459-Article Text-1981-2-10-20230410

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Journal of Midwifery and Health Reserac,

Vol.2. No. 1
p- ISSN : 2964-1454
e- ISSN : 2964-1454

Reserch article

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan


Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri
Di Sma Negeri 1 Godean
Yolanda Fransiska
11
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

ABSTRACT
Dysmenorrhea is a very common gynecological problem experienced by women in their teens and
adults, this situation is due to an increase in the hormone prostaglandin due to a decrease in the
hormones estrogen and progesterone. This is what causes the muscles in the uterus to contract and
cause pain. The population of dysmenorrhea in Indonesia is 64.25%, in the Sleman area 52% of
students find it difficult to carry out their daily activities optimally because of the pain they experience.
To determine the effect of giving lavender aromatherapy to reducing primary dysmenorrhea pain in
young women at SMA Negeri 1 Godean This type of research is pre-experimental with a one group
pretest-posttest research method design. The population in this study were 11th grade girls in SMA
Negeri 1 Godean. Sampling used the Slovin formula to obtain 21 respondents. The sampling technique
used was purposive sampling. The research instrument used the NRS (Numeric Rating Scale) checklist
sheet. Data analysis used the Paired Sample t-test. The test results show a p-value of 0.000 (<0.05).
The average value of the Pre Test results before being given lavender aromatherapy is 6 (5.9) in the
range of values (4-8), post Test results after being given aromatherapy there is a decrease in pain which
is on average 3 (3.2) with value range (1-4). There is an effect of giving lavender aromatherapy to
reducing primary dysmenorrhea pain in female adolescents at SMA Negeri 1 Godean.
Keywords: Aromatherapy, Lavender, Dysmenorrhea Pain, Lavender Aromatherapy

ABSTRAK
Dismenore merupakan persoalan ginekologis yang sangat umum dialami wanita usia remaja maupun
dewasa, situasi ini karena meningkatnya hormon prostaglandin akibat menurunnya hormon estrogen
dan progesterone. Hal inilah yang menyebabkan otot-otot pada kandungan berkontraksi dan membuat
rasa nyeri. Populasi dismenore di Indonesia sebanyak 64,25%, pada daerah sleman 52% pelajar sulit
melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal karena nyeri yang dialami. Untuk mengetahui pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMA
Negeri 1 Godean Jenis penelitian ini adalah Eksperimen dengan rancangan metode penelitian one group
pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 11 yang berjumlah 143 orang
di SMA Negeri 1 Godean, pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan 21
orang responden, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen penelitian
menggunakan lembar ceklist NRS (Numeric Rating Scale). Analisis data menggunakan uji Paired
Sample t-test.
Hasil uji menunjukkan nilai p-value 0,000 (<0,05). Nilai rata-rata hasil Pre Test sebelum di berikan
aromaterapi lavender adalah 6 (5,9) berada di rentang nilai (4-8), hasil Post Test setelah diberikan

35
aromterapi terdapat penurunan nyeri berada pada rata-rata 3(3,2) dengan rentang nilai (1-4). Ada
pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja
putri SMA Negeri 1 Godean.
Kata Kunci : Aromaterapi, Lavender, Nyeri Dismenore, Aromaterapi Lavender

Corresponding Author: Yolanda Fransiska


Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Email: [email protected]

