Bab I Elva

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS SENAM DISMINORE TERHADAP

PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI


SMAN 3 KENDARI TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan gelar Sarjana


Terapan Kebidanan

OLEH

ELVA FEBRI ASHARI

NIM: P00312016011

PRODI D-IV KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja

adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,

dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk

fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-

perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial.

Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam

rentang kehidupan manusia. Pada tahap ini remaja akan

mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial

sebagai ciri dalam masa pubertas (Setianingrum, 2014).

Pada masa remaja, masa dimana mereka mengalami

perubahan bentuk tubuh maupun perubahan reproduksi dimana

masa inilah yang disebut dengan masa pubertas, pubertas ditandai

dengan menstruasi (menarche) pada remaja putri (Hutagaol dkk,

2015).

Menstruasi merupakan suatu peristiwa pengeluaran darah,

mukus, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik. Menstruasi

merupakan bagian dari komponen penting dalam siklus reproduksi

wanita (female reproductive cycle, FRC) (Reeder, et al., 2011).

Usia normal bagi perempuan pertama kali mengalami menstruasi

pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi sebagian perempuan ada yang


mengalami menstruasi awal yaitu pada usia 8 tahun atau ada juga

yang mengalami menstruasi lambat yaitu pada usia 18 tahun.

Menstruasi sendiri akan berhenti dengan sendiri pada saat wanita

sudah memasuki usia 40-50 tahun atau yang sering disebut

menopause. Pada sebagian perempuan yang sedang mengalami

menstruasi biasanya mengalami rasa nyeri tiba-tiba yang biasa

disebut dengan istilah Dismenore (Sukarni & Margareth dalam

Purba, et al., 2013).

Dismenore adalah nyeri yang terjadi saat menstruasi

khususnya pada abdomen bawah, pinggang, panggul, paha atas,

hingga betis (Sinaga et al., 2017). Dismenore menurut klinis dapat

dibedakan menjadi dismenore primer yang tidak disebabkan karena

adanya patologi pelvik dan dismenore sekunder yang disebabkan

karena adanya kelainan patologi yang mendasari, seperti

endometriosis atau kista ovarium (Larasati & Alatas, 2016).

Dysmenorrhea dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan

non farmakologi. Terapi farmakologi antara lain pemberian obat

analgetik dan pemeriksaan laparoskopic (Prawihardjo, 2014).

Sedangkan terapi non farmakologi antara lain : hipnoterapi,

akupuntur, relaksasi (Marlinda, 2013).

Latihan olahraga ringan/senam sangat dianjurkan untuk

mengurangi dysmenorrhea. Senam merupakan salah satu teknik

relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid atau


dysmenorrhea, hal ini disebabkan saat melakukan senam tubuh

akan menghasilkan endorpin. Endorpin adalah hormon yang

dihasilkan tubuh pada saat relaks atau tenang yang diproduksi oleh

otak dimana akan mengurangi nyeri saat kontraksi dan

memberikan rasa nyaman (Achmad Suparto dalam Deharnita, dkk,

2014).

menurut Sugani dan Priandani 2010, yang mengatakan bahwa

latihan tubuh atau senam yang dilakukan saat disminore dapat

menolong otot-otot yang mengalami ketegangan untuk menjadi

relaks. Otot-otot uterus yang mengalami ketegangan saat

disminore ketika diberikan latihan tubuh atau senam yang berokus

pada pada bagian panggul, menyebabkan otot-otot uterus yang

tegang mengalami relaksasi dan nyeri pun berangsur-angsur

berkurang. Saat melakukan senam seseorang menjadi lebih

nyaman, gembira, dan dapat melancarkan pengiriman oksigen ke

otot.

Menurut World Health Organization (WHO) dalam penelitian

Sulistyorini (2017), Angka kejadian dismenore cukup tinggi

diseluruh dunia. Rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada

wanita muda antara 16,8 –81%. Rata-rata di negara-negara Eropa

dismenore terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi

terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di negara

Finlandia. Prevalensi dismenore tertinggi sering ditemui pada


remaja wanita, yang diperkirakan antara 20-90%. Sekitar 15%

remaja dilaporkan mengalami dismenore berat.

Di Amerika Serikat, dismenore diakui sebagai penyebab

paling sering ketidakhadiran di sekolah yang dialami remaja putri.

Selain itu, juga dilakukan survey pada 113 wanita Amerika Serikat

dan dinyatakan prevalensi sebanyak 29-44%, paling banyak pada

usia 18-45 tahun (Sulistyorinin, 2017).

Di Indonesia angka kejadian dimenore terdiri dari 54,89%

dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Kemenkes RI,

2016).

