbagi 2-3 kali per oral.
c. Diuretik, yang sering digunakan adalah furosemid dengan
dosis 1-2 mg/kg/ hari per oral atau intravena.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Penyakit Jantung Bawaan


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus PJB meliputi :
a. Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan utama
1. Riwayat kesehatan sekarang
Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak, lemas,
ujung jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti
saatmenetek atau menyusu, anak tiba-tiba jongkok saat berjalan
dan tidak aktifselama bermain.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup
riwayatkesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan
sianotik,faktor genetik, riwayat keluarga yang mempunyai
penyakitjantung bawaan dan riwayat tumbuh kembang anak
yangterganggu, adanya riwayat gerakan jongkok bila anak
telahberjalan beberapa menit.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan
penyakitrubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki
28

riwayat penyakit lupus eritematosus sistemik sehingga dapat


menimbulkan blokade jantung total pada bayinya dan adanya
riwayat penyakit kencing manis pada ibu hamil dapat
menyebabkan tejadinya kardiomiopati pada bayi yang
dikandungnya. Adanya riwayat obat-obatan maupun jamu
tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol selama hamil dan riwayat keluarga dengan sindrom down
(Hidayat, 2012).

4. Riwayat pertumbuhan
Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh dan berkembang
secara normal. Beberapa kasus yang spesifik seperti VSD, ASD,
dan ToF pertumbuhan fisik anak terganggu terutama berat
badannya karena keletihan selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Anak
kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran
nafas. Bagi perkembangannya, anak yang sering mengalami
gangguan adalah aspek motoriknya. Hal ini disebabkan oleh
adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat
jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup (Hidayat, 2012).
5. Riwayat aktivitas
Anak-anak yang menderita PJB terutama ToF sering tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila melakukan
aktivitas yang membutuhkan banyak energi seperti berlari,
bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa,
menangis maka anak dapat mengalami serangan sianosis.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala-leher
Umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
29

2. Mata
Anak mengalami konjungtiva anemis, sklera ikterik.
3. Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,namun
anak akan mengalami nafas pendek dan nafas cupping hidung.
4. Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama padabibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi pada
anak khususnya yang mengalami ToF karena perkembangan
emailnya buruk (Ngastiyah, 2012).
5. Thorax
Biasanya pada anak dengan ToF,
 Inspeksi: tampak adanya retraksi dinding dada akibat
pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
 Palpasi: mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada
 Perkusi: mungkinterdengar suara redup karena peningkatan
volume darah parudan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi
basah ataukrekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi ke gagalan jantung.
 Auskultasi: akan terdengar suara nafas mendengkur yang
lemah bahkan takipneu.
6. Jantung
 Inspeksi: mungkin dada masih terlihat simetris sehingga tidak
tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan tonjolan
atau pembengkakan pada dada sebelahkiri karena pembesaran
ventrikel kanan.
 Palpasi: didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri
darigaris midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8.
30

 Perkusi: teraba pulsasi pada ventrikel kanan akibatpeningkatan


desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6.
 Auskultasi: terdengar bunyi jantungtambahan (machinery mur-
mur) pada batas kiri sternumtengah sampai bawah, biasanya
bunyi jantung I normal sedangkan bunyi jantung II terdengar
tunggal dan keras.
7. Abdomen
 Inspeksi: tampak membesar dan membuncit,pada auskultasi
biasanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya pembesaran
hepar.
 Perkusi: adanya suara reduppada daerah hepar dan saat di
palpasi biasanya ada nyeritekan.
8. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan oksigen, kulit akan tampak
pucat dan adanya keringat berlebihan.
9. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan
jumlah eritrosit dan hematokrit (polisitemiavera) yang sesuai
dengan saturasi dan stenosis, sedangkan hemoglobin dan trombosit
mengalami penurunan. Oksimetri dan analisis gas darah arteri
mencerminkan aliran darah pulmonal, didapatkan adanya
peningkatan tekanan sedangkan dan pH mengalami penurunan.
Oksimetri berguna pada pasien kulit hitam atau pasienanemia yang
tingkat sianotiknya tidak jelas. Sianosis tidakakan tampak kecuali
bila hemoglobin tereduksi mencapai 5mg/dL. Penurunan resistensi
31

vaskular sistemik selama aktivitas, mandi, maupun demam akan


mencetuskan pirau kanan ke kiri dan menyebabkan hipoksemia.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat ditemukan deviasiaksis ke
kanan (+120° -+150°), hipertrofi ventrikel kananatau kedua
ventrikel, maupun hipertrofi atrium kanan.Kekuatan ventrikel
kanan yang menonjol terlihat dengangelombang R besar di sadapan
prekordial anterior dangelombang S besar disadapan prekordial
lateralis.
3. Pemeriksaan foto rontgen thorax dan USG
Pemeriksaan foto rontgen thorax dapat ditemukan gambaran
jantung berbentuk sepatu (boot-shaped heart/couer-en-sabot),
sedangkan USG dilakukan untuk menentukan besar jantung dan
penurunan vaskularisasi paru karena berkurangnya aliran darah
yang menuju ke paru akibat penyempitan katup pulmonal paru
(stenosis pulmonal).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan SDKI (2017), diagnosis keperawatan
yang mungkin muncul :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas,
perubahan preload, perubahan afterload.
b. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas,
penurunan energi, dan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi,
penurunan konsentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri dan/atau
vena.
32

