Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
2. Etiologi
Penyebab PJB tidak diketahui secara pasti namun diduga karena adanya
faktor pranatal dan faktor genetik diantara lain mungkin terkenanya infeksi
campak jerman (rubella) selama kehamilan, usia ibu yang lebih dari 40
tahun ketika hamil, penyakit diabetes selama kehamilan sedangkan faktor
genetik disebabkan karena adanya multifaktor seperti mempunyai abrasi
kromosom,memiliki keluarga yang menderita penyakit jantung kongenital,
dan anak yang dilahirkan dengan anomali kongenital lain selain jantung.
3. Patofisiologi
a. Ventrikel Septal Defek ( VSD )
Adanya lubang pada septum interventrikuler memungkinkan terjadinya
aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan,sehingga aliran darah yang
ke paru bertambah. Persentasi klinis tergantung besarnya aliran pirau
melewati lubang VSD serta besarnya tahanan pembuluh darah.
Beberapa tipe VSD dapat menutup secara spontan,terjadi hipertensi
pulmonal, hipertrofi infundibulum, atau prolaps katup aorta yang dapat
disertai regurgitas.
14
Darah aternal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena adanya perbedaan
tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada
atrium kiri 6 mmHg dan pada atrium kanan 5 mmHg). Adanya aliran
darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka
volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah
yang melalui aorta. Dengan bertambahnya volume aliran darah pada
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat-alat
tersebut naik, dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup
arteri pulmonalis naik, sehingga terjadinya perbedaan tekanan sekitar
15-25 mmHg. Adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising
sistolik. Juga pada valvula triskuspidalis ada perbedaan tekanan,
sehingga disini juga terjadi stenosis relative katup trikuspidalis
sehingga terdengar bising diastolik.Karena adanya penambahan beban
yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan
terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan akibatnya akan
16
Asianotik Sianotik
5.
VSD
ASD PDA
Kebocoran aorta
Hipertrofi ventrikel kanan Hipoksia jaringan
Volume atrium kanan
TOF Sianotik
Gambar 2.1
Tekanan ventrikel kiri Tekanan sistolik Darah dari kanan Darah masuk ke
Darah kaya O2 dan CO2 bercampur
ke ventrikelkanan ventrikel ki=kanan kembali ke kiri ventrikel kiri
Beban kerja
ventrikel kanan Darah kaya CO2 masuk ke Aliran darah Ventrikel darah di
4 Overriding
seluruh tubuh dan darah ke aorta ventrikel kiri MK : Resiko
Jumlah volume darah dan Bayi cepat lelah saat beraktifitas MK : Intoleransi aktifitas
kemampuan memompa darah Clubbing finger : menyusu, berjalan, dll.
5. Respon Tubuh
a. Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal kiri
atas sejak lahir, dapat mengakibat terjadinya stenosis pulmonal atau
aorta dengan gejala edema, sianosis, sesak nafas saat melakukan
aktifitas (Hidayat,2012).
b. Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel
(VSD) dan overriding aorta maka darah yang beredar keseluruh tubuh
dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat sianosis
dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres. Keadaan tersebut
menyebabkan anak menderita anoksia. Serangan hipersianotik selama
masa bayi, dikenal dengan “Tet spells” yaitu terjadi peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan, dispnea awitan mendadak.VSD
dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan,
karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga
pertukaran oksigen /tidak adekuat. Gejala infeksi yang biasanya timbul
ialah demam, batuk dan napas pendek-pendek, bayi sukar jika diberi
minum (Kasron, 2016).
c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis
berat menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan
kejang, stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di otak
maka akan menimbulkan keluhan neurologis berat sampai pada
terjadinya abses otak (Hidayat, 2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) terjadi
apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah timbulnya embolus
atau tombus. Terjadinya polisetimia berat dan terdapat hipoksia maka
anak akan mengalami anemia (Hidayat, 2012).
