Tugas 1 Ham
Tugas 1 Ham
Tugas 1 Ham
NIM : 858441857
KODE MATA KULIAH : PKNI4317
MATA KULIAH : HAK ASASI MANUSIA
UPBJJ UT : SAMARINDA
TUGAS 1
2. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan. Maksudnya adalah hak dalam
menjalankan tata tertib, ikut berpartisipasi dalam pemilu, hak dalam mengkritik
pemerintahan jika dinilai kurang maksimum namun masih dalam batasan-batasan yang
dianggap tidak melanggar aturan/norma yang ada.
3. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.
Maksudnya Pembentukan Partai Politik pada dasarnya merupakan salah satu
pencerminan hak warga negara untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan
pendapat sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Melalui Partai Politik
rakyat dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi. Maksudnya hak yang di
buat dan di tandatangani oleh lebih dari seorang yang di tujukan kepada pemegang
otoritas dalam hal ini baik pemerintah, lembaga atau petinggi-petinggi suatu instansi
untuk mengambil suatu tindakan yang dianggap kurang pas, membela atau
memperjuangkan suatu masalah.
b. Jika Hak Asasi Politik tidak terpenuhi maka Sebuah negara yang menganut sistem
demokrasi tidak akan bisa disebut sebagai negara yang berdemokrasi karena negara
tersebut tidak bisa menjalankan hak asasi politik bagi rakyatnya.
2.
a) Prinsip dasar Magna Carta prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan
HAM lebih penting daripada kedaulatan raja. Tidak seorang pun warga negara dapat
dirampas hak-haknya, seperti ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan
dengan cara apapun kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Dokumen Magna Carta
menandakan kemenangan telah diraih. Sebab hak-hak tertentu yang prinsipial telah
diakui dan dijamin oleh pemerintah.
b) Relevansi dokumen-dokumen HAM (Magna Carta) dalam perlindungan HAM masa kini :
1) Piagam Magna Charta menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu
yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi
lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
2. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum
3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan
perjanjian internasional.
a) Syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional yaitu ketika sudah
tercapainya kata sepakat antara kedua atau banyak negara mengenai perundingan
perjanjian tersebut.
b) Konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak yaitu hukuman
disesuaikan dengan perjanjian/perundingan yg telah disepakati pula. Catatan tambahan
= untuk perjanjian dibawah perlindungan PBB maka yang melanggar akan terkena
hukuman internasional, begitu pula perjanjian yang dibuat dibawah ASEAN, GNB, uni
eropa dll, hukuman disesuaikan dengan hukum yang berlaku dan ada pada organisasi
tersebut.
4. Yang dimaksud dengan protocol Manasuka adalah merupakan suatu aturan yang tidak
terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti
yang tertentu pula.
5. Bagaimana kebiasaan bisa menjadi sumber hukum Internasional?
kebiasaan internasional adalah kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. untuk
menjadi sumber hukum, kebiasaan Internasional harus memenuhi 2 unsur yaitu;
1. terdapat kebiasaan yang bersifat umum (unsur material). yaitu harus ada suatu pola tindak
yang berlangsung lama, berupa serangkaian tindakan serupa mengenai hal dan keadaan
yang serupa pula. pola tindak tersebut harus bersifat umum dan berkaitan dengan hubungan
internasional.
2. kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum (unsur psikologis).
Jadi jika dilihat secara praktis, suatu kebiasaan Internasional dapat dikatakan diterima secara
hukum/kebiasaan hukum apabila negara-negara menerimanya, dan apabila keberatan,
mereka akan mengungkapkan keberatannya dengan cara diplomatik (protes) atau dengan
mengajukan keberatan kepada mahkamah internasional. (PKNI4317/Modul 2 Hal. 2.33)