Laporan Pendahuluan Hipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS “HIPERTENSI “ DI RUANG MAWAR
RSUD KOTA TANJUNGPINANG

DISUSUN OLEH :

RAPIAH, S. Kep
NIM: 202314903028

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns.Ani Wahyuni, S.Kep) (Ns. Rizki Sari Utami, S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS
TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnys 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi mendrita jantung tetapi juga

menderrita penyakit lain seperti saraf, ginjal dan pembuluh darah (Nurarif,

2019).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala dimana

tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya

resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal (Price,2019).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah

meningkat secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali

pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh beberapa factor risiko

yang tidak berjalan semestinya dalam mempertahankan tekanan darah

normal (Wijaya & Putri,2019)

2. Anatomi Fisiologis

a. Jantung

System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah

(arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system

kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke

2
seluruh tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke

sirkulasi paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2019).

Anatomi Jantung
(Sumber : Aspiani, 2019)

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot

dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung

berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks

terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang

interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis,

bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III

sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar

12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425

gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225

gram (Aspiani, 2019).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium

dan dua ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang

terdiri atas dua lapisan,yakni:

1) Lapisan visceral sisi dalam)

2) Lapisan perietalis (sisi luar)

3
Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:

1) Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang

sama dengan pericardium visceral.

2) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang

berperan dalam menentukan kekuatan konstraksi.

3) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan

endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup

jantung

Jantung mempunyai empat katup, yaitu:

1) Trikupidalis

2) Mitralis (katup AV)

3) Pulmonalis (katup semilunaris)

4) Aorta (katup semilunaris)

Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan

ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling

berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu

arah. Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum

b. Pembuluh darah

Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan

dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan dikiri ke

setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap bagian

system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya dalam

integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran

4
(system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula,

dan vena.(Aspiani, 2019)

1) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan

(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang

mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.

2) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang

mevaskularisasi kapiler.

3) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula

(pembuluh darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah

dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa

pembuangan mengalami pertukaran

4) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena

5) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan

rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke

jantung.

c. Fisiologis

1) Siklus jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama

jantung. Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung

adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu

fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua

ventrikel. Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung

kontraksi dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu

5
periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole

(saat ventrikel relaksasi).

Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi

spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan

keadaan relaksasi ventrikel. Pada siklus jantung, systole

(kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel sehingga ada perbedaan

yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri.

Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai

ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun

katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.

Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan

pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa

darah ke arteri. Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan

pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus kembali.

a) Sistole atrium

b) Sistole ventrikel

c) Diastole ventrikel

d. Tekanan darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan

oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding

pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding arteri.

Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan

pulsasi, tekanan arteri rerata. Tekanan sistolik yaitu tekanan

6
maksimum dari darah yang mengalir pada arteri saat ventrikel jantung

berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg.

Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada

saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi

merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya

sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan

gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya

sama dengan sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik.

Tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan

systole dan tekanan diastole yang normal berkisar120/80 mmHg.

Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut hipertensi dan

jika kurang normal disebut hipotensi. Tekanan darah sanagat berkaitan

dengan curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer ( R ).

Viskositas dan elastisitas pembuluh darah (Aspiani, 2019).

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut Nurhidayat (2019), sebagai berikut :

Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Pra hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III >180 > 110
(Sumber : Hidayat, 2019)

7
4. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau

transport Na.

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.(Aspiani, 2019)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Aspiani (2019),

dibagi menjadi 2 golongan ;

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,

penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.

1) Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

8
2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan

ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan

atau makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-

obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah

satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang

terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat

kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis

menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan

baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan

angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan

darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis

andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan

pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah

akan kembali ke normal. Penyebab lain dari hipertensi sekunder,

antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di

kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut

9
jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang

menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan

peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis

aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui

penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral

juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.