22
e. Sistem Intagumen
Bibir, lidah, dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang terjadi
sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus menerus
selama 6 bulan akan terjadi jari-jari tabuh/ clubbing finger (Aspiani,
2015).
f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan penurunan
toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam makan/minum.
Selain itu, anak juga mengalami kelainan ortopedri berupa skoliosis.
Anak yang sudah dapat berjalan sering tiba-tiba jongkok (squatting),
hal tersebut merupakan usaha tubuh untuk mengatasi kekurangan
darah yang mengalir ke otak yaitu berkurangnya alir balik vena-vena
ekstremitas bawah yang saturasinya sangat rendah dan meningkatnya
resistensi sistemik yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta
bertambahnya aliran darah ke otak (Ngastyah, 2012).
6. Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala
yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan,
sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas
berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk
awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan.
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuh- an timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB
sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis.
Gangguan pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung
kronis pada pasien PJB.
23
b. Sianosis.
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.
Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar
mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu
dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak
yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung- ujung
jari.
c. Toleransi latihan.
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan
jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan
berkurang. Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua
dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien
cepat lelah, napas menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang
biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi dapat
ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia hanya mampu minum dalam
jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan
berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu
seperti pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
d. Infeksi saluran napas berulang.
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli
jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek.
Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelum- nya sudah diobati
sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
e. Bising jantung.
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam
menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda
ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentu-
24
7. Penatalaksanaan
Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan
penyakit jantung bawaan dapat diselamatkan dan mempunyai nilai harapan
hidup yang lebih panjang. Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan
meliputi tata laksana non-bedah dan tata laksana bedah. Tata laksana non-
bedah meliputi tata laksana medikamentosa dan kardiologi intervensi. Tata
laksana medikamentosa umumnya bersifat sekunder sebagai akibat
komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan
lain yang menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medika- mentosa untuk
menghilangkan gejala dan tanda di samping untuk mempersiapkan
operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan tergantung pada jenis
penyakit yang dihadapi.Hipoksemia, syok kardiogenik, dan gagal jantung
merupakan tiga penyulit yang sering ditemukan pada neonatus atau anak
dengan kelainan jantung bawaan. Perburukan keadaan umum pada dua
penyulit pertama ada hubungannya dengan progresivitas penutupan duktus
arterious, dalam hal ini terdapat ketergantungan pada tetap terbukanya
duktus. Keadaan ini termasuk ke dalam golongan penyakit jantung bawaan
kritis. Tetap terbukanya duktus ini diperlukan untuk :
1. Percampuran darah pulmonal dan sistemik, misalnya pada transposisi
arteri besar dengan septum ventrikel utuh
2. Penyediaan darah ke aliran pulmonal, misalnya pada tetralogi Fallot
berat, stenosis pulmonal berat, atresia pulmonal, dan atresia trikuspid
3. Penyediaan darah untuk aliran sistemik, misalnya pada stenosis aorta
berat, koarktasio aorta berat, interupsi arkus aorta dan sindrom
hipoplasia jantung kiri. Perlu diketahui bahwa penanganan terhadap
penyulit ini hanya bersifat sementara dan merupakan upaya
untuk„menstabilkan keadaan pasien, menunggu tindakan operatif yang
25
Pada pasien PJB dengan gagal jantung, tata laksana yang ideal
adalah memperbaiki kelainan struktural jantung yang
mendasarinya. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk
memperbaiki perubahan hemodinamik, dan harus dipandang
sebagai terapi sementara sebelum tindakan definitif dilaksanakan.
Pengobatan gagal jantung meliputi :
1. Penatalaksanaan umum yaitu istirahat, posisi setengah duduk,
pemberian oksigen, pemberian cairan dan elektrolit serta
koreksi terhadap gangguan asam basa dan gangguan elektrolit
yang ada. Bila pasien menunjukkan gagal napas, perlu
dilakukan ventilasi mekanis.
