Isi Buku STT Ip

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 180

MODEL PEMBELAJARAN

AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN


MENYENANGKAN

1
2
MODEL PEMBELAJARAN AKTIF,
KREATIF, EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN

Editor
Novry Walangitan

Penerbit Yayasan Covindo


2022

3
Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Copyright ©2022

Editor: Novry Walangitan

Katalog dalam Terbitan (KDT)


–cet. 1 – Jakarta: Yayasan Covindo, 2022; 15.5 cm x 23 cm
ISBN 9 786239 522407

Hak Cipta Terbitan pada: Yayasan Covindo


Alamat: Jl. Kamal Raya Ruko Kencana Bunda No. 88 BB & 89 L
Cengkareng Jakarta Barat
Email: [email protected]
Telp. 021-29423729

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Cetakan Pertama: 2022

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun
untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis,
resensi, publikasi atau kebutuhan non-komersial dengan jumlah tidak sampai satu bab

4
Kata Pengantar

Kami sangat bersyukur kepada Tuhan karena anugerah-Nya


buku bunga rampai dari dosen tetap Program Studi Pendidikan
Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia (STT IP)
boleh rampung. Ia telah memimpin dan menolong Sekolah Tinggi
Teologi Injili Philadelphia (STT IP hingga sekarang ini. Dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kreativitas dosen tetap, kami hendak
menyuguhkan sebuah karya dalam bentuk buku bunga rampai yang
berisi tentang guru pendidikan agama Kristen (Guru PAK) yang
merupakan seorang pelayan di sekolah. Guru PAK bukan hanya
pendidik, melainkan pelayan karena ia meneladani Yesus Kristus
yang merupakan seorang pelayan bagi umat-Nya. Dalam konteks ini,
para dosen dalam buku ini menyajikan berbagai hal penting yang
terkait dengan tanggung jawab guru Pendidikan agama Kristen (Guru
PAK) yang berharga bagi siswa sehingga mereka terlayani dengan
baik sebagai umat Tuhan.
Buku ini merupakan karya dan kreativitas dosen tetap program
studi Pendidikan agama Kristen (PAK) Sekolah Tinggi Teologi Injili
Philadelphia (STT IP) untuk membuktikan luaran. Kiranya apa yang
tersaji dalam buku ini, dapat memberikan inspirasi bagi para guru
Pendidikan agama Kristen (Guru PAK) dan pembaca sekalian. Secara
pribadi saya menyampaikan terima kasih kepada para dosen tetap
yang telah berjerih lelah untuk menyelesaikan pembuatan dan
penerbitan buku Antologi ini.
Doa dan harapan saya, kiranya Tuhan Yesus senantiasa
memberikan kepada kita hikmat, pengertian dan kreativitas untuk
terus menulis, memberikan sumbangsih pemikiran, tenaga dan daya
bagi dunia pelayanan Pendidikan agama Kristen. Kiranya tulisan
yang telah kita kerjakan selama ini memacu kita untuk semakin giat
melayani Tuhan dan sesame terutama Pendidikan agama Kristen.
Selamat Membaca!

Salam,

Dr. Andri Budiman


Ketua STT Injili Philadelphia

5
Daftar Isi
KATA PENGANTAR—5

DAFTAR ISI—6

Pengaruh Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Terhadap


Perilaku Peserta Didik

Dr. Andri Budiman ― 7

Pengaruh Metode Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam


Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik

Novry Walangitan, M.Pd ― 33

Peran Guru Konselor Dalam Pembentukan Karakter Siswa


Pendidikan Agama Kristen
Dr. Tumpak O.P. Sianturi ― 56

Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Pembimbing Disiplin


Siswa
Yogi Prihantoro, M.Th – 87

Pengaruh Jiwa Kepemimpinan Kristen Guru Pendidikan Agama


Kristen Terhadap Kedisplinan Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Lim Siauw Fung, M.Pd - 109

Pengaruh Metode Guru Mengajar Anak Autis Terhadap


Perkembangan Anak-Anak Autis

Sonya Kristiawan, M.Pd - 143


Pengaruh Model PAKEM Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa
PAK

Jessica Laura Sidabutar, M.Pd - 167

6
PENGARUH PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK

Dr. Andri Budiman

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan


satu sama yang lain. Sejak manusia lahir kedunia membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rasa keingin tau
juga dimiliki oleh manusia untuk mencoba hal-hal baru dan dalam
memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan pembelajaran dari
setiap apa yang baru diterima atau dihadapinya. Manusia juga
membutuhkan topangan dari orang lain dalam membantu dalam
penguasaan hal yang tersebut.
Manusia yang telah mendapatkan pembelajaran yang baik
tentu hasilnya berbeda dengan yang tidak mendapatkan
pembelajaran yang baik tentu hasilnya berbeda dengan mereka
yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan baik dan benar. Apa
yang telah diterimanya tentu itu juga yang akan ditampilkan dalam
kehidupannya. Bahkan sering dalam lingkungan ada pernyataan
dari kecil diajar-ajar sudah besar terbawa-bawa. Jadi apa yang
diterima dari kecil maka itulah yang akan ditampilkan dalam
kehidupannya setiap hari. Pembelajaran sangatlah penting dimana
menentukan tingkah laku dari manusia. Bila manusia mendapatkan
pembelajaran yang salah dalam kehidupannya, maka itu juga yang
akan diterapkannya atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dan akan menjadi wabah bagi
kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran yang baik dan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku akan sangat membantu manusia
hidup sesuai dengan norma-norma yang berlaku sehingga dapat
diterima dalam lingkungan masyarakat.

7
Pendidikan sangatlah penting bagi setiap warga negara
karena “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradabaan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di Indonesia, ada tiga lembaga yang melaksanakan
pendidikan agama Kristen (PAK), yaitu keluarga, gereja dan
sekolah. Penelitian ini berfokus pada PAK disekolah. Sejarah
pertama kali PAK dalam perjanjian lama dimulai ketika
Abraham,Isak, Yakub menjadi guru/pendidik bagi seluruh
keluarganya. PAK yang dimulai dari ruang lingkup keluarga,
kemudian berkembang ke Bait Allah yang diselengarakan oleh
imam-imam dalam Bait Suci. Merekalah yang mengajarkan hukum
serta memelihara undang-undang mengenai kebaktian, mereka juga
mengajarkan hukum kebersihan, dan kesehatan. Makanan
pantangan dan perhubungan kelamin dan banyak hukum lagi yang
harus diketahui dan dituruti oleh umat israel. PAK dalam perjanjian
baru diteladankan oleh: pertama, Tuhan Yesus yang menjadi
seorang guru yang agung. Orang-orang menyebut Yesus dengan
sebutan “rabbi”. kedua, Rasul Paulus juga seorang guru yang
ulung. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi
bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih
untuk mengajar orang lain tentang agama kaum Yahudi. Selain itu,
sejak mulai berdirinya jemaat mula-mula, jemaat kristen
menjunjung, pengajaran agama, dan didalam kumpulan-kumpulan
yang dilakukan, jemaat kristen berdoa, belajar dan mengajar
tentang perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makna bersama
dan merayakan perjamuan kudus.
Di indonesia PAK tidak saja menjadi tugas gereja, tetapi
juga menjadi tanggung jawab dari sekolah formal, baik sekolah
Negeri maupun sekolah Swasta. PAK disekolah mempunyai
peranan yang khas karena proses belajar mengajar dalam arti
formal terjadi secara sistematis dan dalam waktu yang cukup lama
(berkesinambungan) dengan kurikulum yang jelas dan ini sangat

8
membantu perkembangan pengertian, pemahaman, dan
pengetahuan mengenai religiusitas dan iman kristen.
Pemberian mata pelajaran PAK bagi peserta didik di
sekolah disesuaikan dengan latar belakang sekolah negeri dan
sekolah swasta. Bagi sekolah negeri PAK diberikannya hanya bagi
peserta didik yang beragamaa Kristen Protestan, sedangkan yang
beragama lain menyesuaikan dengan agama lain yang dianutnya.
Hal ini berbeda dengan sekolah swasta Kristen, PAK wajib diikuti
oleh setiap peserta didik tanpa memandang peserta didik menganut
agama lain. Visi dari pendirian sekolah swasta Kristen adalah
sebagai sarana kesaksian dan pelayanan agar peserta didik diberi
kesempatan untuk mendengarkan kabar baik dan terbuka untuk
menerima nilai-nilai Kristiani. Dalam kenyataannya, sering kali
terjadi kesenjangan dalam mencapai visi ini karena kurangnya
pembinaan bagi pendidik PAK dalam merancang kurikulum,
membuat rencana pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik serta metode pengajaran yang relevan bagi peserta
didik. Selama ini pengajaran PAK hanya direduksi sebatas
pemahaman saja, kurang mengembangkan aspek efektif dan
psikomotorik.
Masalah yang sering ditemukan disekolah-sekolah Guru
PAK dalam mengajar kurang persiapan, Guru PAK dalam
mengajar belum mengalami perjumpaan dengan Tuhan, ketika
ujian peserta masih ada yang menyontek, Peserta didik belum
mewujudkan pengenalan akan Tuhan.
PAK disekolah seharusnya memiliki peran yang sangat
penting. Pertumbuhan iman peserta didik kepada Tuhan merupakan
dambaan dari setiap proses penyelengaraan belajar mengajar.
Pendidik memiliki peranan yang sangat besar untuk membantu
peserta didik mencapai iman yang bertumbuh, karena itu pendidik
harus menggunakan berbagai metode dan media dalam pengajaran
iman dan bertanggungjawab menyesuaikan rencana pengajaran.

9
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran PAK
1. Pengajaran
Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan
adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai
kompetensi. judkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju
dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku
kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu.
2. Pendidikan Agama Kristen
Istilah Pendidikan merupakan terjemahan dari “education”
dalam bahasa ingris. Kata “education” berasal dari bahasa latin
ducere yang berarti membimbing (to lead). Tambahan awalan “e”

10
berarti keluar (out). Jadi arti dari pendidikan adalah suatu tindakan
untuk membimbing keluar.1 Pendidikan merupakan suatu proses
yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,
membuat yang tidak tertata dan liar menjadi semakin tertata. Selain
itu pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam
potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan
akademis, spritual, rasional, bakat-bakat, kemampuan fisik, daya-
daya seni.2
Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan agamawi
yang dilakukan oleh persekutuan iman kristen (orang kristen).3
Nuhamara menguraikan elemen-elemen inti yang bisa menjelaskan
hakekat pendidikan agama kristen sebagai berikut.4 Pertama, PAK
itu adalah suatu usaha pendidikan. Oleh karena itu,PAK merupakan
usaha sadar, sistematis, dan berkesinambungan, apapun bentuknya.
Ini tak berarti bahwa pendidikan hanya sebatas pada pendidikan
formal baik di sekolah atau di dalam gereja, melainkan juga
pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi asalkan
sosialisasi tersebut sengaja. Kedua, PAK juga merupakan
pendidikan yang khusus yakni dalam religius manusia. Ini berarti
usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang
transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang
transenden tadi dikembangkan, serta dimungkinkan tetap terjadi
pada manusia masa kini. Ketiga, secara khusus PAK menunjukkan
pada persekutuan iman yang dilakukan tugas pendidik
agamawi,yakni persekutuan iman Kristen. Karena pencarian
manusia terhadap transenden serta ekspresi dari hubungan itu
diwarnai oleh ajaran Kristen untuk transmisi warisan Kristen tetapi

1
Daniel Nusantara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media,
2007),Hlm 8
2
Daniel Koesoema, Pendidikan Karekter (Jakarta: PT Grasindo,
2007),Hlm 53
3
Ibid,23
4
Ibid,25-26

11
bagaimana bentuk masa depan sesuai dengan visi Allah
berdasarkan warisan masa lampau dan timdakan kreatif masa kini.
Keempat, PAK justru turut berpartisipasi dalam hakekat politis
secara umum, artinya dalam PAK tidak hanya ada intervensi dalam
kehidupan individu seseorang dibidang kerohanian saja, tetapi juga
mempengaruhi cara dan sikap mereka ketika mereka menjalani
kehidupan dalam konteks masyarakat.
Sekolah adalah salah satu patner dalam pendidikan
disamping keluarga dan masyarakat. PAK merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional.Dalam Undang-
undang Repuplik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang sisten
Pendidikan Nasional, bab 1 pada pasal 1 disebutkan:“ Pendidikan
adalah usaha sadar dan terncana untuk memujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pengajaran PAK tidak hanya sebagai sarana yang efektif
sebagai iman kristen, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman peserta didik.
Ada beberapa alasan yaitu: pertama pengajaran pendidikan agama
kristen mempertemukan kehidupan manusia dalam hal ini anak-
anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang
adalah Firman Yohanes 1:1 “Padamulanya adalah Firman dan
Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah
Allah” dalam injil Yohanes 1:14 dikatakan bahwa “Firman itu telah
menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah melihat
kemuliaanNya” Karena perjumaan dengan Yesus, sang Firman
yang hidup, melalui pelajaran agama Kristen disekolah, banyak
peserta didik yang pada akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus
secara pribadi. Penulis Ibrani menyatakan “ Sebab Firman Allah
hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun;
Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-

12
sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati manusia. Apabila Firman diajarkan dengan setia, penuh
tanggungjawab, dan dengan teladan, Allah akan memakainya untuk
mempengaruhi pikiran dan hari orang yang memerlukan Yesus.
Kedua, Pengajaran agama Kristen menghasilkan suasana
pribadi antara sesama. Pengajaran agama Kristen yang
dilaksanakan disekolah dalam satu kelas, secara formal dan tertata
rapih, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas
yang akhirnya dapat membimbing kepada keputusan untuk
menerima Kristus.
Sistem pendidikan nasional merumuskan beberapa poin
penting
• Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana
• Pendidikan terencana diarahkan untuk memujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran
• Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar siswa
dapat mengembangkan potensi dirinya.
• Tujuan akhir pendidikan itu adalah kemampuan anak
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam rumusan pendidikan ini terdapat aspek pendidikan
yaitu sikap, kecerdasan, dan ketermpilan yang merupakan
arah dan tujuan pendidikan itus sendiri. Hal ini berarti
proses
E.G. Homrighausen mengatakan:“Pendidikan Agama
Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam
perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah
suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak
terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan
Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi
peserta didik bagi umat-Nya” Pengertian pendidikan agama Kristen
adalah kegiatan politis bersama pada peziarah dalam waktu yang

13
secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan
Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan
visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita.
PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga
menjadi bait Tuhan. (Mat.5:48).
Dapat dikatakan bahwa proses belajar pendidikan agama
adalah proses belajar yang paling panjang dan rutin dilakukan oleh
sebagian besar orang. Bisa jadi seseorang berhenti belajar sebuah
ilmu pengetahuan, namun tidak dapat dipungkiri di akhir hidupnya
banyak orang akan semakin tekun dalam mempelajari agamanya
sendiri.
Dalam Kekristenan pendidikan agama ini dikenal dengan
nama Pendidikan Agama Kristen (PAK). Istilah ini lebih baik
digunakan dalam konteks pendidikan agama di Indonesia
mengingat di Indonesia memiliki keberagaman agama, sehingga
jika hanya dipakai istilah Pendidikan Agama saja hal ini masih
kabur dan belum secara khusus mengarah ke Agama Kristen.
Istilah Pendidikan Agama Kristen diambil dari terjemahan bahasa
Inggris yaitu Christian Religius Education,yang dalam prakteknya
adalah sebuah proses pembelajaran bersumber dari kebenaran
Firman Tuhan.
Banyak pendapat yang memberikan pengertian dan cakupan
kajian Pendidikan Agama Kristen. Menurut Tokoh Reformasi
Martin Luter(1488-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan
warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin
menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus
Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi
mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan
pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa
kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya
termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan
bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
Pendidikan Agama Kristen adalah sebuah usaha yang
bersifat pendidikan dan pembelajaran kepada seluruh warga jemaat

14
secara bertahap untuk mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juru selamat pribadi, yang dituliskan dalam Alkitab sebagai sumber
utama pembelajaran, dengan demikian setiap peserta didik
memiliki pengenalan yang benar akan anak Allah, kedewasaan
penuh, dan keteguhan iman dalam menghadapi berbagai persoalan
yang terjadi dalam kehidupan setiap hari, sehingga dapat mengasihi
sesama, dan menunjukkan perananannya di tengah masyarakat
luas. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pengertian PAK
adalah:
• Usaha yang bersifat pendidikan dan pembelajaran.
• Peserta didik adalah semua warga jemaat
• Sumber utama materi dan kajian Pendidikan Agama Kristen
adalah dari Alkitab.
• PAK memiliki hasil yang jelas.
Pendidikan jika ditinjau dari akar katanya berarti
“menuntun atau memimpin ke luar“,pengertian ini didasarkan dari
bahasa Latin ducare. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam
Undang-undang No.20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
PAK bukanlah sekedar kegiatan biasa, akan tetapi sebuah
bentuk usaha sadar dari lembaga gereja, sekolah, dan berbagai
lembaga lainnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mengacu
pada pegertian pendidikan yang ada di atas dalam pelaksanaan
PAK memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Pada
saat menyelenggarakan PAK diperlukan tujuan yang jelas, ada
kurikulum, terdapat rencana pokok pembelajaran, memiliki

15
penjadwalan yang teratur, dan berbagai hal lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembelajaran. Sebagai sebuah usaha kegiatan
pendidikan maka di dalamnya perlu terdapat unsur-unsur utama
dalam pembelajaran, yaitu guru, peserta didik, kurikulum, strategi
dan metode pembelajaran, materi, sarana dan prasarana,
pembiayaan, serta evaluasi. Selain itu yang perlu dipikirkan adalah
bahwa PAK harus berkelanjutan mulai dari masa anak-anak,
remaja, pemuda, dewasa lanjut usia, dengan pemberian materi yang
diatur dan direncanakan secarabaik dan matang.

3. Fungsi Pendidikan Agama Kristen


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa:
pendidikan agama berfungsi membentu manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan
hubungan inter dan antarumat beragama (Pasal 2 ayat 1).
Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami,
menghayati,dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (Pasal 2 ayat 2). Mata pelajaran PAK berfungsi untuk:
• Memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya agar
siswa bertumbuh iman percayanya dan meneladani
Allah dalam hidupnya.
• Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-
Nya kepada siswa, sehingga mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkannya

4. Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)


menurut John Calvin PAK adalah pendidikan yang
bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat
dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan

16
bimbingan Roh Kudus; mengambil bagian dalam kebaktian dan
memahami keesaan Gereja,diperlengkapi untuk memilih cara-cara
pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam
pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah
kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan
syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. Tujuan
pendidikan Kristen di Indonesia, komisi PAK dari Dewan Gereja di
Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari PAK dengan kata-
kata sebagai berikut: “Mengajak, membantu, menghantarkan
seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam kehidupan
Kristus,sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang kedalam
suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. pendidikan agama
kristen dapat:
• Menghasilkan manusia yang dapat memahami kasih
Allah di dalam Yesus Kristus dan mengasihi Allah
dan sesama.
• Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu
menghayati imannya secara bertanggung jawab serta
berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.
Pendidikan Agama Kristen di sekolah disajikan dalam dua
aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan Karya-Nya, dan aspek
nilai-nilai Kristiani. Secara holistik, pengembangan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan
Menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan karya-Nya.
Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak dalam
nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian
siswa. Inilah dua aspek yang ada dalam seluruh materi
pembelajaran PAK dari SD sampai SMA/SMK.

5. Guru PAK
Hilda Karli, Menyatakan bahwah “ Guru PAK diartikan
sebagai orang yang mengajar mendidik, dan melatih peserta
didiknya, serta memenuhi kopetensi sebagai orang yang patut

17
digugu dan ditiru dalam ucapan dan tingkah lakunya.5
Homrighausen mengatakan, seorang guru harus mempunyai
pengalaman rohani. Perlu sekali ia sendiri mengenal Tuhan Yesus.
Batinnya harus dijamah dan diterangi oleh Roh kudus. Inilah syarat
yang utama;jangan dipermainkan.6 Emest Petty mengatakan, tujuan
umum mengajar yaitu menolong para siswa untuk menjadi orang
kristen yang dewasa.'7 Dari pernyataan para ahli diatas maka
peneliti menyimpulkan bahwa pengertian guru PAK adalah seorang
yang telah memiliki pengalaman rohani serta memiliki
kompentensi yang dapat digugu, ditiru baik secara sikap dan
perbuatan serta memiliki kuasa untuk mengajar peserta didik
sehingga dapat menjadi kristen yang dewasa. Seorang guru PAK
yang diajarkan kepada peserta didik ialah mengenai iman kristen
dan bagaimana membawa peserta didik juga dapat mengalami
pengalaman rohani bersama dengan Tuhan. perta didik yang
memiliki pengalaman ribadi bersama dengan Tuhan tentu hidupnya
menjadi kesaksian. Guru PAK memiliki wibawa yang datang dari
Tuhan.
Stephen Tong menyatakan bahwa, wibawa guru tidak
datang dengan sendirinya kepada kita, karena kita sudah
mempunyai jabatan itu dan kuasa otoritas untuk mengajar tidak
datang secara alamiah, tetapi Allah sendiri yang menetapkannya.8
Sidjabat mengatakan, pemahaman utama mengenai peserta didik
yang perlu ditingkatkan oleh guru PAK ialah kedudukan mereka
sebagai makhluk religius.9 Louis dan Cornelis menyatakan, otoritas
guru adalah menyampaikan Firman kebenaran yang penting kepada

5
Hilda KARLI,Apa,Mengapa,dan Bagaimana Sertifikasi Guru
Dilaksanakan,(Jakarta:Genersi Informedia,2009),Hlm 9
6
L.H. Enklaar dan Homrighausen, Pendidikan Agaama Kristen.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),Hlm 165
7
W.Enest Petty, Berkhotbah dan Mengajar, (Malang: Gandum
Mas,2008),Hlm.205
8
Stephen Tong, Arsitek Jiwa II,(Surabaya:Mementum,2008),hlm.75
9
B.S.Sidjabat,Mengajar Secara Profesional, (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2009), Hlm 73.

18
murid-muridnya sebagaimana tugas-tugasnya untuk melaksanakan
disiplin dalam ketaatan kepada Tuhan. 10

B. Perilaku Peserta didik


Perilaku dalam KBBI adalah tanggapan atau reaksi individu
terhadap rangsangan atau lingkungan. Hukum Perilaku yang
berakibat tuntutan hukum karena merupakan kehendak yang
melanggar hukum (berlawanan dengan kepentingan orang lain)11.
Dianhusadanuruleka menyatakan Perilaku adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Sedangkan
Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu.12 Selanjutnya( Notoatmodjo), 2003: 114 dalam
unimus “Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya.18 Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Manusia


a. Keturunan
Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Keturunan sering disebut pula
dengan pembawaan Pengaruh faktor keturunan bagi perilaku

10
Louis Berkhof & Conelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen,
(Surabaya: Mementum, 2008), Hlm 173
11
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai
Pustaka,2002),hlm,859
12
dianhusadanuruleka.blogspot.com/p/konsep-perilaku-manusia.html
(16-05-2018)

19
diperlukan pengembangan pada masa pertumbuhannya. Dalam
keturunan terdapat beberapa azas, yaitu: Azas reproduksi, yaitu
kecakapan dari ayah atau ibu tidak dapat diturunkan kepada
anaknya karena kecakapan merupakan hasil belajar tiap individu.
Azas variasi, yaitu penurunan sifat dari orang tua pada
keturunannya terdapat variasi baik kualitas maupun kuantitas. Azas
regresi filial, yaitu adanya penyusutan sifat-sifat orang tua yang
diturunkan kepada anaknya. Azas jenis menyilang, yaitu apa yang
diturunkan kepada anak mempunyai sasaran menyilang. Ibu akan
menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak laki- laki dan ayah
akan menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak perempuan.
Azas komfromitas, yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-ciri
yang diturunkan oleh kelompok rasnya.
b. Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa
yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku.
Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan
dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat digolongkan:
Lingkungan manusia: Yang termasuk ke dalam lingkungan ini
adalah keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk di dalamnya
kebudayaan, agama, taraf kehidupan, dan sebagainya. Lingkungan
benda, yaitu benda yang terdapat di sekitar manusia yang turut
memberi warna pada jiwa manusia yang berada di sekitarnya.
Lingkungan geografis. Latar geografis turut mempengaruhi corak
kehidupan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai
mempunyai keahlian, kegemaran, dan kebudayaan yang berbeda
dengan manusia yang tinggal di daerah yang gersang.
Pengaruh lingkungan pada individu meliputi dua sasaran
yaitu: Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial dan
lingkungan membuat wajah budaya bagi individu. Dengan
lingkungan dapat saling mempengaruhi perilaku manusia sehingga
kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk
sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Individu menjadi pusat dari lingkungan, sehingga dalam

20
berhadapan dengan lingkungan tersebut memungkinkan timbulnya
peranan lingkungan bagi individu sebagai berikut: menurut
Purwanto “ Lingkungan sebagai alat bagi individu: alat untuk
kepentingan individu, kelangsungan hidup individu, dan untuk
kepentingan dalam pergaulan sosial.
Lingkungan sebagai tantangan bagi individu. Lingkungan
berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena
lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu
untuk mengatasinya. Individu harus berusaha menaklukkan
lingkungan sehingga menjadi dapat dikuasainya. Lingkungan
sebagai sesuatu yang harus diikuti. Sifat manusia senantiasa ingin
mengetahui sesuatu dan mencoba sesuatu dalam batas-batas
kemampuannya. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa
memberikan rangsangan daya tarik kepada individu untuk
mengikutinya. Individu peka akan perubahan lingkungan sehingga
individu selalu berpartisipasi di dalamnya.
Lingkungan objek penyesuaian diri bagi individu.
Lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk
menyesuiakan dirinya dengan lingkungan tersebut. Usaha untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan terdapat dua bentuk, yaitu
autoplastis dan alloplastis. Penyesuaian diri dengan cara alloplastis
berarti bahwa individu berusaha agar lingkungan sesuai dengan
dirinya. Sedangkan autoplastis penyesuaian diri di mana individu
berusaha agar dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang
bersangkutan.
Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh
seseorang atau pengalaman. Kartono dalam Darwis (2006: 43)
mengemukakan bahwa ada dua jenis perilaku manusia, yakni
perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah
perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya,
sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa
disebut perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah.

21
Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada
masa perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan
berperilaku normal. Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak
sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang berperilaku
diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang.
Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian
anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004:39)
mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini
muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap
tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar
tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian
yang dihadapi anak tersebut.
Perilaku menyimpang adalah suatu persoalan yang harus
menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif
atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk
perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan
dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang
dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk
perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43). Guru perlu memahami
perilaku bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya
tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku
bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan
lingkungannya. Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu
mungkin hanya tampak pada sebagian anak, pada dasarnya setiap
anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial.
Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah
atau menyimpang yang kronis (darwis, 2006: 44).
Guru sering kali menanggapi perilaku anak yang
bermasalah atau menyimpang dengan memberikan perlakuan
secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam
bentuk hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini sering kali
tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut
tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku
bermasalah (Darwis, 2006:44). Sekalipun demikian pemahaman

22
terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil
untuk dilakukan guru.

2. Jenis-Jenis Perilaku yang menyimpang


Gejala-gejala penyimpangan perilaku pada anak SD. Gejala
penyimpangan perilaku anak merupakan tanda-tanda munculnya
perilaku menyimpang pada anak. Gejala-gejala penyimpangan
perilaku anak merupakan perbuatan atau atau perilaku anak SD
yang dapat menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami
penyimpangan perilaku anak SD yang bersangkutan. Secara umum
gejala ini berasal dari dalam diri anak dan dari lingkungan sekitar.
Gejala penyimpangan perilaku dari dalam diri anak SD
muncul akibat ketidakmampuan anak tersebut untuk menyesuaikan
diri terhadap lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut menurut
Hurlock juga akan mengakibatkan anak berperilaku mundur ke
perilaku yang sebelumnya ia lalui.13 Sedangkan gejala
penyimpangan perilaku pada anak yang berasal dari lingkungan
sekitar menurut Hurlock (2004:288) antara lain pandangan orang
tua dan guru terhadap perilaku anak, pola perilaku sosial yang
buruk yang berkembang di rumah, lingkungan rumah kurang
memberikan model perilaku untuk ditiru, kurang motivasi untuk
belajar melakukan penyesuaian sosial,dan anak tidak mendapatkan
bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar.14
Pandangan orang tua dan guru terhadap perilaku anak
bermakna bahwa para orang tua dan guru sering menganggap
perilaku normal yang mengganggu ketenangan di rumah atau
kelancaran sekolah sebagai perilaku bermasalah. Bila mereka
beranggapan seperti itu si anak mungkin akan mengembangkan
sikap yang tidak menyenangkan terhadap mereka dan terhadap

13
Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak Jilid 1. (Jakarta: Erlangga,
2004), hlm 39
14
Ibid, hlm 288

23
situasi di mana perilaku itu terjadi (Hurlock, 2004: 39). Akibatnya
ialah si anak mengembangkan perilaku yang merupakan masalah
yang serius, misalnya berbohong, berbuat licik atau merusak
sebagai cara membalas dendam. Pola perilaku sosial yang buruk
yang berkembang di rumah merupakan hal yang menjadikan anak
akan menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang
baik di luar rumah, meskipun dia diberikan motivasi kuat untuk
melakukannya.
Hurlock (2004: 288) memberikan contoh bahwa, anak yang
diasuh dengan metode otoriter, misalnya, sering mengembangkan
sikap benci terhadap semua figur berwenang.Contoh yang lain
adalah pola asuh yang serba membolehkan di rumah, anak akan
menjadi orang yang tidak mau memperhatikan keinginan orang
lain, merasa dia dapat mengatur dirinya sendiri. Kurangnya
motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial merupakan
hal yang sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak
menyenangkan baik di rumah atau di luar rumah (Hurlock, 2004:
288). Sebagai contoh, anak yang selalu digoda atau diganggu oleh
saudaranya yang lebih tua, atau yang diperlakukan sebagai orang
yang tidak dikehendaki dalam permainan mereka, tidak akan
memiliki motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian
sosial yang baik di luar rumah.
Jenis-jenis atau bentuk-bentuk perilaku menyimpang pada
anak SD Salah satu tujuan memahami perilaku bermasalah ialah
karena perilaku tersebut muncul untuk menghindar atau
mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut
mekanisme pertahanan diri yang disebabkan oleh karena anak
menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya (Darwis,
2006: 43). Kecemasan pada dasarnya adalah ketegangan psikologis
sebagai akibat dari ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan.
Disebut mekanisme pertahanan diri, karena dengan perilaku

24
tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari
situasi yang menimbulkan ketegangan.15
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang atau
mekanisme pertahanan diri ini antara lain rasionalisasi, sifat
bermusuhan, menghukum diri sendiri, refresi/penekanan,
konformitas, dan sinis (Darwis, 2006 : 44). Adapun bentuk-bentuk
atau jenis-jenis perilaku menyimpang anak SD dijelaskan pada
paparan berikut ini:
• Rasionalisasi: Rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari
biasa disebut “memberikan alasan”. Memberikan alasan
yang dimaksud adalah memberikan penjelasan atas perilaku
yang dilakukan oleh individu dan penjelasan tersebut
biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa
yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata
karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu
bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya
(Darwis, 2006: 44).
• Sifat Bermusuhan. Sikap individu yang menganggap
individu lain sebagai musuh/saingan.Menurut Darwis
(2006: 45) sikap bermusuhan ini tampak dalam perilaku
agresif, menyerang, mengganggu,bersaing dan mengancam
lingkungan.
• Menghukum diri sendiri. Perilaku menghukum diri sendiri
terjadi karena individu merasa cemas bahwa orang lain
tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang
lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan
disukai amat kuat (Kartadinata, 1999: 196).
• Refresi/penekanan. Refresi ditunjukkan dalam bentuk
menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya

15
Darwis,Abu. Perilaku Menyimpang Murid SD. (Jakarta: Departemen,
2006), hlm. 43

25
ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-
hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
• Konformitas. Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk
menyelamatkan diri dari perasaan tertekan atau bersalah
terhadap pemenuhan harapan orang lain. Tujuan anak
melakukan hal ini agar ia terhindar dari perasaan cemas.
• Sinis. Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan individu
untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok.
• Ketidak berdayaan ini membuat dirinya khawatir dan
cenderung menghindar dari penilaian orang lain. Semua
perilaku mekanisme pertahanan diri di atas mempunyai
karakteristik (darwis, 2006: 45). Karakteristik tersebut
antara lain menolak, memalsukan, atau mengacaukan
kenyataan., dilakukan tanpa menyadari latar belakang
perilaku tersebut. Pola perilaku pertahanan diri ini
cenderung kepada pengurangan kecemasan dan bukan
pemecahan masalah yang menjadi dasar penyebab
kecemasan itu.
Perilaku menyimpang adalah sikap dan tingkah laku negatif
yang ditunjukkan seorang peserta didik. Sikap ini dapat
menimbulkan masalah bagi siswa bersangkutan maupun peserta
didik lainnya. Lebih jauh, perilaku menyimpang ini dapat
menghambat proses belajar yang sedang berlangsung.
Elisabeth B Hurlock menyatakan bahwa pelanggaran umum
anak-anak (tingkat SD) yaitu: Dirumah: 1).Berkelahi dengan
saudara-saudaranya. 2). Merusak milik saudaranya, 3).Bersikap
kasar kepada saudara yang lebih dewasa. 4). Malas melakukan
kegiatan rutin. 5). Melalaikan tanggung jawab. 6). Berbohong,
Tidak berterus terang. 7). Mencuri milik saudaranya. 8). Sengaja
menumpahkan sesuatu. Disekolah:1).Mencuri 2).Menipu, 3)
Berbohong 4). Menggunakan kata-kata kasar dan kotor. 5) Merusak
milik sekolah 6). Membolos 7) Mengganggu anak-anak lain dengan
mengejek, menggertak dan menciptakan gangguan, 8). Membaca

26
komik, atau mgunyak permen karet selama pelajaran berlanagsung.
9). Berbisik-bisik, melucu, atau membuat gaduh dikelas. 10).
Berkelahi dengan teman sekelas. 11). Minum obat-obatan
terlarang.16
Dari beberapa perilaku penyimpangan peserta didik usia
SD, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai perlilaku
penyimpangan peserta didik antara lain:
a. Bolos belajar
Bolos artinya meninggalkan kelas atau sekolah tanpa izin
ketika jam belajar masih berlangsung. Mampir di kantin atau
keluyuran di pasar serta tempat keramaian lainnya. Mengapa
mereka bolos? Karena mereka memang malas belajar. perilaku ini
justru merugikan diri peserta didik itu sendiri.
b. Sering minta izin meningggalkan kelas
Siswa sering minta permisi meninggalkan kelas. Baik yang
belajar dengan guru tentu namun juga untuk semua guru yang
mengajar di kelas itu. Ada yang benar-benar meninggalkan kelas
karena keperluan penting. Namun tidak jarang karena
malas belajar atau alasan mengusir rasa ngantuk.
c. Sering datang terlambat
Mengapa sering datang terlambat? Mungkin karena malas bangun
lebih cepat. Semestinya kalau jarak rumah jauh dengan sekolah,
siswa bangun agak lebih pagi. Siswa yang masuk kelas terlambat
sering mengganggu konsentrasi belajar siswa yang lain.
d. Suka mengganggu teman sedang belajar
Mengganggu teman di samping tempat duduk termasuk
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa. Ini sekaligus akan
mengganggu proses belajar keseluruhan. Cara mereka menganggu
pun bermacam-macam. Ada yang mencolek teman yang lagi asyik
belajar, mengajak teman di samping mengobrol, sampai membuat
lelucon yang sesungguhnya tidak lucu.
e. Malas mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah

16
Elisabeth B Hurlock ,Psikologi Perkembangan,( ),hlm,100

27
Pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru memiliki tujuan
tertentu. Namun siswa ada yang malas atau tidak sempat
mengerjakannya di rumah. Masih mendingan kalau mereka
mengerjakannya di sekolah walaupun itu bukan PR namanya.
Perilaku yang menyimpang pada peserta didik yang bermasalah
akan berdampak, Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan
peserta didik akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasi
dengan peserta didik lain, guru, dan masyarakat. Perilaku malu
dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah, misalnya,
termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan
seorang paserta didik menjadi kurang pengalaman. Jadi, perilaku
bermasalah ini akan merugikan peserta didik di sekolah secara
tidak langsung akibat perilakunya sendiri.
Perilaku menyimpang pada peserta didik merupakan
perilaku yang kacau dan menyebabkan seorang peserta didik
kelihatan gugup, serta perilakunya tidak terkontrol. Memang diakui
bahwa tidak semua peserta didik (Anak usia SD) mengalami
perilaku ini. Seorang peserta didik mengalami hal ini jika ia merasa
tidak tenang dan tidak bahagia sehingga menyebabkan hilangnya
konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada peserta didik akan
mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang
mengarah pada tindakan kejahatan.
Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan
psikologis yang selalu menghantui dirinya. Perilaku tidak sesuai
yang dilakukan peserta didik biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa
mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek,
membolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh
penyesuaian diri yang salah pada peserta didik di Sekolah Dasar.
Kecenderungan pada sebagian anak adalah tidak mampu
membedakan antara perilaku yang benar dan perilaku yang salah.
Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara berpikir dan
perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang
berlaku di sekolah. Penyebabnya adalah karena sejak kecil,orang

28
tua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan yang salah
pada anak. Seharusnya, orang tua mampu memberikan hukuman
saat anak berperilaku salah dan memberikan pujian atau hadiah saat
anak berperilaku baik atau benar. Seorang peserta didik di sekolah
dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan
perilaku antisosial, baik secara verbal maupun secara nonverbal,
seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya.
Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami
defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls
sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi
hiperaktif. peserta didik di sekolah yang hiperaktif biasanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau
tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak
berbicara, anak-anak yang hiperaktif tidak akan memperhatikan
lawan bicaranya dan cepat terpengaruh oleh stimulus yang datang
dari luar.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil interprestasi data yang telah diuraikan,
maka dapat disimpulan mengenai Pengaruh Pengajaran PAK
Terhadap Perilaku Peserta didik kelas V di SDN No 076708 Gomo
Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan yaitu:
• Rata-rata Nilai Pengaruh Pengajaran PAK Terhadap
Perilaku Peserta didik kelas V di SDN No 076708
Gomo Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan adalah
78,18
• Pengaruh Pengajaran PAK Terhadap Perilaku
Peserta didik kelas V di SDN No 076708 Gomo
Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan

29
• Koefesien Pengaruh Pengaruh Pengajaran PAK
Terhadap Perilaku Peserta didik kelas V di SDN No
076708 Gomo Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan
Terhadap Besar sumbangan Pengaruh Pengaruh
Pengajaran PAK Terhadap Perilaku Peserta didik
kelas V di SDN No 076708 Gomo Tanonikoo
Kabupaten Nias Selatan sebesar 0,402 tergolong
sangat rendah
• Hipotesis Pengaruh Pengajaran PAK Terhadap
Perilaku Peserta didik kelas V di SDN No 076708
Gomo Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan adalah
thitung 1,721<Itabel, maka Hipotesis dinyatakan
ditolak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian mengajukan beberapa
saran yaitu:
• Kiranya Pengajaran PAK di SDN No 076708 Gomo
Tanonikoo Kabupaten Nias Selatan dapat
meningkatkan perannya dalam mengajar dengan
meningkatkan pendidikannya sesuai keahliannya
dan meningkatkan ilmu yang telah dimiliki dengan
mengikuti pelatihan-pelataihan, seminar dan dll.
• Kiranya guru pak lebih berperan aktif dalam
mengajar sehingga perilaku peserta didik dapat.lebih
baik
• Diaharapkan para peserta didik untuk lebih aktif
dalam mengikuti proses belajar disekolah maupun
dalam kegiatan kerohanian baik dirumah, sekolah
maupun di digereja dan aktif dalam
mengaplikasikan kehidupanan sebagai kristen.
• Diharapkan satuan pendidikan bekerja sama dengan
para orang tua, mengadakan kegiatan yang
mendukung perilaku normal anak.

30
• Diharapkan peserta didik lebih giat lagi dalam
belajar, mengali informasi ilmu pengetahuan dan
tidak hanya menunggu pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
• Diharapkan para tenaga pengajar/guru PAK
menyadari dirinya bahwa telah dipilih dan dilatih
untuk tugas mengajar pendidikan Agama kristen.
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen merupakan
pokok-pokok ajaran iman Kristen yang, dinyatakan
Tuhan dalam membimbing peserta didik supaya
bertumbuh dalam iman yang sungguh-sungguh
percaya kepada Tuhan,serta mewujudkan iman
dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

E G. Homringhausen, I.H, Enklaar 1984. Pendidikan Agama


Kristen.Jakarta:BPK Gunung Mulia
Daniel Nuhamara. 2017.Pembimbing PAK. Bandung:Jurnal
Infomedia Rangkuman materi.Blogspot.com.04/04/2019
Daniel koesoema A. 2007. Pendidikan Karekter. Jakarta: PT
Grasindo
Hilda KARLI. 2009 Apa, Mengapa, dan Bagaimana Sertifikasi
Guru Dilaksanakan, Jakarta: Genersi Informedia
L.H.Enklaar dan Homrighausen. 2011. Pendidikan Agaama
Kristen.Jakarta:BPK Gunung Mulia
W.Enest Petty.2008. Berkhotbah dan Mengajar. Malang:Gandum
Mas
Stephen Tong. 2008. Arsitek Jiwa II. Surabaya:Mementum
B.S.Sidjabat.2009.Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup.

31
Louis Berkhof & Conelius Van Til. 2008. Dasar Pendidikan
Kristen. Surabaya: Mementum
'Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta;Balai Pustaka dianhusadanuruleka.blogspot.com/p/konsep-
perilaku-manusia.html (16-05-2018) Hurlock, Elizabeth.2004.
Perkembangan Anak Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Darwis,Abu. 2006. Perilaku Menyimpang Murid SD. Jakarta:
Departemen
Elisabeth B Hurlock , Psikologi Perkembangan,
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta,Rineka
Sutrisno,1980. Metodologi Reseah II. Jokyakarta: Fakultas
Psikologi UGM .
Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta:Rajawali Pers Sukardi.2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Angkasa

32
PENGARUH METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK

Novry Walangitan, M.Pd

PENDAHULUAN

Menjadi seorang guru adalah suatu kehormatan karena


dapat membagi pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik.
Ada banyak para tenaga pendidik yang rela meninggalkan
kampung halamanya dan pergi ke daerah-daerah terpencil demi
sebuah pendidikan serta masyarakat mendapatkan pengajaran.
Dengan adanya para guru yang profesional dan berdedikasi tinggi
dalam menjalankan setiap tugasnya maka dapat mendorong para
peserta didik untuk belajar lebih maksimal sehingga memperoleh
hasil atau prestasi yang baik.
Guru yang mengajar dengan penuh persiapan yang matang
serta memliki kemampuan dalam memahami setiap peserta didik
apapun latar belakangnya. Sehingga guru dapat menentukan
metode-metode yang sesuai dengan keadaan peserta didik dan
materi yang akan diajarkan. Guru yang menerapkan metode yang
sesuai disetiap proses pembelajaran maka peserta didik akan mudah
untuk memahami dan mengerti apa yang telah diajarkan atau yang
menjadi pembahasan dalam pembelajaran.
Setiap lembaga yang menyelenggarakan pendidikan baik
tingkat dasar, maupun menengah mengharapkan memperkerjakan
pendidik sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun
kenyataannya masih banyak para guru yang mengajar disekolah-
sekolah yang tidak sesuai dengan besiknya. Hal ini yang dapat
mengakibatkan seorang guru tidak maksimal dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pengajar, dan ini akan berdampak juga
kepada peserta didik yang diasuh atau dibimbing.

33
Penelitian sekaligus sebagai kepala sekolah di tempat
bertugas dan mengamati di beberapa sekolah dengan melalui RPP
para guru, bahwa masih ada guru yang menggunakan metode yang
tidak sesuai dengan materi serta keadaan peserta didik dan sekolah.
Bila hal ini terus berlanjut lama, maka dikhawatirkan peserta didik
akan mengalami kebosanan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Bila peserta didik mengalami kebosanan maka dapat berakibat
peserta didik menajdi malas untuk datang ke sekolah dan dapat
membenci mata pelajaran. Hal ini senada dengan Tim Penyusun
Universitas Negeri Medan yang mengatakan bahwa: Pekerjaan
guru sebenarnya mengandung resiko tinggi, hanya akibatnya akan
terlihat dalam waktu yang lama.17
Guru PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan salahs
atu faktor penting penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan sejauh
mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui
kegiatan belajar mengajar. Sebagai seorang guru pertama-tama
harus memahami profesi keguruannya. Guru agama Kristen sangat
memegang peran penting dalam proses belajar dan mengajar,
Khususnya bagi pembinaan iman kepada peserta didik. Oemar
Harmalik mengemukakan bahwa: Kepribadian guru berpengaruh
secara langsung dan bersifat kumulatif terhadap perilaku peserta
didik.18
Dalam Alkitab, Allah adalah pendidik yang tiada tara
(Ayub 36:22) dan tidak ada yang mengajari-Nya (Ayub 21:22; Yes
40:40). Allah megngajarkan pengetahuan kepada manusia
(Mazmur 94:10), cara berani (Yes 28:24-26), dan segala aspek
kehidupan. Allah bukan hanya pendidik, melainkan juga
perencanaan dan pelaksanaan proses pendidikan khususnya dengan
anak-anak-Nya, mulai dari penciptaan bumi dan isinya, termasuk

17
Tim Penyusun Universitas Negeri Medan, Pengajaran Mikro, (Medan: 2001),
20
18
Harmalik Oemarnar, Psikologi Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002), 43

34
menciptakan manusia, dan mengajarkan proses pendidikan kepada
manusia.
Pendidikan dalam Perjanjian Baru, Yesus menajdi fokus
utama pendidikan. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud
termasuk perihal belajar dan mengajar. Kata yang digunakan untuk
menjelaskan belajar dan mengajar. Tuhan Yesus mengajar, melatih,
mengemukakan informasi, menyampaikan fakta, menjadikan murid
(Kis 7:22 1 Kor 4:14, Matius 28:19, 1 Kor 3:9 dan Ibr 5:8). Para
pendidik masa Perjanjian Baru diawali oleh Yesus, kemudian
dilanjutkan para Rasul dan jemaat mula-mula. Yesus adalah guru
yang sempurna dan tidak ada bandingnya di dunia, dengan
pengajaran-Nya yang sangat luar biasa. Tanpa diminta oleh Yesus,
banyak orang berdong-bondong mengikuti Dia kemanapun Dia
pergi (Mrk 1:22;12:37).
Sebagai Guru Agung, Yesus memberi amanat kepada para
murid-Nya untuk mengajar. Hal ini tampak jelas dalam Matius
28:19-20), “...dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
diperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Ayat ini merupakan dasar
pendidikan bahwa setiap murid Yesus harus mengajarkan segala
sesuatu yang Dia perintahkan. Paulus adalah pendidik yang baik. Ia
menganggap pendidikan dan pengajaran dalam gereja sangat
penting. Paulus mengatakan, “Peganglah segala sesuatu yang telah
engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan
lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (2 Tim
1:13).
Selain Rasul Paulus, rasul Petrus juga merupakan pendidik.
Perrus mengembangkan pendidikan gereja. Dalam Kitab 1 dan 2
Petrus menekankan pertumbuhan jemaat. Tujuan pendidikan di sini
adalah perubahan, dan dari perubahan itu ada pertumbuhan rohani
jemaat. Bila jemaat benar-benar bertumbuh, pendidikan gereja
mencapai hasilnya.
Sebagaimana Yesus mengajar para murid dengan
menggunakan berbagai metode yang variatif dalams etiap

35
pengajaran-Nya. Dengan pengajaran yang Tuhan Yesus sampaikan
kepada para muris, maka mereka mudah memahami serta antusias
mengikuti pengajaran yang Yesus berikan. Pengajaran atau guru
PAK di sekolah dalam mnegajara seharusnya dapat meneladani
Yesus dalam mengajar sehingga efektif dan para murid/peserta
didik dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang
diberikan oleh guru.

PEMBAHASAN

A. Metode Guru PAK Dalam Mengajar


1. Pendidikan PAK
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki dan
merenungkan tentang gejala-gejala mendidik. Pendagogi berasal
dari bahasa yanani “paedagogia” yang berarti“ pergaulan dengan
anak-anak” paedagogos (paedos. “anak-; agoge: saya membimbing,
memimipin” adalah seorang pelayan dalam zaman yunani kuno
yang pekerjaannya mengatar dan menjemput anak-anak ke dan dari
sekolah. Di rumah anak-anak selalu mendapatkan pengawasan dan
penjagaan para paedagogos. Dengan demikian nyata bahwa
pendidikan anak-anak yunani kuno sebagian besar diserahkan
kepada paedagogos.19
Proses belajar mengajar terjadi karena adanya pendidik dan
akan didik. Pendidik (guru) secara efektif harus dapat
meterjemahkan jiwa tujuan umum dalam berbagai bentuk khusus
yang dikaitkan dengan tujuan akhir. Tujuan akhir dalam hal ini
adalah agar dengan pengetahuan membaca, anak-anak dapat
mendalam tata susila, ilmu kebijaksanaan dalam berbagai hasil
kebudayaan (buku dan lain-lain).20 Sedangkan anak didik adalah

19
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung:
Remadja Karya, 1988)
20
Ibid 37

36
pihak yang menerima didikan. Anak didik berada dalam posisi
menyiapkan diri untuk belajar dari pendidik. Dalam aspek
pengetahuan (Kognitif), misalnya ada perubahan dari belum tahu
menjadi tahu. Dalam aspek sikap (afektif), ada perubahan dari anak
didik tidak baik menjadi baik. Dalam pebelajaran ada dalam aspek
keterampilan (psikomotor), anak didik yang tidak terampil
diharapkan menjadi terampil.21
Pendidikan definisi awam bahwa pendidikan adalah “suatu
cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap
yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara
yang baik”. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau
mengubah sikap kognitif, afektif, dan psikomorik seseorang.
Menurut Kamus “ Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusai melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara perbuatan mendidik”. Dalam pendidikan harus ada
pendidik dan peserta didik, dilakukan secara sadar dan terencana
menggerakkan pikiran, perbuatan dan pengalaman, serta ada
perubahan kognitif (Pengetahuan), afektif(sikap), dan psikomotoris
(keterampilan).
Dalam Ensiklopedi Pendidikan, secara umum pendidikan
dapat diartikan sebagai “ Semua perbuatan dan usaha dari genarasi
tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha untuk
memyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik
jasmaniah maupun rohaniah” penegasan itu menyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha dan upaya sadar tujuan, atau besahaja
sehingga menuntut perencanaan, strategi, atau pendekatan.22
Lebih lanjut lagi B.S. Mardiaatmadja menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha besama dalam proses terpadu

21
“Ratna Wilis Dahat,Teori-teori Belajar (Bandung: Erlangga, 1989),
11
22
B.S Sidjabar, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi Offset,
1994)

37
terorganisasi untuk membantu manusia mengembangkan dan
menyiapkan diri guna mengambil tempat semestinya dalam
pengembangan masyarakat dan dunianya dihadapan Sang
Pencipta.23
Pengertian PAK dalam Alkitab merupakan dasar Alkitabiah
yang diperlukan dijabarkan dan dikembangkan menjadi pusat
proses pendidikan. Alkitab menjadi visi, nilai, dan gerakan dalam
keranangka pendidikan. Dengan demikian Alkitab mengalirkan
dalam proses pembelajaran dimana proses itu bisa berjalan dengan
baik bila unsur-unsur yang terkait saling mendukung. Unsur-unsur
tersebut menyangkut pendidik, anak didik, kurikulum, tujuan dan
metode.
Menurut Warner C. Graedorf, PAK adalah proses
pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat
ada kristus dan bergantung pada Roh Kudus, yang membimbing
pribadi pada suatu tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa
kini kearah pengenalan dan pengalaman rencanadan kehendak
Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, melengkapi
mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus
sang Guru Agung dan pemerintah yang mendewasakan pada
murid.24 Menurut E.G. Homrighausen menyatakan bahwa“
Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada pesekutuan umat
Tuhan. Dalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar
terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa pendidikan Agama
Kristen itu dimulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek
moyang umat pilihan Tuhan , bahkan tertumpu pada Allah sendiri
karena Allah menjadi peserta didik bagi umat -Nya.25 John Calvin

23
B.S. Mardiatmadja, Tantangan Dunia Pendidikan (Yoyakarta,
Kartnisius, 1986) Hlm 19
24
Paulus Lilik Kristanto,Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi
Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan Keluarga,
(Yokyakarta: Andi Offset),Hlm.4
25
E.G.Homrighauseb,Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985),Hlm 12

38
(1509-1664) PAK adalah Pendidikan yang bertujuan mendidik
semua putra putri gereja agar mereka:
a. Terlibat dalam menelaah Alkitab secara cerdas
sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus.
b. Menambil bagian dalam kebaktian dan memehami
keesaan gereja .
c. Dilengkapai untuk memilih cara-cara mengjawanthkan
pengapdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus
dan kemuliaanNya sebagai lambang ucapan syukur
mereka yang terpilih dalam Yesus Kristus.26
Dari beberapa urain ungkapan para ahli mengenai
pengertian PAK, maka peneliti menyimpulkan bahwa PAK adalah
pendidikan atau pengajaran atau penyampaian pesan yang berpusat
pada Kristus yang diberikan oleh pendidik, atau pengajar kepada
pesarta didik dengan menggunakan metode-metode yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Selanjutnya jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang akan dikembangkan, jenjang pendidikan di bagi
menjadi kategori yaitu:
a. Anak-anak Usia Dini (PAUD) mengacu pada undang
undang Nomor 20 Tahun 2003,pasal 1 butir 4.
b. Pendidikan Dasar yaitu jenjang pendidikan awal selama 9
tahun pertama yang melalui jenjang pendidikan
menengah.
c. Pendidikan menengah, aitu jenjang lanjutan pendidikan
Dasar, yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun.

26
Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan Prakten PAK Penuntun bagi
Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja , Guru Agama dn Keluarga
Kristen, (Yogyakarta: Andi Offset).

39
d. Pendidikan Tinggi, yaitu jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah.

2. Guru
Guru atau pendidik adalah orang yang mengajar. Perlu
dipahami bahwa proses pembelajan pendidik Kristen dan pendidik
umum sangat berbeda. Istilah pendidik dapat dipahami dari tiga
segi, yang pertama, pendidik dalam perpektif Kristen, Kedua
Pendidik yang beragama Kristen, dan yang ketiga, Pendidik yang
memberi pengajaran berkaitan dengan iman kristen. menurut
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa: “Guru yang memimpin
dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didiknya. Karena guru
paling banyak berhungan dengan para peserta didik dibandingkan
dengan personil sekolah yang lain”. Guru merupakan faktor yang
mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar dan karena.27
Senada dengan Aris V Cully “Menyatakan bahwa tugas guru
kristen adalah memimpin dan membimbing.28
Sejalan dengan Kaya A Norlander Cere mengemukakan
bahwa guru bagi sekolah seperti tukang kebun merawat tidak hanya
menanam tanaman. ''29
Menjadi pendidik PAK harus memiliki kompetensi yang lebih dari
pada pendidik secara umum. Ada pesyaratan yang harus dimiliki
bagi seorang pendidik kristen, karena tidak hanya membangikan
ilmu pengetahuan kepada para peserta didik, namun pendidik harus
dapat membawa peserta didik mengalami perjurnpaan dengan
Tuhan/ memiliki pengenalan akan Tuhan yang benar.

27
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
baru,2003),Hlm 27
28
Aris V Cully, Dinamikan pendidikan Kristen, (Jakarta: Gunung
mulia, 2009), Hlm 34
29
Kaya A Norlander Cere, Guru profesional , (Jakarta: PT Indeks,
2009), Hlm 65

40
Persyaratan yang dimiliki pendidik kristen dan tidak dan
tidak dimiliki pendidik umum adalah mengenai kerohanian, serta
persyaratan iman Kristen. Supaya dapat mengajar dengan lebih
efektif, seorang harus memiliki persyaratan secara profesional dan
persyaratan rohani. Peryaratan secara prcfesional meliputi
keteladanan ( menguasai hal yang dikerjakan), layanan yang khas
(manfaatnya lebih nyata), serta diakui oleh masyarakat dan
pemerintah.30 Selain itu, harus memiliki persyaratan administratif
akademik dan keterampilan teknik mengajar. Sedangkan
peseryaratan rohani seorang guru Kristen antara lain yaitu sudah
lahir baru, dewasa rohani, serta berpengang pada Alkitab sebagai
sumber utama pengajarannya.Dengan demikian, seorang guru
Kristen harus memiliki keseimbangan antara persyaratan
profesional dengan persyaratan rohani.
J.M Prince, dalam buku Yesus Guru Agung, mengatakan
bahwa:“Syarat yang terpenting bagi seorang guru ialah terpenting
bagi seorang guru ialah kepribadiannya sendiri. Semua teladan
lebih berharga daripada seratus kata nasehat. Perbuatan seseorang
lebih berpengaruh daripada pekataannya. 31 Jadi penulis menarik
kesimpulan bahwa untuk menjadi pendidik PAK harus memenuhi
persyaratan yang diharapkan dan dapat membawa perubahan
kepada peserta didik. Persyaratan yang wajib dimiliki oleh seorang
guru PAK yaitu:
• Guru PAK harus seorang yang telah menerima Yesus
Sebagai Juruslamat,serta telah lahir baru.
• b.Guru PAK harus seorang yang dewasa secara rohani
sehingga khidupannya dapat menjadi saksi Kristus.
• Guru PAK hendaknya hidup dalam Firman -Nya

30
B.S Sijabat, Menjadi guru profesional,Hlm 52
31
J.M Prince,Yesus Gunung Agung, (Bandung:Lembaga Literatur
Babtis)

41
• Guru PAK harus memiliki kompetensi secara administratif
akademik
• Guru PAK harus memiliki keterampilan teknik atau metode
mengajar

3. Peserta Didik
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
setiap guru perlu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang
peserta didik. Pemahaman tentang anak didik sangat penting bagi
pendidik. Jika guru berusaha pengenal peserta didik yang akan ia
layani, ia akan lebih tertolong dalam merumuskan tujuan, sasaran,
dan materi pengajaran yang relevan dengan kebutuhan mereka.
Menurut B.S.Sijabar,Pemahaman utama mengenai peserta
didik yang perlu dimiliki dan harus terus di tingkatkan guru adalah
tentang kedudukan anak scbagai mahluk religius.32 Dengan
demikian guru dalam perpektif pendidikan Kristen harus yakin
bahwa peserta didik bukan saja sebagai mahkluk beologis,
psikologis, sosiologis, dan kultural, Melainkan juga terutama
sebagai mahluk religius ini sesuai dengan penjelasan
Alkitab,bahwa manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa-
Nya(Kej 1:26-27).
Sebagai manusia,guru dan peserta didik merupakan pribadi
seutuhnya. Dengan kata lain guru dan peserta didik sekaligus
memiliki dimensi lahiriah atau fisik ( fisiologi) dan dimensi
batiniah. Dimensi batianiah meliputi aspek jiwa, mental dan roh.
Semua unsur tersebut saling berkaitan dalam aktifitas sehari-hari
terutama dalam proses belajar.

32
Ibid

42
4. Kurikulum
Kurikulum sebagai alat tranmisi kebudayaan, transaksi
dengan masyarakat atu tranformasi pribadi peserta didik.
Kurikulum merupakan perangkat program pendidikan berisikan
alat, tujuan, materi serta berbagia ketentuan lain untuk
mengembangkan pendidikan yang disampaikan pendidik kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
dapat memahami dan mengaktualisasikan pengetahuan tertentu.
Materi atau isi dalam pendidikan Kristen tentu saja menyangkut isi
Alkitab, yaitu Firman Tuhan yang disampaikan pengajar kepada
peserta didik. Perangkat lain menjadi sarana dan penunjang tetapi
inti pengajaran adalah kebenaran dalam Alkitab yang harus dimiliki
peserta didik.
5. Tujuan
Tujuan umum bersifat umum seperti membentuk manusia
yang bersusila, demokratis, dan menyampaikan kebudayaan.
Tujuan lainnya adalah peserta didik menguasai materi
pembelajaran sesuai bidang yang dipelajari. Dengan mengevaluasi
tujuan pendidikan Kristen, tujuan umum pendidikan Kristen adalah
mengarahkan peserta didik agar bermoral dan berbudi pekerti
Kristiani sesuai Firman Tuhan. Sedangkan tujuan pendidikan
kristen secara khusus menyangkut visi Allah yang datang kedunia
untuk menyelamatkannya (Yoh 3:16). Dengan kata lain, tujuan
khusus pengajaran dalam pendidikan Kristen adalah agar peserta
didik mengenal, mengerti,dan menerima Yesus sebagai juruslamat
pribadi.
6. Metode
Metode dapat diartikan sebagai “Teknik”, “cara” atau
prosedur. Dalam setiap kegiatan pembelajaran diperlukan metode
yang tepat dan relevan untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu,dalam pesiapan mengajar dengan target menghasilkan rencana
pengajaran pendidik harus memikirkan metode pengajaran secara
seksama. Apalagi dalam pendidikan Kristen, materi yang
disampaikan adalah Firman Allah dapat dipahami dan dimengerti,

43
bahkan diterapkan oleh peserta didik. Bukan sebaliknya,
metodenya yang bagus, tetapi Firman Tuhan yang utama malah
belum dimengarti oleh peserta didik. Ada berbagai metode yang
dapat digunakan, antara lain: Cerah, tanya jawab, diskusi,
dialog,dementarasi,dan model lainnya.
Selama pelayanan Yesus di dunia, Tuhan Yesus
memberikann teladan dan metode pengajaran-Nya, untuk
membangun kontak dengan para pendengar,terutama murid-nya.
Metode-metode tersebut adalah Menarik perhatian dengan dengan
pandangan mata “Dia mel;ihat dua saudara simon dan andreas”
(Matius 4:18;Yoh 1:38). “ Memanggil nama mereka “ Yesus
melihatnya dan berkata, engkau simon anak yohanes,...”(Yoh
1:42).Menggunakan kata -kata untuk menarik perhatian
“Dengarkanlah, sesungguhnya, lihatlah” (Markus 4:3;Luk
18:17,31; Yoh 3:3,5).
Menggunakan berbagai pertanyaan dengan menegur “dari
manakah”(Mat 2:25-27) ;menyakinkan “ Apakah engkau tidak
pernah membaca”(Mrk 2:25);menguji “Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku”(Yoh 21:15-17).
Menggunakan ilustrasi dengan cerita untuk memunculkan
perhatian (Luk 8:4-9); menjelaskan prinsip atau ajaran (Luk 10:30-
35). Yesus juga menggunakan ceramah dan khotbah, misalanya
Khotbah di bukit ( Mat 5-7); Pengajaran di bukit Zaitun(Mat 24-
25). Menggunakan benda atu objek, misalnya anak kecil untuk
mengajar kerendahan hati (Mat 18:1-6); pohon yang kering untuk
mengajar perlunya iman(Matius 13, 17); uang koin untuk mengajar
ketaatan kepada pemerintah (Mrk 12:13-17). Jadi dari urain diatas
maka dapat disimpulkan bahwa ada macam-macam metode dalam
mengajar seperti yang Tuhan Yesus terapkan yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode mengajar ceramah adalah salah satu metode yang paling
umum,paling lama dan paling banyak dijumpai dalam proses
belajar mengajar.Metode ceramah adalah penutuan materi pelajaran
secara lisan dari guru kepada peserta didik.Guru yang menerapkan

44
metode ceramah dalam proses belajar mengajarnya harus benar-
benar menguasai materi pembelajaran.Tetapi metode ceramah ini
juga memiliki banyak kelaman seperti peserta didik yang fasif dan
hanya guru yang aktif. membosankan serta sukar mengukur tingkat
pemahaman peserta didik.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ini memungkinkan komunikasi antara guru
dan peserta didik. Biasanya guru akan memberikan pertanyaan
pancingan kepada peserta didik, kemudian peserta didik bertugas
menjawab apapun dan sebaliknya. Metode ini memiliki beberapa
kelebihan, misalnya saja bisa membuat peserta didik lebih aktif ,
lebih konsentrasi, berani, dan berpikir kritis. Metode ini juga
mempunyai beberapa kelemahan seperti timbulnya tegang dikelas
jika guru tidak bisa mengelola atmosfer santai namun serius,
terkadang peserta didik susah membuat pertanyaan yang dapat
dipahami oleh peserta didik, membuang waktu, dan terkadang
pertanyaan tidak dapat mencakup seluruh kelas.
c. Metode Diskusi
Dalam metode diskusi ini peserta didik didorong aktif untuk
menemukan pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya
sebagai pembimbing. Peserta didik bisa membuat kelompok diskusi
dan menemukan jawaban atas permasalahan yang telah
dipelajarinya.
Metode diskusi ini bisa melatih keberanian, sikap kritis,
kreatifitas,saling menghargai dan sikap musyawarah pada diri
peserta didik. Namun metode diskusi juga memiliki kelemahan
biasanya dari sisi waktu yang panjang,tidak efektif untuk kelompok
besar, informasi yang didapatkan terbatas, serta hanya dikuasai
oleh peserta didik yang berani bicara.
d. Metode Eksperiman (percobaan)
Metode eksperimen adalah cara meyajikan materi
pembelajaran yang mengutamakan peserta didik untuk menemukan
sendiri inti matri melalui percobaan.
e. Metode Demontrasi

45
Metode demontrasi adalah cara menyajikan matri pelajan dengan
memperangan secara langsung kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari.
Dari uraian-uraian diatas maka peneliti menyimpulkan
bahwa seorang guru yang hendak mengangajar para peserta didik,
hendaknya sudah menyusun traterigi mengajar agar peserta didik
dapat antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Sebagai mana
telah diuraikan diatas bahwa ada banyak metode pembelajaran
yang dapat dipih oleh seorang guru. Semua metode pembelajaran
adalah baik adanya. Semua tergantung pada materi pembelajaran
yang hendak diajarkan kepada peserta didik.Metode pembelajaran
perlu disesuaikan dengan materi pembelajaran.Guru yang baik
tidak hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja
pembelajaran yang bervariasi akan membuat pesena didik antusias
daiam memahami pembelajaran. Menggunakan variasi metode
dalam mengajar sangat diperlukan,mengingat peserta didik juga
memiliki variasi metode belajar juga.Ada yang lebih mudah paham
bila diajar dengan metode visual (misalanya dengan vidio, gambar,
dan lainnya.),audiu (miusalnya dengan berceramah,mendengarkan
lagu,dan lainnya), dan kinestetik (misalnya dengan memadukan
aktivitas olahraga dengan materi pembelajaran.
Seorang guru PAK harus bisa memberikan nasehar kepada
peserta didiknya yang berbuat salah. la juga harus bijak dalam
menyelesaikan permasalahan peserta didiknya, ia juga harus bisa
menjadi teladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan.
Semakin bak persiapan yang dilakukan oleh seorang guru,
maka ia akan semakin mampu mengajar dengan baik. Walaupun
terkadang untuk melakukan persiapan yang baik seorang guru perlu
mengorbankan lebih banyak waktu.Namun setiap pendidik perlu
menyadari bahwa apapun yang dilakukan buat peserta didik, baik
dalam tahap persiapan, proses pembelajaran, maupun proses
evaluasi atau penilaian,semua akan menjadikan seorang guru
menjadi berkualitas dan akan selalu dirindukan oleh peserta didik.