Penyebab lain dari tekanan darah tinggi adalah penyakit ginjal

yang disebut hipertensi ginjal (renal hipertensi) yaitu penyakit ginjal

yang dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, termasuk

glomerulonephritis pielonefritis, nekrorisis tubular akut, dan tumor

ginjal. Penyakit pembuluh darah akan menyebabkan arteriosclerosis,

thrombosis, emboli kolestetol aneurisma, hyperplasia, penyakit

endokrin seperti diabetes, hipertiroidisme, dan hipertensi sekunder

(Tammamilang, 2019)

5. Patofisiologis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

10
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan

gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh

perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

11
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan

curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

6. Pathway
Usia, jenis kelamin, merokok, stres, kurang olaraga, faktor genetik,
alkohol, konsentrasi garam, obesitas

Tergangguanya system peredarah darah

Penyumbatan pembuluh darah


MK : Defisit
Informasi yang kurang pengetahuan
Hipertensi

Otak Vasokontriksi Ginjal Retina


Vasokontriksi Spasme
Penyumbatan
Sistemik Coroner Pembuluh arteriol
pembuluh darah
Darah
Kekurang suplai Afterload Syndorome
Respon RAA
oksigen ke coroner
Kelelahan meningkat
pembuluh darah akut
otak Tirah baring MK : Nyeri Merangsang
akut aldosteron

Resistensi MK : Retensi
Stroke
pembuluh Intoleransi natrium
darah otak aktivitas
MK : Risiko MK :
perfusi serebral terganggu
Risiko
tidak efektif Sakit kepala Mual, muntah ketidakseimbangan
elektrolit
Kurang asupan
MK : Nyeri
makanan
akut
MK :
Penurunan curah
MK : Defisit
jantung
nutrisi

Sumber : Nurarif (2015), SDKI (2019)

12
7. Manifestasi Klinis

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2019),

tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

b. Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

13
8. Komplikasi

Menurut Ardiansyah, M. (2019) komplikasi dari hipertensi adalah :

a. Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga

aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan

hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan

protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid

14
plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi

kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan

yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya

terjadi koma dan kematian.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang hipertensi menurut Hamid (2018), antara lain :

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

15
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan

adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat

digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang

timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;

deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

16
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

10. Penatalaksanaan Medis

Penanggulangan hipertensi secara garis besar menurut Nurhidayat

(2019), dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.

2) Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi

dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar

adosteron dalam plasma.

3) Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan

kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau

minimal.

3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral (obat

antihipertensi)

17
4) Tidak menimbulakn intoleransi.

5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6) Memungkinkan penggunaan jangka Panjang

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk

rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik. Identitas

Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,

palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah

lelah, dan impotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang

menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,

mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.

18
d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit

ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian

obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit

metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran

kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan

lain-lain

f. Pola Kesehatan

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler. Episode palpitasi

Tanda : Peningkatan tekanan darah. Nadi denyutan jelas dari

karotis,ugularis,radialis, takikardia. Murmur stenosis vulvular .

Distensi vena jugularis. Kulit pucat,sianosis, suhu dingin

(vasokontriksi perifer). Pengisian kapiler mungkin lambat /

tertunda

19
3) Integritas ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan

pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,

tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas,

peningkatan pola bicara.

4) Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau

riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.

5) Makanan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, lemak serta kolesterol. Mual, muntah dan perubahan

berat badan saat ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan

diuretic

Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema .

Glikosuria

6) Neurosensori

Gejala : Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala,

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam). Gangguan penglihatan

(diplopia, penglihatan abur, epistakis)

20
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/

isi bicara, efek, proses piker. Penurunan kekuatan genggaman

tangan

7) Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung),

sakit kepala

8) Pernapasan

Gejala : Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,

ortopnea. Dispnea. Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum

c) Riwayat merokok

Tanda : Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori

pernapasan. Bunyi napas tambahan (crakles/mengi). Sianosis

9) Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

10) Pembelajaran / penyuluhan

Gejala : Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus. Factor lain, seperti orang

afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB atau

hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

11) Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam

terapi obat.

21
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenal

respns klien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang

didalamnya baik yang berlangsung actual maupuan potensial. Diagnosa

keperawtan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

Kesehatan (SDKI, 2019).