2. Pengobatan medika-mentosa dengan menggunakan obat-
obatan.
Obat- obat yang digunakan pada gagal jantung antara lain :
a. Obat inotropik seperti digoksin atau obat inotropik lain
seperti dobutamin atau dopamin. Digoksin untuk neonatus
misalnya, dipakai dosis 30 μg/kg. Dosis pertama diberikan
setengah dosis digitalisasi, yang kedua diberikan 8 jam
kemudian sebesar seperempat dosis sedangkan dosis ketiga
diberikan 8 jam berikutnya sebesar seperempat dosis. Dosis
rumat diberikan setelah 8-12 jam pemberian dosis terakhir
dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat
inotropik isoproterenol dengan dosis 0,05-1 μg/kg/menit
diberikan bila terdapat bradikardia, sedangkan bila terdapat
takikardia diberikan dobutamin 5-10 μg/ kg/menit atau
dopamin bila laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis
27
4. Riwayat pertumbuhan
Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh dan berkembang
secara normal. Beberapa kasus yang spesifik seperti VSD, ASD,
dan ToF pertumbuhan fisik anak terganggu terutama berat
badannya karena keletihan selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Anak
kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran
nafas. Bagi perkembangannya, anak yang sering mengalami
gangguan adalah aspek motoriknya. Hal ini disebabkan oleh
adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat
jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup (Hidayat, 2012).
5. Riwayat aktivitas
Anak-anak yang menderita PJB terutama ToF sering tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila melakukan
aktivitas yang membutuhkan banyak energi seperti berlari,
bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa,
menangis maka anak dapat mengalami serangan sianosis.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala-leher
Umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
29
2. Mata
Anak mengalami konjungtiva anemis, sklera ikterik.
3. Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,namun
anak akan mengalami nafas pendek dan nafas cupping hidung.
4. Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama padabibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi pada
anak khususnya yang mengalami ToF karena perkembangan
emailnya buruk (Ngastiyah, 2012).
5. Thorax
Biasanya pada anak dengan ToF,
Inspeksi: tampak adanya retraksi dinding dada akibat
pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi: mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada
Perkusi: mungkinterdengar suara redup karena peningkatan
volume darah parudan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi
basah ataukrekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi ke gagalan jantung.
Auskultasi: akan terdengar suara nafas mendengkur yang
lemah bahkan takipneu.
6. Jantung
Inspeksi: mungkin dada masih terlihat simetris sehingga tidak
tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan tonjolan
atau pembengkakan pada dada sebelahkiri karena pembesaran
ventrikel kanan.
Palpasi: didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri
darigaris midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8.
30
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan
jumlah eritrosit dan hematokrit (polisitemiavera) yang sesuai
dengan saturasi dan stenosis, sedangkan hemoglobin dan trombosit
mengalami penurunan. Oksimetri dan analisis gas darah arteri
mencerminkan aliran darah pulmonal, didapatkan adanya
peningkatan tekanan sedangkan dan pH mengalami penurunan.
Oksimetri berguna pada pasien kulit hitam atau pasienanemia yang
tingkat sianotiknya tidak jelas. Sianosis tidakakan tampak kecuali
bila hemoglobin tereduksi mencapai 5mg/dL. Penurunan resistensi
31
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan SDKI (2017), diagnosis keperawatan
yang mungkin muncul :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas,
perubahan preload, perubahan afterload.
b. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas,
penurunan energi, dan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi,
penurunan konsentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri dan/atau
vena.