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makan,


ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis.
f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik dan defisiensi stimulus.
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksiegen.
h. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan fibrilasi
atrium, stenosis atrium.
i. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder.
j. Defisit pengetahuan tentang penyakit pada anak pada orang tua
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Penurunan Curah Jantung (Hal:34, Setelah dilakukan Perawatan jantung
SDKI) asuhan keperawatan (Hal: 317)
Definisi: Ketidakadekuatan jantung selama.....penurunan Observasi:
memompa darah untuk memenuhi curah jantung klien 1. Identifikasi tanda/
kebutuhan metabolisme tubuh. teratasi dengan kriteria gejala primer
Gejala mayor : hasil : penurunan curah
a.Subjektif 1. Curah Jantung: jantung (meliputi
1. Lelah a. Kekuatan nadi perifer dispnea, kelelahan,
2. Dipsnea meningkat edema, ortopnea,
3. Batuk 2. Palpitasi menurun paroxysmalnocturnal
4. Ortopnea 3. Bradikardi menuurun dypsnea, peningkatan
4. Takikardi menuurn CVP)
b.Objektif 5. Gambaran aritmia 2. Identifikasi tanda/
1. Bradikardi/takikardi menurun gejala sekunder
2. Gambaran EKG aritmia atau 6.Lelah menurun penurunan curah
gangguan konduksi 7. Edema menurun jantung (meliputi
3. Edema 8. Distensi vena peningkatan BB,
4. Distensi vena jugularis jugularis menurun hepatomegali,distensi
5. CVP meningkat atau menurun 9. Dispnea menurun vena jugularis,
6. Hepatomegali 10. Pucat atau sianosis palpitasi, rongkhi
33

7. TD menurun atau meningkat menurun basah,oliguria, batuk,


8. Nadi perifer teraba lemah 11. Ortopnea menurun kulit pucat)
9. CRT >3 detik 3. Monitor tekanan darah
10. Oliguri 4. Monitor intake dan
11. Warna kulit pucat atau sianosis output cairan
12. Terdengar suara jantung S3 dan 5. Monitor saturasi
atau S4 oksigen
13. Ejection Fraction (EF) menurun 6. Monitor keluhan nyeri
dada
Gejala minor : 7. Monitor EKG
a.Subjektif 12 sadapan
1. Cemas 8. Monitor aritmia
2. Gelisah 9. Monitor nilai labor
jantung
10. Monitor alat pacu
b.Objektif jantung
1. Murmur jantung 11. Periksa TD dan
2. BB bertambah Frekuensi nadi
3. Pulmonary artery wedge sebelum dan sesudah
pressure (PAWP) aktivitas
4. Pulmonary vascular resistance 12. Periksa TD dan
(PVR) Frekuensi nadi
5. Cardiac index (CI) menurun sebelum pemberian
obat

Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi-
Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai
3. Gunakan stoking
elastisatau pneumatik
intermiten,sesuai indikasi
4. Berikan
terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
5. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
6. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
>94%
7. Berikan obat antiaritmia
(mis. Diamox, captopril,
34

spironalakton, KCL,
furosermid, meropenem)

Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

1.Pemantauan respirasi
2. Ganguan pertukaran gas Setelah dilakukan (Hal: 247)
(Hal: 22, SDKI) asuhan keperawatan Observasi:
Definisi: kelebihan atau kekurangan selama ... gangguan a.Monitor frekuensi ,
oksigenasi dan/ atau eliminasi pertukaran gas pasien irama, kedalaman, dan
karbondioksida pada membran teratasi dengan kriteria upaya napas
alveolus kapiler hasil: b.Monitor pola napas
Gejala mayor: 1. Pertukaran gas c.Monitor adanya
a.Subjektif: a. Dipsnea menurun sumbatan jalan napas
1.Dipsnea b. Bunyi napas d.Auskultasi bunyi napas
tambahan menurun e. Monitor saturasi oksigen
b.Objektif: c.pCO2 membaik f. Monitor nilai AGD
1.PCO2 d.PO2 membaik g. Monitor hasil x-ray
meingkat/ menurun e.Takikardi membaik toraks
2.PO2menurun f.Ph arteri membaik
3.Takikardi g.sianosis membaik Terapeutik:
4.pH arteri meningkat/ menurun a. Atur interval pemantauan
5.Bunyi napas tambahan respirasi sesuai
kondisi pasien
Gejala minor: b.Dokumntasikan hasil
a.Subjektif: pemantauan,jika perlu
1.Pusing
2.Penglihatan kabur Edukasi :
b.objektif a. Jelaskan tujuan dan
1.Sianosis prosedur pemantauan
2.Diaforesis b.Informasikan hasil
3.Gelisah pemantauan, jika perlu
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal 2.Terapi oksigen
6. Warna kulit abnormal (Hal: 430)
35

7.Kesadaran menurun Observasi:


a. Monitor kecepatan aliran
oksigen
b. Monitor posisi alat terapi
oksigen
c. Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
d.Monitor tanda- tanda
hipoventilasi
e. monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
f. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik:
a.Pertahankan kepatenan
jalan napas
b. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
c. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu

Edukasi:
a. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah

Kolaborasi:
a.Kolaborasi penentuan
pemberian oksigen
b. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur

1.Manajemen jalan napas


36

(Hal: 186)
3. Pola nafas tidak efektif Setelahdilakukan Observasi:
(Hal:26, SDKI) asuhan keperawatan a.Monitor pola napas
Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang selama ... pasien (frekuensi,
tidak memberikan ventilasi adekuat. menunjukan keefektifan kedalaman,usaha napas)
Gejala mayor: pola nafas dengan b.Monitor bunyi napas
a.Subjektif: kriteria hasil : tambahan (mis. Wheezing,
1.Dipsnea 1. Pola napas: ronkhi kering)
a.Dipsnea menurun
b.Objektif: b.Penggunaan otot Teraupeutik:
1. Penggunaan otot bantu pernapasan bantu napas menurun a.Posisikan semi- fowler
2. Fase ekspirasi memanjang c.Pemanjangan fase atau fowler
3. Pola napas abnormal ekspirasi menurun b.Berikan minuman hangat
d.Frekuensi napas
Gejala minor : membaik c.Berikanoksigen jika
a. Subjektif: e.Kedalamannapas perlu
1. Ortopnea membaik
b.Objektif: Edukasi:
1. Pernapasan cuping hidung a. Anjurkan asupan cairan
2. Diameter thoraks anterior- posterior sesuai usia dan bb
meningkat anak/hari, jika tidak kontra
3. Ventilasi semenit menurun indikasi
4.Kapasitas vital menurun b. Ajarkan teknik batuk
5.Tekanan efektif
ekspirasi menurun
6.Tekanan
inspirasi menurun Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,jika perlu.

