Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Nama:
Maulidiyah Mahayu Nilam Anindy
132013142029
Dosen:
Dr. Ninuk Dian K, S.Kep., Ns., MANP
Septum atriorum merupakan sekat yang memisahkan ruang antara atrium dexter
dan atrium sinister. Fungsi sekat pada jantung yaitu untuk memisahkan penampungan
darah bersih menuju ke seluruh tubuh dengan darah kotor yang menuju jantung untuk
dikeluarkan melalui proses respirasi. Jika tidak terdapat sekat, darah kotor dan bersih
akan mengalami suspensi atau percampuran. Padahal darah kotor mengandung sisa dan
racun dari tubuh sedangkan darah bersih mengandung sari makanan yang akan diedarkan
ke seluruh tubuh.
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum
atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup secara
sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur. ASD adalah salah
satu dari beberapa kejadian kongenital anomali jantung. Insiden tertinggi pada wanita
dibandingkan laki-laki. Darah yang mengandung oksigen memiliki kekuatan dari atrium
kiri kekanan. Tipe arteriovenous ini tidak dapat menghasilkan kebiruan / sianosis kecuali
gambar 1. ASD
1.2 Etiologi
Penyebab belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
tersebut diantaranya:
1. Faktor Prenatal
b. Ibu alkoholisme
2. Faktor Genetik
3. Faktor Hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan di natrium kanan sehingga
1.3 Patofisiologi
Penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat dipastikan, banyak kasus
mungkin terjadi akibat aksi pathogen yang tidak diketahui dalam trimester pertama
kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Pertama kehidupan status, saat
struktur kardiovaskuler terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat
ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak
begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedangkan pada atrium kanan 5 mmHg).
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang
melampaui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Maka tekanan pada alat-alat tersebut naik, dengan adanya kenaikan tekanan,
maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar
15-25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik (Jadi
bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative katup pulmonal) pada
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis,
maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan akibatnya
akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada
ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila defek
pada katup mitral atau katup triskuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel
kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini
tidak pernah terjadi pada ASD II. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri
sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yanag rendah oksigen
Letak defek diatas fosa ovalis, tidak mempunyai tepi atas yang jelas dan biasanya disertai
Letak defek difosa ovalis, yakni bentuk ASD yang paling sering dan bersama dengan
katup atrioventrikuler normal. Walaupun perubahan mikso matosa lambat pada katup
mitral telah diuraikan, keadaan ini jarang menjadi pertimbangan klinik yang penting.
Defek ini mungkin tunggal atau multiple, dengan diameter lubang 2 cm atau lebih. Defek
besar dapat meluas ke inferior kearah vena cava inferior dan ostium sinus coronaries, ke
Biasanya disertai dengan kelainan katup atrioventrikular. Bergantung pada saat timbulnya
embrional endokardial cushion, letak ASD rendah katup mitral terbelah (ECD derajat I).
Pada gangguan berat, letak ASD rendah dan katup mitral dan katup tricuspid terbelah
(ECD derajat II). Pada gangguan yang menyeluruh, letak ASD rendah, katup-katup mitral
dan/atau tricuspid terbelah dan letak defek septum bentrikel (VSD) tinggi (ECD derajat
masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung
di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat
pada decade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung
(aritmia). Gejala yang muncul pada masa bayi dan anak-anak adalah adanya infeksi
saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluahan batuk dan panas
hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat
berupa sesak nafas, kesulitan menyusu pada bayi, gagal tumbuh kembang pada bayi atau
cepat lelah saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan
5) Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali
tidak ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan
aritmia
1. Elektrokardiogram
Menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidak
frontal lebih dari 90º. Anak dengan defek sekat AV komplit adalah khas. Kelainan
utamanya adalah:
1) Orientasi superior melalui mean sumbu QRS frontal dengan deviasi sumbu kekiri
2) Garis lengkungan vector QRS berorientasi kesuperior berlawanan dengan jalan jarum
jam.
3) Tanda hipertrofi diventrikuler atau hipertrofi berlawanan dengan jalan jarum jam.
5) Penundaan konduksi ventrikel kanan (RSR pada hantaran V3R dan V1).
2. Ekokardiografi
Ekokardiografi dua dimensi dapat menunjukkan adanya septum interatrial dan lokalisasi
defek tersebut. Ekokardiografi dengan kontras dapat menunjukkan defek aliran darah ke
3. Kateterisasi jantung
Jika kateterisasi jantung pada defek sinus venosus dilakukan untuk menegaskan sceara
lebih baik drainase venosa, kateter dapat masuk vena pulmonalis kanan secara langsung
dari vena cava superior. Koreksi anatomic biasanya memerlukan penyisipan tambahan
untuk menutup defek sambil menyatukan masuknya anomaly vena keatrium kiri.
keparahan hipertansi pulmonal, tingkat kenaikan tahan vaskuler pulmona, dan keparahan
4. Ekokardiogram
interventrikular. Pada defek sekat AV, kedua katup berinsersi pada tinggi yang sama
karena tidak adanya sekat AV. Sedangkan pada defek ostium bertambahnya dimensi
6. Roentgenogram dada
Anak dengan defek sekat AV komplit sering menunjukkan pembesaran jantung yang
menyolok yang disebabkan oleh penonjolan ventrikel maupun atrium kanan. Arteria
pulmonalis besar dan vaskularisasi paru bertambah. Pada defek ostium sekundum dan
defek sinus venosus menunjukka berbagai tingkat pembesaran ventrikel dan atrium kanan
1. ASD kecil (diameter <5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan
2. ASD besar (diameter >5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindakan pembedahan
dianjurkan < 6 tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat).
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menurup ASD tipe sekundum secara non bedah
yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha
(arteri femoralis).
1.8 Komplikasi
1. Endokarditis
3. Aritmia
4. Henti jantung
1.9 WOC
Faktor Resiko
Mk: pola nafas Mk: Risiko cedera Mk: gangguan komunikasi Mk: Ansietas
Mk: bersihan jalan
tidak efektif verbal
nafas tidak efektif
1.10 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
sehingga tidak ada batasan usia, biasanya gejala ASD akan muncul pada
usia bayi (0-1 tahun) dan anak-anak (1-6 tahun), tetapi kejadian akan
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
1) Prenatal History
2) Intra natal
3) Riwayat Neonatus
- Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
- Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
- Keletihan/kelelahan
- Dispnea
- Takipnea
- Riwayat hipertensi
- Endokarditis
- Anoreksia
- Kelemahan
- Pening
4. Pemeriksaan Fisik
VSD.
c. Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrasi atrial, hasil pemeriksan dapat
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rongent Dada, pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam
ekodiagrafi tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada
dengan peningkatan ringan tekana ventrikel kanan dan kiri bila terjadi
B. Diagnosa Keperawatan
ventilasi-perfusi
1) (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya jalan
napas buatan
ventilasi-perfusi
3) (D.0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
jantung
pembedahan mayor
7) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisik: prosedur operasi
C. Intervensi Keperawatan
ventilasi-perfusi
SLKI SIKI
Tujuan: (I.01014) Pemantauan Respirasi:
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 1x24 jam - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
masalah gangguan pertukaran gas upaya nafas
teratasi - Monitor pola nafas
- Auskultasi bunyi napas
Kriteria Hasil: - Monitor hasil x’ray thoraks
(L.01003) Pertukaran Gas: Terapeutik:
1. Tingkat kesadaran membaik - Atur interval pemantauan respirasi
(GCS=456) sesuai kondisi pasien
2. Pola nafas membaik (RR=16-20 - Dokumentasikan hasil pemantauan
x/mnt) Edukasi:
3. Tekanan darah membaik (90/60 - Jelaskan tujuan dan prosedur
– 120/80 mmHg) pemantauan
SLKI SIKI
Tujuan: (I.06198) Pemantauan tanda-tanda vital:
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tekanan darah, nadi,
masalah penurunan curah jantung pernapasan, suhu tubuh, oksimetri
teratasi. nadi
2. Identifikasi penyebab perubahan
Kriteria Hasil: tanda vital
(L.02008) Curah Jantung: Terapeutik:
1. Takikardia menurun (60- 3. Atur interval oemantauan sesuai
100 x/mnt) kondisi pasien
2. Suara murmur jantung 4. Dokumentasi hasil pemantauan
menurun Edukasi:
3. Tekanan darah membaik 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
(90/60 – 120/80 mmHg) pemantauan
(I.02075) Perawatan Jantung:
Observasi:
1. Identifikasi tanda dan gejala primer
penurunan curah jantung (meliputi
dyspnea, kelelahan, dll)
2. Identifikasi tanda dan gejala
sekunder penurunan curah jantung
(meliputi hepatomegaly, palpitasi,
dll)
3. Monitor aritmia
Terapeutik:
4. Posisikan klien semifowler
5. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. batasi asupan kafein, natrium,
dll)
6. Berikan okseigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi:
7. Anjurkan beraktifitas sesuai
toleransi
8. Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
SLKI SIKI
Tujuan: (I.05178) Managemen Energi:
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor kelelahan fisik
masalah keperawatan intoleransi 2. Monitor aktivitas yang dilakukan
aktivitas teratasi. klien
Terapeutik:
Kriteria Hasil: 3. Batasi melakukan aktivitas berat
(L.05047) Toleransi Aktivitas: 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
1. Melakukan aktivitas sehari-hari jika tidak dapat berpindah
meningkat (5) Edukasi:
2. Keluhan lelah menurun (5) 5. Anjurkan tirah baring
3. Perasaan lemah menurun (5) 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
(I.02081) Rehabilitasi Jantung:
Observasi:
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Periksa kontraindikasi latihan
(takikardia, hipertensi, angina,
dyspnea, dll)
Terapeutik:
3. Fasilitasi pasien menjalani latihan
Edukasi:
4. Anjurkan menjalni latihan sesuai
toleransi
5. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
modifikasi faktor risiko (mis.
latihan, diet, dll)
Refrensi:
Hasyim, D., Samodro, R., Sasongko, H., & Leksana, E. (2012). Jurnal Anestesiologi Indonesia.
Jurnal Anestesi, 5(2), 22–33. Retrieved from http://janesti.com/uploads/default/files/1.2-
full_.pdf
Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp. EGC. Jakarta
Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester,
S.Kp. EGC. Jakarta
Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama.
Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.