Latar Belakang
Remaja (Adolesen) merupakan penduduk (warga) masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa dengan rentang
usia 10-19 tahun (WHO). Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik,
psikologis maupun sosial. Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) menyatakan remaja mencakup
usia 10-24 tahun namun belum menikah. Kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk
tahun 2010 sekitar 18% atau sebanyak 43.500.000 dari jumlah penduduk. Ketika menduduki usia remaja terjadi
berbagai perubahan hormon diantaranya hormon estrogen dan progesteron yang mulai berperan aktif ketika
memasuki usia remaja sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fisik maupun psikologi contohnya
membesarnya payudara, melebarnya panggul, tumbuh rambut halus di sekitar kemaluan dan ketiak serta
terjadinya peristiwa menstruasi pada wanita subur yang memasuki usia remaja
Saat mengalami menstruasi terdapat gangguan yang timbul salah satunya ialah dismenore. Dismenore
merupakan keadaan nyeri perut bagian bawah munculnya sebelum atau saat mengalami menstruasi. Jika nyeri
tersebut tidak disertai kelainan atau penyakit pada panggul maka disebut Dismenore Primer (Larasati, T. A. &
Alatas, 2016). Menurut data World Health Organization (WHO) 2017 yang dikutip dari penelitian Oktotika,
dkk tahun 2020 disebutkan bahwa 1.769.425 orang atau sebanyak 90% wanita di dunia mengalami dismenore
berat Berdasarkan riset penelitian didapatkan data menurut Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
menunjukkan populasi dismenore di Indonesia sebanyak 107.673 orang atau 64,25%, sebanyak 59.671 orang
atau 54,89% dismenore primer dan 9.496 orang atau 9,36% mengalami nyeri dismenore sekunder prevalensi
dismenore di Indonesia sekitar 55% usia produktif (Sholihah NR, 2020). Menurut hasil penelitian didapat data
pada daerah Sleman angka kejadian yang mengalami dismenore sebesar 88,64% dan 11,36% mengatakan tidak
mengalami nyeri saat menstruasi, sebesar 52% pelajar sulit melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal
karena nyeri yang dialami. Dismenore merupakan persoalan ginekologis yang sangat umum dialami wanita usia
remaja maupun dewasa, situasi ini karena meningkatnya hormon prostaglandin akibat menurunnya hormon
estrogen dan progesterone. Hal inilah yang menyebabkan otot-otot pada kandungan berkontraksi dan membuat
rasa nyeri. Di Indonesia nyeri dismenore dialami usia remaja sebesar 70-90%, yang mengalami dismenore berat
sebesar 15%, dampaknya dapat berupa fisik lemah, semangat yang kurang, sulit konsentrasi yang disebabkan
akibat rasa tidak nyaman sehingga kebanyakan harus izin sekolah atau pekerjaan selama mengalami dismenore
tersebut. Hal ini dapat berdampak negatif pada aspek kehidupannya serta menjadi penyebab penurunan kualitas
hidup Faktor resiko dismenore primer ialah wanita usia subur terutama remaja, namun dismenore juga bisa
terjadi karena faktor psikologi, psikis, riwayat keturunan keluarga, Indeks massa tubuh (IMT), kesehatan
jasmani, menarche, siklus menstruasi, pola hidup tidak sehat serta pengaruh hormon prostaglandin. Gejala
dismenore bisa dialami oleh setiap wanita yang masih mengalami menstruasi (Ammar, 2016). Dismenore dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari dan menurunkan kinerja. Jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat
menjadi tanda dan gejala penyakit misalnya gangguan menstruasi, kehamilan ektopik tidak terdeteksi,
endometritis, kemandulan, pecahnya kista, infeksi dan berbagai macam penyakit lainnya. Dismenore juga dapat
menyebabkan gangguan psikologi contohnya adalah gangguan emosional, kegelisahan, perasaan tidak nyaman,
perasaan tertekan serta perasaan terisolasi. Upaya yang diberikan pemerintah untuk penanganan menghadapi
kesehatan remaja termasuk dismenore berada dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada bagian
keenam pasal 71 sampai dengan pasal 77, membahas tentang kesehatan reproduksi, pasal 77 ayat 3 menyatakan
bahwa penanganan masalah kesehatan reproduksi dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti promosi
kesehatan (Promotif), pencegahan (Preventif), pengobatan atau penyembuhan (Keratif) serta pemulihan
(Rehabilitatif). Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang berkembang sejak 2003 merupakan salah

36
satu bentuk upaya yang dilakukan sedangkan pada pelajar Pemerintah mewujudkan kesehatan dengan program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Selanjutnya upaya penanganan dismenore juga dapat dilakukan malalui terapi
farmakologi dan non farmakologi. Penanganan farmakologi dapat menggunakan obat-obatan seperti
prostagladin inhibitor, analgesik nonsteroid anti- inflammantori = NSAIDS. Sedangkan terapi non
farmakologi salah satunya ialah memberikan aromaterapi mengunakan minyak essensial. Aromaterapi yang
banyak digemari salah satunya ialah lavender, karena mengandung antibiotika (linalool 26,12%) dan
antidepresan (linalyl acetate 26,32). Dibuktikan dapat mengurangi kecemasan dan menurunkan sensasi nyeri
sehingga peneliti memilih aromaterapi lavender merupakan aroma yang cocok digunakan dalam penurunan
nyeri dismenore. Keuntungan lainnya penggunaan aromaterapi adalah simple dan tidak mahal serta
melakukannya dapat dimana saja dan kapan saja sesuai kebutuhan (Hidayati, 2019). Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan aromaterapi lavender dibuktikan mengurangi intensitas nyeri dan merupakan
alternatif pengobatan komplementer yang efektif digunakan Menurut penelitian yang dilakukan Hidayati, dkk
tahun 2019 aromaterapi lavender mampu menurunkan nyeri karena memiliki kandungan utamanya yaitu linalyl
asetat yang befungsi melemaskan sistem saraf yang tegang dan linalool berperan sebagai relaksasi dan
penenang sehingga nyeri dismenore dapat berkurang. (Hidayati, 2019). Hasil survey pendahuluan, senin 15
Agustus 2022 diketahui bahwa terdapat 143 remaja putri yang berada pada kelas XI di SMA Negeri 1 Godean.
Setelah dilakukan observasi disalah satu kelas XI MIPA 4 terdapat 19 remaja putri yang hadir, sebesar 89,4%
mengalami nyeri menstruasi. Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer pada Remaja Putri
di SMA Negeri 1 Godean” sebagai upaya penurunan nyeri dismenore yang bisa menjadi pilihan alternatif untuk
penurunan nyeri dismenore primer yang dirasakan oleh remaja putri SMA Negeri 1 Godean.