32
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi-
Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai
3. Gunakan stoking
elastisatau pneumatik
intermiten,sesuai indikasi
4. Berikan
terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
5. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
6. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
>94%
7. Berikan obat antiaritmia
(mis. Diamox, captopril,
34
spironalakton, KCL,
furosermid, meropenem)
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
1.Pemantauan respirasi
2. Ganguan pertukaran gas Setelah dilakukan (Hal: 247)
(Hal: 22, SDKI) asuhan keperawatan Observasi:
Definisi: kelebihan atau kekurangan selama ... gangguan a.Monitor frekuensi ,
oksigenasi dan/ atau eliminasi pertukaran gas pasien irama, kedalaman, dan
karbondioksida pada membran teratasi dengan kriteria upaya napas
alveolus kapiler hasil: b.Monitor pola napas
Gejala mayor: 1. Pertukaran gas c.Monitor adanya
a.Subjektif: a. Dipsnea menurun sumbatan jalan napas
1.Dipsnea b. Bunyi napas d.Auskultasi bunyi napas
tambahan menurun e. Monitor saturasi oksigen
b.Objektif: c.pCO2 membaik f. Monitor nilai AGD
1.PCO2 d.PO2 membaik g. Monitor hasil x-ray
meingkat/ menurun e.Takikardi membaik toraks
2.PO2menurun f.Ph arteri membaik
3.Takikardi g.sianosis membaik Terapeutik:
4.pH arteri meningkat/ menurun a. Atur interval pemantauan
5.Bunyi napas tambahan respirasi sesuai
kondisi pasien
Gejala minor: b.Dokumntasikan hasil
a.Subjektif: pemantauan,jika perlu
1.Pusing
2.Penglihatan kabur Edukasi :
b.objektif a. Jelaskan tujuan dan
1.Sianosis prosedur pemantauan
2.Diaforesis b.Informasikan hasil
3.Gelisah pemantauan, jika perlu
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal 2.Terapi oksigen
6. Warna kulit abnormal (Hal: 430)
35
Terapeutik:
a.Pertahankan kepatenan
jalan napas
b. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
c. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Edukasi:
a. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi:
a.Kolaborasi penentuan
pemberian oksigen
b. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur
(Hal: 186)
3. Pola nafas tidak efektif Setelahdilakukan Observasi:
(Hal:26, SDKI) asuhan keperawatan a.Monitor pola napas
Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang selama ... pasien (frekuensi,
tidak memberikan ventilasi adekuat. menunjukan keefektifan kedalaman,usaha napas)
Gejala mayor: pola nafas dengan b.Monitor bunyi napas
a.Subjektif: kriteria hasil : tambahan (mis. Wheezing,
1.Dipsnea 1. Pola napas: ronkhi kering)
a.Dipsnea menurun
b.Objektif: b.Penggunaan otot Teraupeutik:
1. Penggunaan otot bantu pernapasan bantu napas menurun a.Posisikan semi- fowler
2. Fase ekspirasi memanjang c.Pemanjangan fase atau fowler
3. Pola napas abnormal ekspirasi menurun b.Berikan minuman hangat
d.Frekuensi napas
Gejala minor : membaik c.Berikanoksigen jika
a. Subjektif: e.Kedalamannapas perlu
1. Ortopnea membaik
b.Objektif: Edukasi:
1. Pernapasan cuping hidung a. Anjurkan asupan cairan
2. Diameter thoraks anterior- posterior sesuai usia dan bb
meningkat anak/hari, jika tidak kontra
3. Ventilasi semenit menurun indikasi
4.Kapasitas vital menurun b. Ajarkan teknik batuk
5.Tekanan efektif
ekspirasi menurun
6.Tekanan
inspirasi menurun Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,jika perlu.