46
B. Motivasi Belajar
Dalam kamus besar bahasa indonesia “Motivasi adalah
dorongan yang timbul dari sescorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan
tertentu".Motivasi juga sebagai usaha yang menyebabkan
seseorang atau kelompok tertentu tergerak melakukan karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan
dengan perbuatannya.33 Senada dengan Yaomama Loi bahwa
“Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri individu,
dan juga ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan”.34” Jadi motivasi merupakan dorongan
dalam diri seseorang yang timbul untuk melakukan sesuatu
tindakkan dalam mencapai tujuan tertentu.
Bila seseorang tidak memiliki motivasi sering dikatakan tidak ada
semangat untuk melakukan sesuatu. untuk mengetahui pengertian
motivasi belajar, maka penulis terlebih dahulu akan menguraikan
apa yang dimaksud dengan motivasi. Jadi motivasi merupakan
dorongan dalam diri seseorang yang timbul untuk melakukan
sesuatu tindakkan dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Oemar Hamalik bahwa: motivasi dapat berupa
dorongan dorongan dasar internal dan insentif di luar individu atau
hadiah.35 Motivasi mengandung unsur penting yang saling
berhubungan, yaitu:“Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada individu, perkembangan motivasi manusia akan
membawa beberapa perubahan system, yang ada pada organ
manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun
motivasi ini muncul dalam diri manusia).

33
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 2002), Hlm 756
34
Yaomama Loi, Pengaruh guru bimbingan terhadap motivasi belajar
peserta didik di SMK Mitra Kasih Telukdalam, (Nias selatan: 2014), Hlm 15
35
Menurut Oemar Hamalik,Psikologi belajar mengajar,(Bandung:Sinar
baru,2002),Hlm 173)

47
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), efeksi
seseorang dalam hal motivasi sama dengan persoalan- persoalan
kejiwaan, efeksi dan motivasi yang dapat menentukan kehidupan
manusia. Motivasi akan merangsang karena adanya tujuan motivasi
yang merupakan respon dari aksi, muncul diri manusia karena
adanya rangsangan atau dorongan untuk tujuan memenuhi
kebutuhan.” Jadi motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan
individu yang mengawali seseorang untuk melakukan suatu
tindakan untuk mencapai tujuan. Senada dengan Edwar Purba dkk
“bahwa: motivasi adalah suatu dorongan seseorang dalam
perbuatan atau melakukan tingkah laku”.36
Maslow membagikan 7 macam mengenai kebutuhan-
kebutuhan seseorang sebagai berikut: Fisiologis, yaitu kebutuhan
manusia yang paling dasar, meliputi kebutuhan akan makanan,
pakaian, tempat berlindung, yang paling penting untuk
mempertahankan hidup. Rasa aman, yaitu kebutuhan kepastian
keadaan dan lingkungan yang dapat di ramalkan, ketidak pastian
1. Sifat-sifat motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik merupakan dorongan dari dalam diri
seseorang. Motivasi ini terjadi karena keingingan naluriahnya
untuk melakukan seseatu kegiatan atau keingintahuan, bukan pula
karena adanya ganjaran yang dijanjikan oleh orang lain. Senada
dengan Sudarwan Darnim “bahwa motivasi merupakan panggilan
jiwa, keikhlasan tanpa embel-embel,kesiapan mental yang tulus,
efektif nuraniah, aktualisasi pontensi alami dan ransangan intemal
yang muncul dari dalam diri".37 Sudirman, A.M mengatakan bahwa
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.23

36
Edwar Purba dkk, Belajar dan Pembelajar, (Medan:Universitas
Negeri Medan,2001),hlm 74
37
SudarwanDamim,Pengembangan Profesi Guru,(Jakarta:Pranada
Media,2011),hlm 187

48
Jadi motivasi Instrinsik ingin mencapai tujuan yang
terkandung didalam perbuatan. Perlu diketahui bahwa peserta didik
yang memiliki Instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang
terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan dari luar individu atau
adanya rangsangan dari luar. Motivasi Ekstrinsik terjadi karena
rangsangan dari luar untuk mencapai tujuan tertentu. Senada
dengan Sudirman A.M bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar.
c. Motivasi yang diperkaya
Motivasi yang diperkaya ini tidak hanya instrinsik dan
ekstrinsik tetapi tetapi diperkaya dengan unsur-unsuk ibadah sesuai
dengan tinggi dan luhurnya derajat manusia.Sebagai makhlu hidup
yang memiliki kemampuan untuk mengenal dan ibadah kepada
Tuhan atau sang pencipta sehingga termotivasi untuk memlakukan
sesuatu dengan norma-norma.
2. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan
mempengaruhi serta mengubah kelakuan seseorang. Menurut
Oemar Hamalik fungsi motivasi ialah : Mendorong timbulnya
kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi akan timbul perbuatan
seperti berdoa. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
pencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai pengerak, artinya
berfungsi sebagai mensin bagi mobil. Besar kecilnya Motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.38
Senada dengan Martinis Yamin Mengatakan bahwa: Prinsi-
prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada
perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsi belajar yang

38
Oemar Hamalik,Psikologi belajar mengajar,(Bandung,Sinar baru
Algensindo,2002),Hlm

49
telah ditemuioleh ilmu belajar.39 Menurut Sadirman A.M fungsi
motivasi belajar yaitu: Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai
penggerak atau motor yang melepas energi. Menentukan arah
perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini
memotivasi memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuan.Menyeleksi perbuatan yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna
mencapai tujuan.

3. Ciri-ciri Orang yang mempunyai Motivasi


Sardirman,menyebutkan seseorang yang mempunyai
motivasi dalam dirinya adalah sebagai berikut: Tekun memghadapi
menghadapi tugas, ulet mengahadapi kesulitan, Mempunyai dan
memajukan minat terhadap macam-macam masalah. Lebih sering
bekerja secara mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin,
dapat mempertahankan pendapat, Tidak mudah melepaskan
pendapatnya.Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah
atau soal-soal.40

4. Unsur yang mempengaruhi motivasi belajar


Menurut Edwar Purba unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
yaitu:
• Cita-cita atau aspirasi pembelajaran. Merupakan faktor
pemndorong atau dapat menambah semangat dalam belajar
dan sekaligus akan menjawab arajh yang jelas dalam proses
pencapaian tujuan belajar.
• Kemampuan pembelajaran dimaksud adalah potensi yang
berkaitan dengan intelektual atau inteligensi sebagai salah
satu syarat yang telah dimiliki pembelajar.

39
Yamin Matinis, Kiat membelajarkan Peserta didik, ( Jakarta: 2010,
Hlm
40
Sardiman,Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta:PT Raja
Garafindo persada,2009), Hlm 95

50
• Kondisi pembelajaran merupakan faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, karena faktor spikis dan
fisik akan secara bersama-sama sebagai satu turut serta
mempengaruhi pembelajaran. Apabila pembelajar memiliki
kondisi fisik yang sehat, makapembelajar lebih gairah
dalam belajar.
• Kondisi lingkungan belajar, sebenarnya sangat urgen bagi
pembelajar, karena tempat dan rungan yang kotor akan
mempengaruhi minat atau kemauan belajar. Satu hal yang
penting diperhatikan tentang lingkungan belajar dalam
rangka mengkaji motivasi belajar adalah mengenai
kebersihan dan tidak perlu bernilai mahal atau mewah tetapi
memenuhi standar dan keindahan/kenyamanan.
• Unsur dinamis belajar dan pembelajaran, unsur ini
adakalanya lebih banyak tergantung pada diri
pembelajar,diantaranya adalah bagaimana pembelajar
menggunakan cara belajar yang efektif dalam pembelajaran,
media apa yang digunkan pembelajaran.
• Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar, unsur yang
tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi motivasi
belajar adalah upaya guru dalam membelajarkan
pembelajar. Guru meupakan salah satu stimulus yang sangat
besar pengaruhnya dalam memotivasi pembelajar untuk
belajar.41
Jadi berdasarkan uraian diatas tentang motivasi, ciri-ciri,
unsur-unsur motivasi maka penulis menarik kesimpulan bahwa
motivasi adalah sebagai pengerak/motor seseorang atau peserta
didik untuk belajar atau berkarya, baik dorongan yang berasal dari
dalam maupun dari dalam, sehingga peserta didik menjadi antusias
atau semangat dalam bertindak sehingga mencapai tujuan yang

41
Edwar Purba dkk,Belajar dan Pembelajar, (Medan:Universitas Negeri
Medan,2001),Hlm 74

51
diingikan. Dengan adanya motivasi dalam diri peserta didik maka,
apapun tantangan ataupun hambatan yang menggangu dapat
diminimalisir.
Dengan adanya motivasi dalam dirinya, maka peserta didik:
Mengikuti dan memusatkan perhatian dalam proses belajat
mengajar, Ikut terlibat langsung dalam pecahan masalah,memberi
jawaban dan mengajukan. pertanyaan yang berhubungan dengan
topik pembahasan. Mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam
pembelajaran. Membawa perlengakapan belajar adan memntaati
peraturan yang berlaku disekolah. Menyenangi mata pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Mengulangi tindakan ketika mendapatkan
apresiasi dari guru atau teman dan mendapatkan prestasi belajar
yang baik.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai temuan riset ini, dapat diberikan kesimpulan
mengenai hubungan Metode guru PAK dalam mengajar terhadap
motivasi belajar peserta didik di SDN No 078580
Tetehili,Kabupaten Nias Selatan adalah:
• Metode guru PAK dalam mengajar di SDN No.078580
Tetehili, Kabupaten Nias Selatan tegolong kuat
• Motivasi belajar peserta didik di SDN No 078580
Tetehili,Kabupaten Nias Selatan tegolong kuat
• Koefesien metode guru PAK dalam mengajar terhadap
motivasi belajar peserta didik di SDN No 078580 Tetehili,
Kabupaten Nias Selatan tergolong kuat
• Ada Pengaruh yang sangat signifikan metode guru PAK
dalam mengajar terhadap motivasi belajar peserta didik di
SDN No 078580 Tetehili, Kabupaten Nias Selatan.

52
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian mengajukan beberapa
saran yaitu:
• Kiranya guru PAK di SDN No 078580 Tetehili, Kabupaten
Nias Selatan, meningkatkan variasi merode dalam mengajar
dengan meningkatkan pendidikannya sesuai keahliannya
dan meningkatkan ilmu yang telah dimiliki dengan
mengikuti pelatihan-pelataihan, seminar dan dll.
• Diharapkan guru PAK lebih meningkatkan metode dalam
mengejur sehingn peserta didik lebih termotivasi lagi dalam
belajar sehingga dapat mencapai prestasi yang lebih baik.
• Diaharapkan para peserta didik lebih aktif dalam belajar dan
mencari sumber-sumber untuk belajar sehingga
mendapatkan perestasi yang terbaik.
• Diharapkan satuan pendidikan bekerja sama dengan pihak-
pihak yang terkait agar peserta didik termotivasi dalam
belajar.
• Diharapkan guru mengembangkan potensensi yang
dimilikinya sehingga kreativitasnya semakin berkembang
sehingga peserta didik akan termotivasi untuk datang
kesekolah.
• Diharapkan peserta didik/ peserta didik lebih giat lagi dalam
belajar, mengali informasi ilmu pengetahuan dan tidak
hanya menunggu pelajaran yang disampaikan oleh guru.
• Diharapkan dengan adanya pedoman tentang kreativitas
seorang guru maka guru lebih terarah dalam mengajar
sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.
• Diharapkan para tenaga pengajar/ guru PAK menyadari
dirinya bahwa telah dipilih dan dilatih untuk tugas mengajar
pendidikan Agama kristen. Pengajaran Pendidikan Agama
Kristen meupakan pokok-pokok ajaran iman Kristen yang,
dinyatakan Tuhan dalam membimbing peserta didik supaya
bertumbuh dalam iman yang sungguh-sungguh percaya

53
kepada Tuhan,serta mewujudkan iman dalam kehidupan
sehari-hari.
• Diharapkan dukungan dari lembaga-lembaga terkait seperti
Dinas Pendidikan, Kementian Agama,Yayaasan,
Masyarakat, dll dengan memberikan pelatihan, seminar,
buku- ataupun alat-alat peraga dll sangat diperlukan untuk
menunjang kualitas dan kreativitas para guru dapat dan
prestasi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Universitas Negeri Medan, Pengajaran Mikro,


2002.
Harmalik Oemanar, Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Bandung: Remadja Karya.
Ratna Wilis Dahat, Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.
B.S Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Andi
Offset.
B.S.Mardiatmadja, Tantangan Dunia Pendidikan. Yoyakarta,
Kartnisius.
E.G.Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Paulus Lilik, Pelayan Gereja Guru Agama dan Keluarga
Kristen.Yogyakarta: Andi Offset.
Demar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Iris V Cully, Dinamikan Pendidikan Kristen, Jakarta: Gunung
Mulia.
A Norlander Cere, Guru Profesional, Jakarta: PT Indeks.
B.S Sijabat, Menjadi Guru Profesional, BPK Gunung Mulia.
J.M Prince, Yesus Gunung Agung. Bandung. Lembaga Literatur
Babtis.

54
Menurut Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung:
Sinar Baru.
Edwar Purba, Belajar dan Pembelajar, Medan: Universitas Negeri
Medan.
Sudarwan Darnim, Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Pranada
Media.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Baru.
Yamin Matinis, Kiat membelajarkan Peserta Didik. Algesindo:
Jakarta.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:PT
Raja Garafindo Persada, 2009.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis, Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, Metodologi Research, Jogjakarta: Fakultas Psikologi
UGM.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali
Pers.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Angkasa.

55
PERAN GURU KONSELOR DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Dr. Tumpak O.P. Sianturi

PENDAHULUAN

Remaja adalah generasi penerus bangsa dan sebagai


tonggak awal kemajuan keluarga, bangsa, gereja yang muncul dari
peraturan perkembangan remaja saat ini merupakan masa yang
sangat sulit dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi
pencarian jati diri mereka. Dan Pada masa ini sangat diperhatikan
pembentukan karakter dari pada remaja sangat rentan dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya serta terbawa arus yang dapat
menjerumuskan mereka hal-hal yang merusak kehidupan mereka.
Pembentukan karakter siswa sangat penting dan harus dilakukan
sebab sebagaimana yang sering kita dengar dan lihat di televisi
format surat kabar atau koran kita sering melihat dan mendengar
bahwa ada beberapa sekolah-sekolah siswa terlibat dalam
kenakalan remaja contohnya tawuran, merokok, dan narkoba, seks
bebas, dan mabuk-mabukan bakal melakukan balap liar dan ada
pula yang mengemudi umur akibatnya dapat merugikan orang lain.
Singgih gunarsa Tuliskan pendapat para ahli dalam bukunya
Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Stanly hall Kemukakan bahwa masa remaja merupakan
masa penuh emosi dan ketidakseimbangan tercakup dalam " Strom
and Stress". Dengan demikian remaja Mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Remaja Penyesuaian, rumah impian dan khayalan
pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan
norma kebudayaan.42
Melihat penjelasan tersebut sehingga perlu untuk mendapat
bimbingan, perhatian serta pembinaan rohani Bagi orangtua, para

42
Singgih dan Yulia SInggih D. Gunarsa, psikiologi perkembangan anak
dan remaja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 27.

56
pengajar yang juga berperan sebagai konselor untuk memiliki
tanggung jawab untuk menentukan karakter remaja.
Yesus adalah sebagai Sang Juru Agung yang menunjukkan
belas kasihan kepada setiap orang, bukan hanya belajar tetapi juga
menyembuhkan orang sakit tetapi juga dengan memberikan waktu
untuk memulihkan hati mereka. Sebagai seorang yang telah
menerima belas kasih Yesus, perlu bagi setiap hamba tuhan
khususnya guru untuk berperan sebagai konselor meneladani kasih
Yesus, Mari Go Setiawan mengatakan: "bawa anak-anak termasuk
remaja yang perlu menjadi orang Kristen, bahkan harus bertekad
untuk meneladani Yesus, menuju ini mereka harus bertobat
mengenal dan menerima Yesus:"43. Ini merupakan tanggung jawab
orang tua tetapi juga bagi guru sebagai konselor untuk
memperkenalkan Yesus serta memperhatikan perkembangan
karakter mereka sehingga pada akhirnya diharapkan remaja dapat
bertumbuh dalam karakter yang benar dan menjadi dewasa di
dalam Kristus.
Kenyataan yang ditemui di lapangan ada banyak
mempengaruhi karakter siswa dikarenakan para siswa berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Masalah yang timbul di
lingkungan baik itu di rumah maupun di lingkup pergaulan
(bermain) dapat mempengaruhi karakter mereka. Julianto
Simanjuntak mengatakan: "setiap manusia butuh konseling, tak
peduli siapapun dia. Fungsi konseling adalah: menyembuhkan,
membimbing, memberdayakan, pendampingan, dan perawatan.
Hampir di setiap situasi kehidupan manusia, konseling sangat
menolong".44 sehingga dipahami remaja juga membutuhkan
konseling di sinilah peran guru sebagai konselor sangat diperlukan
dan sangat penting untuk ada di sekolah, karena jika tidak segera
ditangani hal ini akan mengganggu pertumbuhan karakter siswa

43
Mary Go Setiawan, menerobos Dunia Anak (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2000). 15.
44
Julianto Simanjuntak, konseling dan amanat agung (Tanggerang:
Yayasan Pelikan, 2010), 23-24.

57
kedepannya. Jangan salah jika tidak banyak dari mereka yang
bermasalah dengan perilakunya akibat kurangnya perhatian bagi
para remaja tersebut.
John M. Drescher mengatakan, "Kamu adalah busur
darimana anak-anak sebagai anak panah dikirimkan. Sikumana
melihat tanda Jalan tak terbatas, Dania melengkungkan mu dengan
sepenuh kekuatannya agar anak panahnya terpeleset cepat dan jauh.
Biarlah lingkunganmu di tangan sik mana menjadi suatu
kebahagiaan".45 melihat kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
orang tua dan guru atau konselor sangat berperan penting dalam
pembentukan karakter seorang anak. Bimbingan dan konseling
sebagai komponen pendidikan mempunyai peranan yang besar
dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat minat dan kemampuan
peserta didik difasilitasi atau disediakan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah sesuai kebutuhan satuan pendidikan. Julianto
Simanjuntak dan Roswitha Ndraha menjelaskan: "jika kita
mengenal bakat dan kecerdasan anak sejak dini dan merasakannya
maka anak akan tumbuh dan kecerdasannya dengan baik serta
optimal”.46 tanda kucing dapat dipahami bahwa dengan melakukan
bimbingan konseling akan menolong konselor untuk mengarahkan
dan mengetahui bakat siswa sehingga para siswa bukan saja dihajar
tetap juga diarahkan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Berdasarkan analisa penulis terhadap siswa SMP Negeri 2
hilisalawaahe Kec. Hilisalawaahe, seorang konselor sangat
dibutuhkan karena peran guru sebagai konselor dalam sekolah
sering dijumpai banyak anak-anak yang bermacam-macam
karakternya dan ini merupakan tugas seorang guru atau konselor
untuk selalu membina, mendidik, membimbing, menasehati,
menguatkan, memotivasi, mengarahkan. Sehingga siswa benar-

45
John M. Drescher, Tujuh Konseling Anak (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), 17.
46
Julianto Simajuntak dan Roswitha Ndraha, Mendidik Anak Utuh
Menuai Keturunan Tangguh (Tanggerang: Yayasan LK3, 2010), 10.

58
benar menjadi orang yang memiliki karakter yang baik sesuai
dengan ajaran Tuhan Yesus Kristus.

PEMBAHASAN

A. Konselor
1. Pengertian Konselor
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam
melakukan Konseling.Konselor bergerak terutama dalam konseling
di bidang pendidikan,tapi juga merambah pada bidang industri
dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara
umum di masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang
bertugasdan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan
dan konseling kepada pesertadidik di satuan pendidikan(sering
disebut Guru BP/BK atau Guru Pembimbing), ia tidak diwajibkan
mempunyai sertifikat terlebih dulu. Konselor pendidikan adalah
konselor yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didikdi satuan
pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu
profesiyang termasukke dalam tenaga kependidikan seperti yang
tercantum dalam Undang-undang republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.47
Undang-undang tentang Gurudan Dosen. Konselor
pendidikan semula disebut sebagai Guru BimbinganPenyuluhan
(Guru BK). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhanmenjadi
konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling
(Guru BK).Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain,
kemudiandisebut pula sebagai Guru pembimbing Setelah
terbentuknya organisasi profesi(ABKIN), maka profesi ini

47
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011),h.43

59
sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari
asosiasi tersebut.48

2. Dasar Alkitab sebagai Konselor


Ada dua pemikiran yang keliru tentang pengajaran
konseling yang umum. Salah satunya yaitu pemikiran bahwa
konseling itu seluruhnya pengajaran apabila seseorang memunyai
suatu masalah, kita cukup mencari ayat-ayat Alkitab yang cocok
dengan masalah tersebut, kemudian mengkhotbahi orang tersebut
mengenai hal itu.
Pemikiran keliru kedua yakni konseling hanya mencakup
sedikit pengajaran atau tidak sama sekali. Mereka yang berpegang
pada pemikiran ini berpendapat bahwa setiap orang mengetahui
semua jawaban bagi masalah mereka dan bahwa konselor
seharusnya cukup mengajukan berbagai pertanyaan,
mendengarkan, dan memberikan dukungan kepada mereka. Dengan
kata lain, mereka beranggapan bahwa apabila kita membangun
hubungan yang kokoh dengan konseli, maka para konseli akan
menemukan sendiri jalan keluar bagi permasalahan mereka, dan
mengatasi masalah tanpa menyuruh kita memberi tahu mereka apa
yang harus dilakukan.
Akan tetapi,pendekatan konseling seperti ini adalah tidak
alkitabiah,sebab Kitab Suci telah menjelaskan bahwa pengajaran
memegang peranan penting dalam pertumbuhan rohani setiap
orang dan bahwa pengajaran itu tidak dapat diabaikan dalam proses
penyelesaian masalah49. Maka, apabila kita bermaksud menolong
sesama uintuk berubah, kita harus terampil dalam pengajaran

48
Ibid

49
Bdg.Amsal 6:23;Matius 22:29;Efesus 4:11-12; I Tesalonika 4:13; I
Timotius 4:6, 11, 16; II Timotius 2:16-18;Titus 1:10-11.

60
konseling alkitabiah dan menjadikan pengajaran itu sebagai bagian
penting dari konseling kita.
Mengingat pengajaran adalah bagian penting dari konseling
alkitabiah, kita perlu mengetahui pengajaran macam apa yang
diperlukan. Supaya dapat menyenangkan bagi Tuhan dan
bermanfaat bagi para konseli, pengajaran kita harus memenuhi tiga
persyaratan pokok: harus didasari olch Alkitab, harus akurat secara
alkitabiah, serta harus pantas menurut Alkitab.

3. Pengajaran Harus Berdasarkan Alkitab


Bila kita mengatakan bahwa pengajaran harus berdasarkan
Alkitab, maksudnya semua pengajaran yang kita tanamkan kepada
konseli untuk menolongnya mencapai perubahan harus dimulai dari
Alkitab. Pengajaran tersebut sebaiknya hanya didasari oleh Alkitab
saja, dan jangan sekali-sekali hanya merupakan pemikiran atau
pengamatan manusia. Mengapa? Sebab Alkitab itu praktis,
komprehensif, patut dipercaya, dan benar-benar merupakan sumber
kebenaran yang memadai, sementara pengetahuan manusia tidak
mampu membahas semua masalah yang kita hadapi dalam hidup
secara efektif.
a. Alkitab itu praktis. Alkitab bukan sekadar risalah teologis
yang menguraikan secara rinci berbagai doktrin yang
esoteris (bersifat khusus/rahasia), melainkan merupakan
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku(Mazmur
119:105). Alkitab diberikan untuk mengajarkan cara
menjalani hidup sehari-hari yang menyenangkan bagi
Tuhan; selain itu, juga diberikan untuk menolong kita
mengatasi berbagai masalah. Seperti kata Henry Ward
Beecher, "Alkitab adalah peta Tuhan untuk memimpin
manusia, untuk menjaga manusia agar tidak tenggelam
ke dasar laut, serta menunjukkan kepada manusia di
mana tempat berlabuh, dan bagaimana mencapainya

61
tanpa menabrak batu-batu karang dan berbagai
penghalang"50
b. Alkitab itu komprehensif. Kitab Suci seharusnya
merupakan dasar dan materi pengajaran kita dalam
konseling, karena bersangkutan dengan segala isu
kehidupan yang perlu dipahami. II Petrus 1:3
menyebutkan, "Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan
kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup
yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah
memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib."
Pengetahuan yang dibicarakan oleh Petrus itu terbatas
pada realita-realita yang digambarkan dalam Kitab Suci;
jadi ia bermaksud mengatakan bahwa segala yang perlu
diketahui agar dapat berhasil dalam hidup terdapat dalam
lembaran-lembaran firman Allah.51 Ada orang-orang
yang bereaksi tidak masuk akal terhadap pernyataan
tersebut, namun itulah yang dikatakan oleh Alkitab. II
Petrus 1:3itu mungkin benar, mungkin juga tidak -- dan
andaikata tidak benar, tentunya seluruh Alkitab akan
dipertanyakan.
Namun kita tahu bahwa il Petrus 1:3 itu benar. Kitab Suci
memuat semua informasi yang perlu untuk "hidup dan kesalehan,"
dan pendalaman isinya akan mendatangkan pahala berupa
pemahaman-pemahaman ke dalam pengalaman manusia yang
paling rumit sekalipun. Namun demikian, yang sering terjadi dalam
konseling yaitu, konselor berasumsi bahwa Alkitab tidak berbicara
tentang masalah tertentu konseli;oleh sebab itu, konselor terlalu
dini meninggalkan firman Allah dan berusaha mendapatkan

50
Dikutip dalam F. S. Mead, ed.,The Encyclopedia of Religion
Quotations (Westwood, N. J.; Revell, 10 1965), 24.
51
II Timotius 3:16-17 mengajarkan kebenaran yang sama dengan
mengatakan bahwa Kitab Suci mampu membuat kita "memadai, diperlengkapi
untuk semua pekerjaan yang baik."

62
masukan dari pemikiran-pemikiran manusia. Apabila konselor
semacam ini mau memulai dengan berasumsi bahwa isi II Petrus
1:3 itu benar,tentu ia akan memandang masalah-masalah yang
rumit sebagai suatu tantangan agar ia memperdalam
pemahamannya akan teologi dan bertumbuh dalam pengetahuannya
tentang bagaimana hal tersebut cocok dengan situasi-situasi
tertentu.
Saya telah melewatkan hidup saya dengan mencoba
membantu orang lain. Selama ini saya belum pernah menjumpai
suatu kasus di mana penerapan prinsip-prinsip Kitab Suci tidak
relevan, tidak memadai, dan tidak lebih unggul daripada apa pun
yang harus diberikan dunia. Hal itu tidak berarti bahwa kita
seharusnya melemparkan begitu saja ayat-ayat Alkitab ke atas meja
para konseli. Namun yang dimaksud di sini yaitu satu-satunya
tujuan dari pengajaran kita seharusnya adalah menyampaikan
kebenaran alkitabiah yang berkaitan dengan permasalahan mereka.
Kebenaran dari II Petrus 1:3 tentunya menunjukkan bahwa semua
riset atau teori psikologi sekular tidak diperlukan (setidak-tidaknya)
dalam proses menolong orang berubah secara rohaniah (sama
halnya seperti berbagai pemikiran yang dihimpun sedikit demi
sedikit dari agama-agama kaum kafir).
c. Alkitab itu patut dipercaya. Alasan ketiga dari pengajaran
kita seharusnya yaitu hanya didasari oleh Alkitab sebagai
satu-satunya buku yang berhubungan dengan masalah-
masalah praktis dalam hidup, dan dalam cara yang benar-
benar dapat diandalkan dan patut dipercaya. Apabila kita
mengajarkan para konseling menggunakan Alkitab, kita
dapat mengetahui tanpa mempertanyakannya; apabila
diterapkan, hal ini akan mengubah hidup mereka ke arah
yang lebih baik. Tidak ada sumber informasi lain atau
pemikiran lain yang dapat mengilhami keyakinan
semacam itu.
Renungkan apa yang dikatakan si pemazmur mengenai
buku pegangan bagi para konselor alkitabiah ini:

63
• "Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya." (Mazmur
19:10)
• "Untuk selama-lamanya, ya Tuhan, firman-Mu tetap teguh
di surga."(Mazmur 119:89)
• "Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala
titah-Mu."(Mazmur 119:128)
• "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-
hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya."
(Mazmur 119:160)
Perkataan Yesus menggemakan pernyataan si Pemazmur
sewaktu Ia mengatakan, "Firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes
17:17) Baik ayat-ayat ini maupun ayat-ayat serupa mengajarkan
kepada kita bahwa segala sesuatu yang dikatakan oleh Alkitab itu
benar. Namun,ayat-ayat tersebut juga menghasilkan suatu
epistemologi alkitabiah yang mencurigai semua pernyataan
mengenai sifat manusia atau kebenaran rohani yang tidak diajarkan
oleh Kitab Suci.52 Menurut epistemologi tersebut, sebagai manusia,
kita tidak dapat menemukan kebenaran mutlak di luar penyataan
khusus Tuhan. Suatu pengamatan atau pendapat yang
dikembangkan tanpa mengacu pada firman Tuhan mungkin benar,
tetapi kita tidak dapat memastikan bahwa pengamatan atau
pendapat tersebut benar, sebab kita sendiri adalah makhluk yang
terbatas dan jatuh daiam dosa. Mari kita pertimbangkan konsep ini
lebih jauh.
1. Keterbatasan Manusia
Salah satu alasan mengapa kita tidak dapat mengetahui
secara mutlak segala yang berada di luar penyataan khusus Tuhan
adalah karena kita ini terbatas. Pengetahuan kita hanya sebatas
yang dapat kita amati, dan sebatas itu pula yang dapat kita pahami.
Di samping itu,karena kita tidak mengetahui segala sesuatu, maka

52
Epistemologi adalah bidang filsafat yang biasa disebut sebagai "ilmu
pengetahuan tenlang mengetahui," yang mencari jawaban bagi pertanyaan-
pertanyaan "Bagaimana kita mengetahui?" dan "Apa yang dapat kita ketahui?"

