LP (Hiertensi)
LP (Hiertensi)
LP (Hiertensi)
Disusun Oleh :
22300070
Preseptor Akademik :
Rina Afriana, S.Kep.,Ns
Preseptor Akademik:
Ns. Ardiansyah M. Kep
I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada
pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena
jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa
mengakibatkan timbulnya berabagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal
jantung (Willy, 2018).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke,
dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi
(Andrian, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih.Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu
keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung
bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik, respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
b. Obesitas, terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita
oleh sekitar 95% orang.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan
peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme
primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).
1) Jantung
System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena,
kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular adalah
mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompa darah
dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi (Aspiani,
2016).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung berbentuk
seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri
dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang interkosta IV kiri atau
sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis, bagian atas disebut basis
terletak agak ke kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum.
Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat
jantung sekitar 200- 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada
perempuan sekitar 225 gram (Aspiani, 2016).
Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan dua
ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri atas dua
lapisan, yakni:
a) Lapisan visceral (sisi dalam )
b) Lapisan perietalis (sisi luar)
Resiko
penurunan
curah
jantung
6. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus ,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah- daerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas
sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang
menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-4
Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak yang
sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Triyanto (2014) penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi sebagai berikut:
a. Farmakologi
1) Golongan diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan
untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam
dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah.
2) Penghambat adrenegrik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah
sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres,
dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan
adalah beta- blocker, yang efektif diberikan kepada penderita usia muda,
penderita yang pernah mengalami serangan jantung, penderita dengan
denyut jantung yang cepat, angina pektoris (nyeri dada), sakit kepala
migren.
b. Non farmakologi
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal
yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga teratur
seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
3) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung (Aspiani, 2016).
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis (Padila, 2012).
2) Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan menurut Padila
(2012) :
a) Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri
b) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk
c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit memepengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
1) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit
kepala, pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
3) Riwayat penyakit keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit
menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
4) Pola-pola
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Insufisiensi pancreas/DM (predisposisi untuk hipoglikemia atau
ketoasidosis), malnutrisi termasuk obesitas, membran mukosa kering karena
pembatasan pemasukan atau periode post puasa (Doenges dalam
Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2013).
b. Pola eliminasi
Pantau pengeluaran urine frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah
apakah terjadi retensi urine. Retensi urine dapat disebabkan oleh posisi
berkemih yang tidak alamiah, pembesaran prostat dan adanya tanda infeksi
saluran kemih Kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
c. Pola tidur dan istirahat
Klien akan merasakan nyeri kepala tidak dapat beristirahat, peningkatan
ketegangan, peka terhadap rangsang, stimulasi simpatis.
d. Pola penanggulangan stress
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple seperti
masalah finansial, hubungan, gaya hidup (Doenges dalam Jitowiyono dan
Kristiyanasari, 2013).
e. Pola tata nilai dan keyakinan
Klien dapat melakukan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi.
2. Gangguan pola tidur Pola tidur (L. 05045) Dukungan Tidur (I. 05174)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi
nyeri/kolik (D.0055) keperawatan diharapkan Identifikasi pola aktivitas dan
keadekuatan kualitas dan
tidur
kuantitas tidur baik
Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil :
pengganggu tidur (fisik
Keluhan sulit tidur
dan/atau psikologis)
menurun
Identifikasi makanan dan
Keluhan sering
minuman yang mengganggu
terjaga menurun
tidur(mis. kopi, teh, alkohol,
Keluhan tidak puas
makan)
tidur menurun
Identifikasi obat tidur yng
Keluhan pola tidur
dikonsumsi
berubah menurun
Terapeutik
Keluhan istirahat
Modifikasi lingkungan (mis.
tidak cukup
pencahayaan, kebisingan,
menurun
suhu, matras)
Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi)
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang car meningkatkan
makanan
4 Risiko penurunan Curah jantung Manajemen Hipovolemia
curah jantung (L.02008) (I.03116)
Tujuan: Setelah Observasi:
berhubungan dengan
dilakukan tindakan Periksa tanda dan gejala
perubahan afterload keperawatan
diharapkan status hypovolemia (mis.
(D.0011)
cairan membaik dengan frekuensi nadi meningkat,
kriteria hasil:
nadi teraba lemah, tekanan
Kekuatan nadi
darah menurun, tekanan
perifer cukup
nadi menyempit, turgor
meningkat
kulit menurun, membran
Palpitasi menurun
mukosa, kering, volume
Takikardi
urin menurun, hematokrit
menurun
meningkat, haus, lemah)
Bradikardi
Monitor intake dan output
menurun
cairan
Lelah menurun
Terapeutik
Edema menurun Hitung kebutuhan cairan
Dispnea menurun Berikan posisi modified
trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan IV isotons (mis.
Nacl, RL)
Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian
produk darah
5 Hipervolemia Keseibangan Cairan Manajemen Hipervolemia
berhubungan dengan (L.03020) (I. 03114)
Edukasi
Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cantinuous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Haryanto, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah. (Meirisa, 2013).
III. Referensi
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.
Papdi, Eimed. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal
medicine).Interna Publishing: Jakarta.
Triyanto, E.(2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta : Graha Ilmu
DOKUMENTASI