Dismenore cukup mempengaruhi aktivitas remaja putri

sebanyak 56% pelajar, sedangkan 39% dan 5% pelajar

mengatakan dismenore sedikit dan sangat berpengaruh pada

kehidupan (Noravita, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2015), mengenai

Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri Pada

Remaja Putri SMK 1 Tapongo Kecamatan Tapongo Kabupaten

Polewali Mandar. Nyeri dismenore dari 30 responden didapatkan

bahwa responden paling banyak adalah nyeri sedang yaitu nyeri

sedang sebanyak 12 responden (40 %) kemudian nyeri berat yaitu

10 responden (33,3 %) dan paling sedikit adalah nyeri ringan

sebanyak 8 responden (26,7 %). Pengaruh senam dismenore

terhadap penurunan nyeri didapatkan nilai signifikasi dengan nilai


signifikasi (p) 0,000; artinya p > a, dengan nilai > 0,05 yang berarti

ada pengaruh pemberian senam dismenore terhadap penurunan

nyeri pada remaja putri dikarenakan senam dadapat memperlebar

darah dan menghasilkan hormon endorphin sehingga nyeri

dismenore dapat diatasi setelah remaja putri melakukan senam

Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi

yang sangat dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore

adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh beberapa wanita

tiap bulannya (Suparto, 2011). Hal ini disebabkan saat melakukan

olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin.

Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang.

Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi

oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2011).

Hasil survei awal yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 3 Kendari pada tanggal 13 Januari 2020

dengan mewawancarai 15 orang siswi, 12 diantaranya mengatakan

mengalami nyeri haid pada saat menstruasi disetiap bulannya. 7

siswi (58,4%) mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara

penanggulangan dari nyeri yang dialami, 3 siswi (25%) mengatakan

bahwa ketika menstruasi untuk mengurangi rasa nyeri memilih

untuk minum obat atau jamu dalam kemasan, dan 2 siswi (1,7%)

mengatakan tidak melakukan apa-apa


Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan

penelitian tentang Efektivitas Senam Disminore Terhadap

penurunan nyeri Dismenore Di SMAN 3 Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah senam dismenore

efektif terhadap penurunan nyeri dismenore di SMAN 3 Kendari

Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas senam

disminore terhadap penurunan nyeri disminore di SMAN 3

Kendari Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi penurunan nyeri dismenore sebelum

diberikan senam dismenore di SMAN 3 Kendari.

b. Untuk mengindentifikasi penurunan nyeri dismenore

sesudah diberikan senam dismenore di SMAN 3 Kendari.

c. Untuk menganalisis efektivitas senam dismenore terhadap

penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di SMAN 3

KENDARI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangsi teoritis terhadap pengetahuan senam

dismenore guna lebih mempromosikan tentang senam

dismenore dalam penurunan nyeri dismenore kepada remaja

putri

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Peletian

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka atau

informasi tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya tentang senam dismenore

b. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti

dalam mengaplikasikan ilmunya dan hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

C. bagi institusi

E. Keaslian Penelitian

1. Nuraini 2015. Pengaruh Senam Dismenore Terhadap

Penurunan Nyeri Pada Remaja Putri SMK 1 Tapongo

Kecamatan Tapongo Kabupaten Polewali Mandar.Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri Pada

Remaja Putri SMK 1 Tapongo Kecamatan Tapongo

Kabupaten Polewali Mandar Penelitian ini menggunakan


quasy experiment Nyeri dismenore dari 30 responden

didapatkan bahwa responden paling banyak adalah nyeri

sedang yaitu nyeri sedang sebanyak 12 responden (40 %)

kemudian nyeri berat yaitu 10 responden (33,3 %) dan

paling sedikit adalah nyeri ringan sebanyak 8 responden

(26,7 %).. nilai signifikasi dengan nilai signifikasi (p) 0,000;

artinya p > a, dengan nilai > 0,05 yang berarti ada pengaruh

pemberian senam dismenore terhadap penurunan nyeri

pada remaja putri dikarenakan senam dadapat memperlebar

darah dan menghasilkan hormone endorphin sehingga nyeri

dismenore dapat diatasi setelah remaja putri melakukan

senam Persamaan dengan penelitian ini yaitu terletak

variabel bebasnya yaitu senam dismenore. Perbedaan

dengan peneliti ini terletak pada intervensi yang diberikan

pada peneliti terdahulu dengan memberikan senam

dismenore saja namun pada penelitian yang akan

dilakukan dengan menjelaskan mengenai dismenore dan

memberikan senam dismenore.

2. Tri , 2019 Pengaruh Terapi Yoga (Paschimottanasana dan

Adho Mukha Padmasana) terhadap Intensitas Nyeri pada

Remaja Putri yang Mengalami Dismenore Primer Penelitian

ini menggunakan metode penelitian quasi eksperiment

dengan rancangan pretest-posttest with control group


design. Hasil penelitian yang dilakukan di Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya Hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh p=0,061>0,05

yang bermakna data berdistribusi normal. Hasil uji Paired

T-Test pada kelompok perlakuan menunjukan terdapat

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan

yoga dengan nilai p=<0,001 maka p<0,05, hasil pada

kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan

sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,583>0,05. Hasil uji

Independent T-Test menunjukan terdapat Pengaruh Terapi

Yoga (Paschimottanasana dan Adho Mukha Padmasana)

terhadap Intensitas Nyeri pada Remaja Putri yang

Mengalami Dismenore Primer dengan nilai p=0,001<0,05.

Berdasarkan penelitian ini, terapi yoga

(Paschimottanasana dan Adho Mukha Padmasana) dapat

digunakan sebagai manajemen non farmakologi untuk

mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri. Persamaan

penelitian ini adalah terletak pada metode penelitian yaitu

quasi eksperimen. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini

adalah terletak pada rancangan penelitian ini menggunakan

pretest-posttest with control group design, berbeda variabel

bebas, waktu, tempat dan sampel

3.

Anda mungkin juga menyukai