Laporan Pendahuluan Hipertensi Emergency Di Ruang Igd Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Laporan Pendahuluan Hipertensi Emergency Di Ruang Igd Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Laporan Pendahuluan Hipertensi Emergency Di Ruang Igd Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
HIPERTENSI EMERGENCY
OLEH :
RIZKA FAUZIAH
NIM
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI EMERGENCY
OLEH :
RIZKA FAUZIAH
NIM
Mengetahui,
1. Definisi
Hipertensi emergensi adalah keadaan gawat medis ditandai dengan tekanan darah sistolik >
180mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan organ target akut (Aronow, 2017).
Hipertensi emergensi juga didefinisikan sebagai peningkatan berat pada tekanan darah (>
180/120 mmHg) yang terkait dengan bukti kerusakan organ target yang baru atau memburuk (Whelton
et al., 2017).
Hipertensi emergensi ditandai oleh peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik atau
keduanya, yang terkait dengan tanda atau gejala kerusakan organ akut (yaitu sistem saraf, kardiovaskular,
ginjal). Kondisi ini memerlukan pengurangan tekanan darah segera (tidak harus normalisasi), untuk
melindungi fungsi organ vital dengan pemberian obat antihipertensi secara intravena (Cuspidi and
Pessina, 2014).
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah utama dan sering mendadak, terkait
dengan disfungsi organ target progresif dan akut. Hal ini dapat terjadi sebagai kejadian serebrovaskular
akut atau fungsi serebral yang tidak teratur, sindrom koroner akut dengan iskemia atau infark, edema
paru akut, atau disfungsi ginjal akut. Tekanan darah sangat tinggi pada pasien dengan kerusakan organ
target akut yang sedang berlangsung, dan merupakan keadaan gawat medis yang sebenarnya, yang
memerlukan penurunan tekanan darah segera (walaupun jarang ke kisaran normal) (Elliott et al., 2013).
Hipertensi emergensi merupakan kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan
organ target akut yang progresif. Pada keadaan ini diperlukan tindakan penurunan tekanan darah yang
segera dalam kurun waktu menit-jam. (Turana et al., 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi darurat (emergency hypertension) yaitu kenaikan
tekanan darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolic ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan
menit sampai jam.
2. Anatomi Fisiologi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri
dari lapisandalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami
kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali
cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di
dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain.
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk
ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena
pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai
dinding tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
(Gibson, 2012)
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastoik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolic
91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolic lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on The Detection and Treatment of
Hipertension
a. Diastolic
1) <85 mmHg : Tekanan darah normal
2) 85-99 : Tekanan darah normal tinggi
3) 90-104 : Hipertensi berat
4) 105-114 : Hipertensi sedang
5) >115 : Hipertensi berat
b. Sistolik (dengan tekanan diastolic 90 mmHg)
1) <140 mmHg :Tekanan darah normal
2) 140-159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
3) >160 : Hipertensi sistolik terisolasi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(systole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yang
membutuhkan penanggulanngan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,
mata, (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi,yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua :
a. Hipertensi emergency
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat anti
hipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut
atau progresif. Kenaikan TD mendadak yang disertai kerusakan organ target yang
progresif dan diperlukan tindakan penurunan TD yang segera dalam kurun waktu
menit/jam.
b. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari ).
4. Etiologi
b. Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut infark miokard akut, pasca
operasibypass koroner.
e. Eklampsia
f. Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera,
hipertensipasca operasi, pendarahan pasca operasi dari garis jahitan vaskular.
h. Epistaksis berat.
Hipertensi emergensi juga bisa terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut (Turana et
al.,2017):
a. Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat antihipertensi tidak
teratur.
b. Kehamilan.
c. Penggunaan NAPZA.
d. Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar berat,
phaeochromocytoma, penyakit kolagen, penyakit vaskular, trauma kepala.
e. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
5. Patofisiologi
Patofisiologi yang tepat dari krisis hipertensi masih belum jelas (Singh, 2011;
Varounis et al.,2017). Kecepatan onset menunjukkan faktor pemicunya adalah hipertensi
yang sudah ada sebelumnya (Singh, 2011).