64
kita tidak dapat mengetahui dengan pasti segala sesuatu mengenai
isu-isu terpenting dalam hidup beserta maknanya (oleh kita
sendiri), sebab kita mungkin akan selalu menemukan hal-hal baru
yang membuktikan bahwa apa yang kita ketahui itu keliru.
Pemikiran ini digambarkan oleh sebuah kisah tentang empat orang
buta yang sudah kita kenal itu. Mereka berjalan bersama-sama dan
menubruk seekor gajah. Salah satu ari mereka menubruk kaki gajah
tersebut, dan berkesimpulan bahwa yang ditubruknya itu adalah
batang pohon yang besar. Orang buta kedua menubruk belalainya
dan berpikir bahwa belalai tersebut adalah selang pemadam
kebakaran. Orang buta ketiga menabrak ekornya, dan mengira
bahwa ekor versebut adalah seutas tali. Sedangkan orang buta
keempat menubruk bagian samping gajah. dan memutuskan bahwa
bagian tersebut adalah sebuah tembok. Keempat-empatnya
menubruk benda yang sama, namun keterbatasan pengamatan
masing-masing membuat setiap orang buta berpendapat bahwa
benda tersebut adalah benda yang berbeda. Kita juga dapat menarik
kesimpulan yang keliru apabila kita hanya mengandalkan
pengamatan serta pemikiran sendiri tanpa mengacu pada firman
Tuhan; sebab seperti keempat orang buta tadi, kita hanya dapat
memahami sebagian saja dari keseluruhannya. Scbaliknya, Tuhan
adalah tidak terbatas dalam pengetahuan serta pemahaman-Nya.
Seperti Yesaya 40:14 menanyakan secara retorik,"Kepada siapa
Tuhan meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang
mengajar Tuhan untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar
Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya la bertindak
dengan pengertian?" Tidak ada batasan bagi kebijaksanaan Tuhan.
Kata-Nya, "Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah
dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari
mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang
belum terlaksana." (Yesaya 46:9-10) Tuhan mengetahui akhir dari
permulaan. Ia mengetahui masa lampau, masa sekarang, dan masa
akan datang. Ia mengerti setiap bagian dari kita dan setiap bagian
dari dunia kita secara sempurna. Dan Ia sudah senang

65
mengungkapkan kebenaran-Nya kepada kita dalam firman-Nya.
Itulah sebabnya mengapa kita harus mengajari para konseli dari
gudang kebenaran yang memadai itu,dan tidak pernah
meninggalkannya demi gagasan-gagasan manusia yang amat sangat
terbatas itu.
2. Jatuhnya Manusia
Sebab lain dari mengapa manusia tidak dapat mengetahui
secara mutlak segala sesuatu yang berada di luar pernyataan Allah
adalah karena kita ini makhluk-makhluk yang berdosa. Menurut
Alkitab, pikiran kita sangat dipengaruhi oleh dosa,sehingga
meskipun kita telah mengamati sesuatu secara cermat. kita
cenderung salah menafsirkannya. Pikiran kita yang penuh dosa
cenderung menyelewengkan kebenaran, dan satu-satunya cara
supaya dapat berpikir dengan benar yaitu memhiarkan Roh Kudus
memperbarui pikiran kita (Roma 1:18-32;12:2;Efesus 4:23).Hal ini
hanya dapat dicapai dengan belajar memandang kehidupan melalui
lensa Kitab Suci.
Keterbatasan dan keberdosaan kita membuat kita tidak
mampu memastikan kebenaran, kecuali bila Tuhan telah
mengungkapkan-Nya kepada kita. Kita tidak memiliki standar yang
dapat digunakan untuk menilai benar atau tidaknya sesuatu selain
daripada firman Allah. Jadi, meski kita bisa yakin bahwa apa pun
yang kita ambil dari firman Tuhan dan kita bagi para konseli itu
benar, namun kita sebaiknya memunyai skeptisisme yang sehat
bagi segala teori atau wawasan yang tidak dimulai dari Kitab
Suci.53 Apabila tidak diajarkan oleh firman Tuhan, mungkin teori
atau wawasąn tersebut keliru.
Pengajaran kita dalam konseling seharusnya hanya
didasarkan pada Alkitab. karena "segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar,untuk menyatakan

53
Riçhard Pratt, Jr. menuliskan, "Kita boleh mengatakan bahwa
pernyataan-pernyataan semacam ini keliru karena bukan merupakan hasil dari
ketaatan yang dilakukan secara sukarela.

66
kesalahan. untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran.Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan
Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (II Timotius
3:16-17) Kedua ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa kita
memiliki segala yang kita perlukan dalam firman Tuhan yang
menjadikan kita memadai atau lengkap (terjemahan lain untuk kata
Yunani). Kita tidak perlu menjadi lebih daripada memadai; selain
itu, kita tidak dapat menambahkan apa pun pada soal kelengkapan.
Seperti dituliskan oleh J. C. Ryle, "Orang yang memiliki Alkitab,
dan Roh Kudus di hatinya, memunyai segala sesuatu yang mutlak
diperlukan untuk membuatnya bijaksana secara rohani... la
memunyai mata air kebenaran yang terbuka di hadapannya, dan apa
lagi yang dapat diinginkannya? Ya! Walau ia terkurung seorang
diri dalam penjara, atau dibuang ke sebuah padang pasir, namun
apabila ia mempunyai Alkitab, berarti ia mempunyai sebuah
pedoman yang sempurna, dan tidak menginginkan yang lain.54
Apabila kita sungguh-sungguh memercayai semua kata
yang mendatangkan itham itu, maka kita tidak akan pernah tergoda
untuk berpikir bahiva kita perlu mempelajari semua teori manusia
yang ada di luar Kitab Suci, supayakita mampu memberikan
pengajaran yang bermanfaat kepada para konseli. Sebaliknya.kita
hanya akan berpegang pada satu-satunya pedoman yang sempurna
untuk upaya tersebut, yakni Alkitab. Alkitab itu praktis,
komprehensif, patut dipercaya, serta mencukupi.55Jadikanlah
keinginan untuk mempelajarinya dengan penuh semangat,
merenungkannya dalam-dalam, serta menyampaikannya secara
akurat sebagai tujuan Anda. Selain itu, jangan sekali-sekali
meremehkannya dengan berasumsi bahwa Alkitab tidak membahas

54
J.C.Ryle, Practical Religion (Cambridge:James Clark,1959),81
55
Sebuah buku terbaru berisi pembahasan-pembahasan yang
bermanfaat mengenai sifat-sifat Alkitab adalah Noel Weeks,"The Sufficiency of
Scripture"(Carlisle,Penn:Banner of Truth,1988).Bacalah juga John
MacArthur,Jr.,"Our Sufficiency in Christ"(Dallas Word Publishing,1991).

67
masalah tertentu; jangan sekali-sekali meninggalkannya demi
"kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (Yeremia 2:13)
Apabila kita setia mengikuti firman Tuhan, maka la juga akan setia
kepada kita dengan menguatkan pelayanan kita sehingga
menghasilkan buah bagi kehidupan para konselin kita.

4. Tujuan Konselor, fungsi dan sasaran


Tujuan konselor
Tujuan Konseling:Konseling Sekuler bertujuan untuk
menolong orang yang dikonseling(konseli) mendapatkan
kebahagiaan hidup. Sebaliknya,konseling Kristen memiliki tujuan
utama agar konseli dapat hidup menyenangkan Tuhan,yaitu
Larry Crabb,menjelaskan "para konselor Kristen harus peka
terhadap dalamnya keakuan dalam tabiat manusia. Sangatlah
mudah untuk membantu seseorang mencapai sebuah
sasaran yang tidak Alkitabiah. Untuk tanggung jawab sebagai
sesama anggota tubuh untuk terus-menerus mengingatkan dan
saling menasehati untuk mempertahankan sasaran dari konseling
yang benar: untuk memerdekakan orang-orang sehingga dapat
menyembal dan melayani Allah dengan baik dengan menolong
mereka menjadi seperti Tuhan. Dengan perkataan lain, sasarannya
adalah kedewasaan”.56

Fungsi Konselor
Konseling Kristen berfungsi sebagai pemasti keselamatan
Allah pada setiap individu dimana konseling berarti melayani
seseorang konseli yang sedang memerlukan bantuan sampai
memiliki kepastian keselamatan (seutuhnya) di dalam Yesus
Kristus (2 Tim 3:15;Yoh 6:37,44;10:28;Rm 10:9-14).Berkaitan
dengan fungsi konseling Kristen diatas dan tujuan selengkapnya
dari konseling Kristen dapat di uraikan sebagai berikut: pertama,

56
Larry Crab,Konseling Yang Efekaifdan Alkiabiah,pen,Agnes Maria
France,(Yogyakata: Yayasan ANDI,1995),17

68
konseling Kristen bertujuan untuk membawa pemahaman dan
penerimaan diri. Kedua, konseling Kristen bertujuan untuk
membina komunikasi ke arah keterbukaan yang menyiapkan jalan
bagi penyembuhan yang dikerjakan oleh Allah. Ketiga, konseling
Kristen bertujuan untuk memberi kemampuan untuk belajar
(mendidik, membawa, dan menikmati perubahan yang dari Allah di
dalam batin, yang menolong untuk hidup harmonis dengan
Tuhan,diri serta orang lain.Keempat,konseling Kristen bertujuan
untuk mendukung agar konseli dapat menikmati kehidupan yang
berkelimpahan, dengan mengaktulisasi diri (penyadaran,
penerimaan, dan pengembangan potensi diri) dalan Tuhan guna
tetap bertumbuh menjadi matang dan dewasa (Yoh 10:10b; Flp 4:5-
8,13). Kelima. konseling Kristen bertujuan untuk menunjang
individu konseli untuk bangkit, berjuang bagi tercapainya tujuan
hidup dan menang dalam Tuhan (1 Kor 15:58), sehingga konseli
menjadi teguh di dalam Tuhan di mana ia mampu hidup mandiri
dan berdiri teguh sebagai pemenang (Ban. Rm 8:23-39). Keenam,
konseling Kristen bertujuan untuk membawa “shalom” Allah yang
menyeluruh bagi hidup individu di dalam Tuhan (Yes 32:17; Yoh
14:27;10:10b; 1 Ptr 3:8-12).57

Sasaran Konselor
Sasaran dari konseling Kristen Alkitabiah adalah untuk
memperkenalkan kedewasaan Kristen, untuk menolong orang-
orang memasuki suatu pengalaman yang lebih dalam tentang
penyembahan dan suatu kehidupan pelayanan yang lebih efektif.
Dalam jangkauan yang luas, kedewasaan Kristen dikembangkan
dengan menangani masalah yang timbul secara langsung dan sikap
yang konsisten dengan ajaran Alkitab dan mengembangkan

57
Tomatala, Konselor Kompeten. Pengantar Konseling Terapi untuk
Pemulihan.Jakarta

69
karakter ke dalam yang membentuk karakter (sikap,
keyakinan,tujuan/Kristus.58

Ciri-Ciri Konselor
Agar dapat mencapai konseling yang efektif, kunci
utamanya tentu adalah sang konselor sendiri. Ini merupakan unsur
utama untuk bisa meraih hasil gemilang-artinya sebagai konselor,
harus memiliki bobot tertentu yang dapat memperlancar relasi
konseling: memiliki pengetahuan dasar menyangkut teori dan
praktik konseling serta keterampilan berwawancara dan dalam
pemecahan masalah.59
Gary Collins dalam bukunya Konseling Krisen yang Efektif
menjelaskan enam ciri dasar dalam konseling yang menekankan
konselor (penolong) yang efektif: 'pertama,seorang konselor
Kristen yang efektif tentu mempunyai kerohanian yang baik (ia
selalu ingin menyenangkan hati Tuhan, hidup yang dipimpin
Roh,tidak menuruti hawa nafsunya sendiri, saling membenci dan iri
hati (Gal 5:22-26).Kedua, seorang konselor Kristen harus lemah
lembut (Gal 6:1). Ketiga, seorang konselor Kristen harus bersedia
menolong meringankan beban (Gal 6:2). Keempat, seorang
konselor Kristen harus bersifat rendah hati. Seorang konselor
Kristen dapat dikenali karena kerendahan hatinya. Ia tidak
menyombongkan diri, melainkan ia melihat bahwa karena anugerah
dan kebijaksanaan dari Tuhan saja ia dapat menolong orang lain, ia
menguji dirinya sendiri, tidak berrnegah melihat keadaan orang lain
dan mau menanggung bebannya sendiri, bahkan mau belajar dari
orang minta tolong kepadanya (Galatia 6:6). Kelima, seorang
konselor Kristen harus bersifat sabar. Keenam, seorang konselor
Kristen harus bersifat rajin berbuat baik (Galatia 6:10). Titik

58
Crabb, Konseling Yang Efektifdan Alkitabiah,27
59
Anthony Yeo, Konseling (Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah),
pen., Antonius (Jakarta: Gunung Mulia 2005),56.

70
permulaan untuk semua konselor, adalah hubungan mereka dengan
Tuhan,yang ditandai dengan kasih (Yohanes 13:34-35).60
Tulus Tu'U dalam bukunya dasar-dasar konseling pastoral
menuliskan ciri-ciri seorang konselor adalah percaya pada Kristus,
sang konselor Agung, Menerima Kristus secara pribadi,Kristus
berkuasa dalam hidupnya, menerima Alkitab sebagai pedoman
hidup, melibatkan karya Roh Kudus, dan menghayati tugas sebagai
panggilan.Seorang konselor Kristen haruslah seorang yang tidak
bercacat, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi
tumpangan,cakap mengajar,bukan peminum,bukan pemarah.
pendamai, bukan hamba uang. ( 1 Tim. 3:1-3;Tit.1:7-9).61
Seorang konselor sendiri harus bersemangat, suka humor,
optimis, bisa menerima harapan kepada konseli netral, tidak
menghakimi dan memaksa konseli, kreatif, flexibel, stabil
emosinya, sadar bahwa dirinya sendiri tidak sempurna,bisa
menganalisa problema, menolong konseli membeberkan masalah,
terbuka, dan penuh belas kasihan.62
Melihat pendapat diatas maka penulis menyimpulkan ciri-
ciri seorang konselor agar dapat efektif yaitu percaya pada Kristus,
sang konselor Agung, menerima Kristus secara pribadi, Kristus
berkuasa dalam hidupnya, mempunyai kerohanian yang baik, harus
lemah lembut,harus bersedia menolong meringankan beban,
bersifat rendah hati, bersifat sabar, bersifat rajin berbuat baik,
menerima Alkitab sebagai pedoman hidup, melibatkan karya Roh
Kudus, dan menghayati tugas sebagai panggilan,tidak bercacat,
dapat menahan diri, bijaksana, sopan,suka memberi tumpangan,
cakap mengajar,bukan peminum,bukan pemarah,pendamai, bukan
hamba uang, harus bersemangat, suka humor,optimis,bisa

60
Collins,Konseling Kristen Yang Efektip,15-16
61
Tulus Tu'u, Dasar-dasar Konseling Pastoral,
(Yogyakarta:ANDI,2010),46-52
62
Cindy Reed,"diktat Kuliah Konseling Kristen"(Yogyakarta:STTII
Yogyakarta,2012),9

71
menerima harapan kepada konseli netral, tidak menghakimi dan
memaksa konseli, kreatif, flexibel, stabil emosinya, sadar bahwa
dirinya sendiri tidak sempurna. bisa menganalisa problema,
menolong konseli membeberkan masalah, terbuka, dan penuh belas
kasihan.

Prinsip-prinsip Konselor
Prinsip-prinsip dalam memberikan nasehat dalam
konseling; pertama, memiliki motivasi bahwa nasehat anda
(konselor) itu untuk kepentingan konseli. Kedua, dasarkanlah
nasehat kita (konselor) kepada kebenaran. Ketiga, janganlah
menggurui konseli tetapi libatkanlah konseli berpikir mengenai
kemungkinan negatifnya. Kelima, sampaikanlah dengan keyakinan
anda (konselor). Keenam, mengertilah kemampuan konseli dalam
melakukannya. Ketujuh, jika naschat (konselor) berupa tindakan
praktis harusnya yang realistis dan dapat di jangkau/dilakukan
konseli.63
Prinsip-prinsip dalam memberikan dorongan: pertama,
dasarkan dorongan anda (konselor) kepada ketaatan terhadap
Firman Allah. Kedua, belajarlah peka terhadap kultur dan budaya.
Ketiga, hindarilah pemberian pujian yang berlebihan apa lagi,
pujian untuk membunjuk.Keempat, belajarlah untuk rela
mendorong, rela ingin menolong orang lain. Kelima, mulailah, dari
lingkup dan perkara yang paling kecil.64

Bentuk-bentuk Konselor
Dalam buku Gary R. Collins yang berjudul konseling yang
efektif, menuliskan: "para ahli-ahli konseling
menyimpulkan,bahwa ada beberapa macam bentuk konseling
Kristen. Dengan setiap konseli, kita dapat menggunakan satu atau

63
Walkito,Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah(Yogyakarta;Andi
Offset),43
64
Ibid, h.46

72
lebih dari bentuk-bentuk konseling di bawah ini: supportive
konseling,confrontational konseling, educative konseling. spiritcal
konseling, group konseling,informal konseling, dan preventive
konseling.65
Dalam buku Tulus Tu'U yang berjudul dasar konseling
pastoral, menuliskan: bentuk-bentuk konseling yang dapat
dilakukan berupa konseling preventif,konseling edukatif,konseling
spritual, konseling konfrontatif, personal konseling,dan grup
konseling.66
Menurut penulis bentuk konseling yang dapat digunakan
kepada kristen yaitu group konseling (konseling kelompok),
personal konseling (konseling individual), konfrontational
konseling,spiritual konseling, informal konseling, preventive
konseling dan educative konseling.
Group Konseling (Konseling Kelompok)
Konseling kelompok adalah proses konseling yang dilakukan
dalam situasi kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan
konseli dalam bentuk kelompok yang dinamis untuk memfasilitasi
perkembangan individu dan atau membantu individu dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya secara bersama-sama,yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada
pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya.67
Konseling kelompok banyak dilakukan melalui kelompok-
kelompok seperti kelompok ibadah, persekutuan, pemahaman
Alkitab, diskusi kelompok, kelompok minat, dan lain-lain. Dalam
koriseling kelompok ada banyak pendapat dan pikiran yang

65
Collins, Konseling Kristen, h.74
66
Tulus TU'U, h.185
67
M.Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung:Alfabeta,2013), h.9

73
muncul. Jadi konselin dapat saling belajar dari pendapat dan
pengalaman teman-teman sehingga dapat memperkaya
pengetahuan yang dapat menguatkan seseorang dalam menjalani
hidupnya.
Konseling kelompok pernah digunakan oleh Tuhan Yesus
dalam menolong orang-orang. Dalam jemaat yang mula-mula
orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok untuk belajar,
bersekutu, merayakan perjamuan kudus dan berdoa. Dalam
pertemuan-pertemuan tersebut mereka percaya bahwa Allah juga
hadir di antara mereka(Kis.2:42-47). Selain itu mereka juga
membicarakan persoalan-persoalan dan saling tolong menolong
dalam kebutuhan. Pada perkembangan berikutnya, kelompok-
kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih
kecil lagi,bahkan gereja-gereja belakangan ini juga membagi
jemaatnya menjadi grup-grup yang lebih kecil lagi untuk
membagikan pengalaman masing-masing, bersaksi, berdoa(Yak.
5:16) dan mempelajari firman Tuhan bersama.
Konseling Kelompok memiliki keunikan tersendiri, dimana
konselor membimbing sekelompok orang untuk saling bekerjasama
membagikan perasaannya secara jujur, saling belajar dari
pengalaman masing-masing, saling mendukung, saling menasehati
dan menolong satu sama lain. Sukses tidaknya konseling kelompok
ini tergantung dari partisipasi para anggotanya. Jika anggota mau
saling terbuka,tidak takut untuk memberi dan menerima
pertolongan, akan lebih mudah bagi kelompok tersebut untuk dapat
mengatasi kesulitannya.

B. Peran Guru sebagai Konselor


1. Pengertian Peran Guru Bimbingan danKonseling
Peran guru bimbingan dan konseling terdiri dari kata peran
dan guru bimbingan dan konseling. Pengertian Peran secara
etimologi sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang
pimpinan, terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa
(Kamus umum Bahasa Indonesia, 1987: 735). sedangkan menurut

74
Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan
68
(Soekanto,2009:212). Peran dapat dikenali dari keterlibatan,
bentuk, kontribusi, organisasi kerja, penetapan tujuan dan peran.
Peran juga mempunyaiciri-ciri:
o Keterlibatandalam keputusan, mengambil
dan menjalankan keputusan.
o Bentuk kontribusi, seperti gagasan, tenaga,
materi dan lain-lain.
o Organisasi kerja, bersama setara
(berbagiperan).
o Penetapan tujuan, ditetapkan kelompok
bersama pihak lain
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan
perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain
dari psikolog, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan
dalam sosiologi dan antropologi . dalam ketiga bidang ilmu
tersebut, istilah “peran” diambil dalam dunia teater. Dalam teater,
seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan
dalam posisinya sebagai tokoh itu sendiri. Atau proses pemberian
bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing(konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli dapat melihat
masalah sendiri, maupun memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi.69 Disimpulkan bahwa peran guru bimbingan dan konselor
adalah membantu peserta didik dalam menyelesaikan atau

68
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers
Jakarta, 2009, h,212
69
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: PT Grafindo Persada,2007),h.26.

75
mengatasi masalah siswa (peserta didik) dari berbagai bidang
masalah yang muncul dan terjadi pada peserta didik tersebut
sehingga siswa (peserta didik), dapat mengatasi masalahnya
sendiri.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan adalah salah
satu tenaga pendidikyang profesional yang memiliki kemampuan
untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan profesi yang
dimiliki, dan untuk memberi suatu layanan atau bantuan dalam
memecahkan suatu masalah yang dialami dan bisa membawa klien
kearah pemahaman diri dan pemahaman di lingkungan
kehidupannya.
Bentuk peranan guru bimbingan dan konseling juga
meliputi tugas dari guru bimbingan dan konseling sebagai wujud
tanggung jawab atas profesi yang disandangnya. Guru bimbingan
dan konseling memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Berdasarkan pada pedoman pelaksanaan tugas guru bimbingan dan
konseling dan pengawas, tugas guru bimbingan dan konseling
terkait dengan pengembangan dan pembinaan pada siswa yang
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan kepribadian
siswa di sekolah.
Tugas guru bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu
membantu siswa dalam:
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa dalam memahami, menilai bakat dan minat.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial
yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar
untuk mengikuti pendidikan di sekolah/madrasah secaramandiri.

76
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
siswa dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih
dan mengambil keputusankarir.
e. Pengembangan kehidupan beragama,yaitu bidang pelayanan
yang membantu siswa dalam bimbingan rohaninya sesuai
dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing (Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, 2009:11).

2. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”,
“Kharax”, dalam bahasa inggris: charakter dan Indonesia
“karakter”, Yunani Character, dari charassein yang berarti
membuat tajam.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai tabiat; watak: sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain.Sementara dalam
kamus sosiologi70, karakter diartikan sebagai ciri khusus dari
struktur dasar kepribadian seseorang (karakter; watak).
Griek,seperti yang dikutip Zubaedi mengemukakan bahwa
karakter dapat di definisikan sebagai panduan dari pada segala
tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang
khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.71
Suyanto dan Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter yaitu
cara berfikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga,
masyarakat dan negara.

70
Ira M.Lapindus, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1982),h.445.
71
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta:Rajawali
Pers,1993),h.74

77
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dimaknai
bahwa karakter adalah ciri khas seseorang dalam berperilaku yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Pengertian karakter,
watak, kepribadian (personality), dan individu (individuality)
memang sering tertukar dalam penggunaanya. Hal ini karena istilah
tersebut memang memiliki kesamaan yakni sesuatu yang asli dalam
diri individu seseorang yang cenderung menetap secara permanen.
Istilah watak,dalam pengertian karakter dan watak juga sulit
dibedakan. Di dalam watak terdapat sikap, sifat dan tempramen
yang ketiganya merupakan komponen-komponen watak.
Seperti Pedjawijatna yang menyamakan kedua istilah ini. Ia
mengemukakan bahwa "watak atau karakter ialah seluruh aku yang
ternyata dalam tindakannya (insani,jadi dengan pilihan)
terlibat dalam situasi, jadi memang tterlibat dalam situasi, jadi
memang di bawah pengaruh dari pihak bakat, tempramen,keadaan
tubuh, dan lain sebagainya.Watak adalah sturktur batin manusia
yang tampak dalam kelakuan laku seperti: sikap,sifat.
3. Faktor-faktor PembentukanKarakter
Karakter ialah Aki-psikis yang mengekspresikan diri dalam
bentuk tingkah laku dan keseluruhan dari Aku manusia. Sebagian
disebabkan bakat pembawaan dan sifat-sifat hereditas sejak lahir:
sebagian lagi dipengaruhi oleh meleniu atau lingkungan. Karakter
ini menampilkan Aku-nya manusia yang menyolok, yang
karakteristik,yang unik dengan ciri-ciriindividual.
Dalam Masnur Muslich dijelaskan bahwa karakter
merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature)
dan lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture).Potensi karakter
yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potansi-
potensi tersebut harus dibina melalui sosialisi dan pendidikan sejak
usia dini.
Karakter tidak terbentuk begitu saja,tetapi terbentuk melalui
beberapa faktor yang mempengaruhi,yaitu: faktor biologis dan
faktor lingkungan.

78
a. Faktor biologis
Faktor biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
orang itu sendiri. Faktor ini berasal dari keturunan atau
bawaan yang dibawasejaklahir dan pengaruh keturunan
dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dai keduanya.
b. Faktor lingkungan
Di samping faktor-faktor hereditas (faktor endogin) yang
relatif konstan sifatnya, milieu yang terdiri antara lain atas
lingkungan hidup, pendidikan,kondisi dan situasi hidup dan kondisi
masyarakat (semuanya merupakan faktor eksogin) semuanya
berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter.72
Termasuk di dalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku
dan bahasa yang digerakkan. Sejak anak dilahirkan sudah mulai
bergaul dengan orang di sekitarnya. Pertama-tama dengan
keluarga. Keluarga mempunyai posisi terdepan dalam memberikan
pengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Keluarga adalah
lingkungan pertama yang membina dan mengembangkan pribadi
anak. Pembinaan karakter dapat dilakukan dengan melalui
pembiasaan dan contoh yang nyata.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
karakter seseorang tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan,
yaitu kekuatan dari dalam yang berupa faktor biologis dan
kekuatan dari luar yaitu faktor lingkungan.

4. Guru yang Berkarakter


Menurut Uhar Suharsaputra (2011:192) “menjadi guru
berkarakter adalah menjadi orang yang terus mengadaptasikan
perilakunya dengan keyakinan, nilai dan nerma hidup dan
kehidupan.” Menjadi guru berkarakter adalah menjadi orang yang
terus mengambnagkan kecerdasan intelektual dimana upaya untuk
terus meningkatkan, mendalamipengetahuan dan mengetahui
secara mendalam melalui berbagai kajian dan penelitian menjadi

72
Kartįni Kartono, Teori Kepribadian,ibid,h.16

79
sikap dan perilaku yang ditujukan pada ilmu pengetahuan. Maka
dalam hal ini agar seorang guru benar-benar bisa menjadi guru
berkarakter maka harus menguasai empat kompetensi guru, yaitu
Kompetesi Kepribadian,Kompetensi Sosial, Kompetensi Pedagogi
dan Kompetensi Profesional. Menurut Uhar Suharsaputra
(2011:7)73
Kompetensi Kepribadian merupakan “kemampuan yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didik".Dalam kompetensi kepribadian ini guru harus
memiliki kepribadian yang stabil dimana seorang guru harus
bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada. Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guru harus berakhlak
mulia karena berperan sebagai penasehat sehingga segala
sesuatunya harus berlandaskan pada norma agama. Guru harus arif
dan bijksana dimana sikap dan kepribadian guru ini bermanfaat
bagi semua kalangan. Guru harus bersikap demokratis.
mantap, berwibawa, dewasa, jujur, sportif, .Guru harus
mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masayarakat dimana
sikap dan perilaku guru ini akan digugu dan ditiru, gerak-gerik
guru akan menjadi sorotan bagi peserta didik dan masyarakat.
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa


Analisis Peran Guru Konselor Dalam Pembentukan Karakter
Peserta Didik SMP Negeri 2 Hilisalawaahe sebanyak 2 responden
(6,66%) memiliki kategori Sangat Tinggi,9 responden(30%)
memiliki kategori Tinggi,9 responden (30%)meiliki kategori

73
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter,
(Yogyakarta:Paramitra Publishing, 2011).

80
Sedang,8 responden (26,66 %) memiliki kategori Rendah dan 2
responden (6.66 %) memiliki kategori Sangat Rendah.
Kategori-kategori Analisis peran guru Konselor dalam
pembentukan karakter peserta didik SMP Negeri 2 Hilisaiawaahe
ini di muncul dari peran guru sebagai Inspirator,
Keteladanan,Motivator,Kreativitas, Dinamisator dan Evaluator.

1. Inspirator
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat di ketahui bahwa
analisis peran guru konselor sebagai inspirator berada pada kategori
tinggi yaitu sebesar 43,33%.Hal ini menunjukkan bahwa peran
guru penjas sudah baik. Berdasarkan butir soal yang telah dijawab
dapat diketahui bahwa guru penjas telah memberikan inspirasi bagi
peserta didik, memberikan contoh untuk berkepribadian baik,
religius, bermoral dan bermartabat serta semangat juang yang
tinggi. Selain hal tersebut terdapat 3,33% guru memiliki kategori
sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai inspirator
mampu membangkitkan semangat peserta didik. Selanjutnya
sebesar 26,66% guru memiliki kategori sedang, hal ini
menunjukkan bahwa guru sudah cukup baik sebagai tokoh
inspirator akan tetapi belum maksimal sehingga perlu sedikit
ditingkatkan dalamupaya membangkitkan peserta didik,
berkepribadian baik dan profesional. Selanjutnya yaitu sebesar 20%
guru memiliki kategori rendah ini menunjukkan bahwa guru belum
mengispirasi peserta didik,belum mampu membangkitkan
semangat peserta didik.Kemudian sebesar 6,66% guru memiliki
peserta didik.Guru belum mampu membangkitkan semangat
peserta didik.Dengan demikian guru konselor belum
menyampaikan nilai yang berkaitan tentang pendidikan karakter
yang berupa, religius, menghargai prestasi dan menghargai prestasi
berdasarkan pernyataan yang terdapat dalamangket.

81
2. Keteladanan
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di ketahui
bahwa indikator keteladanan berada pada kategori sedang yaitu
sebesar 86,66%. Dengan hasil tersebut menjelaskan bahwa peran
guru Konselor sebagai tokoh yang teladan dalam pembentukan
karakter peserta didik cukup baik. Berdasarkan butir pertanyaan
yang telah dijawab, guru konselor telah menyampaikan akan tetapi
belum maksimal dan belum maksimal dalam menyampaikan dan
memberikan contoh yang berkaitan dengan pembentukan karakter.
Sebagai tokoh yang teladan bagi peserta didik, guru telah
memberikan contoh bagaimana cara berbicara yang baik,bersikap
tanggung jawab, jujur disiplin dan saling tolong menolong. Sebesar
13,33% guru memiliki kategori sangat rendah, sehingga dapat
diketahui bahwa guru tersebut belum menjadi teladan yang
baikbagi peserta didik. Dalam hal ini apakah guru harus menjadi
teladan yang terbaik dan moral yang sempurna? seperti yang kita
ketahui bahwa guru juga manusia biasa yang tidak lepas dari
kemungkinan khilaf, sehingga tidak perlu menjadi yang terbaik
akan tetapi berusaha menjadi yang lebih baik lagi bagi peserta
didik.