2. Pemantauan Respirasi
( Hal : 247 )
Observasi :
a.Monitor
frekuensi,kedalaman,dan
upaya napas
b.Monitor pola napas
c.Monitor adanya
sumbatan jalan napas
d.Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil
x-ray toraks
37
Terapeutik :
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b.Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
1. Perawatan sirkulasi
(Hal: 345)
Obsevasi:
a. Periksa sirkulasi perifer
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan (mis. Nadi perifer, edema,
( Hal: 37, SDKI ) asuhan keperawatan pengisisan kapiler, warna,
Defenisi : penurunan sirkulasi darah selama perfusi suhu)
pada level kapiler yang dapat jaringan perifer kembali b. Identifikasi faktor
mengganggu metabolisme tubuh efektif dengan kriteria risiko gangguan sirkulasi
Gejala mayor: - hasil : (mis. Diabetes,
a. Subjektif : - 1. Perfusi perifer: hipertensi,dan kadar
a.Denyut nadi perifer kolesterol tinggi)
b. Objektif: meningkat c.Monitor
1. Pengisisna kapiler >3 detik b.Warna kulit pucat panas,kemerahan,nyeri,
2. Nadi perifer menurun atau tidak menurun atau bengkak pada
teraba c.Pengisisan kapiler ekstremitas
3. Akral teraba dingin membaik Terapeutik :
4. Warna kulit pucat d.Akral membaik a.Hindari
5. Turgor kulit menurun e.Tugorkulit membaik pemasangan infus atau
Gejala minor: pengambilan darah di area
a.Subjektif: keterbatasan perfusi
1.Parastesia b.Hindari
2.Nyeri ekstremitas pengukuran tekanna darah
pada ekstremitas dengan
b.Objektif: keterbatasan perfusi
1. Edema c.Hindari
2. Penyembuhan luka lambat pemasangan dan
3. Indeks ankle-brachial <0,90 penekanan torniquet pada
Bruit femoral area yang cedera
d.Lakukan
pencegahan infeksi
e.Lakukan perawatan kaki
38
dan kuku
f.Lakukan hidrasi
Edukasi :
a.Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.Pereda nyeri
antiemetik) , jika perlu
b.Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
1.Perawatan
perkembangan
(Hal: 338)
Observasi:
a.Identifikasi pencapaian
6. Gangguan Tumbuh Kembang Setelahdilakukan tugas perkembangan anak
(Hal: 232,SDKI) asuhan keperawatan b.Identifikasi isyarat
Definisi : kondisi individu mengalami selama ... tumbuh perilaku dan fisiologis
gangguan kemampuan bertumbuh dan kembang pasien tidak yang ditunjukan bayi
berkembang sesuai dengan kelompok terganggu dengan Terapeutik:
usia Gejala mayor: - kriteria hasil : a.Pertahankan sentuhan
1.Status seminimal mungkin pada
perkembangan : bayi prematur
b.Objektif: a.Keterampilan/ b.Minimalkan nyeri
1. Tidak mampu melakukan perilaku sesuai usia c.Pertahankan lingkungan
keterampilan atau perilaku khas sesuai meningkat yang mendukung
usia b.Kemampuan perkembangan optimal
2. Pertumbuhan melakukan perawatan d.Motivasi anak
terganggu Gejala minor: diri meningkat berinteraksi dengan orang
a. Subjektif: - 2.Status pertumbuhan: lain
a.Berat badan sesuai e.Dukung anak
b. Objektif: usia meningkat mengekspresikan diri
1. Tidak mampu melakukan perawatan b.Panjang/ tinggi badan melalui penghargaan
diri sesuai usia sesuai dengan usia. positif atau umpan balik
2. Afek datar atas usahanya
3. Respon sosial lambat f.Pertahankan kenyamanan
4. Kontak mata terbatas anak
5. Nafsu makan menurun g.Fasilitasi anak melatih
6. Lesu keterampilan
7. Mudah marah pemenuhan kebutuhan
40
Edukasi:
a.Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
b.Ajarkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
c. Ajarkan keterampilan
berinteraksi dengan
anaknya
d.Ajarkan anak teknik
asertif
Kolaborasi:
a. Rujuk untuk konseling
bila perlu
Manajemen energi
(Hal: 176)
Observasi:
a. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