Dua mekanisme yang berbeda namun saling terkait mungkin memainkan peran
sentral dalam patofisiologi krisis hipertensi. Mekanisme pertama adalah gangguan
mekanisme autoregulasi di vascular bed (Varounis et al., 2017). Sistem autoregulasi
merupakan faktor kunci dalam patofisiologi hipertensi dan krisis hipertensi.
Autoregulasi didefinisikan sebagai kemampuan organ (otak, jantung, dan ginjal) untuk
menjaga aliran darah yang stabil terlepas dari perubahan tekanan perfusi (Taylor, 2015).
Jika tekanan perfusi turun, aliran darah yang sesuai akan menurun sementara, namun
kembali ke nilai normal setelah beberapa menit berikutnya. Dalam krisis hipertensi, ada
kekurangan autoregulasi di vascular bed dan aliran darah sehingga tekanan darah
meningkat secara mendadak dan resistensi vaskular sistemik dapat terjadi, yang sering
menyebabkan stres mekanis dan cedera endotelial (Taylor, 2015; Varounis et al., 2017).
Mekanisme kedua adalah aktivasi sistem renin-angiotensin, yang menyebabkan
vasokonstriksi lebih lanjut dan dengan demikian menghasilkan lingkaran setan dari
cedera terus-menerus dan kemudian iskemia (Varounis et al., 2017). Over produksi renin
oleh ginjal merangsang pembentukan angiotensin II, vasokonstriktor yang kuat.
Akibatnya, terjadi peningkatan resistansi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
Krisis hipertensi diprakarsai oleh peningkatan resistensi vaskular sistemik yang tiba-tiba
yang mungkin terkait dengan vasokonstriktor humoral. Dalam keadaan krisis hipertensi,
penguatan aktivitas sistem renin terjadi, menyebabkan cedera vaskular, iskemia jaringan,
dan overproduksi reninangiotensin lebih lanjut. Siklus berulang ini berkontribusi pada
patogenesis krisis hipertensi (Singh, 2011).
Pathway Hipertensi Emergency
f. Mual, muntah
7. Komplikasi
a. Ensefalopati hipertensi
b. Infark serebral
c. Pendarahan intraserebral
d. Retinopati
g. Diseksi aorta
i. Eklampsia
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Pentalaksanaan Medis
2) Apabila tidak, mungkin ada peningkatan tekanan darah saja dan lakukan evaluasi /
berikanobat antihipertensi oral dan follow up selanjutnya.
b. Pasien hipertensi emergensi yang dirawat di ICU, apakah terjadi diseksi aorta,
preeklampsia/ eklampsia berat, krisis preokromositoma.
1) Apabila iya, turunkan TDS < 140 mmHg pada 1 jam pertama dan < 120 mmHg
pada diseksiaorta.
2) Apabila tidak, turunkan tekanan darah maksimal 25% pada 1 jam pertama,
selanjutnya turunkan sampai 160/110 mmHg pada jam kedua sampai jam keenam,
dan selanjutnya dapatditurunkan sampai tekanan darah normal pada 24-48 jam.
bolus hipokalemia
Enalaprilat 0.625-1.25mg 15-20 menit 4-6 jam Hipotensi,
bolus
Gagal ginjal
bolus
Sumber: Cuspidi and Pessina, 2014
intrakranial
Stroke Nitroprusside, labetalol, Nifedipine
nitroglycerin
iskemik
Adrenergiccrisis Labetalol, phentolamine + Beta blocker monotherapy
beta bloker
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
3) Circulation
e) Sinus tachikardi
f) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
4) Disability
2. Pengkajian skunder
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
2) Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek
sampinng obatantihipertensi sebelumnya,
4) Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah
rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal
dewasa.
a. Aktivitas/ Istirahat
b. Sirkulasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masayang lalu).
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
h. Pernafasan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index)
yaitu berat dalam kg dibagitinggi dalam m².
C. Intervensi
Intervensi :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer c; Auskultasi
tonus jantung dan bunyinapas
3) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
3) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk
dengan pemantau tekananarteri jika tersedia
4) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Intervensi :
1) Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikanbantuan sesuai kebutuhan
2) Instruksikan pasien tentang penghematan energy
4) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien /
ataskeberhasilannya
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang dideritaklien
Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama1x 24 jam
Kriteria hasil
Intervensi
6) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
Intervensi :
1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
11) Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
D. Implementasi
E. Evaluasi
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan
naik ,perubahan tanda klinik.