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisiologis, agens

pencidera kimiawi dan agens pencideran fisik

2. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan

keabnormalan masa protombin, aterosklerosis, tumor otak,

hipertensi, stenosis aorta, embolisme, cedera kepala dan efek

samping tindakan operasi

3. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

irama jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan

kontraktilitas, perubahan preload dan perubahan afterload.

4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan, kelebihan volume cairan, gangguan

mekanisme regulasi, diare, muntah, disfungsi ginjal

5. Deficit nutrisi berhubunagn dengan ketidakmampuan menelan

makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, factor

ekonomi dan factor pasikologis

22
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas

dan gaya hidup monoton

7. Deficit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,

gangguan fungsi kognitif, kurang terpapar informasi, kurang minat

dalam belajar, kurang mampu mengingat

23
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan intevrnsi keperawatan

dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (SIKI, 2019).

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Definisi : keperawatan selama ..x 24 Definisi :
Perubahan persepsi terhadap jam diharapkan nyeri dapat Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
stimulus baik internal maupun
berkurang. Dengan kriteria atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, hasil : jaringan atau fungsional
berlebihan atau terdistorasi. a. Nyeri berkurang Tindakan observasi :
Penyebab : dengan skala 3-4 Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
a. Agens pencedera fisiologis b. Ekspresi klien tenang kualitas dan intensitas nyeri
b. Agens pencedera kimiawi c. Dapat beristirahat Tindakan terapeutik :
c. Agens pencedera fisik dengan nyaman a. Berikan tindakan nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (terapi relaksasi)
b. Anjurkan istirahat yang cukup
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian analgetic

24
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
2. Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
efektif tindakan keperawatan Definisi :
Definisi : selama ..x 24 jam Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan tekanan
Berisiko mengalami penurunan diharapkan perfusi dalam rongga kranial.
sirkulasi darah ke otak serebral kembai efektif. Tindakan observasi :
Faktor risiko Dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya
a. Keabnormalan masa
a. Tekanan intrkranial tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
protrombin dan/atau masa
tromboplastin parsial tidak terjadi bradikardia, pola nafas dan kesadaran menurun)
b. Penurunan kinerja ventikel b. Sakit kepala tidak ada b. Monitor status pernafasan
kiri c. Tekanan darah
c. Aterosklrosis aorta membaik
d. Diseksi arteri
e. Fibrilasi atrium
f. Tumor otak
g. Stenosis karotis
h. Miksoma atrium
i. Aneurisma serebri
j. Koagulopati (mis. anemia
sel sabit)
k. Dilatasi kardiomiopati
l. Koagulasi (mis. anemia sel
sabit)
m. Embolisme
n. Cedera kepala
o. Hiperkolesteronemia
p. Hipertensi

25
q. Endokarditis infektif
r. Katup prostetik mekanis
s. Stenosis mitral
t. Neoplasma otak
u. Infark miokard akut
v. Sindrom sick sinus
w. Penyalahgunaan zat
x. Terapi tombolitik

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
3. Risiko penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
Definisi : keperawatan selama ..x 24 Definisi :
Berisiko mengalami pemompaan jam diharapkan penuruna Mengidentifikasi merawat dan membatasi komplikassi
jantung yang tidak adekuat untuk
curah jantung tidak terjadi. akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Dengan kriteria hasil : dengan oksigen miokard
Faktor Risiko : a. Kekuatan nadi perifer Tindakan observasi :
a. Perubahan afterload. kuat a. Monitor tanda-tanda vital
b. Perubahan frekuensi b. Tekanan darah b. Monitor keluhan nyeri dada
jantung. membaik Terapeutik
c. Perubahan irama jantung. c. dispnea tidak terjadi a. Posisikan semi fowler
d. Perubahan kontraktilitas.
b. Berikan Teknik relakasi
e. Perubahan preload.
Edukasi

26
Anjurkan istirahat yang cukup
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat jantung

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

27
4. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit
elektrolit keperawatan selama ..x 24 Definisi :
Definisi : jam diharapkan Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
Berisiko mengalami perubahan
keseimbangan elektrolit keseimbangan elektrolit
kadar serum elektrolit
Faktor Risiko seimbang. Dengan kriteria Tindakan observasi :
a. Ketidakseimbangan cairan hasil : a. Monitor mual dan muntah
(mis. dehidrasi dan a. Tidak terjadi dehidrasi b. Monitor tanda dan gejala hipernatremia
intoksikasi air) b. Hasil laboratorium
b. Kelebihan volume cairan sepertia natrium,
c. Gangguan mekanisme kalium, klorida normal
regulasi (mis. diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis.
pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

