LAP. EKSPLORASI Rev.
LAP. EKSPLORASI Rev.
LAP. EKSPLORASI Rev.
pertambangan (WIUP) atas komoditas tambang batuan jenis tanah urug terletak di Desa
Manyampa Kec. Ujung Loe Kab. Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan
pertambangan dilakukan oleh CV. Bintang Utama Manyampa selaku pemegang izin usaha
pertambangan (IUP)
Kegiatan eksplorasi tahapan studi kelayakan atas komoditas tambang batuan jenis
tanah urug dimaksudkan untuk menyusun laporan eksplorasi dalam rangka untuk
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Pemegang IUP
ii
DAFTAR ISI
1.1.1. Perizinan............................................................................................ 1
1.1.2. Status dan Kegunaan Lahan .............................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 1
2.1.2. Stratigrafi........................................................................................... 8
iii
BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN .................................................. 21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai .................. 18
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
PEMETAAN GEOLOGI
& GEOFISIKA
minimal Intel
4 Laptop/PC 1 Unit
Core i3
5 Printer 1 Unit
ArcGis, Map
6 Perangkat Lunak SIG 1 Unit sources,Mapinfo,
Global Mapper
Linggis dan
11 Peralatan Gali 2 Set
cangkul
I.7. Pelaksana
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi wilayah Izin Usaha Pertambangan . CV.
Bintang Utama Manyampa dilaksanakan sepenuhnya dari tenaga teknis dengan
memanfaatkan sebagian tenaga lokal disekitar lokasi yaitu di Desa Manyampa Kec.
Ujung Loe Kab.Bulukumba berikut personil pelaksanaan kegiatan Eksplorasi
WIUP . CV. Bintang Utama Manyampa
Tabel 2.3 Tenaga Ahli Dalam Kegiatan Eksplorasi
Jumlah 5
10 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya; ditindih tak selaras oleh
batuan dari Formasi Walanae dan dibatasi oleh sesar dari batuan gunungapi Tmkv.
12 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
(hubungan tertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Soppo, Batuan Gunungapi
Pamusureng dan Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di
Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini; breksinya sangat kompak, sebagian
gampingan, berkomponen basal amfibol, basal piroksen dan andesit (0,5-30 cm),
bermasa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksen. Fosil yang dikenali oleh
D. Kadar (hubungan tertulis, 1971) dari A. 75 dan A.76.b termasuk: Amphistegina
s., Globigerinids, Operculina sp., Orbulina universa D’ORBIGNY, Rotalia sp., dan
Gastropoda. Penarikan jejak belah dari contoh ignimbrit menghasilkan umur 13± 2
juta tahun dan K-Ar dari contoh lava menghasilkan umur 6,2 juta tahun (T.M. van
Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Data paleontologi dan radiometri tersebut
menunjukkan umur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Satuan ini mempunyai
tebal sekitar 2500 m dan merupakan fasies gunungapi dari pada Formasi Camba
yang berkembang baik di daerah sebelah utaranya (Lembar Pangkajene dan
Watampone bagian Barat); lapisannya kebanyakan terlipat lemah, dengan
kemiringan kurang dari 20o; menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa
(Temt) dan batuan yang lebih tua.
13 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
mengandung kuarsa, biotit, amfibol dan piroksen. Fosil dari Formasi Walanae yang
dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457
dan La.468, terdiri dari: Globigerina sp., Globorotalia menardii (D’ORBIGNY), Gl.
tumida (BRADY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS),
Globigerinoides immaturus LEROY, Gl. obliquus BOLLI, dan Orbulina universa
D’ORBIGNY. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen
Akhir sampai Pliosen (N18-N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain,
ganggang, dan koral dalam formasi ini. Tmps, Anggota Selayar Formasi Walanae:
batugamping pejal, batugamping koral dan kalkarenit, dengan sisipan napal dan
batupasir gampingan; umumnya putih, sebagian coklat dan merah; setempat
mengandung moluska. Di sebelah timur Bulukumba dan di Pulau Selayar terlihat
batugamping ini relatif lebih muda dari pada batupasir Formasi Walanae, tetapi di
beberapa tempat terlihat adanya hubungan menjemari. Fosil dari Anggota Selayar
yang dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan
La.437, La.438 dan La.479, terdiri dari: Globigerina nephentes TODD,
Globorotalia acostaensis BLOW, Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. margaritae
BOLLI & BERMUDEZ, Gl. menardii (D’ORBIGNY), Gl. scitula (BRADY), Gl.