2. Psikologik-sikap
3. Pengetahuan-perilaku
Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis cetakan ketiga.
Interna Publishing. Jakarta.
Elliott, W.J., Rehman, S.U., Vidt, D.G., et al., 2013. Hypertensive Emergencies and
Urgencies. In: Black, H.R. and Elliott, W.J., Hypertension: A Companion to Braunwald’s
Heart Disease 2nd Edition Ch 46, Pp 390-6. Elsevier Saunders. Philadelphia.
Janke, A.T., McNaughton, C.D., Brody, A.M., et al., 2016. Trends in the Incidence of
Hypertensive Emergencies in US Emergency Departments From 2006 to 2013. Journal
ofthe American Heart Association
Kaplan, N.M., Victor, R.G., Flynn, J.T., 2015. Kaplan's clinical hypertension 11thEdition.
Wolters Kluwer. Philadelphia.
Karthikeyan, V.J., 2015. Malignant hypertension. In: Nadar, S. and Lip, G., Oxford
Cardiology Library. Hypertension 2nd Edition, Pp 157-62. Oxford University Press.
Oxford.
Ram, C.V.S., 2014. Hypertension: A Clinical Guide. CRC Press. New York.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sowers D.K., 2011. Hypertensive Emergencies. In: Weber M.A., (eds) Hypertension
Medicine. Current Clinical Practice. Humana Press. New Jersey.
Vidt, D.G., 2014. Hypertensive Crises: Emergencies and Urgencies. The Journal of
ClinicalHypertension. Vol 6 (9): 520-5.
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM.
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM.
Requires Immediate Life/Limb High Risk Situation/Confused/Lethargic/ Normal Vital Signs One Resource Needs None Resource Needs
Saving Situation
Disoriented/ (Many Resource Needs)
Severe Pain/Distress
RR : > 20 x/menit
SpO2 : <92 %
Perawat Dokter
dr. K
Rizka Fauziah
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jalan Nafas : Dx Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang
tertahan
Paten í Paten
Kriteria Hasil :
Obstruksi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam perawatan,
pasien menunjukkan keefektifan jalan napas, dibuktikan dengan :
Lidah √ Cairan
Kriteria hasil ( NOC ) :
PRIMARY SURVEY
Indikator IR ER
Benda Asing
1. Mendemonstrasikan batuk efektif 4 5
dan suara nafas yang bersih, tidak
Suara Nafas :
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, bernafas
Snoring Gurgling
dengan mudah, tidak ada pursed
Stridor √ Ronchi lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang 4 5
Wheezing paten (klien tidak merasa tercekik
irama nafas, frekuensi pernafasan
Data Lain : dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
RR : 42x/m 3. Saturasi O2 dalam batas normal 3 5
4. Foto thorak dalam batas normal 2 4
Spo2 : 64%
Keterangan :
1: Keluhan ekstrim 4 : Keluhan ringan
2 : Keluhan berat 5 : Tidak ada keluhan
3 : Keluhan sedang
Intervensi ( NIC ):
1. Berikan O2
2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Berikan antibiotik
7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8. Monitor respirasi dan status O2
9. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan :
O2,sucton dan inhalasi
(Tindakan Keperawatan)
Implementasi Keperawatan (11.00) :
1. Memerikan O2 dengan NRM 10lpm
2. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam dengan
menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan
3. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan
memberikan posisi semifowler kepada pasien
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction dengan
mengjarkan batuk efektif