Metode
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kuantitatif dengan pre eksperiment menggunakan desain one
group pretest and posttest design, penelitian ini dilakukan dengan cara meneteskan aromaterapi lavender ke
tissu sebanyak 3 tetes kemudian dihirup selama 10 menit.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Godean. Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai
naskah publikasi sejak Juli 2022 s/d Januari 2023.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI SMA N 1 Godean yaitu berjumlah 143 siswi.
Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenore tingkat sedang dan berat.
Teknik pengambilan sample menggunakan teknik purposive sampling, Dalam menentukan jumlah sample
peneliti menggunakan rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 21 responden.
Variabel independen (bebas) yaitu aromaterapi lavender, variabel dependen yaitu dismenore pada remaja putri,
variabel perancu merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara kedua variabel yaitu Riwayat
keturunan keluarga, IMT, Usia Menarche, Siklus menstruasi, Status Gizi, Aktivitas Olahraga, Stres, Pola hidup
tidak sehat, Pengaruh hormon postagladin
Alat dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, pengukuran intensitas nyeri menggunakan Numeric Rating
Scale (NRS), untuk mengukur tingkat intensitas nyeri responden diminta untuk menandai salah satu titik pada
garis skala 1-10 yang dianggap mewakili atau menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan pada saat
sebelum dan setelah pemberian aromaterapi lavender.
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
a. Menentukan judul dan melakukan pengajuan judul
b. Pengumpulan data dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing
c. Mengurus surat studi pendahuluan dengan melampirkan bab 1
2. Pelaksanaan
a. Datang ke SMA Negeri 1 Godean dengan membawa surat studi pendahuluan dengan nomor
B/1348/PPPMFKES/VII/2022 pada tanggal 03 Agustus 2022
b. Melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Godean dengan observasi di kelas XI MIPA 4 pada
tanggal 15 Agustus 2022
c. Pembuatan Proposal dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing

37
d. Melakukan Cek Plagiarisme
e. Memberikan surat keterangan persetujuan etik penelitian ke lahan penelitian dengan Nomor :
Skep/368/KEPK/XII/2022
f. Melampirkan surat izin penelitian dengan Nomor : B/154/PPPMFKES/XI/2022
g. Melakukan observasi penelitian
h. Melakukan identifikasi terkait tanggal menstruasi dan hari keberapa mengalami dismenore serta berapa
lama terjadinya dengan cara menjawab lembar kuesioner yang dibagikan peneliti kepada remaja putri di SMA
N 1 Godean
i. Melakukan pengelompokan data menstruasi dan dismenore yang dialami oleh remaja putri di SMA N
1 Godean
j. Memberikan Informed Consent terhadap remaja putri yang masuk kedalam kriteria insklusi dan
eksklusi sebelum menjadi responden
k. Memberikan surat kesediaan menjadi responden
l. Peneliti dilakukan dengan cara memberikan aromaterapi lavender pada remaja putri yang mengalami
dismenore secara langsung jika memungkinkan untuk datang kesekolah atau rumah tempat responsen berada,
jika tidak memungkinkan peneliti akan diberitahu cara menggunakan aromaterapi lavender menggunakan tissu
yang ditetes sebanyak 3 tetes kemudian dihirup selama 10 menit, dilakukan selama 3x sehari yaitu pada
pagi,siang dan malam dan saat mengalami nyeri dismenore. Intervensi dilakukan dengan pemantauan melalui
WhatsApp, serta peneliti dan responden akan aktif untuk berdiskusi untuk mengetahui keadaan responden
secara detail menjelang menstruasi terjadi agar saat responden mengalami dismenore dapat diberikan intervensi
sesuai SOP dan tepat waktu.
m. Responden diarahkan dengan posisi senyaman mungkin
n. Peneliti mengukur nyeri dismenore menggunakan lembar Numeric Rating Scale (NRS) sebelum
diberikan perlakuan aromaterapi lavender
o. Peneliti memberikan aromaterapi lavender menggunakan tissu diberi aromaterapi lavender sebanyak 3
tetes kemudian di hirup selama 10 menit
p. Setelah 10 menit ukur kembali nyeri dismenore yang dirasakan responden dengan menggunakan lembar
Numeric Rating Scale (NRS) setelah dilakukan pemberian aromaterapi lavender.
3. Penyusunan Laporan
a. Melakukan penyusunan laporan skripsi setelah melakukan penelitian
b. Melakukan bimbingan hasil ujian skripsi
c. Melakukan cek plagiarisme sebelum ujian hasil penelitian
d. Melaksanakan ujian hasil penelitian
e. Melakukan revisi setelah ujian hasil penelitian
f. Setelah acc skripsi, melakukan cek plagiarisme naskah publikasi
g. Melengkap syarat-syarat yudisium kelulusan
h. Mencetak hasil skripsi sesuai ketentuan
i. Mengumpulkan hasil skripsi
Metode pengolahan Data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating.
Analisa Data Univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian. Analisa bertujuan
untuk melihat hasil perhitungan median, standar deviasi, dan persentase hasil penelitian yang akan digunakan
dalam pembahasan dan kesimpulan.
Analisa Bivariat diawali dengan uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk
>0,05 yang artinya data yang di peroleh berdistribusi normal. Kemudian dilakukan Uji T-dependen (paired
sample t-test). Hasil yang diperoleh adalah tingkat signifikasi α = 0,000 yaitu Pvalue <0,05 artinya ada pengaruh
aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore pada remaja putri di SMA N 1 Godean.

