Perbaikan Proposal - New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), Masa remaja

merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan

masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan

dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai

dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks sekunder

sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan,

keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu (Hidayati and

Farid, 2016).

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-

kanak dan masa dewasa. Banyak perbuatan atau tingkah laku

remaja yang sulit dimengerti. Masa remaja adalah masa peralihan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu antara usia sebelas

tahun sampai empat belas tahun hingga dua puluh tahun. Masa ini

merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang

ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional,

dan sosial (Manurung, Utami and HD, 2015).

Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan

menstruasi (menarche). Pada permulaan usia menarche, biasanya

diikuti dengan menstruasi yang tidak teratur. Menstruasi merupakan

indikator kematangan seksual pada remaja putri. Menstruasi


2

merupakan proses fisiologis pelepasan endometrium yang banyak

terdapat pembuluh darah, peristiwa ini terjadi setiap 1 bulan sekali.

Namun ada beberapa masalah yang dialami saat siklus menstruasi,

salah satunya adalah dismenore, nyeri punggung, nyeri kepala

(Gustina and Djannah, 2015).

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan

oleh kejang terjadinya dismenore dikarenakan adanya peningkatan

kadar prostaglandin. Peningkatan ini akan mengakibatkan kontraksi

uterus dan vasokonstriksi pembuluh darah. Aliran darah yang

menuju uterus menurun sehingga uterus tidak mendapat suplai

oksingen yang adekuat yang menyebabkan nyeri intensitas nyeri

dipengaruhi oleh deskripsi individu tentangnyeri atau persepsi

pengalaman nyeri otot uterus (Manurung, Utami and HD, 2015).

Remaja yang mengalami dismenore di Indonesia cenderung

tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Apabila dismenore tidak

diatasi maka akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu

sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan atau terapi

secara farmakologis ataupun non farmakologis. Dismenore dapat

dikurangi secara farmakologis dan non farmakologis. Salah satunya

adalah dengan gerakan yoga. Yoga merupakan salah satu jenis

tekhnik relaksasi yang dapat menurunkan intensitas nyeri dengan

merilekskan otot-otot skelet yang mengalami spasme dan


3

meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme (Dewi,

Wagiyo and Astuti, 2015).

Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri. Beberapa

gerakan yoga mampu mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase

yang lebih menenangkan yaitu Pose Upavishta Konasana, Buddha

Kosana, Janu Shirsasana, Supta Baddha Konasana, Mudhasana.

Frekuensi latihan yoga dapat dilakukan 10-15 menit atau sebanyak

dua kali dalam sepuluh hitungan, sambil mengatur nafas dalam

(Manurung Melda, Utami and HD, 2015).

Yoga merupakan teknik relaksasi yang mengajarkan

seperangkat teknik seperti pernafasan, meditasi, dan posisi tubuh

untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan. Teknik relaksasi

dalam yoga dapat merangsang tubuh untuk melepaskan opioid

endogen yaitu endorphin dan enkefalin (senyawa yang berfungsi

untuk menghambat nyeri). Endorphin dihasilkan di otak dan susunan

saraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat

penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa

nyaman (Ningrum, 2017).

Data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa

(90%) wanita yang mengalami dismenorea, 10-15% diantaranya

mengalami dismenore berat. Hal ini di dukung dengan penelitian


4

yang telah dilakukan diberbagai negara dengan hasil yang

mencengangkan, dimana kejadian dismenore primer disetiap negara

dilaporkan lebih dari 50% Angka kejadian nyeri menstruasi

(Dismenore) di dunia sangat besar, Rata-rata lebih dari 50%

perempuan di setiap negara mengalami Dismenore, Prevalensi

dismenore primer di Amerika Serikat tahun 2012 pada wanita umur

12-17 tahun adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49%

dismenorea ringan, 37% dismenore sedang, dan 12% dismenore

berat yang mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk

sekolah (Nurwana, Sabilu and Fachlevy, 2017).

Di Indonesia angka kejadian dismenore tipe primer adalah

sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita dengan dismenorea

sekunder. Dismenoreterjadi pada remaja dengan prevalensi berkisar

antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74- 80% remaja mengalami

dismenorea ringan, sementara angka kejadian endometriosis pada

remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 25-38%, sedangkan pada

remaja yang tidak memberikan respon positif terhadap penanganan

untuk nyeri haid, endometriosis ditemukan pada 67% kasus.

Kelainan terjadi pada 60-70% wanita di Indonesia dengan 15%

diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas

akibat dismenore (Nurwana, Sabilu and Fachlevy, 2017).

Pada penelitian Remaldi & Diyah, 2018 Penurunan Nyeri Saat

Dismenore Dengan Senam Yoga Dan Teknik Distraksi (Musik Klasik


5

Mozart) Pada Siswi SMAN 4 Pekalongan. Terdapat hasil penelitian

yang dilakukan penurunan dismenore kelompok kegiatan senam

yoga dengan kelompok kegiatan teknik distraksi (mendengarkan

musik klasik mozart) sebesar 0,024 (< 0,05) sehingga dapat

dinyatakan terdapat perbedaan penurunan dismenore kelompok

kegiatan senam yoga dengan kelompok kegiatan teknik distraksi

(mendengarkan musik klasik mozart) pada Siswi SMAN4

Pekalongan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senam yoga

mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam menurunkan nyeri

menstruasi (dismenore) daripada teknik distraksi (mendengarkan

musik klasik mozart) yang dapat dilihat dari mean senam yoga

sebesar (2,07), sedangkan mean teknik distraksi (mendengarkan

musik klasik mozart) sebesar (1,50).

Hasil survei awal yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 3 Kendari pada tanggal 13 Januari2020 dengan

mewawancarai 15 orang siswi, 12 diantaranya mengatakan

mengalami nyeri haid pada saat menstruasi disetiap bulannya. 7

siswi (58,4%) mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara

penanggulangan dari nyeri yang dialami, 3 siswi (25%) mengatakan

bahwa ketika menstruasi untuk mengurangi rasa nyeri memilih untuk

minum obat atau memakai minyak kayu putih, dan 2 siswi (1,7%)

mengatakan tidak melakukan apa-apa pada saat nyeri haid.


6

Berdasarkanlatar belakang diatas, maka penelitimelakukan

penelitian tentang PengaruhYoga Terhadap penurunan nyeri

Dismenore Di SMAN 3 Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh yoga terhadap

penurunan nyeri dismenore di SMAN 3 Kendari Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaru yoga

terhadap penurunan nyeri dismenore di SMAN 3 Kendari Tahun

2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi intervensi nyeri dismenore

sebelum diberikan Yoga di SMAN 3 Kendari.

b. Untuk mengindentifikasi penurunan intervensi nyeri

dismenore sesudah diberikan Yoga di SMAN 3 Kendari.

c. Untuk menganalisis pengaruhYoga terhadap penurunan

nyeri dismenorepada remaja putri di SMAN 3 Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
7

Sebagai sumbangsi teoritis terhadap pengetahuan Yoga

guna lebih mempromosikan tentang Yoga dalam penurunan

nyeri dismenore kepada remaja putri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Peletian

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka atau

informasi tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya tentang Yoga.

b. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi

peneliti dalam mengaplikasikan ilmunya dan hasil penelitian

ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya.

c. Bagi Institusi

Hasil penelitian bisa dijadikan sebagai referensi dalam

pengembangan teori ilmu pengetahuan khususnya ilmu

Kebidanan.

E. Keaslian Penelitian

1. Adevia, (2018). Yang berjudul Efektivitas Acuyoga Terhadap

Nyeri Dysmenorrhea Pada Siswi Pmr SMK 1 DukuhTuri

Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian Kuantitatif dengan rancangan quasy experiment,

melakukan pendekatan rancangan peneliti nonequivalent


8

control group designt, analisis yang digunakan adalah Mann-

Whitney.Variabel terikat adalah nyeri dysmenorrhea.

Sedangkan, variabel bebas adalah Acuyoga.

Hasil penelitian adalah Selisih rata-rata intensitas nyeri

kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan acuyoga

adalah 2,07. Sedangkan selisih rata-rata pada kelompok kontrol

adalah 0,38. Hasil uji analisis menggunakan Man

Whitneymenunjukkan asymp. Sig (2 tailed) 0.000, artinya

Acuyogo efektif terhadap intensitas nyeri dysmenorhhea.

Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

dengan judul “Pengaruh Yoga Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore Pada Remaja Putri Di SMAN 3 Kendari Tahun

2020”. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Yoga,

sedangkan variabel terikat adalah penurunan nyeri dismenore.

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment

dengan rancangan Two Group Pretest-Posttest, analisis yang

digunakan adalah Paired T Test.

2. Remaldi & Diyah, (2018). Yang berjudul Penurunan Nyeri Saat

Dismenore Dengan Senam Yoga Dan Teknik Distraksi (Musik

Klasik Mozart) Pada Siswi SMAN 4 Pekalongan.. Penelitian ini

menggunakanmetode Eksperimen Semu (Quasi Experiment

Design) dengan rancangan Pre test dan Post test Designt.

Variabel terikat adalah senam yoga dan teknik distraksi


9

sedangkan variabel bebas adalah penurunan nyeri saat

dismenore,

Hasil penelitian yang dilakukan pengujian Mann Whitney

U pada uji beda skala dismenore antara kelompok kegiatan

senam yoga dengan kelompok kegiatan teknik distraksi

(mendengarkan musik klasik mozart) sebesar 0,024 (< 0,05)

sehingga dapat dinyatakan pada penurunan dismenore

terdapat perbedaan yang signifikan skala dismenore kelompok

kegiatan senam yoga dengan kelompok kegiatan teknik

distraksi (mendengarkan musik klasik mozart) pada siswi

SMAN 4 Pekalongan, hal ini menunjukkan bahwa kelompok

yoga lebih efektif menurunkan dismenore dari pada kelompok

distraksi.

Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan adalah

dengan judul “Pengaruh Yoga Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore Pada Remaja Putri Di SMAN 3 Kendari Tahun

2020”. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Yoga,

sedangkan variabel terikat adalah penurunan nyeri dismenore.

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment

dengan rancangan Two Group Pretest-Posttest, analisis yang

digunakan adalah Paired T Test.

.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

a. Tinjauan Tentang Nyeri Dismenore

a. Pengertian Nyeri

Menurut International Association for Study of Pain

(IASP) nyeri diartikan sebagai sensasi fisik atau kondisi emosi

yang tidak diinginkan akibat rusaknya saraf atau jaringan di

dalam tubuh seseorang(Sari and Halim, 2017).Nyeri adalah

pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun

potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan

tersebut (Bahrudin, 2017).

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multi

dimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas

(ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,

tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan

penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus).

Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki

komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam

suatu bentuk penderitaan (Bahrudin, 2017).


11

b. Faktor –faktor yang mempengaruhi nyeri

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri (Wijaya, Yantini, Evi

and Susila, Pradnya, 2018).

a) Usia.

b) Jenis kelamin.

c) Kebudayaan.

d) Makna nyeri.

e) Perhatian.

f) Ansietas.

g) Pengalaman sebelumnya.

h) Gaya koping.

i) Dukungan keluarga dan sosial.

2. Tinjauan Tentang Dismenore

a. Pengertian Dismenore

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu

haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan

memerlukan pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri

atau rasa sakit di daerah perut atau pinggul, nyeri haid yang

bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Nyeri

kram yang terasa sebelum atau selama menstruasi bisa juga

nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam perut, mual,

muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan (Rustam, 2014).


12

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram

rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan

dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam

hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri (Larasati

dan Alatas, 2016).

b. Klasifikasi Dismenore

1) Dismenore Primer

dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak

didasari kondisi patologis,Dismenore primer biasanya

dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis

mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu

ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium.

Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak

ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore

primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun. Dismenore

primer terjadi akibat adanya kelainan pada fisik yang tidak

mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita yang

telah memperoleh haid. Lokasi nyeri dapat terjadi pada

suprapublik terasa tajam, menusuk terasa diremas atau

sangat sakit.nyeri dirasakan pada perut bagian bawah

tetapi dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang

(Larasati and Alatas, 2016).

2) Dismenore sekunder
13

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang didasari

dengan masalah patologis rongga panggulmisalnya

endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis

serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul atau

irritable bowel syndrome (Larasati and Alatas, 2016).

c. Penyebab Dismenore Primer.

Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan

penyebab yang mendasarinya dan dikatakan dismenore

sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.

Dismenore primer terjadi karena peningkatan prostaglandin

(PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2)

yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada

miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian

bawah perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada

dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan

pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan darah haid

sehingga terjadilah nyeri saat haid Pertambahan umur dan

kehamilan alan menyebabkan menghilangnya dismenore

primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf

rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagia saraf pada akhir

kehamilan (Larasati and Alatas, 2016).

Perbedaan beratnya nyeri tergantung pada kadar

prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenore memiliki


14

kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengalami dismenore. Dismenore

sangat mirip dengan nyeri yang dirasakan wanita hamil yang

mendapatkan suntikan prostaglandin untuk merangsang

persalinan 20 tahun (Larasati and Alatas, 2016).

d. Gejala dismenore primer

Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja

adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut. Rasanya

sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah,

gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan,

perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul

jerawat, tegang, lesu, dan depresi (Larasati dan Alatas, 2016).

e. Faktor-faktor Penyebab dismenore primer

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dismenorea

primer, yaitu faktor endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan

atau gangguan psikis, faktor konstitusi, faktor alergi (Nurwana,

Sabilu dan Fachlevy, 2017).

1) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase

corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau

mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon

estrogren merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,

endometrium dalam fase sekresi memproduksi


15

prostaglandin F2 hingga menyebabkan kontraksi otot-otot

polos.

2) Kelainan organik

Seperti, retrofleksia uterus (kelainan letak arah

anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim

yang tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan

saluran jalan lahir), mioma subkmukosa bertangkai (tumor

jinak yang terdiri dari jaringan otot).

3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Seperti rasa bersalah, ketakutan, seksual, takut

hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah

lawan jenis, dan imaturitas (belum mencapai kematanga).

4) Faktor konstitusi

Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore.

5) Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset,

ada hubungan antara dismenore dengan urtikaria

(biduran), migran, dan asma.

f. Faktor Risiko Dismenore

Berbagai faktor risiko dismenore primer telah

diidentifikasi dalam berbagai literatur dengan hasil prevalensi

yang sangat beragam. Faktor risiko ini berhubungan dengan


16

meningkatnya tingkat kejadian dismenore primer. Menurut

(Larasati dan Alatas, 2016) faktor risiko tersebut antara lain :

a) Menarke usia dini.

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-

alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum

siap mengalami perubahanperubahan sehingga timbul

nyeri ketika menstruasi (Lestari, 2013).

b) Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore.

c) Indeks Masa Tubuh yang tidak normal.

d) Kebiasaan memakan makanan cepat saji.

e) Durasi perdarahan saat haid.

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari),

menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi

lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering

berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang

dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan

menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang

turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadi dismenore (Lestari, 2013).

f) Terpapar asap rokok.

Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi

dan meningkatkan lamanya dismenore (Lestari, 2013).

g) Konsumsi kopi.
17

g. Pembagian Klinis Dismenore

Dismenore sering di klasifikasikan sebagai ringan,

sedang, atau berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri

tersebut dapat berdampak pada kemampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Intensitas nyeri menurut Multi

Dimensional Scoring of Andersch and Milsom

mengklasifikasikan nyeri dismenore sebagai berikut :

a) Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa

adanya pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan

analgetik dan tidak ada keluhan sistemik.

b) Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang

memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan

analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat

beberapa keluhan sistemik.

c) Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan

keterbatasan parah pada aktifitas sehari-hari, respon

analgetik untuk menghilangkan rasa sakit minimal, dan

adanya keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain

sebagainya (Larasati dan Alatas, 2016).

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri

dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati.

Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi,


18

dismenore spasmodik dan dismenore kongestif (Lestari,

2013).

1) Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut

dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah

masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus

berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia

tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara

mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan

ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan

penderitanya adalah perempuan muda walaupun

dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke

atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling

tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun

banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal

seperti itu.

2) Nyeri Kongestif

Penderita dismenore kongestif yang biasanya

akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa

haidnya akan segera tiba. Tanda gejala yang dialami

adalah pegal, sakit pada buah dada, perut kembung

tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala,

sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau


19

sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan

keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau

muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu

merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung

antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.

Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan

nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari

pertama masa haid, orang yang menderita dismenore

kongestif akan merasa lebih baik.

h. Penanganan Dismenore

Penanganan untuk dismenorea bisa dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Penderita cenderung

mencari pengobatan untuk menghilangkan keluhan

dismenorea. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dan

kontrasepsi oral kombinasi adalah pengobatan utama

dismenorea (Risnomarta, Arnelis dan Ermawati, 2015).

1) Terapi Farmakologi.

a) Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS).

OAINS adalah terapi awal yang sering

digunakan untuk dismenorea. OAINS mengurangi

nyeri haid dengan menurunkan tekanan intra uterin

dan menurunkan level prostaglandin F2 alpha pada

cairan menstruasi. OAINS memberikan perbaikan


20

pada 80-85% pasien yang diteliti. Obat anti inflamasi

non steroid memegang peranan penting dalam

menanggulagi keluhan pada dismenorea primer ini,

termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen

(Risnomarta, Arnelis and Ermawati, 2015).

b) Pil Kontrasepsi Kombinasi.

Pil KB kombinasi merupakan alat kontrasepsi

hormonal yang mengandung levenorgestrel (turunan

dari hormon progesteron) dan etinilestradiol (turunan

dari hormon estrogen) yang dapat mengurangi

pembentukan prostaglandin. Kadar prostaglandin

yang rendah akan menurunkan kontraksi uterus, yang

selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore

(Risnomarta, Arnelis and Ermawati, 2015).

2) Terapi Non Farmakologi.

Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam

mengurangi gejala dismenorea yang bersifat

nonfarmakologi (Larasati dan Alatas, 2016) yaitu:

a) Kompres air hangat.

b) Olahraga yang teratur (terutama berjalan).

c) Pemijitan.

d) Yoga.

e) Tidur cukup.
21

i. Alat ukur dismenore primer

NRS (Numerical Rating Scale) lebih digunakan sebagai

alat pendeskripsi kata. Skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intentas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. NRS dibagi menjadi skala 0 atau tidak nyeri

(tidak ada keluhan nyeri menstruasi/kram pada perut

bagian bawah), skala 1-3 nyeri ringan (terasa kram perut

bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat

melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi belajar),

skala 4-6/nyeri sedang (terasa kram pada perut bagian

bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan,

sebagian aktivitas terganggu, sulit/susah beraktivitas

belajar), skala 7-9/nyeri berat (terasa kram berat pada

perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha,

atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas,

tidak kuat beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar),

dan skala 10/nyeri berat tak tertahankan (terasa kram yang

berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual,

muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa

berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat

beraktivitas, terkadang sampai pingsan) (Prafitri dan Ersila,

2016).
22

3. Tinjauan Tentang Remaja Putri

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan

antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.

Masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi

perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan

dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di

mana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan

orientasi masa depan (Putro, 2017).

b. Perkembangan pada Masa Remaja

Terdapat 3 tahap perkembangan remaja (Putro, 2017) :

a) Remaja Awal (Early Adolescence).

Saat berumur 10-12 tahun, Biasanya duduk di

bangku Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-ciri: tidak


23

stabil keadaannya, lebih emosional, mempunyai banyak

masalah, masa yang kritis, mulai tertarik pada lawan jenis,

munculnya rasa kurang percaya diri, dan suka

mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal

dan suka menyendiri.

b) Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada usia 13-15 tahun, Biasanya duduk di bangku

Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri : sangat

membutuhkan teman, cenderung bersifat narsistik

kecintaan pada diri sendiri, berada dalam kondisi

keresahan dan kebingungan, karena pertentangan yang

terjadi dalam diri, berkenginan besar mencoba segala hal

yang belum diketahuinya, dan keinginan menjelajah ke

alam sekitar yang lebih luas.

c) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Remaja akhir 16-19 tahun adalah Ditandai dengan

ciri-ciri: aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil,

meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang

yang sudah baik, lebih matang dalam cara menghadapi

masalah, ketenangan emosional bertambah, lebih mampu

menguasai perasaan, sudah terbentuk identitas seksual

yang tidak akan berubah lagi dan lebih banyak perhatian

terhadap lamabang-lambang kematangan.


24

4. Tinjauan tentang Yoga

a. Pengertian Yoga

Yoga berasal dari bahasa sansekerta yang berarti

union atau penyatuan. Penyatuan yang sejati adalah

penyatuan dengan sang illahi. Selama beryoga kita

merasakan penyatuan dalam tubuh kita antara pikiran, napas,

dan jiwa. Menurut kitab kuno, yoga adalah ilmu yang membuat

kita dapat menjalani hidup yang lebih harmoni, seimbang

melalui pengendalian pikiran dan tubuh. Jadi yoga adalah

filosofi hidup kita yang setiap gerakannya mencerminkan

filosofi hidup (Vianti dan Ari, 2018).

Yoga merupakan bagian dari terapi non farmakologis

yang dapat menurunkan nyeri. Yoga merupakan upaya praktis

dalam menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa, yang mana

manfaat yoga membentuk postur tubuh yang tegap, serta

membina otot yang lentur dan kuat, memurnikan saraf pusat

yang terdapat di tulang punggung (Dewi, Wagiyo and Astuti,

2015).

Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti

teknik relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk

meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa

nyeri. Efek relaksasi juga memberikan individu kontrol diri

ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi
25

serta menstimulus pelepasan endorfin Pelepasan endorfin

dapat meningkatkan respons saraf parasimpatis yang

mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh

dan uterus serta meningkatkan aliran darah uterus sehingga

mengurangi intensitas nyeri dismenorea. Beberapa gerakan

yoga mampu mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase

yang lebih menenangkan yaitu Pose Upavishta Konasana,

Buddha Kosana, Janu Shirsasana, Supta Baddha Konasana,

Mudhasana, yoga dapat dilakukan selama 10-15 menit dalam

hitungan sepuluh kali sambil menarik nafas secara perlahan-

lahan (Manurung, Utami and HD, 2015).

b. Tingkatan Dalam Yoga

Fokus latihan di aliran hatha yoga meliputi aktivitas beri

kut:  Yoga terdiri atas 8 tingkatan. Setiap tingktan memiliki

identitas tersendiri, namun memperkuat satu sama lain dan

tidak dapat dipisahkan (Kinasih, 2010). Tingkatan ini dapat

dilihat dari pemahaman bahwa tingkat yang satu lebih tinggi

dari tingkat yang lainnya, namun harus dengan pemahaman

bahwa satu tingkat takkan pernah dicapai tanpa memahami

tingkatan sebelumnya. Adapun tingkatannya adalah :

1. Yama (Disiplin Sosial Kemasyarakatan)

Tingkatan ini memiliki 5 prinsip universal yaitu

kejujuran, antikekerasan, tidak mencuri, tidak mengumbar


26

nafsu birahi dan penguasaan hasrat. Sebuah prinsip yang

harus dipatuhi dalam kegiatan sehari-hari.

2. Niyama (Disiplin Individu)

Tingkatan ini memiliki 5 persyaratan antara lain

bersih diri, bersyukur, tidak berlebihan, mawas diri, dan

menyembah Sang Maha Pencipta. Perilaku ini harus

tercermin dalam kehidupan pribadi setiap saat.

3. Asana (Postur Tubuh)

Postur yang baik membawa stabilitas dalam tubuh

dan keagungan pikiran. Melatih asana/postur tubuh

mampu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan

kesehatan. Dengan asana, seluruh bagian penting tubuh,

seperti jantung, paru-paru, ginjal, hati, empedu, pankreas,

dan bagian lainnya menjadi terstimulasi untuk bekerja

lebih baik.

4. Pranayama (Pengaturan Napas)

Tingkatan ini hanya bisa dilakukan setelah dasar-

dasar asana dikuasai dengan baik. Melalui pranayama

diyakini dapat melepaskan jiwa dari tekanan,

mengendurkan sistem saraf, dan menenangkan

pikiran.mencapai keseimbangan antara tubuh dan pikiran.

5. Pratyahara (Pengaturan Indera)


27

Pembatasan diri ini adalah penghubung antara 4

tingkatan awal dengan 3 tingkatan selanjutnya. Setelah

mematuhi semua persyaratan awal, seseorang akan

mampu melakukan kontrol terhadap pikiran dengan

segenap panca inderanya sehingga mampu

berkontemplasi dengan baik, lalu membuang semua

elemen negatif.

6. Dharana (Konsentrasi)

Kemampuan untuk mengontrol naluri dan pikiran

untuk selalu mengembara mengambang ke segala aspek.

Di saat sedang menempatkan diri dalam keadaan tenang,

kadang kita mendapati pikiran dipenuhi berbagai hal yang

saling tumpang tindih. Dalam fase dharana, seseorang

dituntut memiliki kemampuan menguasai satu hal dan

mendalaminya tanpa harus mengalami gangguan selama

mungkin. Salah satu teknik termudah menguasai tingkatan

ini adalah penggunaan mantra atau pembacaan

serentetan literatur dalam hati ataupun secara vokal.

7. Dhyana (Meditasi)

Saat pikiran seseorang telah mampu fokus pada

satu titik dalam waktu tertentu tanpa terganggu, ia telah

mencapai fase dhyana. Di sini, pikiran, tubuh, dan napas

telah bergabung dan menjelma menjadi satu kesatuan.


28

8. Samadhi (Realisasi Diri)

Inilah titik kulminasi pencapaian yoga. Sebuah

pencapaian spiritual dan rasa damai yang hakiki. Di sini,

tercapai esensi yoga sesungguhnya. Pada fase ini, tubuh

dan indera berada dalam kondisi relaks, pikiran selalu

dalam kondisi awas, dan semua aspek mampu berjalan

harmonis.

c. Manfaat Yoga

Manfaat yoga menurut (Kinasih, 2010).

1. Untuk Kesehatan Fisik

Manfaat yoga untuk kesehatan fisik meliputi

fleksibilitas (kelenturan), kekuatan, pengembangan otot,

dan pencegahan nyeri. Dengan melakukan gerakan-

gerakan yang dapat membantu meregangkan dan

meningkatkan fleksibilitas tubuh, maka kelenturan tubuh

kita akan meningkat, merasakan tubuh lebih sehat, bugar

daya tahan tubuh meningkat, menghilangkan insomnia

dan mengurangi keluhan sakit fisik yang biasa dialami.

Oleh karena itu, jika melakukan latihan dengan

perpindahan dari satu pose ke pose lain, kekuatan kita

akan ikut meningkat. Dengan peningkatan fleksibilitas dan

kekuatan tubuh, tentu ini akan mencegah sakit punggung.


29

Manfaat lain yoga secara fisik adalah pengencangan otot

serta peningkatan dari massa otot.

2. Untuk Kesehatan Mental

Bentuk latihan ini memang menekankan tingkat

konsentrasi yang tinggi. Dengan konsentrasi yang tinggi,

tentunya memiliki pengaruh positif terhadap ketenangan

pikiran. Hal ini dapat mengurangi dan mencegah

terjadinya stres dan membuat seseorang memiliki

kemampuan untuk menguasai tubuhnya dengan lebih

baik. Selain itu, jika kita melakukan yoga secara teratur,

maka dapat meningkatkan kesadaran serta kesiagaan

tubuh.

d. Gerakan Yoga

Menurut (Kinasih, 2010) ada 5 gerakan dasar yoga

yang diyakini dapat meredakan nyeri haid, antara lain:

1. Baddha Konasana.

Manfaat :

Pose ini menstimulasi dan memperkuat area

kewanitaan yang sering tidak diperhatikan para wanita

yang menderita gangguan sakit setiap menstruasi.

Cara melakukan :
30

Gerakan ini dilakukan dengan cara duduk tegak

kedua telapak kaki saling bersentuhan dan kedua tangan

memegang kedua kaki.

Gambar 1. Gerakan Baddha Konasana

2. Paschimottanasana(Posisi Duduk dan Tubuh Menekuk ke

depan).

Manfaat :

Berguna untuk meregangkan tulang punggung,

menguatkan kaki, bahu, dan punggung; mengencangkan

otot perut, menguatkan organ tubuh bagian dalam,

menenangkan tubuh, menghilangkan sakit kepala, stress,

depresi ringan, serta ketidaknyamanan selama masa

menstruasi.

Cara Melakukan :

Duduk di matras dengan posisi kaki lurus ke depan.

Tarik daging bokong ke belakang dengan tangan,


31

sehingga tubuh merasa duduk pada tulang selangkangan,

dan dorong tulang ekor ke belakang. Kencangkan dan

luruskan kai dengan menarik telapak kaki ke arah tulang

kering. Tekan paha dan betis ke lantai. Turunkan tubuh

dan dahi di atas bantal atau selimut di atas kaki.

Palingkan wajah ke satu sisi agar tetap dapat bernafas.

Letakkan tangan disamping kaki dan panjangkan ke

depan.

Gambar 2. Paschimottanasana (Posisi Duduk dan Tubuh

Menekuk ke depan).

3. Supta Baddha Konasana (Posisi Berbaring dengan Lutut

Ditekuk ke Samping Luar).

Manfaat :

Meregangkan organ dalam perut, paha,

selangkangan, dan lutut. Meningkatkan sirkulasi tubuh,

merangsang jantung. Membantu meredakan stress dan

nyeri saat menstruasi.

Cara Melakukan :
32

Dari posisi sukhasana, tempelkan kedua telapak kaki

dan turunkan kedua lutut ke atas bantal di lantai. Tarik

telapak kaki yang menempel satu sama lain mendekati

selangkangan. taruh telapak tangan di belakang tubuh.

Turunkan siku ke lantai. Rebahkan punggung ke

tumpukan bantal yang diletakkan di belakang bokong.

Gambar 3. Posisi Yoga Supta Baddha Konasana

4. Matsyana (Posisi Ikan)

Manfaat :

Mengencangkan otot punggung, tulang belikat,

pinggul, perut dan leher. Memijat organ dalam perut dan

tenggorokan. Memperbaiki bentuk tubuh. Meringankan

nyeri haid.

Cara Melakukan :

Berbaring telentang dengan bokong masih

menempel di matras dan punggung menempel di atas

bantal atau guling di lantai. Letakkan mahkota kepala di


33

lantai, sehingga posisi leher lebih tinggi dari kepala dan

pandangan mata mengarah ke belakang.

Gambar 4. Posisi Yoga Matsyana

5. Savasana

Manfaat :

Savasana merupakan perangkum seluruh asana

yang memiliki manfaat sebagai Pemulihan energi dan

menormalkan metabolisme.

Cara melakukan :

Berbaring terlentang kedua tangan sejajar dengan

lantai, menyanggah betis dengan menggunakan bantal.

Gambar 5. Savasana
34

5. Hubungan antara Yoga dengan penurunan nyeri dismenore

Hampir semua wanita yang mengalami nyeri haid pada

saat menstruasi. Kemungkinan sekitar 50% wanita yang

mengalami dismenore. Nyeri haid pada remaja dikarenakan

hormonprostagladin yang berlebihan sehingga meningkatkan

amplitude dan frekuensi kontraksi uterus yang mengakibatkan

rasa nyeri. Dismnore dikatakan gangguan fisik karena dapat

menyebabkan nyeri (kram pada perut). Nyeri yang dirasakan ini

biasanya pada menjelang menstruasi, sewaktu, dan sesudah

menstruasi. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam

sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 –

36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian

bawah menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Pada

kasus dismenorea berat nyeri kram dapat disertai dengan muntah

dan diare.

Dismenore dapat diatasi dengan dua cara yaitu secara

farmakologi dan non farmakologi. Salah satu dari non famakologi

adalah relaksasi. Contoh relaksasi adalah dengan melakukan

Yoga saat nyeri haid. yoga teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri.Efek

relaksasi juga memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa

tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi serta menstimulus


35

pelepasan endorphin. Pelepasan endorphin dapat meningkatkan

respons saraf parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi

pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta meningkatkan

aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri

dismenorea (Manurung, Utami and HD, 2015).

B. Landasan Teori

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau

menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan

pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di

daerah perut atau pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat

pada perut bagian bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau

selama menstruasi bisa juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada

bagian dalam perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan

pingsan.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang

terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan

haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga

mencapai puncak nyeri (Larasati and Alatas, 2016).

Faktor penyebab dari dismenore adalah faktor endokrin,

kelainan organik, faktor kejiwaan, faktor konsultasi, dan faktor alergi.

wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin yang

5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami dismenore. Dismenore sangat mirip dengan nyeri yang


36

dirasakan wanita hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin

untuk merangsang persalinan 20 tahun.

Pada saat dismenore remaja memiliki tingkatan nyeri yang

berbeda-beda diantaranya adalah ringan yaitu nyeri yang berlangsung

beberapa saat dan melanjutkan aktivitas, tingkat sedang yaitu nyeri

yang dirasakan dengan memerlukan obat penghilang rasa nyeri, dan

tingkatan berat yaitu nyeri yang dirasakan dan memerlukan istrahat

beberapa hari. Untuk mengurangi dismenore terdapat penanganan

dismenorea yang bisa dilakukan secara farmakologi dan non

farmakologi, farmakologi yang mengunakan obat-obatan sedangkan

Kompres air hangat, Olahraga yang teratur (terutama berjalan),

Pemijitan, yoga, tidur cukup (Larasati dan Alatas, 2016).

. Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan kekuatan,

keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri. Efek relaksasi juga

memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri, stres fisik, emosi serta menstimulus pelepasan endorfin

Pelepasan endorfin dapat meningkatkan respons saraf parasimpatis

yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan

uterus serta meningkatkan aliran darah uterus sehingga mengurangi

intensitas nyeri dismenorea (Manurung, Utami and HD, 2015).


37

C. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang Penanganan dismenore :


mempengaruhi
dismenore : 1. farmakologi
a. Pemberian OAINS
1. Faktor endokrin b. Pil kombinasi
2. Faktor kelainan 2. Non farmakologi
organik a. Kompres air hangat
3. Faktor kejiwaan b. Olahraga teratur
4. Faktor konstitusi c. Pemijatan
.
5. Faktor alergi d. Tidur cukup
e. (Yoga)

Dismenore

Gambar 6. Kerangka Teori Modifikasi Dari (Nurwana, Sabilu dan

Fachlevy, 2017).dan(Larasati dan Alatas, 2016).


38

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konsep

penelitian ini sebagai berikut :

Variabel Independen

Penurunan nyeri
Yoga dismenore

Gambar 7.Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel bebas : Yoga

Variable terikat : penurunan nyeri dismenore

E. Hipotesis penelitian

H0:Tidak ada pengaruh Yoga terhadap penurunan nyeri dismenore

pada remaja putri di SMAN 3 KENDARI 2020.

Ha: ada pengaruh Yoga terhadap penurunan nyeri dismenore pada

remaja putri di SMAN 3 KENDARI 2020.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang

menggunakan desain eksperimental (Quasy Experiment). Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group

Pretest Posttest.Pada Two Group Pretest-Posttest Designt. Satu

kelompok intervensi dan satu kelompok Control.

Secara bagan, desain dua kelompok desain pretest dan

posttest dapat digambarkan sebagai berikut :

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

O3 O3

Gambar 8.Two Group Pretest-Posttest Designt.

O1 =Nilai pre test kelompok intervensi.

O2 = Nilai post testkelompok intervensi.

O3= Nilai pre test kelompok control.

O4= Nilai post test kelompok intervensi.

X = Intervensi (Yoga).
40

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 3 KENDARI, kota

Kendari provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subjek dimana sebagian subjek atau objek

yang akan diambil untuk dilakukan pengukuran. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswi yang mengalami dismenore di

kelas XI di SMAN 3 KENDARI tahun 2020 sebanyak 80 siswi.

2. Sampel

a. Sampel

Sampel adalah siswi yang mengalami mengalami

dismenore. Besar sampelpenelitian yaitu 80 siswi. Teknik

pengambilan sampel yang dilakukan peneliti adalah Total

Sampling. Total Sampling adalah teknik pengambilan yang

dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan memilih

total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah :

Kriteria Inklusi :

kriteria inklusi adalah batasan cirri atau karakter umum pada

suatu objek penelitian. Adapun kriteria inklusi adalah :

1) Siswi yang bersedia dijadikan responden dan menyetujui

informed concent.
41

2) Usia 15-17 tahun.

3) Siswi yang merasakan nyeri pada saat menstruasi dengan

tingkatan nyeri yaitu ringan, sedang, dan berat.

4) Bersedia mengikuti senam dismenore.

Kriteria eksklusi :

1) Siswi yang tidak mengalami nyeri pada saat menstruasi.

2) Tidak bersedia dijadikan sampel.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independent dalam penelitian ini Yoga.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri.

E. Definisi Operasioanal

1. Yoga

Yoga merupakan teknik yang mengajarkan seperti teknik

relaksasi, pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri. Efek

relaksasi juga memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa

tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi serta menstimulus

pelepasan endorfin Pelepasan endorfin dapat meningkatkan

respons saraf parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi

pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta meningkatkan


42

aliran darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri

dismenorea (Manurung, Utami and HD, 2015).

Kriteria objektif :

a. siswi mengikuti yoga

b. siswi yang tidak yang mengikuti yoga

2. Penurunan Nyeri Dismenore

Penurunan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah

yang dirasakan remaja pada saat menstruasi.

Nyeri dismenore dapat diukur dengan lembar pengukuran

nyeri Numeric Rating Scale (NRS). Tujuannya untuk mengetahui

berapa skala nyeri yang dirasakan responden ketika mengalami

nyeri menstruasi.

Penilaian nyeri dismenore

 0 : Secara byektif klien dapat berkomunikasi dengan

jelas,tidak ada nyeri yang dirasakan.

 1-3: Secara obyektif klien tidak menyeringai & mendesis dapat

menunjukkan lokasi nyeri.

4-6: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri.

 7-9: Klien dapat mengontrol nyeri, memegang lokasi nyeri

secara terus-menerus, berbicara tidak begitu lancar.

 10: klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.


43

Kriteria objektif :

F. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bahan dan alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah matras

dan bantal.

2. Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini Standar

Operasional Prosedur (SOP) Yoga dan Skala nyeri Numerical

Rating Scale (NRS) berisi penilaian numerik dari 0-10 yang

dirasakan responden pada saat mengalami menstruasi.


44

G. Alur Penelitian

Ujian Proposal

Populasi di SMAN 3 Kendari 80 siswi

Screening Populasi

Remaja Putri Yang Memenuhi Informed


Kriteria Inklusi Sebagai
Consent
Sampel 80 siswi

Pretest

Pengukuran Skala Nyeri

Intervensi

Melakukan Yoga

Posttest

Pengukuran Skala Nyeri

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

Gambar 8. Alur Penelitian


45

H. Analisis Data

Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa

bivariat. Dimana analisa univariat untuk mendapatkan gambaran

tentang distribusi karakteristik responden seperti usia, agama, dan

suku. Analisa ini merupakan distribusi frekuensi yang

menggambarkan normalitas variabel secara umum. Sedangkan untuk

analisa bivariat menggunakan uji parametik yaitu Paired Sampel T-

test yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitain . Dalam

analisa univariat ini yaitu untuk mengidentifikasi skala nyeri

sebelum diberikan senam dismenore terhadap penurunan nyeri

dismenorhea pada siswi SMAN 3 Kendari kelas XI dan untuk

mengidentifikasi skala nyeri setelah dilakukan senam

dismenorhea terhadap penurunan nyeri dismenorhea pada siswi

SMAN 3 Kendari kelas XI.

Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

diuraikan dengan menggunakan rumus :

f
P= ×K
n

Keterangan :

P = Presentase hasil yang dicapai


46

f = frekuensi variabel yang diteliti.

n = jumlah sampel penelitian.

K = konstanta.

b. Analisis Bivariat

Análisis Bivariat adalah uji tehadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkoleras. Pada penelitian ini

menggunakan Paired Sample T Test (Uji Beda Dua Sampel

Berpasangan). Paired sampel T Test merupakan analisis dengan

melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap

suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pada uji beda Paired

sample t test peneliti menggunakan sampel yang sama, tetapi

pengujian terhadap sampel dilakukan sebanyak dua kali. Adapun

dasar penggunaan paired sample t test adalah satu sampel yang

diberikan dua perlakuan yang berbeda, merupakan data kuantitatif

dan sample yang digunakan harus dalam kondisi yang sama atau

homogen dan berasal dari populasi yang telah terdistribusi secara

normal (Hati and Novita, 2018).

Metode ini dipilih peneliti dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa besar perbandingan sebelum dan sesudah diberikan

yoga terhadap penurunan nyeri dismenore, menggunakan rumus.

x̄ 1− x̄ 2
t=

√ ( )( √ )
2 2
s 1 s2 s s2
+ −2r 1
n1 n2 √ n1 n2
47

Keterangan:

x̄ 1 =Rata-rata sampel 1

x̄ 2 = Rata-rata sampel 2

s1= Simpang baku sampel 1

s2 = Simpang baku sampel 2

2
s1= Varians sampel 1

s22= Varians sampel 2

r = Kolerasi antara dua sampel.

Analisis didasarkan pada perbandingan antara nilai

signifikansi t dengan nilai signifikansi 0,05, dimana syarat-

syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel

independen ada perbedaan komparatif terhadap variabel

dependen.

b. Jika signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yaitu variabel

independen tidak ada perbedaan komparatif terhadap variabel

dependen.

I. Etika Penelitian
48

1. Lembar Persetujuan (Informed concent)

Peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada

responden. Sampel yang akan menjadi responden bersedia

menandatangani lembar persetujuan, dan bagi responden yang

menolak, peneliti tetap menghormati dan menghargai haknya dan

tidak akan dipaksa.

2. Tanpa Nama (Anonymous)

Peneliti akan menjaga kerahasiaan reponden dengan tidak

mencantumkan nama responden tetapi hanya memberi kode

tertentu untuk setiap responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam

penelitian.
49

Anda mungkin juga menyukai