tumida (BRADY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn.
dehiscens (CHAPMANN-PARR-COLLINS), Globigerinoides extremus BOLLI &
BERMUDEZ, Gd. immaturus LEROY, Gd. obliquus BOLLI, Gd. ruber
(D’ORBIGNY), Gd. sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Biorbulina
bilobata (D’ORBIGNY), Orbulina universa (D’ORBIGNY), Hastigerina
aequilateralis (BRADY), Pulleniatina primalis BANNER & BLOW,
Sphaeroidinellopsis seminulina SCHWAGER, dan Sphaeroidinella Subdehiscens
BLOW. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal (N16-N19). Tebal satuan diperkirakan sekitar 2000 m. Di
Kepulauan Ara dan di ujung utara Pulau Selayar ditemukan undak-undak pantai
pada batugamping; paling sedikit ada 3 atau 4 undak pantai. Daerah batugamping
ini membentuk perbukitan rendah dengan ketinggian rata-rata 150 m, dan yang
paling tinggi 400 m di Pulau Selayar.
Batuan Gunungapi
14 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Tpv Batuan Gunungapi Terpropilitkan : breksi, lava dan tufa,
mengandung lebih banyak tufa di bagian atasnya dan lebih banyak lava di bagian
bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan sebagian trakit; bersisipan serpih dan
batugamping di bagian atasnya; komponen breksi beraneka ukuran dari beberapa
cm sampai lebih dari 50 cm, tersemen oleh tufa yang kurang dari 50%; lava dan
breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan
terpropilitkan, mengandung barik-barik karbonat dan silikat. Satuan ini tebalnya
sekitar 400 m, ditindih tak selaras oleh batugamping Eosen Formasi Tonasa, dan
diterobos oleh batuan granodiorit gd; disebut Batuan Gunungapi Langi oleh van
Leeuwen (1974). Penarikan jejak belah sebuah contoh tufa dari bagian bawah
satuan menghasilkan umur ± 63 juta tahun atau Paleosen (T.M. van Leeuwen,
hubungan tertulis, 1978).
Batuan Terobosan
gd Granodiorit : terobosan granodiorit, batuannya berwarna kelabu
muda, di bawah mikroskop terlihat adanya feldspar, kuarsa, biotit, sedikit piroksen
dan hornblende, dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan magnetit; mengandung
senolit bersifat diorite, diterobos retas aplit, sebagian yang lebih bersifat diorite
mengalami kaolinisasi.
Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar Birru, menerobos batuan dari Formasi
Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada kontak
dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt). Penarikan jejak belah dari contoh
granodioritnya yang menghasilkan umur 19 ± 2 juta tahun memberikan dugaan
16 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
bahwa penerobosan batuan ini berlangsung di kala Miosen Awal (T.M. van
Leeuwen, hubungan tertulis, 1987).
d Diorit : terobosan diorite, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas
atau sil; singkapannya ditemukan di sebelah ditemukan di sebelah timur Maros,
menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu,
berteksur porfir, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar meniang.