Karakteristik Responden Hasil


Gambaran Penelitian
Penelitian ini berjudul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Primer Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Godean. Responden yang diambil pada

38
penelitian ini adalah Remaja putri yang mengalami dismenore usia 15-17 tahun kelas XI MIPA 2, XI
MIPA 4 dan IPS 2. Pengambilan data dimulai pada tanggal 30 November 2022 diawali dengan
observasi pada tiap kelas untuk mendapatkan data remaja putri yang mengalami nyeri dismenore.
Kemudian remaja putri yang mengalami nyeri tersebut diberikan kuesioner.
Tahap pelaksanaan untuk pemberian aromaterapi lavender selama 2 hari yang dilakukan dengan nyeri
dikontrol setiap hari sesudah intervensi dengan pemantauan melalui daring (Whatsapp). kemudian
dianalisis dengan bantuan komputer (SPSS).

Table 1 Karakteristik Responden


Karakteristik Intervensi
n (21) f (%)
Usia
Remaja awal (12-14) 0 0
Remaja Tengah(15-17) 21 100
Remaja akhir (18-21 ) 0 0
Menarche
Normal 12-14 tahun 14 66,7
< 12 tahun 7 33,3
Lama menstruasi
< 3 hari 0 0
3 – 7 hari 18 85,7
> 7 hari 3 14,3
Siklus Menstruasi
21-35 21 100
<21->35 0 0
Kelainan organ reproduksi
Ada 0 0
Tidak ada 21 100
Obat pereda nyeri
Menggunakan 0 0
Tidak menggunakan 21 100
Alergi/Tidak menyukai aroma lavender
Ada 0 0
Tidak 21 100
Stress
Ada 16 76,2
Tidak 5 23,8
Sumber : Peneliti, 2022
Berdasarkan table 1 dapat diketahui bahwa dari 21 responden Remaja Putri didominasi oleh
siswi berumur 15-17 tahun dalam ketegori remaja tengah, sedangkan menarche atau haid pertama
lebih banyak pada umur dalam rentang 12-14 tahun berjumlah 14 siswi (66,7%), lama menstruasi
yang dialami paling banyak adalah 3-7 hari yaitu sebanyak 18 siswi (85,7%), siklus menstruasi pada
responden dalam kategori normal yaitu 21-35 hari, tidak ada kelainan organ reproduksi dan semua
responden tidak memiliki alergi lavender dan tidak menggunakan obat pereda nyeri.

Distribusi Silang Karakteristik Responden


Table 2 Distribusi Silang Karakteristik Responden
Pre test Post Test
Karakteristik Nyeri Dismenore
S B R S
Menarche
>12 10 4 9 5
<12 4 3 3 4
Lama Menstruasi

39
<3 hari
3-7 hari
>7hari 12 6 11 7
2 1 1 2
Stress
Ada 12 4 8 8
Tidak 5 0 4 1
Sumber : Peneliti,2022
Ket :
R = Ringan
S = Sedang
B = Berat
Berdasarkan hasil distribusi silang karakteristik responden, responden yang menarche >12 tahun
prevalensi terbanyak mengalami nyeri sedang sebanyak 10 responden kemudian turun menjadi nyeri
ringan sebanyak 9 responden. Untuk menarche yang <12 tahun mengalami nyeri sedang sebanyak 4
responden kemudian turun menjadi nyeri ringan sebanyak 3 responden setelah diberikan aromaterapi
lavender. Lama menstruasi 3-7 hari di dominasi pada nyeri sedang sebanyak 12 responden kemudian
turun ke nyeri ringan sebanyak 11 responden. Lama menstruasi > 7 hari didominasi mengalami nyeri
sedang yaitu sebanyak 2 responden kemudian turun menjadi nyeri ringan sebanyak 1 responden
setelah diberikan aromaterapi lavender. Kemudian dari 21 responden 16 diantaranya mengeluh
mengalami stres akibat tugas sekolah, UTS dan UAS, setelah diberikan aromaterapi lavender angka
nyeri turun menjadi nyeri ringan sebanyak 8 responden.
Analisis Desktiptif Penurunan Nyeri Dismenore
Table 3
Analisis Deskriftif Penurunan Nyeri Dismenore
Nyeri Dismenore Frekuensi %
Pre Ringa 0 0
n 15 71,4%
Sedan 6 28,6%
g
Berat
Post Ringa
n 12 57,1%
Sedan 9 42,9 %
g 0 0
Berat
Sumber : Peneliti, 2022