3. Motivator
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di diketahui
bahwa indikator motivator berada pada kategori tinggi yaitu
sebesar 40%. Dengan demikian menjelaskan bahwa guru konselor
telah memberikan motivasi kepada peserta didiknya.Guru Konselor
dengan sengaja memberikan suatu penghargaan (hadiah maupun
hukuman),menciptakan pPersaingan kepada peserta didik sehingga
dapat menimbulkan persaingan yang positif antar Peserta
didik.Dengan demikian maka tersampaikanlah pembentukan
karakter peserta didik meluipemberian motivasi yang dilakukan
oleh guru Konselor.Selain itusebesar 36,66% guru memiliki
kategori sedang, dimana dalam hal ini peran guru sebagai tokoh
motivator sudah cukup baik akan tetapi belum maksimal. Masih

82
terdapat guru yang belum memberikan reward. Reward disini dapat
berupa hadiah maupun hukuman yang bertujuan untuk
menciptakan persaingan yang positif antar peserta didik. belum
maksimal dalam melakukan pembelajaran yang menyenangkan
sesuai dengan individual karena dalam hal ini masing- masing
peserta didik memiliki perbedaan kemampuan. Kemudian terdapat
juga guru yang memiliki kategori rendah sebesar
16,66%.Inimenunjukkan bahwa guru kurang menjalankan perannya
sebagai tokoh motivator. Guru masih kurang dalam memberikan
tugas yang dapat memotivasi peserta didik, menciptakan
persaingan dan kerjasama dalam pembelajaran, memberikan
komentar terhadap pembclajaran yang dialkuakn oleh perserta
didik. Selain itu terdapat guru yang memiliki kategori sanagt
rendah yaitu sebesar 6,66%. Hal ini menunjukkan bahwa guru
belum memberikan motivasi kepada peserta didik dalam proses
pembelajarannya.

4. Pendorong Kreativitas
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di ketahui
bahwa faktor pendorong kreativitas berada pada kategori Sedang
yaitu sebesar 46,66% guru. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru
konselor sebagai pendorong kreativitas peserta didik masih belum
maksimal. Berdasarkan butir pertanyaan yang telah dijawab oleh
guru konselor, menunjukkan bahwa guru konselor belum terlalu
melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan. Seperti
yang diketahui bahwa pengambilan keputusan yang melibatkan
peserta didik akan dapat menyampaikan nilai-nilai dalam
pendidikan karakter diantaranya yaitu rasa ingin tahu, tanggung
jawab dan demckratis. Kemudian ada sebesar 3,33% guru memiliki
tingkat pendorong kreativitas yang sangat tinggi.
Keputusan telah melibatkan peserta didik dan memberikan
reward kepada peserta Jidik. Selanjutnya terdapat 23,33% memiliki
tingkat pendorong krativitas tinggi.Dengan Jemikian dapat
diketahui bahwa terdapat guru yang telah menciptakan sesuatu

83
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau
adanya kecenderungan umtuk menciptakan sesuatu yang berbeda.
Kemudian sebesar 13,33% guru berada pada kategori kurang dan
sangat kurang, dimana hal ini menunjukkan bahwa guru tersebut
masih belum mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
kreativitas. Guru belum sepenuhnya menunjukkan bahwa apa yang
akan dikerjakan sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
scbelumnya.

5. Dinamisator
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di ketahui
bahwa indikator dinamisator berada pada kategori tinggi sebesar
36.66%. Maka dari itu dapat diketahui bahwa guru konselor
sebagai dinamisator telah melaksanakan kemampuan yang sinergis
antara intelektual,emosional dan spiritual. Hal ini terbukti dalam
pemikiran dan usaha untuk pembentukan karakter peserta didik
melalui pembelajarannya, mencari solusi permasalahan yang ada,
kemampuan sosial yang tinggi, komunikasi, mengedepankan
kaderisasi. Selain itu terdapat pula guru yang memiliki kategori
sedang sebesar 26,66%. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah
cukup baik dalam menjalankan perannya sebagai dinamisator. Guru
sudah cukup baik dalam membangkitkan semangat peserta didik,
mendorong peserta didik pada tujuan yang ingin dicapai. Guru juga
memiliki pemikiran dan usaha untuk membentuk karakter peserta
didik, memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter peserta
didik.Kemudian ada juga guru yang memiliki kategori rendah
sebesar 33,33% dan sangat rendah sebesar 3,33% dengan demikian
dapat diketahui bahwa masih terdapat guru yang belum
menjalankan perannya sebagai dinamisator.

6. Evaluator
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan
peran guru konselor sebagai evaluator berada pada kategorn tingi
yaitu sebesar 36.6%. Maka dari itu dapat diketahui bahwa guru

84
konselor sebagai evaluator telah malaksanakan meskipun belum
maksimal dalam perencanaan program pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, merancang alat ukur,melakukan tes,
membuat LKS yang dapat membentuk karakter peserta didik.
Selain itu guru juga telah melaksanakan program pemberiaan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling menilai antar teman,
menilai diri sendiri,memberikan evaluasi terhadap sikap dan
perilaku selama pembelajaran dan memberikan evaluasi
pembelajaran secara terbuka.
Sebesar 6,66% guru memiliki kategori sangat tinggi hal ini
menunjukkan bahwa terdapat guru yang telah melakukan penilaian
yang sesuai dengan karakter. Guru telah menyiapkan segalanya
dengan matang, mulai dari prinsip dan teknik penilaian yang
sesuai. Prosedur penilaian jelas yang meliputi 3 tahapan yaitu
persiapan, palaksanaan dan tindak lanjut. Selanjutnya sebesar
33,33% guru berada pada kategori sedang, dimana hal ini
menunjukkan bahwa guru tersebut belum memaksimalkan
penilaianyang bermuatan dengan pembentukan karakter. Kemudian
sebesar 13,33% guru memiliki kategori rendah ini menunjukkan
kurangnya proses penilaian yang mengarah ke pembentukan
karakter. Rata-rata hal ini guru belum melibatkan peserta didik
dalam penilaiannya, tidak membuat LKS yang bermuatan dengan
karakter. Kemudian sebesar 10% guru memiliki kategori sangat
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih belum melakukan
penilaian yang mengarah ke pembentukan karakter, seperti halnya
dalam proses penilaian masih belum dilaksanakan penilaian antar
siswa dan penilaian diri sendiri. Dimana hal tersebut sangat
membantu dalam pembentukan karakter peserta didik, karena hal
tersebut dapat menunjukkan nilai kejujuran dari peserta didik
tersebut.

85
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:


Rajawali Pers.
Bimo Walkito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
(Yogyakarta;Andi Offset),1989
Collins,Gary R Konseling Kristen Yang Efektip, (Malang:Seminari
Alkitab Asia Tenggara,1998),
John M. Tujuh Kebutuhan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009,
Edi Kurnanto, Konseling Kelompok. (Bandung:Alfabeta,2013),
Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Jamaluddin, Noor. 1978. Pengertian Puru. Jakarta.
Larry, Crabb, Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah, penerjemah
Agnes Maria France, (Yogyakarta:Yayasan ANDI,1995),
M. Iqbal Hasan. (2002). Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian
dan Aplikasinya. Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia.
Saman Muchlas & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012).
Stephen Tong. Seni Membentuk Karakter Kristen,
Surabaya:Momentum Christian Literature, 2008.
Setiawan, Mary Go. Menerobos Dunia Anak Bandung:Yayasan
Kalam Hidup, 2000.
Simanjuntak, Julianto dan Roswitha Ndraha. Bersahabat Dengan
Remaja.Tangerang: Yayasan Pelikan Indonesia, 2009.
Simanjuntak, Julianto. Konseling dan Amanat Agung.
Tanggerang:Yayasan Pelikan, 2010.
Singgih dan Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1993.
Tim Penyusun, Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Uhar Suharsaputra (2011). Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta:
Paramitra Publishing.

86
GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI
PEMBIMBING DISIPLIN SISWA

Yogi Prihantoro, M.Th

PENDAHULUAN

Guru PAK mempunyai peran dan pengaruh yang snagat


penting dalam membimbing peserta didik agar mereka memiliki
kedisiplinan, terutama pengaruh terhadap perubahan para peserta
didiknya, maka guru semestinya benar-benar sudah berkualitas dan
dapat membawa peserta didik.
Dalam meningkatkan upaya mutuu pendidikan aspek yang
utama ditentukan oleh guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai
dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat
seorang guru yang professional dan memiliki kreatifitas dalam
mengajar sehingga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
sehingga tercipta peserta diidk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa yang beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.
Guru tidaklah hanya berdiri didepan kelas untuk
menyampaikan setiap materi pelajaran namun guru harus memiliki
kreatifitas dalam mengajar. Seorang guru harus mampu
menciptakan hal yang baru dalam mengajar dan sebagai anggota
masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif
dalam mengarahkan perkembangan para peserta didiknya untuk
menjadi masyarakat yang dewasa. mengajar jika dilakukan dengan
baik telah dikatakan kreatif. Mengajar kreatif terletak pada
mengajar dengan kreatif dan efesien dalam interaksi yang kondusif.
Guru PAK merupakan salah satu faktor penting penentu
tinggi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan sangat ditentukan sejauh mana kesiapan guru dalam

87
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar.
Guru PAK disekolah hendaknya dapat membimbing peserta didik
agar mereka memiliki kedisiplinan dalam penganan akan Tuhan
serta disiplin melaku.
Oemar harmalik mengemukakan bahwa kepribadian guru
berpengaruh secara langsung dan bersifat kumulatif terhadap
perilaku peserta didik.74 Kepribadian itu antara lain pengetahuan,
keterampilan, cita-cita dan sikap serta persepsinya. Perilaku peserta
difdik yang terpengaruh misalnya kebiasaan belajar, motivasi,
disiplin disekolah SD masih banyak siswa yang belum mampu
untuk disiplin secara mandiri. Peserta didik SD sangat memerlukan
bimbingan dari orang tua dan guru.
Bila seorang anak salah dalam bimbingan maka yang akan
terjadi anak tersebut menjadi orang-orang yang tidak tahu aturan,
hidup bebas. Dengan adanya bimbingan guru PAK maka peserta
didik dapat memahami apa yang diajarkan, menyadari kesahannya,
serta memperbaiki kelakuan dan hidup dalam kebenaran
(kedisiplinan).

PEMBAHASAN

A. Peran Guru PAK dalam Membimbing


1. Pengertian peranan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan
mempunyai arti sebagai berikut: “Peranan adalah tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa
atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173).75 Senada dengan
Ambarwati (2009:15), peranan menunjukkan cakupan peran

74
Harmalik Oemarnae, Psikologi Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2002), h 43
75
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka:2008),
h.1173

88
sebagai suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukannya dalam
suatu perusahaan. Sebagaimana dalam menjalankan sebuah
perusahaan, perusahaan tentu tidak bisa lepas dari peranan seluruh
elemen perusahaan termasuk Public Relation.76 Sedangkan menurut
Levinson dalam Soekanto (2009:213) meyatakan bahwa peranan
mencakup tiga hal, antara lain:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa peranan dapat diartikan sebagai
langkah yang diambil oleh seseorang atau kelompok
dalam menghadapi suatu peristiwa.77
Berdasarkan urain para ahli mengenai peranan, maka yang
dimaksud dengan peranan adalah suatu keterlibatan seseorang
melakukan sesuatu baik sedikit maupun banyak dalam
melaksanakan tugas, kegiatan, kelompok, organisasi dan dalam
menghadapi peristiwa atau menyelesaikan masalah sehingga dapat
kehidupan yang efektifdan efesien terjadi.

2. Guru PAK
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang
yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan
masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan

76
https://karyatulisilmiah.com
77
https://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan

89
olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh
semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi
suri teladan (panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional
guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan
pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang
mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator
anak supaya dapat belajar dan mengembangka potensi dasar dan
kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda,guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun
swasta.
Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di
sekolah. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut pandangan lama Guru adalah sosok manusia yang
patut digugu dan dituru. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat
dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus dapat
menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat. Senada dengan Hilda
Karli, Menyatakan bahwah “ Guru PAK diartikan sebagai orang
yang mengajar mendidik, dan melatin peserta didiknya, serta
memenuhi kopetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru
dalam ucapan dan tingkah lakunya.78 Demikian juga Stephen Tong
mengatakan “ Seorang guru Agama Kristen adalah seorang Kristen
yang menjadi guru dan guru yang mempunyai kepercayaan
kekristenan didalam hidupnya, yang menjadikan dia seorang guru

78
Hilda Karli, Apa, Mengapa, dan Bagaimana Sertifikasi Guru
Dilaksanakan, (Jakarta:Genersi Informedia, 2009), Hlm 9

90
Kristen.79Emest Petty mengatakan, tujuan umum mengajar yaitu
menolong para siswa untuk menjadi orang kristen yang dewasa.80
Homrighausen mengatakan,seorang guru harus mempunyai
pengalaman rohani. Perlu sekali ia sendiri mengenal Tuhan Yesus.
Batinnya harus dijamah dan diterangi oleh Roh kudus. Inilah syarat
yang utama; jangan dipermainkan.81 Lidya Yulianti bahwa:Moral
guru PAK adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan moral yang baik bagi peserta didiknya.82
Dari penyataan para ahli diatas maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa guru PAK adalah Seseorang yang telah
menerima kasih anugrah keselamatan serta hidup dalam kristus
yang ditandai dengan kesaksian lewat kata, perbuatan dan sikap
yang baik dapat diteladani oleh peserta didik. Seorang guru PAK
dmemiliki kemampuan memahami kondisi peserta didiknya serta
sebagai pribadi yang religus.
Hal ini senada dengan Sidjabat mengatakan, pemahaman
utama mengenai peserta didik yang perlu ditingkatkan oleh guru
PAK ialah kedudukan mereka sebagai makhluk religius.'' Stephen
Tong menyatakan bahwa, wibawa guru tidak datang dengan
sendirinya kepada kita, karena kita sudah mempunyai jabatan itu
dan kuasa otoritas untuk mengajar tidak datang secara alamiah,
tetapi Allah sendiri yang menetapkannya.83Louis dan Cornelis
menyatakan, otoritas guru adalah menyampaikan Firman kebenaran
yang penting kepada murid-muridnya sebagaimana tugas-tugasnya

79
Stephen Tong, Arsitek Jiwa II, (Surabaya: Mementum, 2012), Hlm.10
80
W.Enest Petty, Berkhotbah dan Mengajar,(Malang:Gandum
Mas,2008),Hlm.205
81
L.H. Enklaar dan Homrighausen, Pendidikan Agaama Kristen.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), Hlm 165
82
Lidya Yulianti, Profesionalisme Standar Kompetensi Pengembangan
Profesi Guru PAK, (Bandung: Bima media Informasi, 2009), Hlm.254
83
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2009), Hlm 73.

91
untuk melaksanakan disiplin dalam ketaatan kepada Tuhan.84
sebagai telah diuraikan diatas bahwa seorang guru PAK memiliki
seatandar/ kualifkasi sebagai seorang guru PAK, dimana tidak
hanya sebagai pengajaran mata pelajaran Agama kristen namun
harus dapat membawa para peserta didik untuk mengalami
perjumpaan dengan Tuhan serta dapat hidup didalamNya. Ada
beberapa peran guru antara lain:
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran
guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan
jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal
dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

b. Guru Sebagai Pengajar


Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor,
seperti motivasi,kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan
guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi,
maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan

84
Louis Berkhof & Conelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen,
(Surabaya: Mementum, 2008), Hlm 173

92
baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan,
Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan,
Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar,
Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal,
guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari
materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan,
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung
jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental,emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan
kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai., Guru harus melihat keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah,tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.,Guru
harus memaknai kegiatan belajar.,Guru harus melaksanakan
penilaian.
d. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu
pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia
akan menjadi imam.

93
e. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode
pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan
keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
f. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat
kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini
tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya
bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,
selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta
didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara
apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian
menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus
diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
g. Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan
masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat
mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan
olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan

94
berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,
tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan
pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas
administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan
dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.
h. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan
untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada
gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus
memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
i. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki
arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman
manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan
pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen
yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara

95
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
j. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,
sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif
dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang
lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
k. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi
peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru
mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan
seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah
diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika
peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami
berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang
percaya diri.
I. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran
yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang
dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang

96
dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap,yaitu persiapan, pelaksanaan dan
tindak lanjut.
m. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan
belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa
dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan
pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan
perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang
guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya
tidak menjadikan caion guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi
calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada
yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat
tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan
akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

3. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Menurut Muhaimin, kompetensi adalah
seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat
intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan
keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan
sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu

97
pengetahuan, teknologi maupun etika. Menurut Muhibbin Syah
kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi”
Bahwa guru yang profesional itu memiliki empat
kompetensi atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi
Kepribadian, Pedagogik, Profesional, dan Sosial. Kompetensi guru
adalah kebulatan pengetahuan , keterampilan dan sikap yang
berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen
pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif dalam mnenyiapkan
metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya,
memilih dan menetukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai
dengan indikator pembahasan. Dengan sertifikasi dan predikat guru
profesional yang disandangnya, maka guru harus introspeksi diri
apakah saya sudah mengajar sesuai dengan cara-cara seorang guru
profesional. Sebab disadarai atau tidak banyak diantara kita para
pendidik belum bisa menjadi guru yang profesional sebagai mana
yang diharapkan dengan adanya sertifikasi guru sampai saat ini.

4. Kode etik Guru dan Dosen


Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan kehidupan sehari-hari.
Isi Pokok Kode Etik Guru dan Dosen :
• Kewajiban beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
• Menjunjung tinggi hukum dan peraturan yang berlaku
• Mematuhi norma dan etika susila
• Menghormati kebebasan akademik
• Melaksanakan tridarma perguruan tinggi

98
• Menghormati kebebasan mimbar akademik
• Mengukuti perkembangan ilmu
• Mengembangkan sikap obyektif dan universal
• Mengharagai hasil karya orang lain
• Menciptakan kehidupan sekolah/kampus yang kondusif
• Mengutamakan tugas dari kepentingan lain
• Pelanggaran terhadap kode etik guru dan dosen dapat
dikenai sanksi akademik, administrasi dan moral.

B. Kedisiplinan Peserta didik


Pengertian Disiplin sendiri dapat diartikan secara sederhana
sebagai perasaan patuh serta taat akan segala hal yang berhubungan
dengan norma, adat dan hukum yang ada di masyarakat. Kata
kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti
mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyatakan bahwa disiplin adalah: Tata tertib (di
sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). Ketaatan
(kepatuhan) pada peraturan tata tertib. Bidang studi yang memiliki
objek dan sistem tertentu.
Menurut Slameto, ciri-ciri orang yang disiplin yaitu: orang
yang selalu tepat waktu dan taat pada tata tertib.'85 Sedangkan
menurut M. Hasibuan, orang yang disiplin adalah: orang yang
selalu tepat dalam waktu dan tindakan, mengerjakan pekerjaan
dengan baik dan mematuhi peraturan dan norma yang berlaku.86
Dari kedua pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa orang
yang disiplin mempunyai aspek-aspek antara lain: Ketepatan,
Mengerjakan pekerjaan dengan baik, Mematuhi tata tertib.
Ketepatan Kata“Tepat” dalam kamus umum bahasa
indonesia diartikan dengan enam arti yaitu: 1). Betul atau lurus,

85
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta
: Rineka Cipta, 1992), 15
86
Ibid.

99
berbetulan benar, 2). Kena benar, 3). Persis, tidak selisih sedikit
pun, 4). Betul atau cocok, 5). Jitu, dan 6). Betul atau kena.
Ketepatan merupakan hal yang sangat signifikan dalam mencapai
tujuan, karena dengan ketepatan, setiap apa yang dilakukan
menjadi tidak sia-sia dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Ketepatan dalam hal ini bisa diartikan sebagai ketepatan dalam
merencanakan dan ketepatan dalam bertindak.
Mengerjakan pekerjaan dengan baik Pekerjaan merupakan
rangkaian perbuatan tetap yang dilakukan oleh seseorang yang
menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati, baik langsung maupun
tidak langsung, baik hasil itu berupa jasa maupun barang.
Perbuatan di sini dapat diartikan sebagai gerakan teratur yang
dilakukan dengan menggunakan anggota badan, panca indera, serta
dikendalikan oleh pikiran, sehingga terdapat keserasian dalam
gerakan, yaitu terdapatnya kodinasi yang tinggi pada anggota
badan, panca indera dan pikiran.Perbuatan yang teratur merupakan
suatu proses yang akan mewujudkan sesuatu yang bermanfaat baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selanjutnya mematuhi peraturan dan norma yang berlaku
Setiap wilayah atau tempat. Baik itu rumah, sekolah, tempat
ibadah, tempat kerja, tempat hiburan dan sebagainya, pasti
mempunyai aturan-turan tertentu yang harus dipatuhi oleh orang
yang terlibat di dalamnya, hal ini bertujuan untuk menciptakan
kondisi yang tertib demi kebaikan bersama. Ketaatan terhadap
setiap aturan, wajib dijalankan oleh setiap orang dan orang yang
tidak taat di kategorikan menyimpang dan amoral.Setiap tindakan
yang menyalahi aturan akan menimbulkan konflik dan merugikan
baik bagi dirinya maipun orang lain. Oleh karena itu kepatuhan
terhadap aturan merupakan aspek penting dalam berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya.

1. Manfaat Disiplin
Disiplin bermanfaat bagi anak-anak untuk perkembangan
karena dengan disiplin beberpa kebutuhan akan terpenuhi. Seperti

100
dikatakan oleh Dirk Meyer, Gutkin dan Redh (Oteng Sutisna,)
bahwa manfaat dari disiplin adalah: Disiplin memberi rasa aman
dan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah, rasa malu
akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa
tidak bahagia dan penyesuaian yang baik terhadap disiplin
memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui oleh
lingkungan sosialnya dan dengan demikian memperoleh prsetujuan
sosial. Dengan disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang
akan mendatangkan pujian yang akan ditampilkan anak sebagai
tanda kasih sayang dan penerimaan hal ini esensial bagi
penyesuaian yang berhasil dan berakhir dengan kebahagiaan.
Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai
motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang
diharapkan dirinya. 87
Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, suara
dari dalam, pembimbing dan pengambilan keputusan dan
pengendalian perilaku. Menurut Oemar Hamalik belajar
adalah:Kegiatan-kegiatan fisik badaniah. Hasil belajar yang dicapai
yang dicapai adalah berupa perbedaan dalam fisik itu, misalnya
mencapai kecakapan motoris, seperti berlari, mengendari mobil,
memukul secara baik dan sebagainya.88 Pendapat lain menitik
beratkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohani atau
psikis. Hasil belajar yang dicapai perubahan-perubahan dalam
psikis. Misalnya memperoleh pengertian tentang bahasa,
mengapresiasikan seni budaya, bersikap.
Muhibbin Syah berpendapat bahwa: Belajar adalah tahapan
perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

87
Oteng Sutisna, Otteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar
Teoritis untuk Praktek Profesional (Bandung : Angkasa, 1983), 23.
88
Omar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Remaja
Rosdakarya:Bandung)

101
proses kognitif.89 Penjelasan di atas menunjukkan adanya dua
pandangan mengenai belajar, pertama menekankan pada pelatihan
fisik. Kedua menekankan pada pelatihan pembentukan aspek
psikis. Dapat digaris bawahi bahwa perubahan hasil tersebut bukan
disebabkan oleh obat-obatan, hasil pertumbuhan atau kematangan,
melainkan perubahan tersebut terjadi akibat latihan dan
pengalaman, misalnya perubahan pengetahuan, kecakapan dan
tingkah laku serta keterampilan.
Apabila kedua istilah itu disatukan, dengan pertimbangan
batasan masing-masing, maka disiplin belajar dapat dipandang
sebagai kadar karakteristik dan keadaan serba teraturnya upaya
seseorang dalam proses merubah pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan
individu serta merubah aspek-aspek lainnya yang ada dalam
individu yang sedang belajar. Dengan kata lain disiplin belajar
adalah pengendalian sikap mental yang mengarah pada upaya
menaati peraturan dan tata tertib yang ada dalam prses merubah
kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, kadang-
kadang peserta didik berprilaku tidak disiplin, sehingga
mendatangkan masalah bagi guru dan teman-temannya. Padahal
guru tidak mengharapkan berhadapan dengan masalah-masalah
ketidakdisiplinan selama berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Sejalan dengan masalah disiplin, Oteng Sutisna
menjelaskan, Disiplin merupakan aspek esensial bagi semua
kegiatan kelompok yang terorganisasi. Dalam arti, disiplin itu
merupakan aspek yang penting atau urgen.
a. Disiplin Mengatur dan Mengarahkan pada Pencapaian
Tujuan Belajar
Disiplin itu merupakan suatu sikap mental yang didasarkan
atas kesadaran dan keikhlasan seseorang untuk mematuhi
peraturan. Sikap itu akan mengarahkan dan mengatur segala

89
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya:1997)

102
aktivitas serta motivasi yang ditimbulkan kearah yang
memungkinkan pencapaian tujuan secara efektif.

b. Disiplin Merupakan Asas dalam Cara Belajar


Asas dalam belajar yang baik ialan disiplin. Dengan jalan
disiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik dalam
usaha belajar, barulah seseorang mungkin mempunyai cara belajar
yang baik. Sifat malas-malasan, keinginan mencari gampangnya
saja, seseganan untuk bersusah payah memusatkan pikiran,
kebiasaan untuk melamun dan gangguan-gangguan lainnya selalu
menghinggapi kebanyakan siswa. Gangguan itu hanya bisa diatasi
kalau siswa mempunyai disiplin.
Belajar setiap hari secara teratur hanya mungkin dijalankan
kalau seorang siswa mempunyai disiplin untuk menaati rencana
kerja yang tertentu. Godaan-godaan yang dimaksud menangguhkan
usaha belajar samapai sudah dekat waktu ujian, hanya bisa dapat
dihalau ia mendisiplin dirinya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dengan disiplin
seseorang akan dapat menghindari gangguan-gangguan dalam
melaksanakan rencana belajar dengan teratur. Dengan kedisiplin
seseorang akan terbiasa melakukan kegiatan belajar secara terarah
pada pencapaian tujuan.
c. Disiplin Membentuk Keteraturan
Disiplin akan menciptakan kemauan seseorang untuk
belajar secara teratur, dalam arti kemampuan bekerja secara teratur
dapat disebabkan oleh kebiasaan disiplin seseorang dalam
bekerjanya. Jika dikaitkan dengan masalah-masalah perbuatan
belajar dan juga perbuatan-perbuatan lainnya memerlukan aktivitas
yang teratur, dilaksanakan setahap demi setahap sehingga pada
akhirnya apa yang dicita-citakan dapat terwujud. Sikap itu juga
akan mengarahkan dan mengatur segala bentuk aktivitas secara
motivasi yang ditimbulkan ke arah pencapaian tujuan

103
d. Disiplin Membentuk Watak yang Baik
Disiplin selain membuat peserta didik memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik juga merupakan proses ke arah
pembentukan watak yang baik,dan watak yang baik pada seseorang
akan menciptakan suatu pribadi yang baik yang dan sangat
diperlukan di masyarakat. Disiplin selain membuat peserta didik
memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga
merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa disiplin
penting bagi berlangsungnya kegiatan belajar. Jenis disiplin yang
harus dimiliki siswa adalah disiplin diri. Dari sudut pandang
sosiologis dan psikologis disiplin diri adalah suatu proses
perubahan atau proses belajar individu secara progresif untuk
mengembangkan kebiasaan penguasaan diri serta mengakui
tanggung jawab pribadi terhadap masyarakat.
Intensitas disiplin seseorang akan tinggi, karena orang
tersebut mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap pelaksanaan
disiplin dan dirasakan ada manfaatnya bagi dirinya dan orang lain
serta menganggap penting untuk dilaksanakan. Intensitas belajar
seseorang rendah karena orang tersebut tidak mempunyai
kesadaran untuk melaksanakan disiplin dan menganggap hal
tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa bagi dirinya.

104
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari temuan penelitian, dapat diberikan kesimpulan
mengenai Adakah Pengaruh peran Guru PAK dalam membimbing
terhadap kedisiplinan peserta didik di SDN 077787 Lawa-lawa Luo
Gomo Nias Selatan yaitu:
• Rata-rata Pengaruh peran Guru PAK dalam
membimbing di SDN 077787 Lawa-lawa Luo Gomo
Nias Selatan adalah 86,37 tergolong sangat kuat.
• Rata-rata Kedisiplinan peserta didik di SDN 077787
Lawa-lawa Luo Gomo Nias Selatan adalah 81,37
tergolong sangat kuat.
• Koefesien Adakah Pengaruh peran Guru PAK dalam
membimbing terhadap kedisiplinan peserta didik di
SDN 077787 Lawa-lawa Luo Gomo Nias Selatan
adalah=0,135 Tergolong Sangat Rendah.
• Besar sumbangan Adakah Pengaruh peran Guru
PAK dalam membimbing terhadap kedisiplinan
peserta didik di SDN 077787 Lawa-lawa Luo Gomo
Nias Selatan adalah 1,82%
• Hipotesis Adakah Pengaruh peran Guru PAK dalam
membimbing terhadap kedisiplinan peserta didik di
SDN 77787 Lawa-lawa Luo Gomo Nias Selatan
adalah thitung 0,981 <rtabel, maka Hipotesis
dinyatakan ditolak.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian mengajukan beberapa
saran yaitu:
• Kiranya peran Guru PAK dalam membimbing di
SDN 077787 Lawa-lawa Luo Gomo Nias Selatan

105
dapat meningkatkan perannya dalam mengajar
dengan meningkatkan pendidikannya sesuai
keahliannya dan meningkatkan ilmu yang telah
dimiliki dengan mengikuti pelatihan-pelataihan,
seminar dan dll.
• Kiranya guru pak lebih berperan aktif dalam
membimbing sehingga peserta didik dapat lebih
disiplin.
• Diaharapkan para peserta didik untuk lebih aktif
dalam mengikuti proses belajar disekolah maupun
dalam kegiatan kerohanian baik dirumah, sekolah
maupun di digereja dan aktif dalam
mengaplikasikan kehidupanan sebagai kristen.
• Diharapkan satuan pendidikan bekerja sama dengan
para orang tua,lembaga keagaamaan, agar membuat
kegiatan kerohaniaan yang mendukung
pertumbuhan iman peserta didik.
• Diharapkan peserta didik/ lebih giat lagi dalam
belajar, mengali informasi ilmu pengetahuan dan
tidak hanya menunggu pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
• Diharapkan para tenaga pengajar/ guru PAK
menyadari dirinya bahwa telah dipilih dan dilatih
untuk tugas mengajar pendidikan Agama
kristen.Pengajaran Pendidikan Agama Kristen
merupakan pokok-pokok ajaran iman Kristen yang,
dinyatakan Tuhan dalam membimbing peserta didik
supaya bertumbuh dalam iman yang sungguh-
sungguh percaya kepada Tuhan,serta kedisiplinan
dalam kehidupan sehari-hari.

106
DAFTAR PUSTAKA

Harmalik Oemarnar. Psikologi Belajar Mengajar, Bandung:Sinar


baru Algensindo, 2002.
Rangkuman materi.Blogspot.com.03/05/2019
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai
Pustaka, 2008.
https://karyatulisilmiah.com
https://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan
Hilda Karli, Apa, Mengapa, dan Bagaimana Sertifikasi Guru
Dilaksanakan, Jakarta:Genersi Informedia, 2009.
Stephen Tong, Arsitek Jiwa II. Surabaya:Mementum, 2012.
W.Enest Petty. Berkhotbah dan Mengajar. Malang: Gandum Mas,
2008.
L.H. Enklaar dan Homrighausen, Pendidikan Agaama Kristen.
Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2011.
Lidya Yulianti, Profesionalisme Standar Kompetensi
Pengembangan Profesi Guru PAK Bandung:Bima media Informasi,
2009.
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2009.
Louis Berkhof & Conelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen,
(Surabaya: Mementum, 2008.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,
Jakarta:Rineka Cipta, 1992.
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk
Praktek Profesional, Bandung:Angkasa, 1983.
Omar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya,
1997.