Penearikan Kalium / Argon pada biotit dari aplit (lokasi 2) dan diorite (lokasi 3)
menunjukkan umur masing-masing 9,21 dan 7,74 juta tahun atau Miosen Akhir
(J.D. Obradovich hubungan tertulis, 1974).
t/a Trakit dan Andesit : terobosan trakit dan andesit berupa retas dan
stok; trakit berwarna putih, bertekstur porfir dengan fenokris sanidin sampai
sepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfir dengan fenokris
amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdaya Sinjai, dan
menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).
basal terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfir dengan
fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua
kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang, beberapa
di antaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene Berang
berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke Baturape
dan Cindako; sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok. Semua
terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc). Penarikan
Kalium/Argon pada batuan basal, dari lokasi 1 dan 4, dan gabro dari lokasi 5
menunjukkan umur masing-masing 7,5, 6,99 dan 7,36 juta tahun, atau Miosen
Akhir (Indonesi Gulf Oil Co., hubungan tertulis, 1972; J.D. Obradovich, hubungan
tertulis, 1974). Ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan basal
berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.
Batuan Malihan
s Batuan Malihan Kontak : batutanduk yang berkomposisi mineral-
mineral antofilit, kordiorit, epidotit, garnet, kuarsa, feldspar, muscovite dan
karbonat; berwarna kelabu kehijauan sampai hijau tua, tersingkap di daerah yang
17 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
sempit (± 2 km2), pada kontak dengan granodiorit (gd) dan dibatasi oleh sesar dari
batuan gunungapi Tmcv. Batutanduk ini mengandung banyak lensa magnetit.
18 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Formasi Tonasa di sebelah baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah
barat Lembah Walanae merupakan suatu paparan laut dangkal, dan daerah sebelah
timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat daratan.
Paparan laut dangkal Eosen meluas hamper ke seluruh daerah lembar
peta, yang buktinya ditunjukkan oleh sebaran Formasi Tonasa di sebelah barat
Birru, sebelah timur Maros dan di sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang
selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika di sebelah timur
Lembah Walanae rupanya berhenti pada Akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan
gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamiseng.
Akhir daripada kegiatan gunungapi Miosen Awal diikuti oleh tektonik
yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae, yang kemudian menjadi
cekungan di mana Formasi walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar
berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi
sampai kala Pliosen.
Menurunnya cekungan Walanae dibarengi oleh kegiatan gunungapi yang
terjadi secara luas di sebelah baratnya dan mungkin secara local di sebelah
timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen. Semula
gunungapinya terjadi di bawah laut, dan kemungkinan sebagian muncul di
permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan
Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan Gunungapi Baturape-
Cindako. Kelompok retas basal berbentuk berbentuk radier memusat ke G. Cindako
dan G. Baturape, terjadinya gerakan mengkubah pada kala Pliosen.
20 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
21 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
3.2.1.3. Pengambilan Contoh
Pengambilan sampel contoh batuan yang merupakan batuan sedimen laut berdasarkan
Formasi Walanae(Tmpw) penselingan batupasir, konglomerat, dan tufa. dngan sisipan batulanau,
batulempung, batugamping, napal dan lignit; dan Tmps Anggota Salayar Formasi
Walanae: batugamping pejal, batugamping koral dan kalkarenit, dengan sisipan napal dan
batupasir gampingan; umumnya putih,bagian coklat dan merah; setempat mengandung moluska.
22 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
singkat dapat terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Dalam metode fotogametri ini,
pengukuran dilapangan masih diperlukan khususnya untuk menentukan titik kontrol tanah yang
diprlukan dalam proses fotogametris selanjutnya.
Pada dasarnya metode fotogametris ini mencakup fotogametris metrik dan interprestasi citra.
Fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik pengukuran citra, sedangkan interprestasi citra
merupakan pengenalan serta identifikasi suatu objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini,
pengukuran tidak perlu dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium
melalui pengukuran pada citra foto.
Untuk dapat melaksanakan pengukuran tersebut, diperlukan bebrapa titik kontrol pada setiap foto
udara. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogametris selanjutnya yaitu proses
triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol minor) beradasarkan
titik kontrol tanah yang ada.