Berdasarkan table 4 dapat diketahui bahwa dari 21 responden Remaja Putri di SMA Negeri 1 Godean
hasil pre test penilaian nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi aromaterapi lavender sebagian
besar remaja putri mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 15 orang (71.4%), kemudian turun menjadi
nyeri ringan sebanyak 12 responden setelah diberikan aromaterapi lavender.

Analisis Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender


Table 5
Analisis Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
Nyeri Dismenore Intervensi SD P-Value
Pre Test
Mean 5.9048
Median 6 1.22 0.000*
Range 4-8
Post Test
Mean 3.2857

40
Median 3 1.23 0.000*
Range 1-4
*Shapiro Wilk **Paired Sample T-test
Berdasarkan table 5 diketahui bahwa nilai rata-rata pre test sebelum diberikan aromaterapi lavender
adalah 6 (5,9) berada di rentang nilai (4-8), setelah diberikan aromterapi terdapat penurunan nyeri
berada pada rata-rata 3 (3,2) dengan rentang nilai (1-4).
Karakteristik Responden

Pembahasan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini
begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara fisik maupun mental. Dikutip dari
jurnal Sari, 2016, masa remaja dibagi menjadi 3 tahapan yaitu, remaja awal (Early adolescent) (12-14
tahun) merupakan fase awal pubertas, remaja pertengahan (Middle adolescent) (15-17 tahun)
merupakan fase perubahan-perubahan yang sangat pesat dan mencapai puncaknya, remaja akhir (Late
adolescent) (18-21 tahun), pada masa ini fisik telah berkembang secara maksimal dan telah memiliki
kemampuan berpikir yang matang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 21 responden
termasuk kedalam remaja tengah yang berarti pada masa ini telah terjadi banyak perubahan baik fisik
maupun psikologi. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja bahwa remaja putri mengalami menstruasi,
yang mana menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang dialami oleh wanita.
Menstruasi merupakan periode normal perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat
kandungan telah matang dan berfungsi (Maharani et al., 2016). Menstruasi pertama adalah menarche
ditandai dengan meningkatnya hormon FSH dan LH menyebabkan peningkatan proliferasi sel serta
laju sekresi pertumbuhan sel. Menarche normal pada wanita adalah 12-14 tahun (Sholihah et al., 2022).
Menurut penelitian yang dilakukan Soesilowati & Annisa, 2016 menunjukan bahwa menarche dini
berpengaruh terhadap kejadian nyeri dismenore primer dengan hasil penelitian siswi yang mengalami
dismenore primer sebanyak 62.7% responden dengan riwayat usia menarche ≤ 11 dan 33,3% responden
dengan riwayat usia menarche > 11 tahun. Menarche dini adalah menstruasi pertama dengan usia lebih
cepat atau awal dari biasanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia menarche responden <12
tahun sebanyak 7 responden dan sebanyak 14 responden mengalami menarche normal. Menarche dini
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya dismenore primer karna ketidaksiapan fisik dapat
menimbulkan masalah bagi remaja terutama nyeri pada saat menstruasi akibat kurang matangnya organ
reproduksi.
Pada saat menstruasi wanita akan mengalami perdarahan yang terjadi kira-kira 3-7 hari, sekitar
40 ml darah akan dikeluarkan, tetapi terdapat beberapa kejadian wanita mengalami pengeluaran darah
lebih banyak dan lama menstruasi lebih lama (>7hari), semakin lama periode mentruasi maka semakin
lama uterus berkontraksi sehingga menghasilkan prostaglandin yang lebih banyak, hal inilah yang
menimbulkan rasa nyeri, kontraksi uterus yang terus menerus juga dapat menimbulkan suplai darah
keuterus terhenti atau berkurang sehingga mengakibatkan terjadinya dismenore. Pada jurnal penelitian
yang dilakukan Kusniyanto & Suiyarti, 2019 menunjukan bahwa wanita dengan periode menstruasi
lebih lama dapat meningkatkan kejadian dismenorea Primer. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang menjelaskan bahwa perempuan dengan periode menstruasi lama, volume perdarahan
banyak serta siklus mentruasi tidak teratur memiliki resiko mengalami dismenore (Fabiana Meijon
Fadul, 2019). Dari hasil data yang didapat diperoleh sebanyak 18 responden yang lama mestruasi nya
3-7 hari dan sebanyak 3 responden lama menstruasinya >7 hari. Berdasarkan siklus menstruasi, siklus
normal terjadi setiap 28 hari, berkisar dari 21 hingga 35 hari. Siklus menstruasi yang tidak normal
terjadi < 21 atau > 35 hari. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat 21 responden yang mengalami
nyeri dismenore dengan siklus menstruasi normal yaitu 21-35 hari. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alexandro et al., 2020 bahwa tidak terdapat hubungan antara siklus