5. Mengauskultasi suara nafas, terdapat suara tambahan ronchi basah
6. Memberikan antibiotik Inj. Ceftriaxone 2x 1g
7. Memonitor respirasi dan status O2
8. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2,sucton dan inhalasi
Irama Nafas :
Teratur √ ≠ Teratur
Cuping Hidung:
Ada ≠ Ada
P:
CIRCULATION (Reaksi Perawat)
Lemah √ Kuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam, klien
Nadi : 148 x /mnt menunjukan keefektifan curah jantung dengan
Kriteria hasil (NOC):
√ Tachikardi Bradicardi
Indikator IR ER
TD : 220 /140 mmHg
1. Tanda vital dalam rentang 3 4
CRT : < 2 detik √ > 2 normal (Tekanan darah, Nadi,
detik Respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, 2 4
Vena jugularis : tidak ada kelelahan
Meningkat
3. Tidak ada edema paru, perifer, 5 5
Pendarahan : Ya √ ≠ Ada dan tidak ada asites
Sianosis √ Basah
Kering Pucat
Px mengeluh sesak nafas dan 3. Memonitor adanya perubahan tekanan darah (Hipotensi atau
mudah lelah saat beraktifitas Hipertensi)
dan berjalan 4. Mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan dengan menganjurkan keluarga untuk mengurangi
mengobrol dengan pasien dan memberikan lingkungan nyaman
sehingga pasien dapat beristirahat
5. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
6. Memonitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Evaluasi (15.15 WIB)
S:
Klien mengatakan sesak nafas dan mudah lelah berkurang
O:
1. Pasien tampak dapat beristirahat dengan nyaman
2. Akral hangat dan kering
3. Tanda-tanda vital (TD : 200/130 mmHg, nadi 132x/mnt,
resp39x/mnt, spo2 83%, suhu 36,3ºC)
P : lanjutkan intervensi
1. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
3. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Kesadaran : Dx Keperawatan :
√ CM Apatis
Kriteria Hasil :
Somnolen Sopor
√Verbal 5 Keterangan :
√ Motorik 6 1 : Keluhan ekstrim 4 : Keluhan ringan
2 : Keluhan berat 5 : Tidak ada keluhan
Pupil :
3 : Keluhan sedang
√ Isokor Unisokor Intervensi ( NIC ):
Pinpoint Medriasis (Tindakan Perawat )
Implementasi Keperawatan :
Refleks Cahaya : Evaluasi
S:
√ Ada ≠ Ada
O:
Data Lain : A:
Indikator IR ER
P:
Dx Keperawatan :
Kriteria Hasil :
Kriteria hasil ( NOC ) :
Indikator IR ER
Keterangan :
1 : Keluhan ekstrim 4 : Keluhan ringan
2 : Keluhan berat 5 : Tidak ada keluhan
3 : Keluhan sedang
Intervensi ( NIC ):
(Tindakan Perawat )
Deformitas : Implementasi Keperawatan :
Evaluasi
Ya Tidak S:
Combustio : O:
A:
Ya Tidak Indikator IR ER
Contusio :
Ya Tidak P:
Commotio :
Ya Tidak
Abrasi :
Ya Tidak
Penetrasi :
Ya Tidak
Laserasi :
Ya Tidak
Jejas :
Ya Tidak
Edema :
Ya Tidak
Hematom :
Ya Tidak
Kompresi :
Ya Tidak
Impresi :
Ya Tidak
Data Lain :
Dx Keperawatan :
Dada :
Pelvis :
Simetris, tidak ada nyeri tekan
Ektremitas Atas/Bawah :
Kekuatan otot atas bawah
5/5, akral dingin dan
kering, tidak ada edema,
tidak ada perubahan
Bentuk
Punggung :
Bentuk tulang belakang
normal, tidak ada
penonjolan tulang,tidak
teraba massa
Neurologis :
Kesadaran: Composmentis,
GCS E4V5M6
Rangsang meningeal :
tanda kernig positif, tanda
laseque positif.
Saraf kranial nervus (1-
12): dapat membedakan bau
dan rasa, mata bergerak
bebas, pupil berespon
terhadap cahaya, wajah
dapat berekspresi,
pendengaran baik, bahu
dapat bergerak bebas dan
melawan tahanan, artikulasi
bicara jelas, lidah dapat
bergerak baik (menjulur dan
menarik).
Motorik : kekuatan tonus
otot atas bawah 5/5, reflek
tendon 4/4, reflek babinski
positif.