107
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Rajawali
Pers, 2011. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:PT
Bumi Angkasa, 2003.

108
PENGARUH JIWA KEPEMIMPINAN KRISTEN GURU
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN TERHADAP
KEDISPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Lim Siauw Fung, M.Pd

PENDAHULUAN

Kebanyakan besar siswa dibanyak sekolah berlaku tertib


tetapi ada sebagian kecil yang berperilaku tidak baik. Hal ini
mnejadi alasan utama yang harus dihadapi administrator sekolah
secara khusus guru PAK. Tindak pencegahan dan mencari jalan
keluar masalah disiplin siswa telah lama menajdi tanggung jawab
administrator sekolah. Tanggung jawab ini menyita waktu
administrator sekolah. Hal ini berakibat mereka menghabiskan
waktu dalam masalah disiplin tergantung banyak hal diantaranya
jumlah siswa. Ada 2 faktor yang mempengaruhi keefektifan
tersebut yaitu (1) pendapatnya tentang penyebab masalah
kedisplinan dan (2) pendekatan yang digunakan untuk mencegah
atau mengatasi masalah tersebut. Pada bagian ini akan dibahas
klasifikasi dan diagnosa masalah kedisplinan siswa, pertimbangan
secara umum untuk pencegahan dan pengurangannya. Selain itu
juga penekanan tentang pengembangan disiplin itu sendiri harus
tetap dilakukan.
Guru PAK sekolah pastinya bertanggung jawab untuk
mengatur masalah program kedisplinan di sekolah dan guru
memainkan salah satu peran penting dalam program tersebut. Guru
adalah kunci untuk menerapkan aturan dan peraturan sekolah
menyangkut sikap siswa dan pertama orang yang memperkenalkan,
menetapkan batasan dan reaksi terhadap sikap siswa sebagai suatu
masalah. Langkah yang paling penting adalah seorang guru PAK
dapat diambil untuk mengurangi sejumlah masalah kedisplinan
yang diserahkan pada kantornya oleh guru PAK adalah memiliki

109
jiwa kepemimpinan Kristen. Khususnya peranan guru dalam hal
kedisplinan siswa dan dasar alasan yangs sesuai.
Hasil pengamatan menyatakan terdapat peningkatan
ketidakdisiplinan siswa, tipe-tipe masalah kedisplinan siswa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelakuan tidak pantas di kelas: Membantu guru, tidak
memperhatikan, menganggu siswa lain, perusakan,
mencontek dan keluar masuk saat guru mengajar.
2. Kelakuan tidak pantas di luar kelas: berkelahi, perusakan,
merokok, masalah pakaian, mencuri (tetapi di
sekolah/lingkungan sekolah) masalah sampah, aktipisme
siswa dan berada di luar area yang tidak diizinkan.
3. Bolos: bolos di kelas dan bolos keluar sekolah
4. Terlambat : terlambat masuk kelas dan terlambat datang ke
sekolah.
Dalam menentukan tipe masalah kedisplinan siswa yang
sekolah dapat menerima tanggungjawab untuk mendisplinkan,
administraktor sekolah dan stafnya harus mencoba untuk membuat
batasan antara kelakuan siswa yang tidak pantas yang tercela dalam
wewenang sekolah dan yang tercela dalam wewenang pihak luar
lebih tepatnya, perusakan dan membawa rokok di sekolah serta
berkelahi adalah tindakan tidak pantas yang terjadi disebagian
besar sekolah.
Hal ini perlu hukuman disiplin, karena tindakan tertentu ini
adalah kejahatan, kenakalan membuat perdebatan apakah sekolah
mempunyai hak sah dalam mendisiplinkan siswa sebagai tambahan
apakah upaya penjatuhan hukuman kepada mereka dilakukan.
Harus diperhatikan bahwa sekolah dalam hal ini guru PAK perlu
berperan dalam membimbing dan mendidik siswa yang melanggar
aturan.
Jiwa kepemimpinan ini bisa dikatakan salah satu hal yang
penting yang harus dimiliki seorang pengajar Kristen ialah seorang
pengajar itu mengarahkan banyak orang. setiap orang yang

110
diajarkan itu tentunya akan mengikuti apa yang akan di ajarkan
maupun sikap pengajar itu sendiri.
Warren Bennis dan Burt Nanus, dua pakar telah
membedakan antara pemimpin dan manager. Mereka mengatakan
bahwa manager melakukan segala sesuatu dengan benar,
sedangkan pemimpin melakukan segala sesuatu yang benar.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budanyanya. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang
pemimpin dalam mengerakkan orang lain dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan
juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam didi setiap
orang bawahan, murid, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat
penting bagi seorang pemimpin. Sebab sadar atau tidak sadar,
sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang dipraktikkan
seorang pemimpin akan diwarnai oleh pemahaman internalnya
tentang arti kepemimpinan itu sendiri.
Demikian pula seorang guru sebagai pemimpin siswa, pola
kepemimpinanya akan ditentukan oleh pemahaman dan
penghayatannya tentang arti kepemimpinan itu sendiri. Jika makna
kepemimpinan sekuler yang dihayatinya, maka sekalipun ia dikenal
sebagai “Pemimpin Kristen” tetapi sesungguhnya praktik
kepemimpinannya bukan “kepemimpinan Kristen”. Sebaliknya,
jika ia menghayati dan menerapkan kepemimpinan yang “Kristen”
berlandaskan perspektif Alkitab maka baru kepemimpinanya layak
disebut kepemimpinan rohani.
Apabila berbicara tentang kepemimpinan Kristen tentunya
tidak terlepas dari Sang Guru Agung. Hampir sama dengan
kepemimpinan sekuler, hanya dasar dari kepemimpinan Kristen
adalah Alkitab Gaya yang digunakan juga berbeda dengan gaya
kepemimpinan sekuler. Gaya kepemimpinan Kristen menitik
beratkan pada gaya kehambaan. Hal ini sepertinya janggal akan

111
tetapi inilah yang dilakukann oleh Yesus Kristus dalam memimpin
dan mengajar para murid-muridnya.
Gaya kepemimpinan Yesus sangatlah kontradiksi dengan
gaya kepemimpinan pada waktu itu yaitu kepemimpinan Romawi
dan kepemimpinan Yunani, maupun ahli-ahli Taurat. Tuhan Yesus
memiliki gaya yang unik yaitu Kepemimpinan Hamba yang
berporos pada kasih agape. Gaya yang seperti inilah yang
semestinya dimiliki oleh para pengajar masa kini. Tidak hanya
mengandalkan intektual itu hanyalah intrumen Allah. Mengikuti
teladan Yesus itulah kuncinya.

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan secara umum


1. Defenisi pemimpin
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu
bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Mengutip Henry Pratt
Fairchild, Kartini Kartono mengatakan, pemimpin dalam
pengertian luas, seorang yang memimpin, dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukan,
mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau
melalui prestise, kekuasaan, atau posisinya. Dalam pengertian
terbatas, pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan
bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptansi/penerimaan
secara sukarela oleh para pengikutnya. Berdasarkan beberapa
definisi dari kata “pemimpin",Kartini Kartono mendefinisikan
pemimpin sebagai pribadi yang memiliki kecakapan khusus,
dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama
mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.

112
Berikut pendapat-pendapat tentang kepemimpinan menurut
beberapa tokoh pemimpin:
• Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi
tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu(Tannebaum,
Weschler and Nassarik, 1961, 24).
• Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin
pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.(Shared Goal,Hemhiel & Coons,1957,7).
• Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan
bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
• Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk
membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan
menaati segala keinginannya.
• Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti
(penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan
dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Dari beberapa pendapat diatas terlihat jelas begitu
pentingnya peranan seorang pemipin. Akan tetapi kepemimpinan
tidak semata-mata diukur dari sebuah jabatan. Kepemimpinan
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan
mengarahkan orang yang dibawahnya. Seringkali terdapat dalam
sebuah organisasi seorang pemimpin (ketua) namun tidak memiliki
kredibilitas pemimpin maupun kewibawaan. Tentunya dengan hal
ini pemimpin
akan kewalahan dalam mengendalikan anggotanya.

1. Penyebab munculnya pemimpin


Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin.
Pertama, Teori genetis. Teori ini menyatakan bahwa
pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia lahir, bukan

113
dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemipin demikian
lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena ia bersifat sudah
ditetapkan (determinis dan fatalis).
Kedua, Teori Sosial. Teori ini kebalikan atau lawan teori
pertama. Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir,
melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa
menjadi pemimpin asal dipersiapkan dan dididik secara sistematis.
Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetis. Teori ini muncul
sebagai respon terhadap dua teori terdahulu. Teori ini menyatakan
bahwa pemimpin muncul melalui bakat-bakat sejak kelahirannya,
lalu dipersiapkan melalui pengalaman dan pendidikan sesuai
dengan konteksnya.

Ciri-ciri seorang pemimpin:


• Memiliki pengikut
Seorang pemimpin tidak harus memiliki jabatan atau
pangkat yang tinggi, tetapi memiliki pengikut.
• Visioner dan inovator
Pemimpin harus memiliki kepekaan untuk melihat visi yang
tepat demi kelancaran kepemimpinannya. Seorang
pemimpin mesti idealnya adalah pribadi yang visioner.
Dalam arti, mampu membaca dan merespon tanda-tanda
zaman secara bijaksana. Selain itu, ia mampu melihat yang
lebih baik dan penting bagi kelancaran organisasinya. Hal
ini memang membutuhkan daya kepekaan. Tanpa kepekaan
seorang pemimpin tidak mampu bertindak sebagai inisiator.
Pemimpin tidak semata-mata berfungsi sebagai to lead
(memimpin) tetapi sekaligus to managemen
(mengatur/mengurus) dalam arti ia bersedia
mendelegasikan kepemimpinan kepada bawahannya.
• Motivator
Seorang pemimpin yang baik tentunya memahami dan
mampu memberikan semangat kepada anggotanya. Apalagi

114
ketika anggota dirundung suatu permasalahan yang bersifat
traumatis maupun tidak. Dengan memberikan motivasi
yang positif maka anggotanya akan memiliki sikap yang
baik dalam menghadapi masalah.
• Bijaksana dan tegas dalam mengambil keputusan
Tegas dan bijaksana, 2 hal ini tidak bisa terlepas dari
seorang pemimpin untuk mengambil keputusan. Sebab
apabila pemimpin mengambil keputusan hanya dengan
tegas saja kemungkinan besar akan merugikan beberapa
anggota dan ada rasa kekecewaan.
• Berkarakter baik (menjadi teladan dan bertanggung jawab)
Setiap tingkah laku seorang pemimpin akan menjadi acuan
untuk anggotanya dalam melakukan tindakan. Karakter
yang mulia sangatlah penting untuk dimiliki dan diterapkan
dalam setiap kehidupan para pemimin. Bisa di katakan hal
itu adalah sebagai gaya hidup seorang pemimpin.
• Menjadi penggerak (mempengaruhi)
• Pemersatu dan memanejemen
• Self-critical (introspeksi)
Zaman sekarang yang diharapkan dari setiap pemimpin
adalah kemampuan dan kesediaannya untuk melakukan
pemeriksaan batin: apakah kepemimpinannya mengarah pada jalur
yang baik dan benar. Seorang pemimpin harus bersedia mengoreksi
dirinya sendiri. Sikap ini mencerminkan kerendahan hati seorang
pemimjpin yang siap untuk dikritik untuk kemajuan.
2. Persyaratan pemimpin
Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin
sekuler. Pertama, Kekuasaan. Seorang pemimpin harus memiliki
kekuatan, otoritas, dan legalitas untuk mempengaruhi dan
menggerakkan bawahannya. Kedua, Kewibawaan. Pemimpin harus
memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar ia mampu
mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
tertentu.Ketiga, Kemampuan. Pemimpin harus memiliki daya,

115
kekuatan, keunggulan, kecakapan teknis dan sosial yang
melampaui bawahannya.
Ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin harus
memiliki kualitas-kualitas unggul seperti kemampuan berpikir
tinggi, bijaksana, bertanggung jawab, adil, jujur, memiliki rasa
humor, dsb. Sebagian lagi beranggapan pemimpin harus memiliki
kemampuan relasional dengan bawahannya, misal, kemampuan
mengkoordinasi bawahannya, menyusun konsep dan penjabaran
tujuan-tujuan, bersikap adil, dsb. Namun, menurut pandangan
umum/sekuler ini, keunggulan pemimpin dari sisi karakter tidak
bersifat mutlak, sebab bisa saja karakter yang baik tidak terdapat
pada seorang pemimpin dunia yang paling menonjol dan dipandang
paling sukses. Misalnya, Hitler dan Idi Amin yang dikenal sebagai
tiran dan menimbulkan petaka dahsyat dalam sejarah dunia dan
melenyapkan banyak jiwa, memiliki tabiat yang abnormal dan
destruktif.

3. Teori Kepemimpinan
Dalam skripsi ini penulis menguraikan tentang teori kepemimpinan
antara lain:
1.Teori kepemimpinan sifat(traith theory)
Analisis Imiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.teori sifat berkembang
pertama kali di yunani kuno dan romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu di lahirkan,bukannya di ciptakan yang kemudian
teori itu di kenal dengan 'The greatma theory".Dalam
perkembangannya, theory ini mendapat pengaruh dari aliran
perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya di lahirkan,akan tetapi juga dapat
di capai melalui pendidikan dan pengalaman sifat-sifat itu antara
lain:sifat fisik,mental dan kepribadian'.90

90
Achmad S.Ruky, Sukses sebagai menejer Profesional Tanpa Gelar
MM atau MBA, Gramedia Pustaka Utama, 2002, h.56

116
2.Teori kepemimpinan prilaku dan situasi.
Berdasarkan penelitian,prilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan ke arah dua hal
yaitu:pertama yang di sebut considerasi yaitu kecendrungan
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan
bawahan.Cotoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :Membela
bawahan,memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi denagan bawahan.Kedua disebut struktur inisiasi
yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan contoh yang dapat di lihat,bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas,kapan,bagaimana pekerjaan di
lakukan,dan hasil apa yang akan di capai.Jadi berdasarkan teori ini
seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin
yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap
hasil yang tinggi juga.Kemudian juga timbul teori kepemimpinan
situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang
pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.91
3.Teori kontingensi
Mulai berkembang tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa
tidak ada satu sistem menejemen yang optimum sistem tergantung
pada tingkat perubahan lingkungannya.
Sistem ini di sebut dengan sistem organik(sebagai lawan sistem
mekanistik) pada sistem ini mempunyai beberapa ciri :
a. Substansinya adalah manusia bukan tugas
b. Kurang menekankan hirarki
c. Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok.
d. kebersamaan dalam nilai,kepercayaan dan norma
e. Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama92

91
Saiful Falah, Rindu Pendidikan dan kepemimpinan
M.Natsir,Republika,2012,67
92
John Adair, Cara Menumbuhkan Pemimpin, Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama,2010,90

117
4. Teori behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi penomena jasmaniah,dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu proses belajar. Pendekatan ini menekankan
bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang
pekerja lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.
5.Teori humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan.
Teori humanistik biasanya di cirikan dengan adanya suasana saling
menghargai dan adanya kebebasan.Teori humanistik denagn para
pelopor Argriris,
teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia
merupakan"motivated organism".Organisasi memiliki
struktur dan sistim kontrol tertentu.Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar
individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya di
dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama
sejalan dengan arah tujuan kelompok.93

Apabila di cermati,di dalam teori humanistik terdapat


Variabel pokok yaitu kepemimpinan yang sesuai dan
memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap
harapan,kebutuhan dan kemampuannya.Organisasi yang di susun
dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota di
samping kepentingan organisasi secara keseluruhan.Interaksi yang
akrab dan harmonis antara pemimpin dengan anggota untuk

93
John Stott,lsu isu Global,Menantang Kepemimpinan
Kristiani,Jakarta:YKBK,2000,67

118
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-
sama.

B. PANDANGAN ALKITAB TENTANG KEPEMIMPINAN


Di dalam Perjanjian Baru, khususnya klaim tentang
kebenaran nampak di dalam perkataan Yesus Kristus dan seluruh
karya-Nya di dalam dunia. Di dalam Yohanes 14:6a,Yesus Kristus
berkata"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” Perkataan ini
ditujukan kepada murid-muridnya di dalam perjamuan malam
sebelum hari raya Paskah. Apakah maksud dari perkataan ini?
Bagaimana hubungannya dengan konsep kebenaran yang dipahami
secara umum dan di dalam keKristenan?

1. Arti Pemimpin Rohani (Kristen)


Makna pemimpin dalam konsepsi Alkitab, bukan berarti
seseorang disebut pemimpin rohani (Kristen) karena ia seorang
Kristen atau melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin
Kristen berarti pemimpin yang mengenal Allah secara pribadi
dalam Kristus dan memimpin secara kristiani. Pemimpin Kristen
adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifat-sifat alamiah
dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai
efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk melayani
dan memuliakan Allah. Sedangkan sifat-sifat spiritualitas
kristianinya menyebabkan ia sanggup mempengaruhi orang-orang
yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan Allah. Sebab
daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan ketrampilan dirinya
sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh Kudus dan
karunia yang dianugrahkan Roh Kudus.
Pemimpin Kristen berbeda dengan pemimpin
alamiah(sekuler/umum) dalam beberapa hal. Pemimpin rohani
mengenal Allah, mencari kehendak Allah, menaati kehendak Allah,
bergantung pada Allah, mengasihi Allah dan manusia, dan akhirnya
memuliakan Allah. Sedangkan pemimpin alamiah hanya mengenal
manusia, membuat keputusan sendiri atau organisasi, berusaha

119
mencapai sasaran pribadi atau organisasi, bersandar pada cara-cara
sendiri,bergantung pada kuasa dan ketrampilan diri sendiri,
mengutamakan hasil kerja dan cenderung mengabaikan manusia
2. Penyebab munculnya pemimpin rohani
Pemimpin rohani muncul bukan menurut kemauan atau
ambisi pribadi, melainkan karena tindakan Allah yang
mempersiapkan, memanggil, menetapkan dan membimbingnya
dalam mencapai tujuan-tujuan dari Allah. Dalam PL, Allah yang
mempersiapkan dan memanggil Musa dan Yosua menjadi
pemimpin bagi umatNya (Kel. 4; Yos. 1). Begitu pula dengan
Harun dan keturunannya dalam jabatan keimaman PL (Kel. 28:1).
Allah juga yang membangkitkan para hakim (Hak. 2:16). Allah
yang menetapkan raja bagi Israel, misalnya Saul(1Sam. 10:1),
Daud (1Sam. 13:14; 2Sam. 7), dan Salomo(1Raj. 8). Dia juga yang
memanggil para nabi dalam PL. Sedangkan dalam PB,Kristus
sendiri yang memilih, mempersiapkan, dan mengutus keduabelas
rasul-Nya. Allah pula yang memberikan karunia-karunia rohani
untuk melaksanakan pelayanan di dalam dan melalui gereja-Nya
(1Tim.4:14).
3. Persyaratan pemimpin rohani
Jika persyaratan kualitas karakter dan sosial dalam
pemimpin umum bersifat relatif, bahkan boleh saja tidak dimiliki,
maka persyaratan pemimpin Kristen sangat menekankan aspek
karakter dan sosialnya. Ada dua puluh kriteria yang dicantumkan
dalam 1Tim. 3:1-13 dan Tit. 1:5-9, delapan belas berkaitan dengan
reputasi seseorang, etika, moralitas, temperamen, kebiasaan, dan
kedewasaan rohani serta psikisnya.(19)J.Oswald Sanders,melihat
kualifikasi yang ditulis Paulus ini sebagai kualifikasi sosial, moral,
mental, kepribadian, rumah tangga, dan kedewasaan.(20)
Kualifikasi dalam 1Tim.3:1-7 ini memiliki tiga ciri menonjol,(21)
yakni menyangkut:
1) persyaratan fundamen, bukan tugas,
2) tingkah laku yang teramati,

120
3) karakter tersebut bukan khas Kristen melainkan ideal tertinggi
moralitas konteks Hellenistis zaman itu. Ini berguna demi
kesaksian gereja. Jadi kriteria di atas menunjukkan bahwa
persyaratan seorang pemimpin rohani sangat ketat dan menuntut
kedewasaan jiwani, rohani dan sosial.

4. Arti kepemimpinan rohani


Ada beragam definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen.
“Kepemimpinan adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders)
“Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk
melaksanakan rencana Allah.”(Robert Clinton)
“Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil
oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui
karakter seperti Kristus;dan menunjukkan kemampuan fungsional
yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi." (George
Barna) “Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang
berdasarkan agenda Allah.”
Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan
rohani memiliki persamaan dengan kepemimpinan umum dalam
hal mempengaruhi atau menggerakkan orang lain, mensyaratkan
kemampuan fungsional dan membimbing kepada tujuan
tertentu.Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani
berdasarkan panggilan Allah,bukan dari manusia atau organisasi;
melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana Allah, dengan
berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang
Allah kehendaki, bukan tujuan organisasi atau manusiawi.
5. Sifat khas kepemimpinan rohani
Berdasarkan prinsip Alkitab,terdapat beragam karakteristik
kepemimpinan rohani.
Pertama, kepemimpinan rohani adalah kepemimpinan yang
menghambakan diri.Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai
“hamba.”(23) Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari
keuntungan materi maupun non-materi,melainkan untuk pelayanan
(Luk. 22:26).Dalam PL,para raja bukan untuk meninggikan diri

121
atas rakyat (Ul. 17:20). Korah ditegur dan dihukum akibat sikap
kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bil. 16:933).
Paulus memandang jabatan rasuli bukan untuk kemuliaan dirinya,
melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Kor. 11-12;
1Kor. 15:910).Para penatua gereja dipanggil untuk
menggembalakan dan memelihara umat Allah (Ibr. 13:17; 1Ptr.
5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai "menjadi hamba”
dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Mrk. 10:3545).
Kedua, kepemimpinan yang menempatkan posisinya di
bawah kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi
orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala
Gereja. la memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung,
Tuhan Yesus (Yoh. 13:13).Dengan demikian kerendahan hati
dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya. Kerendahan
hati yang melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun
keterbukaan untuk terus belajar akan kepemimpinan yang lebih
baik, termasuk keunggulan dalam orang lain.
Ketiga,kepemimpinan yang berdasarkan karakter yang baik.
Kepemimpinan Kristen sangat menekankan karakter yang teruji.
Otentisitas kepemimpinan Kristen bergantung pada ketaatannya
terhadap Kristus dan meneladani Kristus. Dengan otentisitas
tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan
otoritas untuk memimpin.
Keempat,kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus.
Pemimpin Kristen bukan dilahirkan atau dibentuk melalui usaha
manusia, melainkan kemampuannya terutama karena karunia Roh
Kudus (Rm. 12:6; 1Kor. 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu
dari banyak karunia rohani dalam gereja. Sebab itu kemampuan
kepemimpinan rohani harus bersandar pada Roh Kudus.
Kelima, kepemimpinan berdasarkan motivasi Kristen.
Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan kekuatan
manusiawi dan bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi (Mrk.
10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani harus menanggalkan

122
pementingan diri dan motivasinya untuk kepentingan orang lain
dan kemuliaan Tuhan. Sebab itu dia dimotivasi oleh kasih Kristus.
Keenam, kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya
pada pengorbanan. Sebab itu pemimpin Kristen yang sejati disebut
“pemimpin pelayan" (a servant leader). Cacat terdalam dalam
kepemimpinan sekuler berakar pada arogansi yang membuatnya
bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas. Yesus
mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual
terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada
pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar
(Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan
pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin
orang lain.
Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara
pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan menyatakan,
“Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-
bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-
pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang.”(Mrk. 10:42-45).

C. Kepemimpinan Kristen
Apabila berbicara tentang kepemimpinan Kristen tentunya
tidak terlepas dari Sang Guru Agung. Hampir sama dengan
kepemimpinan sekuler, hanya dasar dari kepemimpinan Kristen
adalah Alkitab. Gaya yang digunakan juga berbeda dengan gaya
kepemimpinan sekuler. Gaya kepemimpinan Kristen menitik
beratkan pada gaya kehambaan. Hal ini sepertinya janggal akan

123
tetapi inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus dalam memimpin
dan mengajar para murid-muridnya.
Gaya kepemimpinan Yesus sangatlah kontrakdiksi dengan
gaya kepemimpinan pada waktu itu yaitu kepemimpinan Romawi
dan kepelimpinan Yunani, maupun ahli-ahli Taurat. Tuhan Yesus
memiliki gaya yang unik yaitu Kepemimpinan Hamba yang
berporos pada Kasih Agape. Gaya yang seperti inilah yang
semestinya dimiliki oleh para pengajar masa kini. Tidak hanya
mengandalkan inteletual semata, sebab inteletektual itu hanyalah
intrumen Allah.Mengikuti teladan Yesus itulah kuncinya.
Dari ajaran dan tindakan Tuhan Yesus Kristus, dapat
ditemukan konsep-konsep yang mengandung prinsip-prinsip dasar
kepemimpinan yang cemerlang. Prinsip-prinsip dasar tersebut
dapat dilihat pada penjelasan berikut. Dari Injil Matius 20:20-28
dan Injil Markus 10:35-45, Tuhan Yesus menjelaskan
prinsip/falsafah dasar kepemimpinan yang dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Kepemimpinan Kristen berpusat pada Allah. Oleh
kedaulatan-Nya,Allah menetapkan dan memanggil setiap
pemimpin kepada tugas dan tanggung jawab kepemimpinan
(Matius 20:23b, Markus 10:40;band.Roma 12:6-8;Roma
8:29-30).
2. Kepemimpinan Kristen dibangun di atas hubungan-
hubungan sebagai landasan kerja dan keberhasilan
kepemimpinan. Tuhan Yesus secara sengaja membangun
kepemimpinan-Nya di atas hubungan-hubungan, di mana
dengan terencana la memanggil para murid-Nya dan
melibatkan mereka ke dalam "kehidupan kelompok"
sehingga melalui wahana kelompok kecil tersebut mereka
digembleng, diajar, dan dilengkapi untuk menjadi
pemimpin (Matius 20:20-23; Markus 10:35-40; band.
Matius 10: 1-15; Markus 3:13-19;Lukas 6:12-16).
3. Kepemimpinan Kristen diteguhkan di atas model
kepemimpinan "pelayan hamba" yang merupakan landasan

124
etika-moral bagi kepemimpinan, serta pola dasar
manajemen dalam kepemimpinan. Sebagai model dasar
kepemimpinan, para pemimpin Kristen perlu membangun
sikap etis-moral sebagai "pelayan yang melayani" dan
"hamba yang mengabdi" -- yang merupakan landasan bagi
etos kerja. Sebagai pola dasar manajemen, model
kepemimpinan pelayan-hamba ini memberikan tekanan
kepada kerja yang berorientasi kepada keberhasilan (Matius
20:24-28; Markus 10:42-45; band. Ibrani 13:7,17;Kolose
3:23; 1Petrus 2:18-25; Lukas 17:10).
4. Kepemimpinan Kristen berfokus kepada "melayani"
(service) dengan memberikan yang terbaik.Fokus melayani
ini menegaskan perlunya komitmen dan tindakan untuk
mewujudkan yang terbaik dengan membayar harga, serta
konsekuensinya sehingga lebih banyak orang yang akan
menikmati hasil/dampak kepemimpinan seorang pemimpin
(Matius 20:28; Markus 10:45; Yohanes 21:15-19;Ibrani
13:17-21;1Petrus 3:13-23;Lukas 17:10).Fokus melayani
dari kepemimpinan TUHAN Yesus ini dibangun di atas
tujuan dan sasaran yang jelas dan pasti, yaitu membawa
"kebaikan tertingg" (bagi umat manusia, dalam hal ini
"orang banyak").
5. Kepemimpinan Kristen memiliki "kasih Kristus" (2Korintus
5:13-14; 1Korintus 13; 1Yohanes 4:7-10) sebagai dinamika
kepemimpinan yang mewarnai seluruh aspek
kepemimpinan yang mencakup kinerja dan hasil/produk
dari setiap upaya memimpin. "Kasih Kristus" sebagai
dinamika kepemimpinan Kristen memberi sifat reformatif
dan transformatif bagi kepemimpinan Kristen. Dinamika
kepemimpinan Kristen ini mengubah dan memperbaharui
hidup, serta meneguhkan paradigma sebagai dasar bagi
perspektif positif yang membangun (Matius 20:24-27;
Markus 10:41-44). Dinamika kepemimpinan berlandaskan
kasih Yesus Kristus di atas, sekaligus merupakan landasan

125
yang memberikan kekuatan moral. Kekuatan moral inilah
yang menyemangati kinerja kepemimpinan sehingga

Defenisi Kepemimpinan Kristen.


Bicara tentang kepemimpinan Kristen,berarti kita berbicara
tentang model kepemimpinan umum yang mengandung beberapa
aspek yang di sebutkan di atas di sertai dengan ciri ciri
kepemimpinan yang khas Kristen.Ciri -ciri itu berdasarkan atau
berpusat pada sosok Yesus Kristus sumber kepemimpinan
Kisten.Jadi kepemimpinan Krsten tdak sekedar menambahkan kata
"Kristen",untuk membedakannya dengan kepemimpinan umum
tetapi dalam kepemimpinan Kristen mengandung nilai-nilai ke
Kristenan yang sangat kuat yang tercermin dalam proses
kepemimpinan Yang di lakoninya.

Ciri Khas kepemimpinan Kristen


Selanjutnya untuk memahami nilai nilai kepemimpinan
Kristen tersebut maka di bawah ini di hadapkan pada ciri khas dari
kepemimpinan Kriten yag di uraikan secara garis
besar.Kepemimpinan Kristen menghadirkan nilai-nilai tanggung
jawab.
Maksudnya adalah seorang pemimpin Kristen harus merasa
bertangung jawab terhadaptugas kepemimpinan yang
dipercayakan kepadanya.Katakanlah ia harus sangat sadar
bahwa jatuh bangunnya kehidupan semua orang yang di pimpinnya
berada di pundaknya karena itu ia tidak bisa menggunakan gaya
filatus yaitu"mencuci tangan" untuk melepaskan dirinya dari
tanggung jawab yang harus di pikulnya sebagai resiko seorang
pemimpin.Terkait dengan itu maka seorang pemimpin yang
bertanggung jawab harus menampilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Harus berani menegur dan mengoreksi bawahanya yang
melakukan kesalahan.(Matius 26:52)
b. Harus bertindak dengan tegas.
c. Harus bersikap adil dan jujur.

126
d. Harus bersikap terbuka dan siap menerima Kritikan.