41
menstruasi dengan kejadian nyeri menstruasi dengan nilai p > 0,05. Nyeri dismenore dapat dihindari
dengan melakukan aktivitas olahraga karena latihan olahraga mampu meningkatkan produksi
endorphin (penghilang rasa sakit alami tubuh), meningkatkan kadar serotonin. Membiasakan olahraga
ringan dan aktivitas fisik secara teratur pada saat sebelum dan selama menstruasi dapat membuat aliran
darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang. Dari
hasil penelitian yang dilakukan dengan responden diketahui bahwa responden jarang melakukan
olahraga kecuali pada saat jam pelajaran olahraga hal inilah yang menjadi salah satu terjadinya
dismenore. Faktor penyebab dismenore selanjutnya yaitu stres, dimana keadaan stres akan
menyebabkan produksi hormon kortisol dan prostaglandin meningkat pada tubuh. Hormon ini
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sehingga mengakibatkan nyeri
dismenore. Selain itu, hormon adrenalin juga meningkat dan menyebabkan bagian otot termasuk otot
rahim menjadi tegang sehingga menyebabkan nyeri saat menstruasi. Dari hasil penelitian yang
dilakukan sebanyak 16 responden mengalami stres ringan karena tugas yang banyak, UTS dan UAS,
dan rasa capek karena kegiatan belajar serta kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini menjadi salah satu faktor
lain penyebab terjadinya nyeri dismenore. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa stres berpengaruh
terhadap proses terjadinya dismenore yang ditunjukan dari data sebanyak 16 (76,19%) responden
mengalami stres yang terbagi menjadi 12 (75%) responden mengalami dismenore sedang dan sebanyak
4 (25%) responden mengalami dismenore berat. Stres yang dialami oleh responden mengalami
penurunan setelah diberikan aromaterapi. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Megawati &
Muhidi(2018)diBendo Magetan menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pemberian aromaterapi bunga lavender
dalam skala nyeri berat yaitu 30%.Juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Pustikawaty (2018) di Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya menunjukkan bahwa
sebelum pemberian aromaterapi lavender, responden yang mengalami intensitas nyeri haid
skala 7 (berat) sebesar 30%. Dismenore merupakan nyeri pada saat terjadinya menstruasi. Dismenore
dibagi menjadi 2 yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore disebabkan oleh meningkatnya hormon prostaglandin atau PGF2 alfa, yang
menyebabkan menurunya aliran sirkulasi darah ke myometrium dan menyebabkan kontraksi pada
uterus. Peningkatan kadar prostaglandin di endometrium terjadi saat perubahan dari fase proliferasi ke
fase sekresi kemudian peningkatan prostaglandin lebih lanjut terjadi pada saat pelepasan endometrium
atau menstruasi (Prawiroharjo, 2011). Munculnya dismenore pada remaja berpengaruh terhadap
produktivitas khususnya pada proses pembelajaran. Menurut Prawiroharjo, 2011 wanita pada saat
mengalami dismenore sulit beraktivitas secara normal. Hal ini juga sependapat dengan penelitian Sut,
2021 dalam Complementary Therapies In Clinical Practice, mengatakan bahwa wanita saat dismenore
susah untuk berkonsentrasi belajar serta dapat mempengaruhi ketidaknyamanan dalam belajar. Nyeri
Dismenore yang dialami 21 responden terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi, hal ini sesuai
dengan teori Nuraeni dan Nurholipah (2021) bahwa nyeri menstruasi merupakan nyeri didaerah perut
menjalar ke pinggang bagian bawah yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan
haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam, meskipun pada umumnya berlangsung 24 jam pertama saat
terjadi perdarahan menstruasi (Nuraeni & Nurholipah, 2021). Hasil penelitian berdasarkan skor pre
test, intensitas nyeri sebelum diberikan Aromaterapi Lavender pada 21 responden remaja putri SMA
Negeri 1 Godean didapatkan hasil bahwa sebagian besar mengalami nyeri dismenore intensitas sedang
yaitu sebanyak 15 orang (71.4%) dengan skala nyeri sedang (4 – 6) sedangkan 6 siswi mengalami nyeri
berat terkontrol (28,6%) dengan skala nyeri (7 – 10). Setelah diberikan intervensi aromaterapi lavender,
hasil post test menunjukan bahwa dari 6 (28,6%) responden yang mengalami nyeri berat turun menjadi
nyeri sedang, kemudian dari 15 responden (71,4%) yang mengalami nyeri sedang turun menjadi nyeri
ringan sebanyak 12 responden (57,1%) setelah diberikan aromaterapi lavender. Terdapat 3 (14,3%)
responden yang tidak mengalami penurunan nyeri dismenore setelah diberikan aromaterapi lavender.
Berdasarkan analisis dari karakteristik responden pada item lama menstruasi ketiga responden tersebut

