Askep Thypoid Fever Fix
Askep Thypoid Fever Fix
Askep Thypoid Fever Fix
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
1. Estri Dwi Astika (P27820117009)
2. Ilaham Abdillah (P27820117013)
3. Dinda Cahyaning Pramesti (P27820117020)
4. Diska Putri Ma’rifah (P27820117027)
5. Anisa Febra Ayuningtias (P27820117040)
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KAMPUS SOETOMO SURABAYA 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat Taufiq Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
yang membahas tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Thypoid Fever . Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada saya
sebagai penulis kususnya dan dapan memberikan tambahan informasi dan ilmu
kepada pembaca .
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun
dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris
disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara
endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah
berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak
menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman
sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan definisi dari typoid fever?
2. Menjelaskan bagaimana etiologi dari typoid fever ?
3. Menjelaskan apa manifestasi klinis dari typoid fever?
4. Menjelaskan bagaimana patofisiologi dari typoid fever?
5. Menjelaskan bagaimana pathway dari thypoid fever?
6. Menjelaskan apa saja komplikasi dari thypoid fever?
7. Menjelaskan apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita thypoid fever?
8. Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan dari thypoid fever?
9. Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada anak
dengan thypoid fever?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Thypoid fever atau demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7
hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng,
2002).
2.2 ETIOLOGI
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas
berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala
Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
2.4 PATOFISIOLOGI
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
tifoid (Widiatuti, 2001).
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Perawataan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
3. Obat-obatan
a. Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara
oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
b. Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
c. Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan
80 mg trimetoprim)
d. Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
e. Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus
sekali sehari, selama 3-5 hari.
f. Golongan Fluorokuinolon
2. Diagnosa Keperawatan
a Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman
salmonella thypi.
b Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan
tentang penyakit dan kondisi anaknya
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan : Observasi tanda- Tanda-tanda vital
suhu tubuh Setelah tanda vital berubah sesuai
(Hipertermi) diberikan tingkat
berhubungan tindakan perkembangan
dengan proses keperawatan penyakit dan
infeksi selama 3 x menjadi indikator
Salmonella 24 jam, suhu untuk melakukan
Typhi. tubuh normal. intervensi
Beri kompres selanjutnya
Kriteria hasil : pada daerah dahi Pemberian kompres
- TTV dalam dapat menyebabkan
batas normal peralihan panas
- TD : 80- secara konduksi
120/60-80 dan membantu
mmhg tubuh untuk
- N : 120-140 menyesuaikan
x/i (bayi), 100- Anjurkan untuk terhadap panas
120 (anak) banyak minum Peningkatan suhu
- S : 36,5- air putih tubuh
370C mengakibatkan
- P : 30-60 x/i penguapan
(bayi), 15-30 x/i sehingga perlu
(anak) diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak
Kolaborasi Mempercepat proses
pemberian penyembuhan,
antiviretik, menurunkan
antibiotik demam. Pemberian
antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan
proses infeksi dari
bakteri
2 Resiko Tujuan : Kaji kemampuan Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah makan klien perubahan nutrisi
nutrisi kurang dilakukan klien dan sebagai
dari kebutuhan tindakan indikator intervensi
tubuh keperawatan Berikan makanan selanjutnya
berhubungan selama 3 x 24 dalam porsi kecil Memenuhi
dengan intake jam kekurangan tapi sering kebutuhan nutrisi
yang tidak nutrisi tidak dengan
adekuat, mual, terjadi. meminimalkan rasa
muntah dan Beri nutrisi mual dan muntah
anoreksia. Kriteria hasil : dengan diet Memenuhi
- Nafsu lunak, tinggi kebutuhan nutrisi
makan kalori tinggi adekuat
meningkat, protein
- Tidak ada Anjurkan kepada
keluhan orang tua Menambah selera
anoreksia, klien/keluarga makan dan dapat
nausea, untuk menambah asupan
- Porsi makan memberikan nutrisi yang
dihabiskan makanan yang dibutuhkan klien
disukai
Anjurkan kepada
orang tua
klien/keluarga dapat meningkatkan
untuk asam lambung yang
menghindari dapat memicu mual
makanan yang dan muntah dan
mengandung menurunkan asupan
gas/asam, pedas nutrisi
Kolaborasi.
Berikan
antiemetik, Mengatasi
antasida sesuai mual/muntah,
indikasi menurunkan asam
lambung yang
dapat memicu
mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : Kaji tanda dan Hipotensi,
volume cairan Setelah gejala dehidrasi takikardia, demam
berhubungan dilakukan hypovolemik, dapat menunjukkan
dengan intake tindakan riwayat muntah, respon terhadap dan
yang tidak keperawatan kehausan dan atau efek dari
adekuat, selama 3x24 turgor kulit kehilangan cairan
kehilangan jam, tidak Observasi adanya Agar segera
cairan berlebih terjadi defisit tanda-tanda dilakukan tindakan/
akibat muntah volume cairan syok, tekanan penanganan jika
dan diare. darah menurun, terjadi syok
Kriteria hasil : nadi cepat dan
- Tidak terjadi lemah
tanda-tanda Berikan cairan Cairan peroral akan
dehidrasi, peroral pada membantu
- klien sesuai memenuhi
Keseimba kebutuhan kebutuhan cairan
ngan intake dan Anjurkan kepada Asupan cairan
output dengan orang tua klien secara adekuat
urine normal untuk sangat diperlukan
dalam mempertahankan untuk menambah
konsentrasi asupan cairan volume cairan
jumlah secara dekuat tubuh
Kolaborasi Pemberian intravena
pemberian cairan sangat penting bagi
intravena klien untuk
memenuhi
kebutuhan cairan
3.2 SARAN