23 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Tabel 3.1 Klasifikasi Skala Wentworth
25 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
Komoditas tambang batuan jenis Tanah Urug sangat besar di wilayah Kabupaten
Bulukumba, Komoditas tambang batuan ini terutama banyak ditemukan di daerah atau di
wilayah Kecamatan Ujung Loe, Tanah Urug ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan
lain-lain, hal ini sangat potensi mengingat sangat dekat dengan kota Bulukumba dimana
kegiatan pembangunan sangat banyak di berbagai bidang khususnya bidang konstruksi.
Luasan area IUP CV. Bintang Utama Manyampa adalah 45,39 ha, Dari hasil kegiatan
mapping bahwa area yang prospek untuk ditambang yaitu sekitar 100 % berupa jenis batu pasir.
Lokasi IUP CV. Bintang Utama Manyampa dibagi dua blok yaitu Blok BUM 1 dan Blok BUM
2.
a. Blok BUM 1
Perhitungan sumberdaya dilokasi wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) Tanah Urug
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V= L x t
Dimana :
❖ Untuk menghitung volume sumber daya tereka dapat dilihat dari level rata rata ketebalan
singkapan tanah urug dilokasi eksplorasi dengan menggunakan rumus seperti berikut ini:
Data Lapangan: Luas potensi = 23,72 hektar atau 237.200 m², ketebalan rata rata tanah urug
25 meter sehingga sumber daya tereka yaitu:
26 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
V=Lxt
= 237.200 x 25 meter
= 5.930.000 m³
Untuk mendapatkan volume tonase tinggal dikalikan dengan density (berat jenis) tanah urug
sebesar 1.2 sehingga volume tonesenya sebesar 7.116.000 ton
❖ Adapun volume sumberdaya tertunjuk didapat dengan melakukan pengukuran yang berpotensi
untuk ditambang seluas 23,72 ha atau 237.200 m², dan ketebalan singkapan yang dapat di gali
20 meter berdasarkan dari penampang topografi berdasarkan elevasi tertinggi ke elevasi
terendah maka volume sumber daya terunjuk yaitu:
V=Lxt
= 237.200 x 20 meter
= 4.744.000 m³
Untuk mendapatkan volume tonase tinggal dikalikan dengan density (berat jenis) tanah urug
sebesar 1,2 sehingga volume tonasenya sebesar 5.692.800 ton
Perhitungan sumberdaya dilokasi wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) Tanah Urug
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V= L x t
Dimana :
27 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Komoditas tambang batuan jenis Tanah Urug di daerah/wilayah izin usaha
pertambangan . CV. Bintang Utama Manyampa merupakan tipe batuan sedimentasu dengan
bentuk topografi pedataran dan perbukitan, dengan demikian potensi sumberdaya komoditas
ini merupakan endapan sedimen .
❖ Untuk menghitung volume sumber daya tereka dapat dilihat dari level rata rata ketebalan
singkapan tanah urug dilokasi eksplorasi dengan menggunakan rumus seperti berikut ini:
Data Lapangan: Luas potensi = 18,14 hektar atau 181.400 m², ketebalan rata rata tanah urug
35 meter sehingga sumber daya tereka yaitu:
V=Lxt
= 181.400 x 35 meter
= 6.349.000 m³
Untuk mendapatkan volume tonase tinggal dikalikan dengan density (berat jenis) tanah urug
sebesar 1.2 sehingga volume tonesenya sebesar 7.618.800 ton
❖ Adapun volume sumberdaya tertunjuk didapat dengan melakukan pengukuran yang berpotensi
untuk ditambang seluas 18,14 ha atau 181.400 m², dan ketebalan singkapan yang dapat di gali
30 meter berdasarkan dari penampang topografi berdasarkan elevasi tertinggi ke elevasi
terendah maka volume sumber daya terunjuk yaitu:
V=Lxt
= 181.400 x 30 meter
= 5.442.000 m³
Untuk mendapatkan volume tonase tinggal dikalikan dengan density (berat jenis) tanah urug
sebesar 1,2 sehingga volume tonasenya sebesar 6.530.400 ton
28 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
Gambar 4.3 Peta Sebaran Sumberdaya
29 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
BAB V
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
5.1 Lingkungan
Kegiatan Eksplorasi yang telah berlangsung tidak mempengaruhi kedaan
lingkungan pada area lUP maupun kondisi lingkungan daerah setempat. Beberapa aktivitas
yang dilakukan selama kegiatan eksplorasi antara lain pengukuran luas area prospek dengan
menggunkan sistem tracking GPS, pengukuran ketebalan batuan yang tersingkap
dilapangan, deskripsi batuan dan pengambilan conto batuan.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan lingkungan (K3L) yang
dilakukan selama kegiatan eksplorasi berlangsung adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Ceramah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Talk), dilakukan kepada tim
eksplorasi, antara lain topik ceramah tentang mengutamakan keselamatan kerja dalam
setiap tindakan kerja, Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan lain lain.