Fungsi kepemimpinan.
Kepemimpinan secara umum talah di kenal untu jangka
waktu yang ,panjang.sejarah mencatat bahwa kepemimpinan telah
di terapkan di mana-mana,dalam lingkungan masyarakat
tradisional,maupun masyarakat maju,dari negara -negara kuno
sampai negara-negara moderen pada abad ke XXI ini.Alkitab
secara khusus memberikan pengakuan kepada kepentingan
kepemimpinan dengan mengaskan "Jikalau tidak ada peimpinan
jatulah bangsa,tetapi jika penasehat banyak,keselamatan ada"
(amsal 11:14).Disini Alkitab melihat peran pemimpin dalam
kepemimpinan sangat penting karena menetukan jatuh banunnya
suatu kelompok.Disamping itu,mamfaat pemimpin dan
kepemimpinan adalah untuk membawa kebaikan,kesejahteraan dan
kelompok.Melihat pentingnya kepemimpinan seperti yang telah di
uraikan diatas,dapat di pastikan bahwa kepemimpinan ternyata di
perlukan di mana-mana,termasuk di dalam Gereja.Mencermati
hubungan Gereja dan kepemimpinan dalam jemaat dapat di katakan
bahwa adalah bijak untuk mengkaji seberapa penting serta seberapa
kuat pengaruh kepemimpinan pemimpin bagi jemaat.
Kepemimpinan gereja adalah bagian dari kepemimpinan
Kristen.Secara khusus dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
Gereja berkaitan dengan kepemimpinan dalam organisasi
Gereja.Memahami kepemimpinan Gerja dalam perspektif ini
sebagai bagian dari kepemimpinan Kristen Kepemimpinan Gerja
adalah juga "suatu proses terencana yang di namis dalam konteks
pelayanan Kristen"(Yang menyangkut faktor waktu,tempat dan
situasi Khusus) yang di dalamnya oleh campur tangan Allah,yang
memanggil bagi dirinya seorang pemimpin (Dengan kapasitas
penuh) untuk memimpin umatnya (yang mengelompokkan diri
dalam suatu insitusi/organisasi Gerja) guna mencapai tujuan Allah
(yang membawa keuntungan bagi pemimpin,bawahan,dan
lingkungan hidup) serta melalui umatnya,untuk kejayaan

127
kerajaanNya.Dengan demikian,dapatlah dikatakan bahwa sebagai
seorang yang di panggil Allah kedalam tanggung jawab
kepemimpinan,pemimpin gereja perlu bersikap pasti akan
panggilan Allah kepadanya (markus 10:40;yohanes 3:27).Dibawah
ini beberapa fungsi seorang pemimpin Gereja antara lain:
1. Menopang
Berbagai kesulitan yang dihadapi sidang jemaat , kadang
sulit ditanganinya sendiri. Sebagai contoh pada saat kehilangan
orang Tua karena meninggal atau orang yang sangat dicintai, ketika
dalam keadaan sakit yang tak kunjung sembuh atau kehilangan
sesuatu yang sangat berharga baginya,maka sangat berpotensi
memicu suasana kegelisahan atau keputusasaan yang sulit
dibereskannya. Akan tetapi firman Tuhan menyebutkan bahwa
“Tuhan itu menopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak
bagi semua orang yang tertunduk"(Mazmur 145:14). Tidak akan
dibiarkan umat yang berjalan dijalaNya untuk jatuh sampai
tergeletak la menopang tangan mereka (Mazmur 37:23-24).
Melalui pelayanan penggambalaan yang berfungsih untuk
menopang setiap jemaat yang demikian merupakan suatu
kebutuhan gembala merupakan kesempatan untuk bisa
mendampingi, menopang dan menguatkan sehingga jemaat yang
mengalami krisis demikian tidak terperosok dalam suatu gangguan
kejiwaan.
2. Membimbing
Peran pelayanan penggambalaan yang berfungsih untuk
membimbing tidak berperan sebagai pengambilan keputusan yang
dipilihkan oleh gembala. Peristiwa keluarnya umat Israel dari
mesir, merupakan salah satu contoh nyata bagaimana Allah
membimbing dan menyertai mereka. Pada saat musa melihat
tindakan umat Israel yang rusak karena penyembahan berhala,
Allah masih memberi kesempatan kepada setiap umat Israel.
Seorang pemimpin harus menyediakan saat tenang bagi
anggota -anggota untuk nenuliskan sesuatu untuk didoakan,
kemudian mintalah mereka membagikan dalam masing-

128
masing kelompok, dan pemimpin membimbing mereka
untuk saling mendoakan apa yang dibutuhkan temannya.
Dan pemimpin membimbing mereka dalam doa tersebut.

Asas dalam membimbing telah dicontohkan Allah. Oleh


karena Allah telah memberi teladan,maka kehadiran gembala harus
bisa mengarahkan dan membimbing sidang jemaat untuk
menganbil keputusan atas apa yang hendak dipilihnya berdasarkan
teladan sang Gembala Agung. Sebagai contoh pada saat jemaat
hendak memilih salah satu pekerjaan maka kehadiran Gembala
hanya menolong dan mengarahkan jemaat untuk memilih. Nasahat-
nasehat yang akan diutarakan gembala merupakan bagian yang
telah dipertimbangkan dengan matang dan tidak bertentang dengan
asas kebenaran Kristiani.
3. Mengasuh dan Memelihara
Proses pemeliharaan atas jemaat merupakan suatu bentuk
pendewasaan. Daut menuliskan bahwa melalui gada dan tongkat, ia
menemukan penghiburan, sebab ia menyadari bahwa Tuhan adalah
Gembalanya yang tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak
dewasa (Mazmur 23:1-6). Gada dan tongkat merupakan alat yang
digunakan gembala untuk mendisiplin dan menuntun satiap domba
yang digembalakan. Kristus dalam menggembalakan umatNya, la
selalu melatih untuk menjadi pribadi-pribadi yang dewasa.
Tanggung jawab penggembalaan tidak lepas dari proses
pendewasaan bagi yang digembalakan. “Gembala harus bisa
memberi kesempatan untuk jemaat dapat berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya tanpa ketergantungan kepada
gembala". Proses pendewasaan dapat dilakukan dengan memberi
kesempatan kepada sidang jemaat untuk mencoba menangani
masalah yang ia hadapi.Tingkat keberhasilan dalam usaha
pendewasaan bukanlah hal yang harus dipermasalahkan, namun
menjadi refrensi bagi gembala untuk meninjau kembali demi
penanganan lanjutan.

129
4 Peranan Kepemimpinan.
a. Membangun kebersamaan
kebersamaan adalah satu hal yang harus kita wujudkan
sebagai umat Tuahan.Dasar persatuan adalah satu tubuh,dan satu
Roh,sebagaimana kamu telah di panggil kepada satu pengharapan
yang terkandung dalam panggilan mu,satu Tuhan,satu Iman,satu
babtisan, satu Babtisan, satu Allah dan Bapa dari semua (Efesus
4:4-6). Gereja ada sebagai satu tubuh.yang akan mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Allah,kedewasaan penuh
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus.Kerjasama mendatangkan keuntungan.Jika saya di bantu
seseorang,maka bersama-sama kami akan melakukan pekerjaan
yang tidak dapat di lakukan oleh salah seorang dari antara kami
secara sendirian.94
Seorang pemimpin betul-betul dapat menguasai,bukan oleh
karena kekuasaan yang di terima dari teman-teman yang di pimpin
atau dari Tuhan,melainkan oleh karena di dalam menjalankan
kepemimpinannya itu ia membuat teman-teman sekerjanya menjadi
sahabat.Persahabatan itu lebih penting dari pada
kekuasaan.Pemimpin yang cerdas ,tegas dan pintar tanpa
persahabatan,kesabaran,kasih dan tidak dapat mengambil hjati
orang orang yang dipimpinnya bukan pemimpin yag bermoral
tinggi.
Bakat dan daya tarik pemimpin melahirkan cerita populer
tentang pemimpin.Cerita bisa bersifat biasa mengenai
pergaulan,kehidupan sehari-hari,cara memberi perhatian pada
orang lain.
b. Mengajarkan Injil Yesus Kristus
Semua pemimpin adalah guru.Pengajaran yang efektif
mengilhami orang untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan

94
Dale.Robert D, Pelayanan Sebagai Pemimpin. Malang;Gandum
Mas,1992.hlm 137

130
hidup menurut azas Injil.Pengajaran yang paling kuat dari para
pemimpin datang dari teladan pribadi>para pemimpin juga
mengajar dengan memberi kesaksian dan mengadakan pembahasan
yang berdasarkan ajaran dalam pertemuan
kepemimpinan,kelas,dan kegiatan.
Dalam kisahpararasul 5:31 tertulis:"Dialah yang telah
ditinggikan oleh Allah sendiri dengantangan kanannyanyang
menjadi pemimpin dan juru selamat,supaya israel dapat bertobat
dan menerima pengampunan dosa".Kepemimpinan gereja tidak
pernah terlepas dari tugas pekabaran injil.Pekabaran Injil adalah
tugas pertama dari pemimpin gereja untuk membawa manusia
kepada pertobatan,supaya beroleh keampunan dosa dengan jalan
pemberitaan Injil Yesus Kristus.
3. Menjelaskan tanggung jawab dan pertanggung jawaban
Para pemimpin secara individu tidak dapat melakukan
segala sesuatu sendiri.Para pemimpin yang berusaha untuk
melakukan terlalu banyak akan sangat lelah(keluaran 18 :18),dan
demikian juga orang-orang yang mereka layani.Para pemimpin
hendaknya mendelegasikan kesempatan pelayanan kepada orang
lain,seperti para penasehat,juru tulis dan penatua lainnya.
4. Mempersiapkan orang lain menjadi pemimpin dan guru
Di sejumlah lingkungan,para pemimpin secara berulang
bersandar pada krlompok kecil orang untuk memberikan pelayanan
dalam imamat dan organisasi pelengkap.Hal ini dapat terlalu
membebani beberapa orang yang setia,dan itu juga dapat
menghalangi orang lain mendapatkan pengalaman yang dapat
menolong mereka belajar dan bertumbuh.Para pemimpin yang
efektif memberikan kepada semua anggota kesempatan untuk
melayan

E. Kedisiplinan Belajar
Pengertian Disiplin dalam Belajar
Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk
pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplinyang bertujuan

131
mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar
berprilaku tertib dan efisien. Sedangkan disiplin menurut Djamarah
adalah "Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan
pridadi dan kelompok".Kedisiplinan mempunyai peranan penting
dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya
belajar siswa sangat dipengaruhi oleh paktor yang paling pokok
yaitu kedispilan, disamping paktor lingkungan, baik keluarga,
sekolah, kedisiplinan setra bakat siswa itu sendiri.
Belajar adalah suatu panggilan hidup karena tanpa belajar
akan mengakibatkan menurunya kualitas diri seseorang.
Penjelasannya, melalui belajarlah seseorang akan menjadi sadar
akan dirinya dan lebih baik dalam menjalani kehidupannya yang
penuh warna-warni. Hanya saja untuk belajar secara konsisten
tidaklah segampang yang dikira karena membutuhkan kesadaran
diri, dimana kesadaran diri tersebut dapat termanifestasi dalam
disiplin belajar. Definisi disiplin belajar sangat banyak dari ahliah
pembelajaran, namun dalam tulisan ini akan menggunakan
pengertian disiplin belajar menurut penulis
sendiri.Tepatnya,disiplin belajar adalah kesadaran diri untuk
mengendalikan atau mengontrol dirinya untuk sungguh-sungguh
belajar.
Berpijak pada definisi tersebut, diketahui bahwa disiplin
belajar sebenarnya suatu bentuk kesadaran diri untuk
mengendalikan dirinya. Dalam hal ini, disiplin belajar berfungsi
sebagai pengendali diri yang berada pada diri orang tersebut
sehingga belajar akan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan penuh
sukacita/bersyukur. Spesifikya yaitu orang yang berdisiplin belajar
akan belajar tanpa paksaan dan sadar untuk belajar dan belajar.
Memang untuk mengaplikasikan pengertian disiplin belajar ini
tidaklah mudah tetapi tidak berarti tidak mungkin berhasil. Karena
untuk mampu disiplin dalam belajar memerlukan suatu perenungan
untuk terus bertanya pada diri mengapa saya harus belajar hingga
orang tersebut memperoleh suatu alasan yang mendalam dan
memuat spiritualitas, emosi dan kognitif mengapa harus belajar.

132
Fungsi dan Tujuan Disiplin Belajar
Fungsi utama disiplin belajar adalah mengajar
mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati
peraturan berkaitan dengan hal tersebut diatas menerangkan
sebagai berikut: (a) Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial
antara lain mengenal hak milik orang lain;. (b) Mengerti dan segera
menurut untuk menjalankan kewajiban dan merasa mengerti
larangan-larangan (c) Mengerti tingkah laku yang baik dan tidak
baik (d) Belajar mengendalikan diri,keinginan dan berbuat sesuatu
tanpa merasa terancam oleh hukuman. e.Mengorbankan
kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain (Singgi, 1985).
Jadi dalam menanamkan pendidikan pada anak perlu menanamkan
pendidikan kedisiplinan, artinya menumbuhkan
dan mengembangkan pengertian-pengertian yang berasal
dari luar yang merupakan proses untuk melatih dan mengajarkan
anak bersikap dan bertingkah laku sesuia harapan

Perkembangan Disiplin Belajar


Telah diketahui bahwa perkembangan disiplin belajar anak
bukan merupakan sesuatu yang terjadi kebetulan melainkan
membutuhkan waktu cukup lama untuk berkembang. Dalam hal ini
Singgih (1985) mengemukakan lima tahapan antara lain :
• Pada tahapan pertama disiplin belajar dimulai seseorang
untuk menghindari hukuman
• Pada perkembangan tahap kedua, disiplin belajar
diwujudkan hanya untuk membuat atau mendapatkan
imbalan
• C. Pada tahap ketiga,disiplin belajar dijalankan demi
disiplin belaja t aturan itu sendiri
• Pada tahap keempat, disiplin belajar diterapkan berdasarkan
kesadaran, bahwa untuk hidup bermasyarakat perlu
mengikuti peraturan yang dilandasi oleh kepentingan
pribadi atau kepentingan perorangan

133
• Pada tahap kelima, tahapan disiplin belajar ini dianggap
tahapan yang paling tinggi atau sempurna di antara yang
lain dimana sikap disiplin belajar sudah diwujudkan oleh
kebutuhan informal dari dalam dari sendiri (Singgih,1987).

Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Belajar Siswa:


Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara
belajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektip
memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih
tinggi dari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang
efektip.
Untuk belajar secara efektip dan efisien diperlukan
kesadaran dan disiplin tinggi setiap siswa. Belajar secara efektip
dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa
yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur
dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi
langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara
efektip dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi
dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri,
dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan belajar
akan lebih berhasil apabila kita memiliki:
1. Kesadaran atas tanggung jawab belajar,
2. Cara belajar yang efisien,
3. Syarat-syarat yang diperlukan (Oemar Hamalik,Metoda
Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar(Bandung: Tarsito,2005),h.
1.).
Selain memiliki strategi belajar siswa yang tepat, siswa juga
perlu memperhatikan metode atau cara yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dalam belajarnya. Seperti yang kita ketahui belajar
bertujuan untuk mendapat pengetahuan,sikap,kecakapan dan
keterampilan. Cara yang demikian itu jika dilakukan dengan penuh
kesadaran dan disiplin tinggi maka akan menjadi suatu

134
keblasaan,dan kebiasaan dalam belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar.
Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto yang
mengatakan bahwa :" keblasan belajar mempengaruhi belajar
antara lain dalam hal pembuatan jadwal belajar dan
pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulagi
pelajaran konsentrasi serta dalam mengerjakan tugas"(Slameto,
Belajar Dan Faktor-Fakto ryang Mempengaruhinya(Jakarta: Rineka
Cipta,1995),h.82..).
Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh
setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan
membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari,
apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya
tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara
belajar yang tepat baginya.

Disiplin terhadap pemanfaatan waktu:


Cara mengatur waktu belajar.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau
siswa adalah banyak pelajar atau siswa yang mengeluh kekuragan
waktu untuk belajarnya, tetapi mereka sebenarnya kurang memiliki
keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu secara
efisien. Banyak waktu yang terbuang-buang disebabkan karna
mengobrol omongan-omongan yang tidak habis-habisan. Sikap
yang demikian itu harus ditinggalkan oleh siswa karena yang
demikian itu tidak bermanfaat baginya.
Keterampilan mengatur waklu merupakan suatu
ksterampilan yang sangat penting, bahkan ada ahill kelerampilan
sludi yang berpendapat bahwa "keterampilan mengelola waktu dan
menggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpenting
dalam masa sludi maupun seluruh kehidupan siswa'(The Liang gie,
Cara Belajar Yang Ensien(Yogyakarta; liberti
Yogyakarta,1995),h.167.).

135
Hal ini ditegaskan oleh Harry Shaw sebagai berikut:
"Learning to use time is a valuable skill, one that will play
dividends not only in studying but all through life.In fact,the ability
to use time efficiently may well be one of the most significant
achiements of your entire life"
(Belajar menggunakan waktu merupakan suatu
keterampilan perolehan yang berharga, keterampilan yang
memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi,
melainkan sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan
menggunakan waktu secaara efisien dapat merupakan salah satu
prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda) (Ibid h.,167).
b) Pengelompokan waktu.
Banyak siswa yang belajarnya kurang dapat memanfaatkan
waktunya dengan sebaik-baiknya karena tidak membagi-bagi
waktunya untuk macam-macam keperluan, oleh karna itu, berbagai
segi dan teknik untuk mengatur pemakaian waktu perlu dipahami
sebagai langkah untuk mengembangkan keterampilan mengelola
waktu studi.
Beberapa pedoman pokok yang perlu dipahami dan kemudian
diterapkan olah siswa adalah sebagai berikut:
1. Kelompokkanlah waktu seharl-harl untuk keperluan
stuedi,mskan,m, olah raga, dan urusan-urusan pribadi atau
sosial
2. Selidiki dan tentukanlah waklu yang tersedia untuk
studisstiap hiani
3. Setelah mengetahui waktu yang lersedia,seliap siswa
handaknya merencanakan penggunaan waktu itu dengan
jalan menetapkan miacarn macam mata pelajaran berikut
urutan-urutannya yang hanus dipelajeni setiap hari.
4. Setiap siswa perlu pula menyelidiki bilamana dirinya dapat
bslajar dengan hasil yang baik.
5. Mata-mata pelajaran yang akan dipalajari diurulkan dari
yang tersukar sampai yang termudah.

136
6. Siswa hendaknya membiasakan diri untuk seketika mulai
mengerjakan tugas-tugas yang berkorelasi dengan studi.
7. Berkaitan dengan pengembagan kesadaran waktu, setiap
siswa hendaknya menyadari ke mana berlalunya dan untuk
apa waktu 24 jam sehari (atau 168 jam seminggu, 720 jam
sebulan, 8760 setahun) yang dimilikinya.(lbid,h.170.)
Cara-cara dalam pengelompokan waktu tersebut sangat
bermanfaat bag siswa dalam menentukan kegiatannya setiap hari
sehingga tidak bayak waktu yang terbuang percuma.
c. Penjatahan waktu belajar.
Setiap siswa perlu mengadakan prinsip belajar secara
taratur.dan untuk belajar secara teratur setiap hari harus
mempunyai rencana kerja.Agar siswa tidak bayak membuang
waktu untuk memikirkan mata pelajaran yang akan dipekajari suatu
saat dan apa yang harus dikerjakannya. Oleh karna itu agar siswa
tidak dihinggapi keraguan-keraguan terhadap apa yang hendak
dipelajarinya maka ia harus punya rencana kerja atau daftar waktu
dalam belajar.
Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik adalah sebagai
berikut
1. Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperlua-
keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olah raga dan lain-
lain.
2. Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia
setiap hari.
3. Merencanakan peggunaan belajar itu dengan cara
menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutan-urutan
yang harus dipelajari.
4. Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan
untuk belajar dengan hasil terbaik.
5. Berhematlah dengan waktu, setiap siwa janganlah ragu
untuk memulai pekerjaan, termasuk juga belajar.95

95
Ibid, h. 83.

137
Adapun penjatahan waktu belajar siswa dapat dilakukan
dengan membuat rencana belajar dalam bentuk jadwal belajar. Baik
itu berupa jadwal belajar mingguan, harian, atuapun bulanan,
dengan menentukan jumlah mata pelajaran yang akan dipelajarinya
setiap hari serta menetapkan jadwalnya. Dimana setiap siswa dapat
mengetahui sendiri pelajaran yang sulit ataupun mudah, sehingga
dia dapat menentukan waktu yang sesuai atau cukup untuk
mempelajarinya.
d) Disiplin terhadap tugas.
(1) Mengerjakan tugas rumah
Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan.
Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa :"Mengerjakan
tugas dapat berupa pengerjaan tes atau ulangan atau ujian yang
diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat atau mengerjakan
latihan-latihan yang ada dalam buku ataupun soal-soal buatan
sendiri"(Slameto, Belajar Dan Faktor-Fakto yang
Mempengaruhinya(Jakarta: Rineka Cipta,2003),h.87.).

Disiplin terhadap tata tertib.


Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata
tertib sangat penting untuk diterapkan, karna dalam suatu sekolah
tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana,
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa:"Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur
prilaku yang diharapkan terjadi pada siswa" (Ankunte,Prosedur
Peneiitian Sustu Pendekatan Praktek(Jakarja Rineka Gipta,1993),h.
122),Antara peraturan dan tata tertib merupakan satu kesaluan yang
idak dapal dipisahikan sehagai pembentukan disiplin siswa dalam
mentaali peraturan di dalam kelas maupun diluar kelas.
Untuk melakukan disiplin terhadap tala tertib dengan
baik,maka guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol
berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut.Dalam hal ini staf

138
sekolah atau guru perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta
disiplin kolas dan tata tertip kelas yang baik tampa adanya kerja
sama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi
pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertip sekolah serta
terciptanya suasana balajar yang tidak diinginkan.
Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis
dan terciptanya disiplin dari siswa dalam rangka pelaksanaan
peraturan dan tata tertib dengan baik,maka di dalam suatu lambaga
atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap
siswa, agar tercipta proses belajar mengajar yang baik.

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar


1) Pengertian prestasi belajar.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua
kata, yakni "prestasi" dan "belajar". Antara kata "prestasi" dan
"belajar" mempunyai arti yang berbeda. Oleh karna itu, sebelum
pengertian "prestasi belajar" penulis akan mengemukakan
pengertian dari masing-masing kata tersebut di atas sebelum kita
memahami pengertian kata "prestasi belajar' secara utuh.
"Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan,baik secara individual maupun
kelompok".(Djamarah,Prestasi Belajar Dan Kompetensi
Guru(Surabaya:Usaha Nasional,1994),h. 19)
Wjs.Poerwadaraminta berpendapat dalam bukunya
Djamarah,bahwa "prestasi adalah hasil yang telah
dicapai(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)"(lbid,h.20.)
Dari pengertian prestasi di atas, terlihat perbedaan pada
kata-kata tertentu sebagai penekanan, namu intinya sama.
Sedangkan belajar adalah :suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari"(lbid,h. 21.) dan ada juga yang berpendapat bahwa.
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.(Oemar Hamalik,Metoda

139
Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar
(Bandung:Tarsito,2005),h.21). Jadi prestasi belajar adalah "hasil
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan
aktivitas belajar (Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi
Guru,h.24.)

PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahwa baik buruknya perkembangan kedisiplinan siswa
SMP N I Sumbul turut dipengaruhi oleh jiwa
kepemimpinan krisren seorang guru PAK. Penelitian ini
dapat mengidentifikasi bahwa perkembangan kedisiplinan
siswa yang selalu dibimbing oleh seorang guru PAK yang
memiliki jiwa kepemimpinan kristen terdapat
kecenderungan perkembangan Kedisiplinan yang baik
daripada siswa yang jarang atau bahkan tiak dibimbing oleh
guru yang memiliki jiwa kepemimpinan Kristen.

B. Saran
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kedisiplinan yang
diharapkan dari siswa sangat dipengaruhi oleh jiwa kepemimpinan
kristen guru PAK maka disarankan
1. Sekolah kristen Khususnya memilih guru yang memiliki jiwa
kepemimpinan kristen didalam sekolah
2. Setiap sarjana PAK hendaknya menunjukkan jiwa
kepemimpinan Kristen saat mengajar disekolah
3. STT Injili Philadelpia atau para peneliti lainya, kiranya meneliti
tentang hal yang sama dengan populasi yang lebih luas

140
DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar


Mengajar,Jakarta:Grafindo, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian,Jakarta:Rineka Cipta,
2002.
Bahri, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar
Mengajar,Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
Bar William, Mengomunikasdikan Injil, Jakarta:Gunung Mulia,
1999.
Belandina Janse, Profesionalisme Guru Dan Bingkai
Materi,Bandung:Bina Media Informasi, 2005.
Browning,W.R.F, Kamus Alkitab,Jakarta:Gunung Mulia, 2007.
Echols M. Jhon Dan Shaidily Hasan, Kamus Inggris-Indonesia,
Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1996.
Ellis, D.W, Metode Penginjilan, Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/OMF, 2005.
Evelyn, Bolton dan Robert, Meyampaikan Kabar Baik, Jawa
Timur:Gandum
Mas, 1999.
Guilford, Pengantar Peneitian, Bandung, 1980.
Homring hausen, E.G. dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama
Kristen, BPK,
Gunung Mulia, 2004.
Hutabarat, Oditha, Pedoman Untuk Guru PAK SD-SMA Dalam
Melaksanakan
Kurikulum Baru, Bandung:BMI, 2006.
Ismail Andar, Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: Gunung Mulia,
2004.
Kuiper, Arie de, Missiologia, Jakarta:Gunung Mulia, 2007.
Lilik Kristianto Paulus, Prinsip Dan Praktik Pendidikan Agama
Kristen.
Yokyakarta:Andi, 2006.

141
Nadeak, J, Diktat Metode Penginjilan,Tarutung, 2007.
Nainggolan, Jhon, PAK Dalam Masyarakal Majemuk,
Jakarta:BMI. 2007
Packer, J.L, Pengnjilan Dan Keduulatan Allah,
Surabaya:Momentum, 2003.
Pedoman Teknis Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
PAK Di Indonesia,
Jakarta:2008
Poerwadarminta,W.J.S, Kamus Besar Bahusa Indonesia,
Jakarta:Balai Pustaka Riduwan,2000.
Sanjaya, Wina, Stralegi Pembejalaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan"
Jakarta:Kencana, 2008.
Silitonga SAM, dkk, Missiologi, Alkitabiah dan
pendidikan,Medan:Cipta sarana Mandiri
2009,
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, Melode Penelitian Survai,
Jakarta: Pustaka LP3ES, 1995.
Soetjipto dan Kosasi Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta:Rineka
Cipta, 2004.
Sukardi, Metodologi Peneletian Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara,
2009.
Sumiyatiningsih, Dien, Mengajar Dengan Krealif Dan
Menarik,Yogyakarta: ANDI, 2006.
Suryadi, A.P, Pendahuluan Teori Kemungkinan dan Statistika,
Bandung:ITB, 1993.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2008.
Totmatala, Yakob, Penginjilan Masa Kini Jilid 1, Jawa
Timur:Gandum Mas, 2002.
Venema, Henk, Injil Untuk Semua Orang Jilid 1, Jakarta:Yayasan,
1993.
Zain Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1996.

142
PENGARUH METODE GURU MENGAJAR ANAK AUTIS
TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK-ANAK AUTIS
Sonya Kristiawan, M.Pd

PENDAHULUAN

Anak “special needs” atau anak dengan kebutuhan khusus


termasuk anak yag mengalami hambatan dalam perkembangan
perilakunya. Perilaku anak-anak ini antara lain terdiri dari wicara
dan okupasi tidak berkembang seperti anak normal. Padahal kedua
jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi.
Sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat,
maka proses belajar anak-anak tersebut juga terhambat. Intelegensi,
emosi dan perilaku sosialnya tidak dapat berkembang dengan baik.
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi sedini
mungkin bagi anak-anak ini.
Deteksi dini yang berhasil mengenali kelainan perilaku ini
dapat mempercepat langkah-langkah yang harus diambil segera.
Anak-anak dengan kelainan perilaku atau anak-anak dengan
kebutuhan khusus (special needs) terdiri dari berbagai tingkatan
atau derajat, dimulai dengan autism anak yang merupakan derajat
terberat.
Alasan penulis untuk memilih judul “Pengaruh Metode
Guru Mengajar Anak Autis Terhadap Perkembangan Anak-Anak
Autis Di YPS Pelita Mandiri Treatmen Cantre” adalah pertama,
sebagai dosen dan penulis sangat tertarik terhadap masalah anak-
anak autis, kedua, setelah penulis mengetahui karakteristik anak-
anak autis, maka penelitian ini ditulis dengan maksud agar penulis
dapat mempelajari lebih dalam lagi mengenai anak-anak autis,
selain itu penulis merasa bagaimana para mahasiswa bisa dan
mampu mendidik anak berkebutuhan khusus ini. Oleh karena itu
penulis akan menghapus akan mengupas berbagi pertanyaan
seputar anak berkebutuhan khusus (autisme) dalam penelitian ini.

143
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan
penelitian ini adalah banyak orang tua di kalangan masyarakat yang
tidak mengetahui bahwa anaknya mengalami autis. Dengan
demikian mereka tidak melakukan upaya untuk menangani anak-
anak autis. Ketidaktahuan mereka ini, membawa mereka ke tempat
dimana anak mereka dapat didik dengan baik dengan berbagai
metode dari guru dalam mengajar anak mereka sehingga anak
mereka memiliki perkembangan yang bagus. Tapi masih tersimpan
pertanyaan apakah anak mereka nantinya mampu untuk sembuh,
dan bersekolah kembali ke sekolah umum bergabung dengan
teman-teman mereka yang normal. Berikut beberapa teori yang
mendasari penelitian ini:
1. Teori Psikososial
Perkembangan Kanner mengenai cara orang tua mengasuh
anak yang kurang hangat dan cenderung dingin mempunyai
pengaruh psikogenik yang merupakan salah satu penyebab
autism. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orang tua
dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak.
Teori ini, pada tahun 1950-1960 sempat membuat hubungan
dokter dengan orang tua mengalami krisis dan
menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada orang
tua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh
anak dengan autisme.
2. Teori Biologis
Bahwa gangguan autism merupakan suatu sindrom perilaku
yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang
mempengaruhi sistem saraf pusat. Namun demikian, sampai
saat ini belum diketahui dengan pasti letak abnormalitasnya.
Hal ini diduga karena adanya disfungsi dari batang otak dan
mesomlimbik.
3. Teori Imunologi
Ditemukannya penurunan respons dari sistem imun pada
beberapa anak autistic meningkatkan kemungkinan adanya
dasar imunologis pada beberapa kasus autisme.

144
Ditemukannya antibody beberapa ibu terhadap antigen
lekosit anak mereka yang autisme, memperkuat hal ini,
karena ternyata antigen lekosit juga ditemukan pada sel-sel
otak. Dengan demikian antibody ibu dapat secara langsung
merusak jaringan saraf otak janin yang menjadi penyebab
autisme.
Beberapa teori yang didasari beberapa penilitian ilmiah telah
dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis.
Walaupun paparan logam berat (Air raksa) terjadi pada setiap anak,
namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami autism. Hal ini
mungkin berkaitan dengan teori genetic, salah satunya berkaitan
dengan metalotioin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya
didapatkan ditemukan adanya gangguan metabolism metalotionin.
Metalotionin adalah sistem yang utama yang diiliki oleh
tubuh untuk mendeteksifikasi air raksa, timbale dan logam berat
lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda
terhadap metalotionin. Berdasarkanafinitas tersebut air raksa
memiliki afinitas yang paling kuat dengan metalotianin
dibandingkan logam berat lainnya seperti tembaga, perak atau zinc.

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Autisme dan Down Syndrome

Sebelum masuk dalam penjelasan autis lebih dalam, ada


beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih dulu untuk mempermudah
pemahaman. Di kehidupan sehari-hari tidak sedikit yang
beranggapan kalau anak down syndrome (Ds) sama dengan anak
penyandang autis. Bahkan ada juga yang menyebut bahwa down
syndrome dan autisme adalah penyakit yang dapat disembuhkan,
untuk meluruskan kesalahpahaman ini penulis mencoba untuk
mengutip pengeertian dari konsultan Neuropidiatri dari Asosiasi
Disleksia Indonesia, dokter Purboyo Solek, SpA(K) menjelaskan
perbedaan antara autisme dan down syndrome.

145
1. Autisme

Purboyo mengatakan autisme,Asperger Disorder,dan PDD


Nose tergabung dalam satu kelompok, Autistic Spectrum Disorder
(ATS). Bila dilihat secara keseluruhan sudah jelas ini bukan
penyakit yang dapat disembuhkan hanya dengan diberi obat. Ini
adalah kelainan perkembangan jelas berbeda dengan penyakit.
Untuk penyakit ringan diberi obat dalam waktu 2-3 hari juga akan
sembuh. Sedangkan autisme karena kelainan perkembangan maka
treatment-nya butuh waktu lama dan tidak sebentar. Kata Dr.
Purboyo, dalam seminar pemberdayaan anak penyandang autis
dalam memasuki dunia kerja di hotel Atlet Century Park Senayan
Jakarta.

Perilaku pada anak penyandang autis adalah satu kondisi


dimana si anak menunjukkan perilaku aneh dan tidak umum.
Perilaku ini disebut dengan mal adatif. Selain itu pada anak-anak
yang tergolong Autistic Spectrum Disorder (ATS) ini ada satu
kondisi dimana dia senang melakukan sesuatu hal yang diulang-
ulang. Kondisi ini disebut dengan repetitif bentuk sederhananya
bisa terhadap benda yang ada disekitarnya.