2. Pemantauan Respirasi
( Hal : 247 )
Observasi :
a.Monitor
frekuensi,kedalaman,dan
upaya napas
b.Monitor pola napas
c.Monitor adanya
sumbatan jalan napas
d.Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil
x-ray toraks
37

Terapeutik :
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b.Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

1. Perawatan sirkulasi
(Hal: 345)
Obsevasi:
a. Periksa sirkulasi perifer
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan (mis. Nadi perifer, edema,
( Hal: 37, SDKI ) asuhan keperawatan pengisisan kapiler, warna,
Defenisi : penurunan sirkulasi darah selama perfusi suhu)
pada level kapiler yang dapat jaringan perifer kembali b. Identifikasi faktor
mengganggu metabolisme tubuh efektif dengan kriteria risiko gangguan sirkulasi
Gejala mayor: - hasil : (mis. Diabetes,
a. Subjektif : - 1. Perfusi perifer: hipertensi,dan kadar
a.Denyut nadi perifer kolesterol tinggi)
b. Objektif: meningkat c.Monitor
1. Pengisisna kapiler >3 detik b.Warna kulit pucat panas,kemerahan,nyeri,
2. Nadi perifer menurun atau tidak menurun atau bengkak pada
teraba c.Pengisisan kapiler ekstremitas
3. Akral teraba dingin membaik Terapeutik :
4. Warna kulit pucat d.Akral membaik a.Hindari
5. Turgor kulit menurun e.Tugorkulit membaik pemasangan infus atau
Gejala minor: pengambilan darah di area
a.Subjektif: keterbatasan perfusi
1.Parastesia b.Hindari
2.Nyeri ekstremitas pengukuran tekanna darah
pada ekstremitas dengan
b.Objektif: keterbatasan perfusi
1. Edema c.Hindari
2. Penyembuhan luka lambat pemasangan dan
3. Indeks ankle-brachial <0,90 penekanan torniquet pada
Bruit femoral area yang cedera
d.Lakukan
pencegahan infeksi
e.Lakukan perawatan kaki
38

dan kuku
f.Lakukan hidrasi

Edukasi :
a.Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi

1.Manajemen nutrisi (Hal:


200)
Observasi:
a.Identifikasi status
nutrisi b.Identifikasi
5. Defisit Nutrisi ( Hal: 56,SDKI ) Setelahdilakukan alergi dan intoleransi
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup asuhan keperawatan makanan c.Identifikasi
untuk memenuhi kebutuhan selama ... defisit nutrisi makanan yang disukai
metabolisme teratasi dengan kriteria d.Identifikasi kebutuhan
Gejala mayor: hasil: kalori dan jenis nutrisi
a. Subjekif: - 1.Status Nutrisi e.Identifikasi perlunya
a.Porsi makan yang penggunaan selang
b. Objektif: dihabiskan meningkat nasograstrik
1. BB menurun minimal 10% dibawah b.Serum albumin f. Monitor asupan makanan
rentang ideal meningkat g. Monitor berat badan
Gejala minor: c.Berat badan membaik h. Monitor hasil
a.Subjektif: d.Indeks massa tubuh laboratorium (albumin,
1.Cepat kenyang setelah makan ( IMT ) membaik limfosit, dan elektrolit
2.Kram/nyeri abdomen serum)
3.Nafsu makan menurun Terapeutik:
a. Fasilitasi menentukan
b.Objektif: pedoman diet
1. Bising usus hiperaktif b. Sajikan makanan secara
2. Otot pengunyah lemah menarik dan suhu yang
3. Otot menelan lemah sesuai
4. Membran mukosa pucat c. Berikan makanantinggi
5.Sariawan serat untuk mencegah
6.Serum albumin turun konstipasi
7.Rambut rontok berlebihan d. Berikan makanan
8.Diare tinggi kalori dan tinggi
protein e.Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasograsrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi:
a. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
39

b.Ajarkan diet yang


diprogram

Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.Pereda nyeri
antiemetik) , jika perlu
b.Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

1.Perawatan
perkembangan
(Hal: 338)
Observasi:
a.Identifikasi pencapaian
6. Gangguan Tumbuh Kembang Setelahdilakukan tugas perkembangan anak
(Hal: 232,SDKI) asuhan keperawatan b.Identifikasi isyarat
Definisi : kondisi individu mengalami selama ... tumbuh perilaku dan fisiologis
gangguan kemampuan bertumbuh dan kembang pasien tidak yang ditunjukan bayi
berkembang sesuai dengan kelompok terganggu dengan Terapeutik:
usia Gejala mayor: - kriteria hasil : a.Pertahankan sentuhan
1.Status seminimal mungkin pada
perkembangan : bayi prematur
b.Objektif: a.Keterampilan/ b.Minimalkan nyeri
1. Tidak mampu melakukan perilaku sesuai usia c.Pertahankan lingkungan
keterampilan atau perilaku khas sesuai meningkat yang mendukung
usia b.Kemampuan perkembangan optimal
2. Pertumbuhan melakukan perawatan d.Motivasi anak
terganggu Gejala minor: diri meningkat berinteraksi dengan orang
a. Subjektif: - 2.Status pertumbuhan: lain
a.Berat badan sesuai e.Dukung anak
b. Objektif: usia meningkat mengekspresikan diri
1. Tidak mampu melakukan perawatan b.Panjang/ tinggi badan melalui penghargaan
diri sesuai usia sesuai dengan usia. positif atau umpan balik
2. Afek datar atas usahanya
3. Respon sosial lambat f.Pertahankan kenyamanan
4. Kontak mata terbatas anak
5. Nafsu makan menurun g.Fasilitasi anak melatih
6. Lesu keterampilan
7. Mudah marah pemenuhan kebutuhan
40