2. Kegiatan pengadaan cara penggunaan alat pelindung diri ( APD) standard seperti : Helm,
Sepatu Safety, rompi, kacamata, ear plug, kaos tangan dan lain lain.
3. Kegiatan pengarahan dalam penanganan kecelakaan kerja, melakukan Job safety analysis
(JSA) setiap bentuk pekerjaan.
4. Kegiatan pemasangan rambu rambu lalu lintas, rambu rambu peringatan K3 dan lain lain
yang dianggap perlu.
30 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
BAB-VI
KEUANGAN
31 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Kasimpulan kegiatan penyelidikan lapangan yang kami laksanakan selama 3 hari di Desa
Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan adalah
sebagai berikut:
1. Bahan galian komoditas batuan berupa tanah urug yang menjadi target eksplorasi dan
penambangan di daerah penyelidikan CV. Bintang Utama Manyampa, adalah jenis batuan pasir
yang merupakan Formasi Walanae.
2. Pemetaan topografi yang dilakukan meliputi pemetaan batas IUP, elevasi dari sebaran bahan
galian yang ekonomis yang layak untuk ditambang. Sehingga dari hasil survei bahwa luasan
yang dapat tertambang keseluruhan luas area sebesar 100% dari total keseluruahan luas IUP
45,39 Ha. Sementara material batugamping yang dapat ditambang memiliki ketebalan
maksimum 15-35 meter.
3. Klasifikasi sumberdaya material terdiri dari sumberdaya material tereka Sumberdaya material
terunjuk dan terukur :
Luas
Nama Sumber Daya
(Ha)
No. Blok/
Prospek
Tereka Tertunjuk Terukur
32 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional Tentang Pedoman Pelaporan Sumberdaya dan Cadangan Mineral
SNI 4726 : 2011.
Rab Sukamto dan Sam Supriatna ,1982 Geologi Regional Lembar Ujungpandang, Benteng dan
Sinjai, Sulawesi Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi.
Hadian, dkk (1974) , cadangan belerang di Gunung Soputan sebanyak 69500 metrik ton dan di
kawah Gunung Mahawu sebanyak 96000 metrik ton.
Idrus, A., Titisari, A.D., Warmada, I.W., Setijadji, L.D. 2007. Eksplorasi Sumberdaya Mineral.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Tentang Pedoman
Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja Dan Anggaran
Biaya, Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Nomor : 1806 K/30/Mem/2018, KESDM, 2018.
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Nomor : 1827
K/30/Mem/2018, KESDM, 2018.
Permen ESDM No 07 Tahun 2014 tentang Pelaksaan Reklamasi dan Pasca Tambang pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
33 | L a p o r a n E k s p l o r a s i C V . B i n t a n g U t a m a M a n y a m p a
1. Peta tata guna lahan
2. Peta geologi regional
3. Peta topografi
4. Peta geologi lokal hasil penyelidikan dan penampang geologi
5. Peta sebaran pengambilan sampel
6. Peta sebaran sumberdaya geologi
1. Peta Tata Guna Lahan
2. Peta Geologi Regional
3. Peta Topografi
4. Peta Geologi Lokal Hasil Penyelidikan dan Penampang Geologi
A
5. Peta Sebaran Pengambilan Sampel
6. Peta Sebaran Sumberdaya Geologi