LP Laringomalasia
LP Laringomalasia
LP Laringomalasia
CI Klinik CI Rata-
Akademik rata
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Praktik
Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan
Dosen Pembimbing : Triana Dewi Safariah,M.Kep
Disusun Oleh :
DELIANA REGITA Y
19.011
III A
2) Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang
diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah
dari dinding pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan
pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan
sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi, tekanan arteri
rerata. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah
yang mengalir pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi,
besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu
tekanan darah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi,
besarnya sekitar 60-90 mmHg.
Tekanan pulsasi merupakan reflek dari stroke volume dan
elastisitas arteri, besarnya sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan
tekanan arteri rerata merupakan gabungan dari tekanan
pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan
sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik.
Tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan
systole dan tekanan diastole yang normal berkisar120/80
mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut
hipertensi dan jika kurang normal disebut hipotensi. Tekanan
darah sanagat berkaitan dengan curah jantung, tahanan
pembuluh darah perifer ( R ). Viskositas dan elastisitas
pembuluh darah (Aspiani, 2016)
3. Etiologi
Penyebab hipertensi dapat dikategorikan dalam :
1. Berdasarkan penyebab (Endang Triyanto, 2014: 9) dibagi menjadi
dua:
a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor
gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
Biasanya terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi
primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler,
aldosveronism, gagal ginjal, atau penyakit lain, genetik dan
ras, merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer.
b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi Non Esensial)
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensi esensial, serta pengobatannya lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Berdasarkan bentuknya hipertensi dibagi menjadi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), & Hipertensi sistolik (isolated
systolic hypertension).
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik, hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan kardiac
output atau peningkatan tekanan perifer, namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,
a. Usia
Salah satu faktor risiko hipertensi adalah
penambahan usia. Ini biasanya disebabkan oleh perubahan
alamiah didalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah dan hormon. Hipertensi yang terjadi pada
usia 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
coroner dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga erat kaitannya terhadap
hipertensi dimana umumnya insiden pada pria lebih tinggi
dari pada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih
tua. Insiden pada wanita akan meningkat sehingga pada
usia diatas 65 tahun ketika wanita mengalami menopause,
insiden pada wanita lebih tinggi.
c. Stress
Stress berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis yang dimana jika
mengalami stress berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah tinggi.
d. Obesitas
Ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhaan yang disimpan dalam bentuk lemak dapat
menyebabkan jaringan lemak inaktif sehingga beban kerja
jantung meningkat. Akibatnya para penderita obesitas
cenderung menderita penyakit kardiofaskuler seperti
hipertensi dan diabetes melitus.
e. Riwayat Keluarga
Seseorang dengan kedua orang tuanya
hipertensi akan memilki 50-70% kemungkinan menderita
hipertensi, sedangkan bila orang tuanya tidak menderita
hipertensi hanya 4-20% kemungkinan menderita
hipertensi.
f. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti kebiasaan merokok, minum
minuman ber alkohol, dan kurang olahraga dapat
memepengaruhi peningkatan hipertensi.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan
hipertensi (Aspiani, 2016)
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah. Selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi yaitu nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang dialami kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Tanda gejala hipertensi berat atau
menahun dan tidak terobati akan timbul gejala seperti sakit kepala,
lemas dan kelelahan, sesak napas, gelisah & mual dan muntah
(Nurarif, A.H & Hardhi Kusuma, 2015)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkapKimia darah (kalium, natrium, keratin, gula
darah puasa)
b) EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c) Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Medis
Yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah :
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan/farmakologis
e. Terapi Farmakologis
a. Diuretik seperti Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone,
Dyrenium. Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
b. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot pada
jantung atau arteri. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat
lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung;
sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot 13
polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
c. Penghambat enzim menghambat angiotensin 2 atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara
tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang
akhirnya menigkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian
menurunkan volume plasma dan curah jantung.
d. Antagonis (penyekat) respetor beta (β-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
e. Antagonis reseptor alfa (β-blocker) menghambat reseptor alfa di
otot polos vascular yang secara normal berespon terhadap
rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan
menurunkan TPR.
f. Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya: Natrium, Nitroprusida, Nikardipin,
Hidralazin, Nitrogliserin, dan lain-lain.
7. Komplikasi
Menurut (Trianto, 2014) Kompikasi hipertensi:
a. Penyakit jantung
Komplikasi seperti infark miokard, angina pectoris, &
gagal jantung.
b. Ginjal
Penyebab terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan
progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomerulus. Rusaknya glomerulus mengakibatkan darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
c. Otak
Komplikasi pada otak biasanya berupa stroke dan serangan
iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi pada mata biasanya berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan, hingga kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). (Jasa, Saleh, &
Rahardjo, n.d.)
- Memberikan
Edukasi
penjelasan akan
- Jelaskan penyebab,
menambah
periode dan pemicu
pengetahuan klien
nyeri
tentang nyeri.
- Membantu
Kolaborasi
- Kolaborasi mengurangi rasa nyeri
pemberian analgetik yang dialami klien
2. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer L.02011 Perawatan sirkulasi
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1.02079 - Untuk mengetahui
peningkatan tekanan keperawatan, diharapkan perfusi Observasi faktor resiko
darah perifer membaik dengan kriteria - Identifikasi faktor gangguan sirkulasi
hasil ; resiko gangguan pada klien
Indikato Awal Target sirkulasi
r Terapeutik - Untuk mencegah
darah Edukasi
- Membantu
diastolik - Anjurkan
menurunkan tekanan
menggunakan obat
darah klien
penurun tekanan
darah - Membantu
mempercepat proses
- Anjurkan minum penyembuhan klien
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
3. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan L.12111 Edukasi kesehatan
b.d kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan 1.12383 - Memahami
informasi keperawatan, diharapkan tingkat Observasi kemampuan pasien
pengetahuan menurun dengan - Identifikasi kesiapan dalam menerima
kriteria hasil : dan kemampuan informasi
Indikator Awal Target menerima informasi
Pertanyaa 2 4 Terapeutik - Mempermudah pada
yang
- Agar lebih efisien
dihadapi
terhadap kondisi
Persepsi 2 4 - Jadwalkan
kesehatan klien
yang pendidikan