8. Regresi secara mandiri


9. Pola tidur terganggu

Edukasi:
a.Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
b.Ajarkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
c. Ajarkan keterampilan
berinteraksi dengan
anaknya
d.Ajarkan anak teknik
asertif

Kolaborasi:
a. Rujuk untuk konseling
bila perlu

Manajemen energi
(Hal: 176)
Observasi:
a. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
7. Intoleransi aktivitas (Hal: 128, SDKI) Setelahdilakukan mengakibatkan kelelahan
Definisi: ketidakcukupan energi untuk asuhan keperawatan b. Monitor kelelahan fisik
melakukan aktifitas sehari-hari. selama ... diharapkan dan emosional
Gejala mayor: klien mampu c. Monitor pola dan jam
a.Subjektif: melakukan aktivitasnya tidur
1.Mengeluh lelah dengan baik dengan d. Monitor lokasi dan
kriteria hasil: ketidak nyamanan selama
b.Objektif: 1.Toleransi aktivitas: melakukan aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat a.Frekuensi nadi
>20% dari kondisi istirahat meningkat Terapeutik :
Gejala minor: b. Keluhan lelah 1.Sediakan lingkungan
a. Subjekif: menurun nyaman dan rendah
1. Dipsnea saat/ setelah aktivitas c. Dipsnea saat / setelah stimulus
2. Merasa tidak nyaman beraktivitas menurun (mis.Cahaya,suara,kunjun
3. Merasa lemah gan)
b. Lakukan latihan rentang
b. Objektif: gerak pasif atau aktif
1.Tekanan darah berubah >20% dari c. Berikan aktivitas
41

kondisi istirahat distraksi yang


2. Gambaran EKG menunjukan aritmia menenangkan
saat/setelah beraktivitas d. Fasilitasi duduk di sisi
3. Gambaran EKG menunjukan tempat tidur, jika tidak
iskemia dapat berpindah atau
4. Sianosis berjalan

Edukasi:
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d.Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
a.Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2. Terapi Aktivitas
(Hal: 415)
Observasi :
a. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna
aktivitas rutin
f. Monitor respon
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik:
42

a. Fasilitasi fokus pada


kemampuan, bukan defisit
yang dialami
b. Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
c. Fasilitasi aktivitas
fisik rutin
d. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk merelaksasi
otot
e. Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi
dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
f. Libatkan keluarga
dalam aktivitas , jika perlu

Edukasi:
a.Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari,jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
d. Ajarkan keluarga untuk
memberikan pengutan
positif atau partisispasi
dalam aktivitas

Kolaborasi:
a.Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas jika sesuai

1. Manajemen peningkatan
tekanan intrakranial
43

(Hal: 205)
Observasi:
a. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK
8. Risiko perfusi cerebral tidak efektif Setelah dilakukan (mis.Lesi, gangguan
(Hal: 51, SDKI) asuhan keperawatan metabolisme, edema
Definisi: berisiko mengalami selama ... diharapkan serebral)
penurunan sirkulasi darah ke otak. perfusi serebral efektif b. Monitor tanda/ gejala
dengan kriteria hasil : peningkatan TIK (mis.
1. Perfusi serebral: Tekanan darah meningkat,
a. Tingkat kesadaran tekanan nadi melebar,
meningkat bradikardi,pola napas
b. Tekanan intra kranial irreguler, kesadaran
menurun menurun)
c. Sakitkepala menurun c. Monitor
d. Gelisah menurun CVP (Central Venous
e. Nilairata-rata tekanan Pressure), jika perlu
darah membaik e.Monitor
f. Kesadaran membaik gelombang ICP (Intra
Canial Pressure)
e. Monitor status
pernapasan
f. Monitor intake dan
output cairan
g. Monitor cairan serebro
spinalis (mis.Warna,
konsistensi)

Terapeutik:
a. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
b. Berikan posisi semi
fowler

c. Hindari manuver
Valsava
d. Cegah terjadinya kejang
e. Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
f. Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
g. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian
44

sedasi dan anti konvulsan,


jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
diuetik osmosis, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

2. Pemantauan tekanan
intrakranial (Hal: 249)
Observasi:
a. Identifikasi penyebab
peningkatanTIK (mis.Lesi
menempati ruang,
gangguan metabolisme,
edema serebral,
peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi
intrakranial idiopatik)
b.Monitor
peningkatan TD
c. Monitor pelebaran
tekanan nadi (selisih TDS
dan TDD)
d. Monitor penurunan
frekuensi jantung
e. Monitor penuruna
tingkat kesadaran
f. Monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang
yang di indikasikan
g. Monitor tekanan perfusi
cerebral
h. Monitor jumlah,
kecepatan,dan
karakteristik drainase
cairan serebrospinal

Terapeutik:
a.Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
b. Kalibrasi transduser
c. Pertahankan sterilitas
sistem pemantauan
d. Pertahankan posisi
45

kepala dan leher netral


e. Bilassistem pemantauan,
jika perlu
f. Atur interval
pemantauan sesuai kondisi
pasien
g. Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

Pencegahan infeksi (Hal:


278)
Observasi:
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik:
a. Batasi jumlah
9. Risiko Infeksi (Hal: 304,SDKI) Setelah dilakukan pengunjung
Definisi : berisiko mengalami asuhan keperawatan b. Berikan perawatan kulit
peningkatan terserang organisme selama ... klien tidak pada area edema
patogenik berisiko infeksi dengan c. Cuci tangan sebelum
kriteria hasil : dansesudah kontak dengan
Tingkat infeksi: pasien dan lingkungan
a. Kebersihan tangan pasien
meningkat d. Pertahankan teknik
b. Kebersihan badan aseptik pada pasien
meningkat berisiko tinggi
c. Nafsu makan
meningkat Edukasi :
d. Demam menurun a. Jelaskan tanda dan
e. Kemerahan menurun gejala infeksi
f. Nyeri menurun b. Ajarkan cara cuci
g. Bengkak menurun tangan dengan benar
h. Kadar sel darah putih c. Ajarkan etika batuk
membaik d. Ajarkancara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
e. Anjurkan meningkatkan
46

asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu

1. Edukasi Kesehatan
(Hal: 65)
Observasi:
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi

Terapeutik:
10. Defisit pengetahuan (Hal: 246, SDKI) Setelah dilakukan a.Sediakan materi dan
Definisi: ketiadaan ataukurangnya tindakan keperawatan media pendidikan
informasi kognitif yang berkaitan diharapkan orang tua kesehatan
dengan topik tertentu. paham dengan proses b.Jadwalkan pendidikan
Gejala mayor: penyakit yang terjadi, kesehatan sesuai
a. Subjektif: dengan kriteria hasil: kesepakatan
1. Menanyakan masalah yang dihadapi 1. Tingkat Pengetahuan c.Berikan kesempatan
b. Objektif: a. Kemampuan untuk bertanya
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai menjelaskan
anjuran pengetahuan tentang Edukasi:
2. Menunjukkan persepsi yang keliru penyakit meningkat a.Jelaskan faktor risiko
terhadap masalah b. Pertanyaan tentang yang dapat mempengaruhi
masalah yang kesehatan
Gejala minor: dihadapi menurun
a. Subjektif : - c. Perilaku sesuai
anjuran meningkat
b. Objektif: d. Perilaku sesuai
1. Menjalani pemeriksaan yang tepat dengan pengetahuan
2. Menunjukkan perilaku berlebihan meningkat
(mis.Apatis,bermusuhan,kecemasan,ag
itasi,histeria)
47

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
munculjika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif, dan selalu
didokumentasikan menurut urutan waktu.

5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum
teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu
proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien
untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, atau apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Selain itu digunakan untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi juga digunakan
untuk memeriksa semua proses Keperawatan.
48

BAB III
PEMBAHASAAN

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Nomor MR : 870116 Diagnosa Medis : Post Op PDA+DORV+VSD


Jaminan Rawat : BPJS Tanggal masuk RS : 04 Sep/17.00 WIB
Ruang Rawat : PICU Tanggal Pengkajian: 04 Sep 2023/19.00 WIB

1) PENGKAJIAN ANAMNESA

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian/Jam : 12 Februari 2024 Ruang/RS: Edelweis PICU


A. BIODATA
1. Biodata Pasien
Nama : An. A
Umur : 1 Tahun
Alamat : Kota Manna
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
2. Biodata Penanggung Jawab/Orang Tua
Nama : Tn.H
Umur : 38 Tahun
Alamat : Perum Pd Kapuk Town House no 28 Rt 1 Manna
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
An.A Sesak napas

2) Riwat Kesehatan Sekarang


49

Saat ini An.A diagnosis PDA post Op + DORV+ VSD terpasang ventilator dengan oksigen 23%

3) Riwayat Kesehatan Lalu


Saat berumur 4 bulan An.A dibawa oleh orang tua ke klinik dikarenakan An.A sesak napas hebat
dan batuk kurang lebih 1 minggu disertai sedikit darah pada secret.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada

C. RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN


1. Pre Natal
a. G4 P3 A1
b. Pemeriksaan Antenatal : Teratur
c. Komplikasi Antenatal : Iya Jantung
2. Natal & Post Natal
a. Jenis Persalinan : Normal
b. BB Lahir : 2,7 Kg, panjang 49 cm
c. Lama Persalinan : 3 jam
d. Waktu Air Ketuban : Jernih
e. Nilai APGAR : Tidak dapat dikaji
f. Umur Kehamilan : 36 minggu
g. Kelainan Saat Dilahirkan : tidak ada

D. ALERGI/ REAKSI
 Tidak ada alergi
 Alergi obat, sebutkan : Tidak ada Reaksi : tidak ada
 Alergi makanan, sebutkan : Tidak ada Reaksi : Tidak ada
 Alergi Lainnya, sebutkan : Tidak ada Reaksi : tidak ada
 Tidak diketahui
E. RIWAYAT IMUNISASI
NO Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi Setelah
Pemberian Pemberian
1. HB-0 √
2. BCG √
50

3. Polio I,II,III,IV √
4. DPT-HB-Hib(I,II,II) √
5. IPV
6. Campak

F. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1. Motorik Kasar
An. A dapat duduk, An A dapat miring kiri dan kanan
2. Motorik Halus
An.A dapat mengambil benda kecildengan ibu jari dan telunjuk
An.A dapat menjulurkan lidah bermain
3. Bahasa
An.A belum bisa berbicara
4. Sosialisasi
An.A dapat bermain dengan orang lain dan keluarga nya

G. RIWAYAT KEBIASAAN SEHARI-HARI


Keterangan Di Rumah Di Rumah Sakit
Nutrisi Saat dirumah An.A An.A hanya diberikan
mengkonsumsi ASI dan susu formula per 3 jam
MPASI sekali diberikan
Eliminasi (BAB,BAK) An.A BAB kurang lebih BAB banyak BAK
4x/hari menggunakan kurang lebih 600-800 Ml
pampers menggunakan pampers
BAK kurang lebih
8x/hari dengan
menggunakan pampers
Personal Hygiene An.A mandi 2 kali/hari An. A dilap 2 X/hari
dan menggosok gigi bayi menggunakan air hangat
2 X/hari, mengganti dan menggosok gigi
pakaian 4 X/hari 1X/hari, mengganti
pakaian 5x/hari
Activity Daily Living Dibantu oleh orang Dibantu oleh orang
tuanya tuanya
(ADL)
Istirahat dan Tidur An.A tidur dengan waktu An.A tidur siang kurang
yang cukup siang hari lebih 1-2 jam/hari tidur
kurang lebih 3 jam tidur malam kurang lebih 5-6
malam kurang lebih 5 jam
jam
51