7. Intoleransi aktivitas (Hal: 128, SDKI) Setelahdilakukan mengakibatkan kelelahan
Definisi: ketidakcukupan energi untuk asuhan keperawatan b. Monitor kelelahan fisik
melakukan aktifitas sehari-hari. selama ... diharapkan dan emosional
Gejala mayor: klien mampu c. Monitor pola dan jam
a.Subjektif: melakukan aktivitasnya tidur
1.Mengeluh lelah dengan baik dengan d. Monitor lokasi dan
kriteria hasil: ketidak nyamanan selama
b.Objektif: 1.Toleransi aktivitas: melakukan aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat a.Frekuensi nadi
>20% dari kondisi istirahat meningkat Terapeutik :
Gejala minor: b. Keluhan lelah 1.Sediakan lingkungan
a. Subjekif: menurun nyaman dan rendah
1. Dipsnea saat/ setelah aktivitas c. Dipsnea saat / setelah stimulus
2. Merasa tidak nyaman beraktivitas menurun (mis.Cahaya,suara,kunjun
3. Merasa lemah gan)
b. Lakukan latihan rentang
b. Objektif: gerak pasif atau aktif
1.Tekanan darah berubah >20% dari c. Berikan aktivitas
41
Edukasi:
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d.Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi:
a.Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
2. Terapi Aktivitas
(Hal: 415)
Observasi :
a. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna
aktivitas rutin
f. Monitor respon
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik:
42
Edukasi:
a.Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari,jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
d. Ajarkan keluarga untuk
memberikan pengutan
positif atau partisispasi
dalam aktivitas
Kolaborasi:
a.Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas jika sesuai
1. Manajemen peningkatan
tekanan intrakranial
43
(Hal: 205)
Observasi:
a. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK
8. Risiko perfusi cerebral tidak efektif Setelah dilakukan (mis.Lesi, gangguan
(Hal: 51, SDKI) asuhan keperawatan metabolisme, edema
Definisi: berisiko mengalami selama ... diharapkan serebral)
penurunan sirkulasi darah ke otak. perfusi serebral efektif b. Monitor tanda/ gejala
dengan kriteria hasil : peningkatan TIK (mis.
1. Perfusi serebral: Tekanan darah meningkat,
a. Tingkat kesadaran tekanan nadi melebar,
meningkat bradikardi,pola napas
b. Tekanan intra kranial irreguler, kesadaran
menurun menurun)
c. Sakitkepala menurun c. Monitor
d. Gelisah menurun CVP (Central Venous
e. Nilairata-rata tekanan Pressure), jika perlu
darah membaik e.Monitor
f. Kesadaran membaik gelombang ICP (Intra
Canial Pressure)
e. Monitor status
pernapasan
f. Monitor intake dan
output cairan
g. Monitor cairan serebro
spinalis (mis.Warna,
konsistensi)
Terapeutik:
a. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
b. Berikan posisi semi
fowler
c. Hindari manuver
Valsava
d. Cegah terjadinya kejang
e. Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
f. Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
g. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian
44
2. Pemantauan tekanan
intrakranial (Hal: 249)
Observasi:
a. Identifikasi penyebab
peningkatanTIK (mis.Lesi
menempati ruang,
gangguan metabolisme,
edema serebral,
peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi
intrakranial idiopatik)
b.Monitor
peningkatan TD
c. Monitor pelebaran
tekanan nadi (selisih TDS
dan TDD)
d. Monitor penurunan
frekuensi jantung
e. Monitor penuruna
tingkat kesadaran
f. Monitor kadar CO2 dan
pertahankan dalam rentang
yang di indikasikan
g. Monitor tekanan perfusi
cerebral
h. Monitor jumlah,
kecepatan,dan
karakteristik drainase
cairan serebrospinal
Terapeutik:
a.Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