28
Hasil
5. Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
Definisi : keperawatan selama ..x 24 Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk jam diharapkan nutrisi Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
memenuhi kebutuhan
dapat terpenuhi. Dengan keseimbangan elektrolit
metabolisme
Penyebab : kriteria hasil : Tindakan observasi :
a. Ketidakmampuan menelan a. Nafsu makan membaik a. Monitor asupan makan
makanan b. Tidak ada mual b. Monitor berat badan
b. Ketidakmampuan mencerna muntah Tindakan terapeutik
makanan c. Berat badan ideal a. Anjurkan makan sedikit tapi sering
c. Ketidakmampuan d. Asupan makan b. Anjurkan makan makanan yang disukai
mengabsorbsi nutrien
membaik Tindakan kolaborasi :
d. Peningkatan kebutuhan
metabolisme Kolaborasi pemberian obat antimietik
e. Faktor ekonomi (mis,
finansial tidak mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis, stres,
keengganan untuk makan)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

29
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
Definisi : keperawatan selama .. x 24 Definisi :
Ketidakcukupan energi untuk jam diharapkan aktivitas Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, social, dan
melakukan aktivias sehari-hari dapat dilakukan secara
spiritual untuk memulihkan aktivitas.
Penyebab : mandiri. Dengan kriteria
hasil : Observasi :
a. Ketidakseimbangan antara Identifikasi deficit
a. Kemudahan dalam
suplai dan kebutuhan oksigen
melakukan aktivitas Terapeutik
b. Tirah baring
sehari-hari meningkat Libatkan keluarga dalam aktivitas
c. Kelemahan
b. Sianosis tida terjadi Bantu ADL
d. Imobilitas
c. Kekuatan tubuh Edukasi
e. Gaya hidup monoton
bagian atas dan
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
bawah meningkat

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

30
Hasil
7. Deficit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi peoses penyakit
Definisi : keperawatan selama … x Definisi :
Ketiadaan atau kurangnya 24 jam diharapkan Memberikan informasi tentang mekanisme munculnya
informasi kognitif yang berkaitan pengetahua dapat penyakit dan tanda gejala yang mengganggu
dengan topik tertentu dipenuhi. Dengan kriteria Kesehatan
Penyebab : hasil : Edukasi
a. Keteratasan kognitif a. Informasi dapat a. Jelaskan penyebab dan factor penyakit
b. Gangguan fungsi kognitif diberikan b. jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
c. Kekeliruan mengikuti b. Pengetahuan mampu penyakit
anjuran diterima dengan baik c. jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
d. Kurang terpapar informasi
e. Kurang minat dalam belajar
f. Kurang mampu mengingat
g. Ketidaktahuan menemukan
sumber informasi

31
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2019).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur

keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2019)

32
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. yuli. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Firmansyah. (2019)). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Nasional Ilmu
Kesehatan, 1, 28–35.
Hamid. (2018).Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi,.. Yogyakarta : : Araska
Kusumawati. (2019). Pengetahuan Tentang Penanganan Penyakit Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 10 (2), 2021,
159-165
Kusumawardhani. (2021). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Di
Puskesmas Bantul II Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya
Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621 Vol.6, No.1: 30-36
Maria, K. D. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Gamping 1 Sleman. STIKES Jenderal Achmad Yani
Manopo, Christine. (2018). Competency Based Talent and Perfomance
Management System. Jakarta: Salemba Empat
Nurariif, A. H. (2019). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis
& Nanda Jilid 2.
Nurhidayat. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
Penerbit :UNMUHPonorogo Press
Permana. (2020). The use of antihypertensive drugs in the treatment of essential
hypertension at outpatient installations, Puskesmas Karang Rejo,
Tarakan. Yarsi Journal of Pharmacology Vol 1, No. 1, January 2020

33

Anda mungkin juga menyukai