H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL


a. Psikologi
Anak sudah mulai aktiftetapi aktivitas tetap dibatasi untuk mengurangi sesak napas pada an.A
b. Sosial Ekonomi
Kedua orang tua An.A cuti dari pekerjaan nya
c. Spiritual
An.A masih berusia 1 tahun dan belum melakukan kegiatan spiritual sholat dan lain-lain

I. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. Keadaan Umum : Pasien tampak lemah
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis
3. Ekspresi : meringis
4. Penampilan : Pasien tampak lemah, tampak kebiruan dan pucat
5. BB saat masuk Rumah Sakit : 5,2 kg sekarang 10kg
6. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah :- Pulse : 110x/mnt
Frekuensi Pernapasan : 28x/mnt Temperatur : 36,7 C
7. Antropometri (<5 tahun) : LK LD LILA
8. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala
1) Inspeksi
 Rambut
 Jumlah : Merata diseluruh kulit kepala
 Distribusi : Merata
 Tekstur : Halus
 Kebersihan : Bersih
2) Palpasi
 Kulit Kepala
 Lesi : Tidak terdapat lesi pada kulit kepala
 Tulang Tengkorak
 Kontur : Rata tidak terdapat ada benjolan/lesi
 Ukuran : Normal & simetris
52

 Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan


 Ubun-ubun : Ubun-ubun mulai bergerak
b. Wajah
Inspeksi
 Kesimetrisan : wajah simetris kanan dan kiri
 Ekspresi : kadang meringis kadang-kadang tersenyum
c. Kulit
Inspeksi
 Warna : Kebiruan (adanya sianosis di bagian ekstrimitas atas dan bawah )
 Lesi : terdapat lesi post Op jantung
d. Mata
1) Inspeksi
 Kelopak Mata : tidak ada edema dan lesi
 Konjungtiva : Anemis
 Sclera : An-Ikterik
 Kedudukan Bola Mata : Simetris kanan dan kiri
 Pergerakan Bola Mata : dapat bergerak keseluruh arah
 Reaksi Pupil :+
 Alis Mata : Simetris
 Ketajaman Pengelihatan : Tidak dapat dikaji
e. Telinga
1) Inspeksi
 Struktur Luar : simetris
 Bagian Dalam : Bersih tidak ada lesi
 Tes Pendengaran :
- Weber : tidak dapat dikaji
- Rinne : tidak dpaat dikaji
f. Hidung
1) Inspeksi
 Struktur Luar : Normal
 Apakah Pasien bernapas dengan Cuping Hidung : Tidak ada
 Sinus : normal
 struktur Dalam
53

-Warna : Tidak dapat dikaji


- Konka : tidak ada pembekakan
- Septum : Terdapat septum, tidak ada lesi
g. Mulut
1) Inspeksi
 Bibir : Normal, warna pink
 Gigi : Sudah ada beberapa gigi
 Gusi : Gusi merah muda tidak ada lesi
 Paring
- Warna : tidak dapat dikaji
- Eksudat : tidak dapat dikaji
 Lidah
- Warna : Merah muda
- Lesi : Tidak ada lesi
- Gerakan : bergerak seluruh arah
 Tes Pengecapan : rangsangan pengecapan kuat
h. Leher
1) Inspeksi
 Kesimetrisan : Normal dan simetris
2) Palpasi
 KGB : tidak terdapa pembekakan
 Tiroid : Tidak ada pembekakan
 Deviasi Trakea : ada
 Vena Jugularis : Normal, tidak ada pembekakan
i. Dada
1) Inspeksi
 Bentuk : normal, simetris
 Ukuran : Normal, chest
 Retraksi Inspiratory : Ada
 Rate : 28x/mnt
 Irama : Dispnea
 Kedalaman : Dangkal
2) Palpasi
54

 Fraktur Iga : Tidak ada


 Hematum : Tidak ada
 Ekspansi Thorak : Tidak ada
 Jantung : Ada lemah jantung
3) Perkusi :
4) Auskultasi : Mur-mur
j. Abdomen
1) Inspeksi
 Warna : merah muda
 Kontur : lembut dan tipis
 Simetris : Simetris
2) Auskultasi
 Bising Usus : 13x/mnt
3) Perkusi
 Batas hepar : 3,0 cm
 Lambung : normal
 Limpa : Normal
 Kandung kemih : Normal
4) Palpasi
 Setiap Kuadran : Tidak dapat dikaji
 Kandung Empedu : Tidak dapat dikaji
 Hepar : Tidak dapat dikaji
 Limpa : Tidak dapat dikaji
 Ginjal : Tidak dapat dikaji
 Kandung Kemih : Tidak dapat dikaji
k. Ekstremitas
1) Inspeksi
 Gaya Berjalan : Belum bisa berjalan
 Cara berdiri : Belum bisa
 Penegangan Kaki : Bisa Menendang kaki
l. Kulit
1) Inspeksi
 Warna : Putih ( Sianosis)
55

 Ketebalan : Tipis
 Bentuk : ada bintik-bintik merah
 Tesktur : Lembut dan halus
 Sudut antara kuku & dasar kuku : Simetris
2) Palpasi
 Kelembapan : Basah
 Suhu kulit : 36,2 C
 Turgor : kurang lebih 3 detik
 Pitting Edema : Ada

1. KEBUTUHAN EDUKASI
Terdapat Hambatan dalam Pembelajaran
 Obat-obatan
 Diet dan Nutrisi
 Rehabilitas
2. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 21 Februari 2024
JENIS
NO HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematokrit 28 40-54 %
Hemoglobin 9,3 12,0-15,0 g/dL
Trombosit 16.000 150000-450000 /ul
Leukosi 10.900 4.000-10.000 /ul
35-39
56