b. Kalibrasi transduser
c. Pertahankan sterilitas
sistem pemantauan
d. Pertahankan posisi
45
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
Terapeutik:
a. Batasi jumlah
9. Risiko Infeksi (Hal: 304,SDKI) Setelah dilakukan pengunjung
Definisi : berisiko mengalami asuhan keperawatan b. Berikan perawatan kulit
peningkatan terserang organisme selama ... klien tidak pada area edema
patogenik berisiko infeksi dengan c. Cuci tangan sebelum
kriteria hasil : dansesudah kontak dengan
Tingkat infeksi: pasien dan lingkungan
a. Kebersihan tangan pasien
meningkat d. Pertahankan teknik
b. Kebersihan badan aseptik pada pasien
meningkat berisiko tinggi
c. Nafsu makan
meningkat Edukasi :
d. Demam menurun a. Jelaskan tanda dan
e. Kemerahan menurun gejala infeksi
f. Nyeri menurun b. Ajarkan cara cuci
g. Bengkak menurun tangan dengan benar
h. Kadar sel darah putih c. Ajarkan etika batuk
membaik d. Ajarkancara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
e. Anjurkan meningkatkan
46
asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
1. Edukasi Kesehatan
(Hal: 65)
Observasi:
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik:
10. Defisit pengetahuan (Hal: 246, SDKI) Setelah dilakukan a.Sediakan materi dan
Definisi: ketiadaan ataukurangnya tindakan keperawatan media pendidikan
informasi kognitif yang berkaitan diharapkan orang tua kesehatan
dengan topik tertentu. paham dengan proses b.Jadwalkan pendidikan
Gejala mayor: penyakit yang terjadi, kesehatan sesuai
a. Subjektif: dengan kriteria hasil: kesepakatan
1. Menanyakan masalah yang dihadapi 1. Tingkat Pengetahuan c.Berikan kesempatan
b. Objektif: a. Kemampuan untuk bertanya
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai menjelaskan
anjuran pengetahuan tentang Edukasi:
2. Menunjukkan persepsi yang keliru penyakit meningkat a.Jelaskan faktor risiko
terhadap masalah b. Pertanyaan tentang yang dapat mempengaruhi
masalah yang kesehatan
Gejala minor: dihadapi menurun
a. Subjektif : - c. Perilaku sesuai
anjuran meningkat
b. Objektif: d. Perilaku sesuai
1. Menjalani pemeriksaan yang tepat dengan pengetahuan
2. Menunjukkan perilaku berlebihan meningkat
(mis.Apatis,bermusuhan,kecemasan,ag
itasi,histeria)
47
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
munculjika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif, dan selalu
didokumentasikan menurut urutan waktu.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum
teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu
proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien
untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, atau apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Selain itu digunakan untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi juga digunakan
untuk memeriksa semua proses Keperawatan.
48
BAB III
PEMBAHASAAN
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
1) PENGKAJIAN ANAMNESA
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
An.A Sesak napas
Saat ini An.A diagnosis PDA post Op + DORV+ VSD terpasang ventilator dengan oksigen 23%
D. ALERGI/ REAKSI
Tidak ada alergi
Alergi obat, sebutkan : Tidak ada Reaksi : tidak ada
Alergi makanan, sebutkan : Tidak ada Reaksi : Tidak ada
Alergi Lainnya, sebutkan : Tidak ada Reaksi : tidak ada
Tidak diketahui
E. RIWAYAT IMUNISASI
NO Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi Setelah
Pemberian Pemberian
1. HB-0 √
2. BCG √
50
3. Polio I,II,III,IV √
4. DPT-HB-Hib(I,II,II) √
5. IPV
6. Campak
Ketebalan : Tipis
Bentuk : ada bintik-bintik merah
Tesktur : Lembut dan halus
Sudut antara kuku & dasar kuku : Simetris
2) Palpasi