1. Persepsi dan Penanganan Kontrol rutin cuci darah ke Menyerahkan semua kepada
Kesehatan rumah sakit setiap senin dan petugas Kesehatan yang
kamis Menangani
2. Nutrisi – Metabolik 3x sehari Belum ada makan
7. Persepsi Diri – Konsep Diri Sudah merasa bosan kontrol/berobat Berharap bisa segera pulih
Dan cuci darah
8. Peran – Hubungan Memiliki hubungan yang baik Memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga dengan keluarga
11. Nilai –Kepercayaan Pasien mengatakan sholat 5 waktu Pasien menganut agama
dengan rutin islam beliau menyadari
bahwa semua yang dialami
adalah atas ijin Tuhan. Pasien
seringkali berdoa untuk
kesembuhannya. Beliau
mengatakan jika selama sakit
ibadah dari tempat tidur
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Interpretasi :
Rontgen thorax : Kesan cardiomegali dan edema paru
Hasil Laboratorium :
Interpretasi :
Ureum dan kreatinin meningkat menandakan ginjal tidak berfungsi dengan baik dalam menyaring dan
membuang ureum dari darah melalui urine.
Terapi Medis :
Merek Dagang/Kimia Dosis/Kg BB Golongan Farmakodinamika
Injeksi Furosemid 5mg/jam Antidiuretik Digunakan sebagai
obat hipertensi (
Tekanan darah
tinggi) serta
pencegahan serangan
jantung, stroke dan
gagal ginjal, serta
dapat mengurangi
beberapa gejala
seperti sesak nafas
dan bengkak pada
tubuh.
NTG Ampul 10 mcg/menit Vasodilator Dilatasi pembuluh
3cc/jam pasca kapiler seperti
vena-vena besar,
mampu menghasilkan
Pengumpulan
darah balik
ke jantung,
serta menurunkan
tekanan akhir
diastolik (preload)
pada ventrikel kiri.
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram Antibiotik Membunuh bakteri
dengan mnginhibisi
sintesis dinding sel
bakteri. Ceftriaxone
memiliki cinci beta
laktam yang
menyerupai struktur
asam amino D-alanyl-
D-alanine yang
digunakan untuk
membuat
peptidoglikan.
Keterangan : Dr. K
Rizka Fauziah
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Gawat Darurat ”
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM:
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM:
Mengetahui,
2. Nama Klien
Tn. S
3. Diagnosa Medis
Hipertensi Emergency
4. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
b. Penurunan curah jantung
5. Justifikasi Tindakan
Saturasi oksigen merupakan persentasi hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen dalam
arteri, saturasi oksigen normal 95-100%. Hal ini ditujukan sebagai derajat kejenuhan atau saturasi
(SpO2). Monitoring saturasi oksigen merupakan teknik monitoring non invasif untuk mengukur
saturasi oksigen arteri dan fungsi hemoglobin, nilai normal 97-99%.
4. Tahap Terminasi
a. Agar tempat peralatan terlihat rapi
a. Membereskan alat
b. mencegah transmisi mikroorganisme
b. mencuci tangan
c. Mengetahui hasil tindakan
c. Melakukan perdokumentasian yang diberikan pada pasien
DOPS
PEMERIKSAAN SATURASI OKSIGEN
“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Gawat Darurat”
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM:
DOPS
PEMERIKSAAN SATURASI OKSIGEN
Oleh :
RIZKA FAUZIAH
NIM:
Mengetahui,
PETUGAS Perawat
a. Oxymeter
PERALATAN b. Handscoon
c. Alcohol Swab
1. Tahap PraInteraksi
a. Mencuci tangan
b. Memasang handscoon
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan perdokumentasian
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SATURASI OKSIGEN
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A ALAT
1 Oxymeter
2 Handscoon
3 Alcohol Swab
B Tahap Pra Interaksi
1 Mencuci tangan
2 Menyiapkan alat
C Tahap Orientasi
D Tahap kerja
Posisikan pasien dengan semi fowler atau supine jika tidak
1
memungkinkan
Siapkan peralatan seperti pulse oxymetri yang telah terhubung ke
2
layar monitor besar atau pulse oxymetri monitor kecil
1 Membereskan alat
Mencuci tangan
2
3 Melakukan perdokumentasian
TOTAL NILAI
Nilai : Penguji,
( )
Keterangan :
0 : Tidak Dilakukan.
1 : Dilakukan Tidak Sempurna.
2 : Dilakukan Dengan Sempurna. Rumus :
Nilai :
x
N: x 100%
2y
Keterangan :
N : Total nilai x : Total skore
y : Jumlah tindakan
A = 85 – 100
Range Nilai :
B = 75 – 84