2. Radiologi (dll)
Hasil ECHO GRAPHY 31 Mei 2024
- Post PA Banding & legasi PDA pada DORV, VSD Inlet Meluas ke outlet PDA
- Fungsi Ventrikel kiri & kanan Baik
- all PV to LA
- ASD (+) 7mm, R-L Shunt
- Efusi Pericard (-)
- Efusi Pleura (-)
3. PENATALAKSANAAN
NAMA OBAT DOSIS
1. Furosemid 3 x 10 mg
2. N. Acetil 3 X 15 mg
3. Spironolacton 2 X 6,25 mg
4. Fulic Acid 1 X 1 Mg
5. Ramipil 1 x 1,5 mg
6. Aprilis syrup 1x1 ml
7. Paracetamol 1 cc
8. Nebu Ventolin
9. Dret susu
10. Topicare body
lotion
57

ANALISA DATA

No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Masalah


1. 2/7/24 DS: Irama Jantung Penurunan Curah
09.20 WIB  Pasien lemah/lelah Jantung
 Ibu pasien
mengatakan An. A
batuk dan ada dahak
DO:
 An. A mengalami
Takikardi
 An.A tampak
Sianosis dibagian
ekstremitas atas
 CRT lebh dari 3
detik
 edema pada lengan
atas dan kanan
2. 2/7/24 DS: Adanya jalan napas
Bersihan jalan Napas
09.30 WIB - Ibu pasien mengatakan buatan Tidak efektif
An. A batuk berisi
dahak dan sesak napas
DO:
- Pasien tampak batuk
berdahak
- pasien tampak kesulitan
mengeluarkan sekret
3. 2/7/24 DS: Ketidakseimbangan Gangguan pertukaran
09.30 WIB - Ibu An. A mengatakan ventilasi -perfusi gas
sesak napas
58

DO:
- PCO2 menurun
- Bunyi napas gurgling
- tampak gelisah
- kulit pucat
- irama napas cepat
59

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Penurunan Curah Setelah dilakukan intervensi SIKI : Perawatan Jantung 1. Mengetahui masalah yang
Jantung B.d keperawatan selama 3x24 Observasi : terjadi pada jantung
Perubahan Preload jam, diharapkan pasien 7. Identifikasi tanda/gejala 2. Mengetahui kelainan pada
SLKI : Curah Jantung sekunder penurunan curah jantung
Ekspetasi : Meningkat jantung 3. Mencegah hipertensi pulmonal
Dengan Kriteria Hasil : 8. Identifikasi tanda/gejala dan sistemik
1. Takikardia menurun primer penurunan curah 4. Mencegag kelebihan cairan
2. Lelah menurun jantung 5. Mencukupi kebutuhan oksigen
3. Edema menurun 9. Monitor tekanan darah pada tubuh
4. Dispnea menurun 10. Monitor intake dan output 6. Mencegah serangan jantung
5. TD membaik cairan 7. Mencegah kematian
6. CRT membaik 11. Monitor saturasi oksigen 8. Memberikan posisi nyaman
12. Monitor keluhan nyeri dada 9. Mencukupi kebutuhan nutrisi
13. Monitor aritmia 10. Memberikan kenyamanan
Terapeutik : 11. Membantu mencukupi
14. Posisikan semi fowler atau kebutuhan oksigen
fowler
15. Berikan diet jantung
16. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
17. Berikan oksigen

2. Bersihan Jalan Setelah diberika tindakan SIKI: Manajemen Jalan Nafas 1. Memantau pola nafas dalam
Nafas Tidak Observasi : rentang normal
keperawatan selama 3x24
Efektif 1. Monitor pola nafas 2. Mengetahui kelainan pada
jam diharapkan pasien 2. Monitor bunyi nafas bunyi nafas
3. Monitor sputum 3. Membebaskan jalan nafas
mampu menunjukan
Terapeutik : 4. Mencegah tersumbatnya jalan
SLKI : Bersihan Jalan 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
60

Nafas nafas 5. Membantu pengembangan paru


5. Posisikan semi fowler atau dan mengurangi sesak nafas
Ekspetasi : Meningkat
fowler 6. Membantu mengencerkan
Kriteria hasil : 6. Berikan minuman hangat dahak
7. Lakukan fisioterapi dada 7. Membantu mengencerkan
1. Batuk efektif meningkat
8. Lakukan penghisapkan lendir dahak
2. Produksi sputum kurang dari 15 detik 8. Mencecah apnea
9. Berikan oksigen, jika perlu 9. Membantu mencukupi
menurun
Eduka : kebutuhan oksigen
3. Mengi menurun 10. Ajarkan teknik batuk efektif
10. Membantu mengeluarkan
4. Dipsnea menurun
dahak
5. Frekuensi nafas
membaik
Pola nafas membaik
3.
61

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan

2/7/2024 Penurunan Curah 1. Memonitor saturasi 1. Saturasi An. A 98


Jantung B.d oksigen %
Perubahan Irama 2. Memonitor berat 2. berat badan An.A
badan setiap hari 10 kg
pada waktu yang 3. Intake cairan
sama An.A 170/jam 500
3. memonitor intake kumulatif
dan output cairan 4. An. telah di
4. memposisikan an. a posisikan fowler
dengan fowler oleh orang tua nya
5. Ajarkan keluarga 5. keluarga An. A
untuk mengukur BB mengerti untuk
harian mengunjungi BB
Hariian
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas
O:
-tampak lemah
Tampak banyak secret
A:
Kelelahan,dyspnea
P:
Perawatan jantung
dilanjutkan

Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

3/7/2024 Penurunan Curah 1. Memonitor saturasi 1. Saturasi An. A 98 %


Jantung B.d oksigen 2. berat badan An.A 10
Perubahan Irama 2. Memonitor berat kg
badan setiap hari pada 3. Intake cairan An.A
waktu yang sama 170/jam 500
3. memonitor intake dan kumulatif
62

output cairan 4. An. telah di


4. memposisikan an. a posisikan fowler oleh
dengan fowler orang tua nya
5. Ajarkan keluarga 5. keluarga An. A
untuk mengukur BB mengerti untuk
harian mengunjungi BB
Hariian
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas
O:
-tampak lemah
Tampak banyak secret
A:
Kelelahan,dyspnea
P:
Perawatan jantung
dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI KEDUA