Kelembapan : Basah
Suhu kulit : 36,2 C
Turgor : kurang lebih 3 detik
Pitting Edema : Ada
1. KEBUTUHAN EDUKASI
Terdapat Hambatan dalam Pembelajaran
Obat-obatan
Diet dan Nutrisi
Rehabilitas
2. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 21 Februari 2024
JENIS
NO HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematokrit 28 40-54 %
Hemoglobin 9,3 12,0-15,0 g/dL
Trombosit 16.000 150000-450000 /ul
Leukosi 10.900 4.000-10.000 /ul
35-39
56
2. Radiologi (dll)
Hasil ECHO GRAPHY 31 Mei 2024
- Post PA Banding & legasi PDA pada DORV, VSD Inlet Meluas ke outlet PDA
- Fungsi Ventrikel kiri & kanan Baik
- all PV to LA
- ASD (+) 7mm, R-L Shunt
- Efusi Pericard (-)
- Efusi Pleura (-)
3. PENATALAKSANAAN
NAMA OBAT DOSIS
1. Furosemid 3 x 10 mg
2. N. Acetil 3 X 15 mg
3. Spironolacton 2 X 6,25 mg
4. Fulic Acid 1 X 1 Mg
5. Ramipil 1 x 1,5 mg
6. Aprilis syrup 1x1 ml
7. Paracetamol 1 cc
8. Nebu Ventolin
9. Dret susu
10. Topicare body
lotion
57
ANALISA DATA
DO:
- PCO2 menurun
- Bunyi napas gurgling
- tampak gelisah
- kulit pucat
- irama napas cepat
59
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Penurunan Curah Setelah dilakukan intervensi SIKI : Perawatan Jantung 1. Mengetahui masalah yang
Jantung B.d keperawatan selama 3x24 Observasi : terjadi pada jantung
Perubahan Preload jam, diharapkan pasien 7. Identifikasi tanda/gejala 2. Mengetahui kelainan pada
SLKI : Curah Jantung sekunder penurunan curah jantung
Ekspetasi : Meningkat jantung 3. Mencegah hipertensi pulmonal
Dengan Kriteria Hasil : 8. Identifikasi tanda/gejala dan sistemik
1. Takikardia menurun primer penurunan curah 4. Mencegag kelebihan cairan
2. Lelah menurun jantung 5. Mencukupi kebutuhan oksigen
3. Edema menurun 9. Monitor tekanan darah pada tubuh
4. Dispnea menurun 10. Monitor intake dan output 6. Mencegah serangan jantung
5. TD membaik cairan 7. Mencegah kematian
6. CRT membaik 11. Monitor saturasi oksigen 8. Memberikan posisi nyaman
12. Monitor keluhan nyeri dada 9. Mencukupi kebutuhan nutrisi
13. Monitor aritmia 10. Memberikan kenyamanan
Terapeutik : 11. Membantu mencukupi
14. Posisikan semi fowler atau kebutuhan oksigen
fowler
15. Berikan diet jantung
16. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
17. Berikan oksigen
2. Bersihan Jalan Setelah diberika tindakan SIKI: Manajemen Jalan Nafas 1. Memantau pola nafas dalam
Nafas Tidak Observasi : rentang normal
keperawatan selama 3x24
Efektif 1. Monitor pola nafas 2. Mengetahui kelainan pada
jam diharapkan pasien 2. Monitor bunyi nafas bunyi nafas
3. Monitor sputum 3. Membebaskan jalan nafas
mampu menunjukan
Terapeutik : 4. Mencegah tersumbatnya jalan
SLKI : Bersihan Jalan 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
60
Hariian
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas
O:
-tampak lemah
Tampak banyak secret
A:
Kelelahan,dyspnea pada
level sedang
P:
Perawatan jantung
dihentikan
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
64
- RR 27x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
Manajemen jalan napas
dilanjutkan
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
- RR 28x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
65
S:
Ibu An.A mengatakan
masih sesak napas dan
banyak dahak
O:
- tampak banyak secret
- tampak ada bunyi napas
tambahan
- RR 26x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas cepat
A:
Pola napas, bunyi napas,
P:
Manajemen jalan napas
dihentikan
66
HR 135 x/mnt
- RR 28x mnt
- Tampak ada retraksi
dinding dada
- tampak pola napas
cepat
A:
Dispnea, frekuensi napas,
sianosis
P:
Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
dilanjutkan