42
memiliki riwayat lama menstruasi >7 hari, menarche <12 tahun, hal ini sesuai dengan jurnal penelitian
yang dilakukan Kusniyanto & Suiyarti, 2019 yang menunjukan bahwa wanita dengan periode
menstruasi lebih lama dapat meningkatkan kejadian dismenore primer. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang menjelaskan bahwa perempuan dengan periode menstruasi lama, volume perdarahan
banyak serta siklus mentruasi tidak teratur memiliki resiko mengalami dismenore (Fabiana Meijon
Fadul, 2019), hal ini menunjukan bahwa lama menstruasi berpengaruh terhadap penurunan nyeri
dismenore menggunakan aromaterapi lavender. Berdasarkan hasil penelitian pada analisis pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap nyeri dismenore diperoleh bahwa pada pre test mean sebesar
5,90, median 6 (4-8) dengan SD 1,22, sedangkan pada skor post test mean sebesar 3,28, median 3 (1-
4) dengan SD 1,23. Hasil uji paired sample t-test, diperoleh hasil p-value sebesar 0,000. Yang berarti
bahwa p-value < 0,05, ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan intensitas nyeri
dismenore sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender yang dilihat dari penurunan intensitas
nyeri yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian aromaterapi
terhadap nyeri dismenore primer pada remaja putri SMA Negeri 1 Godean. Pemberian aromaterapi
lavender terbukti mampu menurunkan intensitas nyeri dismenore. Mayoritas responden setelah
diberikan aromaterapi lavender merasakan relaks dan tenang, sehingga persepsi terhadap nyeri akan
menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuraeni dan Nurholipah mengatakan bahwa salah satu
kandungan yang terdapat pada minyak lavender adalah antibiotika (linalool 26,12%) yang berperan
sebagai efek relaksasi dan antidepresan (linalyl acetate 26,32). dibuktikan dapat mengurangi
kecemasan dan menurunkan sensasi nyeri.
Minyak lavender berkhasiat memberikan ketenangan, rasa nyaman dan mengurangi stress
(sedatif), antispasmodik, analgesik, antiseptic. Pemberian aromaterapi lavender ini merupakan salah
satu upaya untuk merelaksasikan diri. Aromaterapi dapat mempengaruhi sistem di otak yang
merupakan pusat emosi, suasana hati atau mood, dan memori untuk menghasilkan bahan neurohormon
endorphin dan encephalon, yang bersifat sebagai penghilang rasa sakit dan seretonin yang berefek
menghilangkan keteganngan atau stres serta kecemasan menghadapi persalinan (Hidayati, 2019).
Minyak lavender yang digunakan secara inhalasi akan memasuki hidung dan pesan ini akan memasuki
pusat emosi di dalam sistem limbic dan selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi. Pesan tersebut akan dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan
substansi neurokimia yaitu endorphin yang dapat menjadikan perasaan rileks dan tenang. Pemberian
aromaterapi lavender dapat meningkatkan kerja syaraf parasimpatis dan meningkatkan ketenangan
dalam waktu minimal 10 menit. Dengan demikian aromaterapi secara inhalasi akan mempengaruhi
reaksi emosi terhadap nyeri melalui manipulasi sistem limbic yang diatur untuk menghasilkan perasaan
rileks (Hidayati, 2019). Dari beberapa penelitian sejenis diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian sesuai dengan hasil penelitian lain yang membuktikan bahwa aromaterapi lavender
merupakan salah satu alternative non-farmakologi yang efektif untuk menurunkan nyeri dismenore.
Sesuai dengan hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri
dismenore primer pada remaja putri SMA Negeri 1 Godean.

Kesimpulan
Ada pengaruh pemberian aromaterpai lavender terhadap penurunan nyeri dismenore primer
pada remaja putri SMA Negeri 1 Godean, hasil p-value sebesar 0,000. Yang berarti bahwa p-value <
0,05, menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri
dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 1 Godean.
Nilai intensitas nyeri sebelum diberikan aromaterapi lavender terdapat sebanyak 15 (71,4%) responden
mengalami nyeri sedang dengan rentang skor 4-6 dan 6 (28,6) responden mengalami nyeri berat dengan
rentang skor 7-10

43
Nilai intensitas nyeri setelah diberikan aromaterapi lavender terdapat sebanyak 12 (57,1%) responden
mengalami nyeri ringan dengan rentang skor 1-3 dan 9 (42,9%) responden mengalami nyeri sedang
dengan rentang skor 4-6 .
Ada Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah pemberian aromaterapi lavender yaitu pada hasil
pre test sebelum diberikan aromaterapi lavender nilai skor rata-rata (mean) nyeri dismenore adalah 5,9.
Kemudian hasil post test setelah diberikan aromaterapi lavender nilai skor rata-rata (mean) nyeri
dismenore adalah 3,2.
Ucapan Terimakasih
Kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Godean yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian, kepada 21 remaja putri
yang bersedia menjadi responden.

Referensi
Alexandro, R., Kurniawan, H., & Dewajanti, Anna Maria, M. (2020). Hubungan Siklus dan Lama Menstruasi
pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida dengan Nyeri Menstruasi. Jurnal Kedokteran Meditek,
26(3), 139–145.

Amilia Azma, Arif Tirtana, M. R. E. (2018). Pengaruh Pemberian Latihan Abdominal Stretching Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Disminore) Pada Remaja Putri Stikes Madani Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Madani Medika, 9(2), 12–18.

Ammar, U. R. (2016). Faktor Risiko Dismenore Primer pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Ploso Kecamatan
Tambaksari Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 37–49.

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore pada Remaja Siswi Usia
16-19 Tahun. 6(2), 100–109.

Hidayati, R. B. N. (2019). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore pada
Mahasiswa Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran, 1–14.

Kusniyanto, R. E., & Suiyarti, W. (2019). Pengaruh menarche dan lamanya haid terhadap peningkatan kejadian
dismenorea primer. Seminar Nasional Sains, Teknologi, Dan Sosial Humaniora UIT, 1–5.

Lamtiar, R. R., Rumahorbo, D. B., & Roderthani, I. L. (2021). Pengaruh Stres Terhadap Dismenore Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hkbp Nommensen Medan.

Larasati, T. A., A., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja.
Majority, 5(3), 79–84.

Lili Fredelika, Ni Putu Wiwik Oktaviani, N. W. S. (2020). Perilaku Penanganan Nyeri Dismenore Pada Remaja
Di SMP PGRI 5 Denpasar. 7(1), 105–115.

44
Maharani, Y. V., Fatmawati, E., & Widyaningrum, R. (2016). Pengaruh Aromaterapi Bunga Lavender
(Lavandula Angustifolia) terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Mahasiswi STIKES Madani
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 7(1), 43–49.

Nugroho, N., Hartati, I., . W., & . A. (2019). Pengaruh Edukasi Menstruasi Melalui Whatsapp Terhadap Self
Care Dismenore Pada Remaja Putri Sma Di Kota Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 7(1),
88–93.

Nur Rahmawati Sholihah, I. A. (2020). The Effect of Effleurage Massage on Primary Dysmenorrhea in Female
Adolescent Students. Jurnal Info Kesehatan, 18(1), 1–8.

Nuraeni, R., & Nurholipah, A. (2021). Aromaterapi Lavender terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dysmenorrhea)
pada Mahasiswi Tingkat II. Jurnal Keperawatan Silampari, 5(1), 178–185.

Nurbaiti, H., Priyono, D., Harlia Putri, T., & Studi Keperawatan, P. (2021). Aroma Terapi Menurunkan
Intensitas Dismenorea Primer Pada Remaja Putri: Literature Review. Tanjungpura Journal of Nursing
Practice and Education, 3, 25–39.

Oktorika, P., Indrawati, & Sudiarti, P. E. (2020). Hubungan Index Masa Tubuh (Imt) Dengan Skala Nyeri
Dismenorea Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 2 Kampar. Jurnal Ners Research & Learning in Nursing
Science, 4(23), 122–129.

Prawiroharjo. (2011). Ilmu Kandungan. Edisi 3, 106–108.

Pusdatin. (2017). Infodatin Reproduksi Remaja-Ed.Pdf. In Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (p. 1).

Sari, P. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21.

Savitriyanti, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang Disminore Dengan Sikap Menghadapi Disminore Pada
Siswi Kelas VIII Smp Negeri 3 Mlati Sleman.

Sholihah, N. R., Kumorojati, R., Program, M., Road, B., Ringroad, W., & Yogyakarta, G. S. (2022). The effect
of transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) on decreasing primary dysmenorrhea pain in
adolescents. 7642, 251–261.

Soesilowati, R., & Annisa, Y. (2016). Pengaruh Usia Menarche Terhadap Terjadinya Disminore Primer Pada
Siswi Mts Maarif Nu Al Hidayah Banyumas. Jurnal Ilimah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(3), 8–14.

45

Anda mungkin juga menyukai