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI KETIGA

Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

4/7/2024 Penurunan Curah 1. Memonitor saturasi 1. Saturasi An. A 98 %


Jantung B.d oksigen 2. berat badan An.A 10
Perubahan Irama 2. Memonitor berat kg
badan setiap hari pada 3. Intake cairan An.A
waktu yang sama 170/jam 500
3. memonitor intake dan kumulatif
output cairan 4. An. telah di
4. memposisikan an. a posisikan fowler oleh
dengan fowler orang tua nya
5. Ajarkan keluarga 5. keluarga An. A
untuk mengukur BB mengerti untuk
harian mengunjungi BB
63

Hariian
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas
O:
-tampak lemah
Tampak banyak secret
A:
Kelelahan,dyspnea pada
level sedang
P:
Perawatan jantung
dihentikan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI PERTAMA

Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

2/7/2024 Bersihan Jalan 1. Memonitor bunyi 1. terdapat bunyi napas


Napas tidak napas tambahan yaitu ronki
efektif b.d adanya 2. memonitor sputum 2. sputum banyak dan
jalan napas 3. memposisikan semi berwarna hijau
buatan fowler 3. An.A telah di
4. melakukan fisioterapi psosikan semi fowler
5. melakukan nebu 4. Telah dilakukan
selama 10 menit fisioterapi
6. memonitor pola napas 5. telah dilakukan
suction
6. pola napas dispnea

S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
64

- RR 27x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
Manajemen jalan napas
dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI KEDUA

Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

2/7/2024 Bersihan Jalan 7. Memonitor bunyi 7. terdapat bunyi napas


Napas tidak napas tambahan yaitu ronki
efektif b.d adanya 8. memonitor sputum 8. sputum banyak dan
jalan napas 9. memposisikan semi berwarna hijau
buatan fowler 9. An.A telah di
10. melakukan fisioterapi psosikan semi fowler
11. melakukan nebu 10. Telah dilakukan
selama 10 menit fisioterapi
12. memonitor pola napas 11. telah dilakukan
suction
12. pola napas dispnea

S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
- RR 28x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
65

Manajemen jalan napas


dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI KETIGA


Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

4/7/2024 Bersihan Jalan 1. Memonitor bunyi 1. terdapat bunyi napas


Napas tidak napas tambahan yaitu ronki
efektif b.d adanya 2. memonitor sputum 2. sputum banyak dan
jalan napas 3. memposisikan semi berwarna hijau
buatan fowler 3. An.A telah di
4. melakukan fisioterapi psosikan semi fowler
5. melakukan nebu 4. Telah dilakukan
selama 10 menit fisioterapi
6. memonitor pola napas 5. telah dilakukan
suction
6. pola napas dispnea

S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
- RR 26x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
Manajemen jalan napas
dihentikan
66

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI KE 1


Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

2/7/202 Gangguan 1. Bersihkan secret pada 1. telah dilakukan


4 Pertukaran Gas bd mulut, hidung, trakea suction pada jalan
ketidakseimbangan 2. memberikan oksigen napas buatan pada
ventilasi- perfusi tambahan trakea
3. Pemberian obat 2. tidak diberikan
melalui ventilator oksigen tambahan
4. Pertahankan kepatenan karena SPO2 98 %
jalan napas 3. Pemberian ventolin
5. Kolaborasikan untuk mempermudah
penggunaan oksigen pencairan secret
saat aktivitas dan tidur 4. posisikan An.A
dengan pasien
dengan posisi fowler
5. pemberian oksigen
tambahan akan
diberikan saat spo2
kurang dari 95%
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak sianosis pada
ekstremitas kaki dan
tangan
- tampak takikardi
HR 135 x/mnt
- RR 28x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas
cepat
A:
Dispnea, frekuensi napas,
sianosis
P:
Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
dilanjutkan
67

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI 2


Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

3/7/202 Gangguan 1. Bersihkan secret pada 1. telah dilakukan


4 Pertukaran Gas bd mulut, hidung, trakea suction pada jalan
ketidakseimbangan 2. memberikan oksigen napas buatan pada
ventilasi- perfusi tambahan trakea
3. Pemberian obat 2. tidak diberikan
melalui ventilator oksigen tambahan
4. Pertahankan kepatenan karena SPO2 98 %
jalan napas 3. Pemberian ventolin
5. Kolaborasikan untuk mempermudah
penggunaan oksigen pencairan secret
saat aktivitas dan tidur 4. posisikan An.A
dengan pasien
dengan posisi fowler
5. pemberian oksigen
tambahan akan
diberikan saat spo2
kurang dari 95%
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak sianosis pada
ekstremitas kaki dan
tangan
- tampak takikardi
68

HR 135 x/mnt
- RR 28x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas
cepat
A:
Dispnea, frekuensi napas,
sianosis
P:
Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN HARI 3


Tgl/jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

2/7/2024 Gangguan 1. Bersihkan secret pada 1. telah dilakukan


Pertukaran Gas bd mulut, hidung, trakea suction pada jalan
ketidakseimbangan 2. memberikan oksigen napas buatan pada
ventilasi- perfusi tambahan trakea
3. Pemberian obat 2. tidak diberikan
melalui ventilator oksigen tambahan
4. Pertahankan karena SPO2 98 %
kepatenan jalan napas 3. Pemberian ventolin
5. Kolaborasikan untuk
penggunaan oksigen mempermudah
saat aktivitas dan tidur pencairan secret
4. posisikan An.A
dengan pasien
dengan posisi fowler
5. pemberian oksigen
tambahan akan
diberikan saat spo2
kurang dari 95%
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak sianosis pada
ekstremitas kaki dan
tangan
- tampak takikardi
HR 135 x/mnt
- RR 28x mnt
69

- Tampak ada retraksi


dinding dada
- tampak pola napas
cepat
A:
Dispnea, frekuensi
napas, sianosis
P:
Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai