LP PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
LP PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
LP PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
a. Defek Septum Atrium (Atrial Septal Defect-ASD) Adalah Defek pada sekat
yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada DSA, presentasi klinisnya
agak berbeda karena defek berada di septum atrium dan aliran dari kiri ke
kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan
juga menyebabkan beban volume pada jantung kanan.
b. Defek Septum Ventrikuler (Ventricular Septal Defect-VSD) Adalah
Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung,
menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung.
Hal ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-
paru, sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru .
DSV merupakan malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25%
PJB. Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit
ketika menyusu, nafas pendek dan mudah lelah.
c. Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA)
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah
duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini
banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus
Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi
vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri
pulmonalis.
d. Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis- SP) Adalah Pada stenosis
pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar ventrikel kanan atau arteri
pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status gizi penderita dengan stenosis
pulmonal umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang
memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis ringan umumnya
asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan stenosis
berat atau kritis akan terlihat takipneu dan sianosis.
e. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta- CA) adalah penyempitan terlokalisasi
pada aorta yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus.2 Tanda
yang klasik pada kelainan ini adalah tidak terabanya nadi femoralis serta
dorsalis pedis sedangkan nadi brakialis teraba normal.1,2 Koarktasio
aorta pada anak besar seringkali asimtomatik. Sebagian besar dari
pasien mengeluh sakit kepala, nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi
epistaksis.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena
sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Adapun Macam- Macam Penyakit Jantung Bawaan
Sianotik Yaitu :
a. Tetralogi Fallot Merupakan PJB sianotik yang paling banyak
ditemukan, kurang lebih 10% dari seluruh PJB. Salah satu
manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot adalah terjadinya
serangan sianotik (cyanotic spells) yang ditandai oleh timbulnya
sesak napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah,
lemas, bahkan dapat disertai dengan kejang.
b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great
Arteries- TGAs) Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung
bawaan yang dimana Atresia dapat mengenai katup pulmonal,
a.pulmonalis, atau infundibulum, sehingga seluruh curah ventrikel
kanan dialirkan ke dalam aorta.
2. Pada faktor genetik, hal yang penting kita perhatikan adalah adanya
riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung, seperti :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar
10% penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya
pada Sindroma Down (Fachri, 2007).
b. Non- Farmakologis
Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu
dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang lahir
premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui.
Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB dapat
dilakukan tindakan , Seperti :
1) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang
hangat dapat dilakukan dengan membedong atau menempatkannya
pada inkhubator.
2) Memberikan Oksigen
3) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit
serta asam basa.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
b. Data Obyektif :
Pemeriksaan penunjang :
Tanda vital diukur dalam posisi terbaring, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasopasme pembuluh darah.
2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out
put.
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasopasme pembuluh darah:
Intervensi:
3) Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema,
edema
4) Dorong latihan kaki aktif / pasif
5) Pantau pernafasan
6) Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/ mual,
distaensi abdomen, kontipasi
2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan
nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put.
Tujuan: Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai Umur 37
minggu dan atau BBL ≥ 2500 g.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.