2. Down Syndrome(Ds)

Down Syndrome tidak masuk dalam kategori Autistic


Spectrum Disorder (ATS). Down Syndrome adalah kelainan
kromosom yang memberikan gambaran sangat khas kepada si
anak. Dimanapun daerah yang terdapat anak down syndrome-nya
akan sama saja baik itu di Pulau Jawa, Bali, Sumatra,Kalimantan
sampai ke luar negeri, anak-anak down syndrome kalau bertemu
sama saja. Tanda-tanda secara fisik yang dapat diketahui secara
langsung oleh masyarakat terhadap penyandang atau anak down
syndrome yaitu memperlihatkan gambaran wajah anak down
syndrome yang khas, berupa mata menyipit keatas, wajah rata,
lipatan epikantus dan membesarnya lidah. Populasi pasien ini

146
memperlihatkan retardasi pertumbuhan dan mental dengan derajat
bervariasi. Pasien down syndrome juga beresiko mengidap
penyakit lain seperti cacat jantung bawaan, gangguan pendengaran,
stenosis, duodenum dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Ciri yang khas down syndrome antara lain yaitu tangan mereka
pendek dan melebar, adanya kondisi clinodactyly pada jari ke lima
tangan kiri dengan jari ke lima tangan kanan yang mempunyai satu
lipatan (20%), sendi jari hiperekstensi jarak antara jari ibu kaki
dengan jari kedua yang terlalu jauh dan dislokasi tulang pinggul
(6%).

Penderita down syndrome mempunyai sikap atau perilaku


yang spontan, sikap ramah, ceria, cermat, sabar dan bertoleransi.
Kadang kala mereka akan menunjukkan perlakuan yang nakal
dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Setiap orangtua menginginkan
perkembangan yang baik bagi anaknya. Tetapi selalu saja terjadi
keadaan dimana anak memperlihatkan gejala masalah
perkembangan yang berbeda, baik saat masih berada dalam
kandungan ataupun sudah dalam masa tumbuh kembang bayi.
Orang tua ketika tahu adanya gejala perkembangan anak yang
berbeda ini, tidak sedikit dari mereka yang membawa buah hatinya
ini kedokter; baik ke dokter anak, psikiater anak atau psikolog.
Ketika tidak ada kelainan gejala dalam perkembagan anak, orang
tua akan merasa lega. Berbeda ketika mereka mengetahui adanya
kelainan gejala yang dialami oleh sang anak dan betapa terkejutnya
bila ternyata anak menunjukkan bahwa Ia individu ASD (Autistic
Spectrum Disorder). Dalam berbagai kondisi kesehatan, banyak hal
yang akan dialami oleh anak dalam masa tumbuh kembangnya.
Dalam skripsi ini penulis akan lebih spesifik mengarahkan kelainan
gejala yang dialami anak dalam masa tumbuh kembangnya tentang
individu ASD (Autistic Spectrum Disorder).

147
Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa pemahaman
yaitu:

1. Prinsip Kunci dalam Menangani Anak Autis

Masalah anak terbagi atas beberapa aspek: komunikasi,


pemahaman, interaksi, stuktur lingkungan dan perilaku dan
lain-lain.

a. Komunikasi

Komunikasi lebih dari sekedar bicara. Komunikasi terjadi


karena adanya pematangan sistim biologis dan sistim syaraf dalam
tubuh anak. Tidak heran bila pematangan system tersebut
terhambat, maka terhambat pulalah kemampuan komunikasi
seseorang. Komunikasi juga terkait dengan kemampuan kognisi,
sehingga makin bermasalah seseorang dalam pemahamannya maka
akan terbatas kemampuan komunikasinya. Komunikasi juga
melibatkan perkembangan bahasa - bicara, dan penguasaan
berbagai kemampuan antara lain: pemahaman, sosialisasi,
bergiliran, pilihan, keinginan, dan pengungkapan.

Anak ASD umumnya mengalami hambatan dalam


anekaaspek perkembangan yang sudah disebutkan diatas. Awalnya
mereka tidak ada alasan untuk berkomunikasi (tidak tertarik, tidak
ada kebutuhan) dan ketika mereka sudah tertarik untuk
berkomunikasi, mereka memiliki masalah lain (sulit
mengungkapkan diri, tidak dapat menjalin kontak mata, sulit
memusatkan perhatian dan sebagainya. Menuntut seorang anak
ASD untuk bicara lancer tanpa ada masalah, jelas tidak adil. Ia
akan semakin tegang'dan ketegangan ini menhghambatnya untuk
berpikir leluasa. Sebaiknya ia diberi kemampuan yang ia perlukan
untuk berkomunikasi dengan lebih efektif.

Guna membantu anak ASD berkomunikasi dengan efektif,


maka perlu

148
diajarkan:

✓ Memahami makna “ya” dan“tidak”


✓ Menetapkan pilihan
✓ Memahami konsep representasi: bahwa gambar 2 dimensi
mewakili sesuatu yang nyata
✓ Melakukan deskripsi terhadap suatu gambar dan kemudian
rangkaian gambar
✓ Melakukan Tanya jawab secara konsisten dan terarah
✓ Melakukan percakapan (parallel talk)
✓ Bertanya
✓ Bercerita
Mengingat bahwa anak ASD cenderung lebih mudah mencerna
apapun yang dapat mereka lihat dan mereka pegang, ada baiknya
membantu anak ASD berkomunikasi dengan menggunakan
visualisasi. Visualisasi ini membantu anak ASD membayangkan
berbagai hal, sehingga pada akhirnya dapat melakukan komunikasi
dengan lebih efektif. Bagi anak ASD yang mungkin tidak terlalu
dapat berkomunikasi, penggunaan tehnik PECS (Picture Excange
Communication System) juga dapat dipertimbangkan. Sistem ini
memungkinkan anak ASD mengekspresikan diri dalam bentuk
yang sangat universal, dimengerti oleh semua orang, tanpa harus
mengucapkan kata-kata.

b. Pemahaman

Bisaanya anak mengalami kesulitan saat berhadapan dengan


tugas yang berciri sebagai berikut:

✓ Bermuatan bahasa (pemahaman dan pengungkapan)


✓ Abstrak
✓ Banyak tahapannya
✓ Tidak jelas ujung pangkalnya
✓ Mengandung banyak alternative solusi
✓ Tertulis

149
✓ Cepat penyajiannya.
Dalam meningkatkan pemahaman, cara yang disarankan adalah
tidak sekedar memberitahu ia apa yang harus ia lakukan ( tell =
verbal direction), tetapi juga memberi contoh ( show=modeling),
dan mengarahkan (guide=physical guidance) hingga anak
mengerti apa yang diharapkan darinya.

a. Instruksi verbal

✓ Hanya diberikan saat anak memperhatikan


✓ Sebaiknya singkat,tepat guna, lugas
✓ Menggunakan kata-kata yang dipahami anak
b. Contoh(show=modeling)

✓ Demonstrasikan apa yang anda maksud dengan


instruksi verbal tadi
✓ Efektif bila dilakukan dengan lambat dan berlebihan
✓ Kurangi porsi sedikit demi sedikit, sejalan dengan
penguasaan anak
c. Pengarahan (guide = physical guidance):

✓ Sesudah memberi tahu dan mendemonstrasikan,


arahkan tangan anak secara fisik
✓ Tunjukkan bagaimana melakukannya
✓ Mulanya,Anda yang mengerjakan semua hal, tetapi
bertahap kurangi peran Anda dalam pengarahan
sehingga anak sedikit demi sedikit mengerjakannya
sendiri.
c. Interaksi

Ada tiga jenis perilaku sosial yang mencirikan anak ASD (


Wing & Gould dalam Wolfberg,1999):

✓ Aloof=bersikap menjauh/menyendiri
Anak-anak ini tampak sangat pendiam dan suka
menyendiri, serta tidak berrespons terhadap isyarat sosial

150
atau ajakan untuk bercakap dari oranglain. Kemampuan
anak untuk 'joint attention' (memperhatikan sesuatu
bersama oranglain) tidak berkembang, dan bisaanya hanya
mendekati orang lain untuk memenuhi keinginan
mereka.Orang lain bagi mereka bukanlah mahluk sosial,
tetapi lebih sebagai 'alat' untuk mendapatkan benda yang
diingankan.

✓ Passive = bersikap pasif


Anak-anak ini tampak tidak peduli dengan oranglain, tapi
secara umum masih dapat diarahkan untuk terlibat dalam
kegiatan sosial. Mereka cukup patuh dan masih mengikuti
ajakan orang lain untuk berinteraksi. Sama seperti anak-
anak aloof,anak-anak yang passive juga tidak terlalu dapat
memperhatikan sesuatu bersama oranglain. Mereka juga
kurang dapat mengungkapkan kehendaknya melalui
ekspresi wajah dan isyarat tubuh, dan sebaliknya juga sulit
memahami isyarat tubuh oranglain.

✓ Active and Odd =bersikap aktif tapi aneh


Anak-anak ini senang berada bersama orang lain, tapi
terutama dengan orang dewasa. Mereka mendekati
oranglain untuk berinteraksi, tetapi caranya agak tidak
bisaa. Misalnya, mereka mendatangi seorang yang tidak
mereka kenal dan lalu mereka sentuh. Mereka juga
mungkin berusaha bercakap-cakap dengan seseorang,
tapi sayangnya masih belum berkelanjutan, karena
mereka cenderung terpaku pada minat tertentu yang kurang
disukai orang lain. Sama dengan anak aloof dan passive,
mereka juga kurang memiliki kemampuan untuk membaca
isyarat sosial yang penting untuk berinteraksi secara efektif.

Selain tiga hal diatas, anak-anak ASD mengalami kesulitan


memahami bahwa sesuatu bisa dilihat dari sudut pandang oranglain
(Baron-Cohen etal, 1985). Tanpa kemampuan tersebut, mereka

151
sulit mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bergaul, karena
mereka cenderung melihat berbagai hal dari sudut pandangnya
sendiri (egosentris).

1. Struktur Lingkungan

Keadaan lingkungan yang dapat diramalkan oleh anak,


membantu anak untuk beradaptasi dengan tuntutan tugas:

✓ Anak berfungsi dengan baik bila ia dihadapkan pada


rutinitas yang dapat ia prediksi, dan juga pada tuntutan
penyelesaian tugas yang jelas. Kejelasan ini mencegah anak
menciptakan strategi yang justru tidak tepat.
✓ Anak diuntungkan bila ada struktur dilingkungan, tugas,
interaksi dan transisi. Misal: memastikan lingkungan rapi
bebas barang tak terpakai, menggunakan sistim box atau
map untuk menyimpan materi penting sesuai kategori,
memastikan ada awal dan akhir yang jelas pada setiap
tugas.
✓ Anak sullit memahami konsep-konsep abstrak tak jelas
seperti 'mulai', 'selesai', 'cepat' dan lain-lain. Untuk hal ini
perlu waktu melatihnya.
2. Perilaku

Umumnya perilaku diteliti karena alasan bermasalah bila


anak tidak berperilaku sesuai dengan lingkungan atau situasi saat
itu, perilaku anak tidak seperti yang bisaa dilakukan teman sebaaya
mereka, mereka tidak melakukan seperti yang kita inginkan: apa,
kapan dan bagaimana. Batasan diatas tercakup dalam suatu
continuum (rentang) yang bervariasi mulai dari kebisaaan yang
menggangu, perilaku yang menimbulkan masalah, perilaku yang
menghambat rutinitas sehari-hari, yang menghambat proses
belajar, hingga perilaku yang dapat disebabkan celaka pada diri
sendiri atau orang lain.

152
Dengan demikian, batasan masalah perilaku sangat
bervariasi,tergantung dari sudut mana kita mclihatnya. Misal:
Perilaku mengeluarkan suara saat belajar, dapat dianggap sebagai
kebisanan mengganggu, kebisaaan yang sangat menggangu atau
perilaku yang menghambat proses belajar. Pada anak ASD,
masalah perilaku dapat digolongkan dalam 2 kelompok utama
yaitu:

✓ Perilaku tidak patuh, dimana anak tidak mau mengikuti


pengarahan dari orangtua maupun guru.
✓ Perilaku mengganggu/menyerang, bisaanya dalam bentuk
tantrum (mengamuk), berteriak, menendang, memukul,
menggigit dan sebagainya.
Memang berat dan sangat sulit untuk menangani penderita autis
yang seperti kerasukan setan ini, perlu beberapa hal dipahami,
diketahui dan dilakukan yaitu: Anak autis tidak gila dan tidak
kerasukan setan. Penangan harus dilakukan secara medis dan
teratur. Penderita autis dapat sembuh dengan beberapa kondisi
yaitu ditangani dan diterapi sejak dini, masih dalam spectrum
ringan, mengeluarkan racun atau logam berat dalam tubuh
penderita. Perlu pemahaman dan pengetahuan tentang autism dan
ditunjang dengan kesabaran, rasa kasih sayang dalam keluarga
penderita. Terutama bagi suami - isteri karena banyak kasus anak
autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga. Dewasa ini
penelitian yang berkesinambungan telah mencapai perkembangan
yang luar bisaa, semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
Tetapi harus terus -menerus dilakukan walaupun tingkat
perkembangan perbaikan penderita dirasa tidak ada. Diet haru terus
dilakukan secara ketat, terus-menerus secara disiplin. Perbaikan
kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi
pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu
yang sangat singkat.

153
Tak ada seorangpun yang ingin anaknya mengalami autis
yang tidak dapat hidup mandiri, dapat berkarya dan berprestasi.
Kunci terpenting adalah dengan terus berdoa kepada Tuhan Yesus
agar anak tersebut diberi kesembuhan dan keluarga diberi
kemampuan, kekuatan, kesabaran serta ketabahan dalam
membesarkan dan mendampingi sianak penderita autism.

2. Persyaratan Seorang Pengajar Autis

Sebelum membahas berbagai persyaratan seorang pengajar,


berikut ini ada beberapa teknik yang sebelumnya bisaa dilakukan
untuk mengajar anak-anak autisme antara lain :

1. Tidak melakukan modifikasi jadwal

Anak-anak autis tidak suka variasi karena lebih menyukai rutinitas


yang sama serta kebisaaan berulang. Oleh karena itu, sebaiknya
tidak melakukan perubahan jadwal untuk anak autis.

2. Memilih gaya belajar

Setiap anak memiliki gaya belajar tertentu. Beberapa anak mungkin


lebih cepat menyerap informasi dengan cara mendengar sementara
anak yang lain lebih cenderung pada gaya belajar visual. Pada
beberapa anak media gambar menjadi bahasa pengantar utama
dalam belajar. Sebagi guru dan orang tua, anda perlu

mencari tahu metode mana yang membantu anak untuk fokus pada
apa yang diajarkan. Anak autis cenderung kehilangan minat bila
mereka tidak mengerti apa yang diajarkan. Jadi memilih gaya
belajar yang sesuai akan membuat anak mampu beradaptasi lebih
baik.

3. Menggunakan bahasa sederhana

Menggunakan kata-kata sederhana serta kalimat pendek ketika


berkomunikasi dengan anak-anak autis sangat dianjurkan. Kalimat

154
yang panjang dan kompleks hanya akan membuat anak menjadi
bingung, namun kalimat yang pendek lebih mudah dibaca, ditulis
ulang serta dipahami oleh anak.

4. Menggunakan objek yang menarik ketika belajar Anak-


anak autis bisaanya memiliki mainan favorit. Gunakan mainan
favoritnya sebagai salah satu teknik untuk mengajar mereka. Bisa
juga dengan menggunakan mainan mobil kecil untuk mendapatkan
perhatian anak.

5. Menangani masalah menulis

Sebagian besar anak autis menghadapi masalah dengan


keterampilan motorik mereka.Anak autis tidak dapat
mengendalikan tangan sehingga kesulitan untuk menulis rapi. Hal
ini bisa membuat anak merasa putus asa. Untuk mengatasi hal ini,
minta anak untuk mengetik di komputer atau di laptop, mengetik di
komputer bisa membantu anak belajar lebih cepat tanpa merasa
kecewa saat melihat hasil tulisan mereka.

6. Mengenali bakat

Anak-anak dengan autisme bisaanya sedikit lebih lambat dalam


berkomunikasi dan proses belajar dibandingkan anak-anak lain
seusia mereka, namun banyak diantara anak-anak autis yang
memiliki bakat melukis pikiran mereka sangat kreatif dan
seringkali menghasilkan karya seni yang luar bisaa. Penting bagi
guru dan orang tua untuk mengidentifikasi bakat anak autis serta
membantu mengembangkannya. Bakat ini bisa dipoles sehingga
dapat digunakan sebagai keterampilan untuk kehidupan maupun
karir mereka di masa depan.

7. Hindari konflik sebisa mungkin

Memahami keterbatasan anak autis dalam interaksi dan komunikasi


maka sebisa mungkin kita menghindari pertentangan atau

155
penolakan terlalu sering dari mereka. Suasana bahagia dan
kenyamanan yang dirasakan anak autis saat dia belajar dengan
pembimbingnya adalah moment yang paling baik bagi anak autis.
Paculah dia dengan hal-hal yang dapat membuatnya tersenyum atau
mengekspresikan wajah senang. Berilah pertanyaan secara
berulang-ulang pada setiap kegiatan yang disenangi. Misal, jika
anak selalu menunjukkan ekspresi senang saat diminta membuat
gambar yang dicontohkan maka setiap ekspresi yang muncul kita
perkuat dengan kalimat sederhana “kakak senang menggambar?”
“kakak senang mewarnai?”

Berikan juga kalimat motifasi, reward sederhana yang


mudah mereka pahami agar merekapun dapat mengetahui bahwa
kita pembimbingnya senang dengan keberhasilannya.
Misalnya,“yes. ... kakak berhasil" atau “wow.....kakak
hebat".Gunakan salah satu kalimat saja berikan secara berulang
terus-menerus seperti itu. Tidak perlu menggunakan variasi kalimat
saat memberikan pertanyaan, motivasi atau penghargaan.

8. Buatlah kesepakatan dari rutinitas

Sebagaimana anak normal lainnya anak autis juga butuh


kedisiplinan. Kedisiplinan dibuat atas kesepakatan, kesepakatan
yang akan kita buat bersama anak autis tentulah berbeda dengan
anak normal. Hal-hal yang harus diperhatikan yakni, berikanlah
panduan yang simpel secara langsung. Misal, setiap habis makan
snack, maka pembimbingnya langsung mengarahkan tubuh anak
autis ke tempat sampah sehingga anak tersebut bisa membuang
sampah dengan tangannya sendiri. Lakukan bantuan atau panduan
tersebut terus menerus dan berulang-ulang, hingga suatu saat anak
tersebut langsung mengarah ke kotak sampah saat dia ingin
membuang sampah. Upayakan di awal pembelajaran ini kotak
sampah tidak di taruh berpindah-pindah.

9. Berikan porsi gerak lebih banyak

156
Untuk anak yang aktif, sulit diam dan tenang, berikan latihan gerak
lebih banyak. Lakukan latihan di play ground atau ruang terbuka.
Pembimbing dalam hal ini harus lebih kreatif. Siapkan simbol-
simbol bunyi, warna, bentuk untuk memberikan signal yang mudah
ditangkap. Simbol digunakan untuk mengurangi perintah dengan
suara, hindari suara keras dan teriakan. Sambil bermain, anak autis
belajar membentuk sensasi keseimbangan dan gerakan tubuh.
Dengan inilah anak bisa dilatih kemampuan mengenal huruf dan
kata. Semua latihan diformulasikan dalam bentuk gerakan. Misal,
dengan menempel kata benda di setiap balok yang ia lompati jika
mampu membacanya dengan benar, maka berikan segera simbol
benar dengan gambar cek lis berwarna, jika salah jangan terburu-
buru memberi vonis salah, tetap perhatikan suasana anak. Terjadi
kesalahan berulang-ulang menandakan anak belum mampu.
Hindari dan ganti dengan kata benda yang lain. Atau jika kondidi
emosi memungkinkan berilah latihan berulang lebih banyak,
tempelkanlah kata benda yang sulit dibaca tadi kebeberapa balok
yang akan dilompatinya. Dengan tulisan dalam bentuk yang sama
biarkan anak menikmati kegiatannya,bisa juga menggantinya
dengan suara musik, putarlah musik dan aturlah ritmenya,
peragakanlah secara langsung.

Jika musik berhenti, pembimbing segera memandu anak


mencari kata dan musik kembali diputar. Biarkan anak sampai
benar-benar mengenal dan memahami alur permainan yang
diberikan secara berulang dan sama. Tidak membatasi aktifitas
gerakan, justru berilah waktu lebih banyak bergerak,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, berayun,
melompat,berjalan, berkeliling. Berikan satu kegiatan untuk satu
aktifitas. Misal, menentukan kegiatan membaca hanya di kursi
goyang atau kursi ayunan. Tunggu hingga respon anak langsung
menuju tempat tersebut.Setiap pembimbing mengeluarkan buku,
saat waktu membacakan buku tiba. Menentukan ruang kamar untuk
kegiatan menulis. Disini pembimbing dapat menggunakan aroma

157
terapi. Aroma terapi terbukti memiliki sifat terapiotik untuk
menenangkan serta merelaksasikan sarafanak autis.

Dengan adanya teknik yang bisaa dilakukan dalam


mengajar penyandang autis, persyaratan seorang pengajar menjadi
penting. Berikut persyaratan seorang pengajar penyandang autis:

1. Kasih sayang

Dasar semua pendidikan adalah kasih Sayang yang murni


tanpa pamrih seperti kasih sayang ibu yang sejati kepada
anaknya dan tidak memanjakan anak.Metoda Lovaas selain
harus professional juga membutuhkan kasih sayang sebagai
dasar penatalaksanaan terapi. Anak-anak ini harus
dikendalikan dan dilatih perilakunya, karena itu orang tua
dan terapi tidak semena-mena apalagi kejam. Terapis harus
memiliki empati dan respek pada anak. Jangan sekali-kali
memandang anak seperti benda/hewan atau sebagai anak
bodoh (retardasi mental) sekalipun memang ada diantara
anak-anak itu mempunayai intelegensi dibawah normal.
Kasih sayang bertumbuh dan tulus akan memberikan
ketabahan dan ketahanan yang tinggi, serta meminimalkan
terjadinya stress pada terapis dan orangtua.

2. Profesional

Siapapun yang akan menterapi anak harus memiliki


pengetahuan tentang kelainan perilaku anak dan metoda
yang akan dipakai dalam proses terapi. Disamping
pengetahuan dia juga harus memiliki keterampilan yang
memadai dalam menerapkan metoda byang dipakai. Oleh
karena itu penting sekali selain mempelajari teori mereka
harus melakukan simulasi, serta praktek langsung kepada
anak.

158
3. Disiplin

Terapi harus dilaksanakan secara tertib dan tepat. Waktu


yang dipakai untuk terapi harus ditepati sesuai dengan
metoda yang dipakai.Metoda Lovaas menetapkan minimal
40 jam per minggu dan maksimal selama anak bangun.
Pelaksanaan metoda juga harus memenuhi prinsip-prinsip
ABA. Setiap instruksi harus tegas dan harus dituntaskan
sekalipun dengan prompt. Penyusunan dengan program dan
pencatatannya harus dilakukan secara tertib dan benar,
sehingga tercapai suatu konsistensi pada perubahan perilaku
anak. Pelaksanaan terapi tanpa disiplin waktu dan metoda
hanya membuang-buang waktu yang sangat berharga bagi
ank autism. Disamping itu semua yang terlibat terapi akan
mengalami frustrasi karena tidak memperoleh hasil
sebagaimana yamng diharapkan.

4. Etika

Setiap terapi seharusnya memiliki kesadaran dan tanggung


jawab terhadap aturan, tatakrama dan norma yang berlaku
umum.Namun patut disayangkan banyak Terapis yang lebih
memprioritaskan masalah financial. Mereka dengan
mudahnya meninggalkan anak yang sedang diterapinya
hanya karena kurang memadai honornya yang diterima.

3. Persiapan yang Sebaiknya Dijalankan

Berdasarkan uraian diatas, tentu saja kita harus menarik


satu kesimpulan ada jenjang persiapan yang harus dijalani sebelum
anak dengan gangguan perkembangan autisme ini dimasukkan ke
dalam lingkungan sekolah umum. Persiapan tersebut perlu dijalani
oleh berbagai pihak yang terlibat : anak, orang tua, sekolah dan
tenaga profesional terkait.

159
1. Anak

Dua hal penting yang harus dipertimbangkan adalah apakah


anak siap untuk belajar dalam kelompok (kecil atau besar
tergantung masing-masing sekolah) dan kesiapan anak mengikuti
rutinitas di sekolah (makan bersama, olah raga, upacara, toileting
dan lain sebagainya) Semua pihak perlu mempertimbangkan faktor
berikut :

✓ Fungsi kognitif → tingkatan fungsi kognisi, verbal atau


non-verbal
✓ Bahasa dan komunikasi → tingkatan pemahaman bahasa
(bicara>< tertulis), tingkatan kemampuan berkomunikasi
✓ Kemampuan akademis → pemahaman konsep bahasa,
matematika, kebutuhan akan bantuan dari orang lain
✓ Perilaku di kelas → kesanggupan mengikuti proses belajar
mengajar di kelas (1:3,1:8, 1:15,1:30). Kesanggupan
mengerjakan tugas secara mandiri. Kesanggupan untuk
menyesuaikan diri dengan transisi atau perubahan di dalam
kelas
2. Orang tua

Keadaan orang tua sangat menetukan proses belajar


mengajar dan pencapaian masing-masing anak dalam hal ini
penting diperhatikan adalah:

✓ Pengharapan keluarga : apa yang diharapkan dicapai dari


keadaan anak berada di sekolah : apakah full inclution atau
sosial mainstream? Pengharapan ini sangat menentukan
target pendidikan bagi anak di sekolah. Target yang “lepas
dari konteks” dalam arti tidak sesuai potensi yang
ditampilkan oleh anak (berlebihan) tentu akan membuat
siapapun yang terlibat menjadi frustasi. Anak bahkan bisa
tidak suka belajar di sekolah sebaliknya target di bawah

160
kemampuan anak akan membuat ia bosan dan juga tidak
suka sekolah.
✓ Kebutuhan dari anggota keluarga yang lain :anggota
keluargn ukan terdiri dari atas anak autis ini saja tetapi tentu
saja menyangkut kakak/adik dan orang tua anak,
Keterlibatan anak di lingkungan sekolah umum mau tidak
mau akan mempengaruhi kegiatan sehari-hari seluruh
keluarga. Anak harus mengerjakan pekerjaan rumah, orang
tua harus menunggui, kakak/adik diberi tanggung jawab
mengenai kegiatan anak di rumah dan di sekolah dan lain
sebagainya.
✓ Adanya dukungan lingkungan : lingkungan di sini termasuk
juga orang tua lain di sekolah tersebut (POMG).
Bagaimanakah sikap mereka apakah mereka mendukung
atau tidak? bagaimana juga sikap anak lain di sekolah
tersebut apakah menerima keadaan anak autis ini atau tidak,
bagaimana sikap guru diluar kelas ini, sikap kepala sekolah
dan lain sebagainya.
3. Sekolah

Saat ini sudah ada beberapa sekolah menerima keberadaan


anak autis di dalam kelas umum tetapi sikap menerima saja tidak
cukup bila tidak diikuti dengan beberapa penyesuaian antara lain :

✓ Modifikasi lingkungan : bangunan sekolah, tata letak di


dalam kelas, lingkungan sekitar
✓ Pelatihan staf: menerima perbedaan anak dan mau belajar
lagi, keterbukaan akan kerja sama dengan pihak lain terkait,
pengetahuan dan keterampilan untuk membantu tata laksana
anak autis
✓ Penyuluhan kepada orang tua / anak lain : hal ini tidak
mudah karena banyak orang tua lain beranggapan bahwa
sekolah umum seharusnya tidak menerima anak dengan

161
masalah. Mereka khawatir sifat autisme anak akan menular
pada anak-anak mereka
✓ Sikap terhadap saudara kandung : apakah keberadaan
saudara kandung dengan autisme menjadi keuntungan atau
kekurangan bagi kaka/adik tersebut.
4. Tenaga profesional terkait

Ada tenaga profesional yang dilibatkan dalam tim pendukung anak


:

✓ Dokter: peran dokter di sini (dokter anak, psikiater anak,


dokter mata, tht, gizi dan lain sebagainya) sesuai
(kebutuhan anak) amat penting karena proses belajar
mengajar anak tidak akan lancar kecuali ia dalam keadaan
sehat.
✓ Psikologi : peran psikolog adalah untuk memberikan
gambaran profil psikologis anak (psikological profile)
sehingga orang tua dan pihak sekolah paham kelebihan dan
kekurangan anak secara menyeluruh. Gambaran profil ini
dapat membantu semua pihak terkait dalam mengarahkan
anak sehingga potensi aktual dapat terealisir secara optimal
tanpa membuat anak tertekan.
✓ Guru pendamping: pada umumnya anak autis memerlukan
guru pendamping pada masa awal penyesuaian di
lingkungan kelas yang jelas berbeda dengan lingkungan
terapi individual. Masalahnya tidak semua sekolah
menyediakan guru pendamping dengan kualifikasi yang
jelas atau tidak semua orang tua bersedia menggunakan
guru pendamping yang disediakan pihak sekolah oleh
karena berbagai alasan. Guru pendamping juga sering tidak
paham sebatas mana mereka diperbolehkan membantu anak
akibatnya anak tergantung pada guru pendamping, guru
kelas tidak berusaha kenal anak karena anak hampir selalu
berada bersama dengan guru pendamping dan pada

162
akhirnya anak tetap menjadi anak bawang karena ia tidak
terlalu berbaur dengan lingkungannya.
✓ Terapis : meskipun sudah bersekolah di sekolah umum,
sebagian dari anak autis masih memerlukan bimbingan
khusus di rumah. Tugas ini bisaanya dibebankan kepada
terapis rumah, yaitu terapis atau guru yang bertugas untuk
mengulang materi yang dipelajari di sekolah lengkap
dengan generalisasinya, mempersiapkan anak akan materi
yang akan datang, dan membantu anak mengkompensasi
kelemahannya melalui berbagai teknik dan kiat praktis.
Apakah ada kerja sama yang baik antara tenaga profesional
yang baik antara tenaga profesional dengan sekolah dan keluarga,
dalam arti keterbukaan secara profesional demi kemajuan si anak.
Adakah bantuan akademis (dalam bentuk sesi khusus atau
modifikasi proses), atau kelompok orang tua dengan masalah yang
sama.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat dilatih dan


diterapi untuk menjadi anak-anak normal kembali. Pemilihan
metoda yang tepat dan intensitas terapi yang maksimal dapat
memberikan hasil yang baik.

Autism infantile yang semula dikira tidak dapat diterapi


dengan cara apapun, saat ini ternyata dapat diintervensi untuk
menjadi anak yang normal kembali. Hasil ini bukan hanya dapat
dilihat diluar negeri tapi di dalam negeri juga dapat diperoleh hasil
yang menggembirakan. Kemajuan yang dicapai anak autis yang
telah melewati terapi dengan baik sudah bisa menjadi rangking 9

163
dari 30 siswa disekolah regular. Ini adalah suatu perkembangan
yang luar biasa.

Penyebab dari anak-anak yang berkelainan ini, khususnya


yang autism makin beragam dan faktor penyulitnya juga makin
banyak ditemukan. Intoleransi terhadap protein dari susu sapi dan
tepung terigu, kebocoran usus, keracunan logam berat dan audio-
visual interpretation errors, dan lain-lain. Merupakan penyulit dan
penyebab yang sangat sering dijumpai. Sarana pemeriksaan dan
sarana terapi sudah dapat diperoleh didalam negeri, dengan
mendatangkan alat dan pakarnya ke Indonesia. Akan tetapi faktor
genetika tetap masih memegang peranan yang terpenting, sekalipun
secara pasti belum dapat dibuktikan. Masih dibutuhkan waktu dan
penelitian yang terus-menerus, untuk mencari p enyebab-
penyebabnya yang pasti serta menemukan pencegahan dan
pengobatannya.

Anak autis memiliki hambatan dalam interaksi dan


komunikasi sosial. Tetapi mereka memiliki kekuatan dalam
kemampuan visualnya dan belajar hafalan.Oleh karena itu, ketika
mengajar anak autis yang penting guru harus memahami kekuatan
yang dimiliki anak autis. Banyak model dan strategi pembelajaran
yang digunakan untuk mengajar mereka. Diantaranya yaitu
menggunakan dukungan visual, odeling, promting, fading, shaping
dan chaining. Seseorang akan belajar lebih baik apabila seorang
guru memiliki keteraturan, konsisten dan positif. Pembelajaran
untuk anak autis harus diatur dan dipersiapkan kemudian tujuan
yang ingin dicapai harus realistis. Harus konsisten ketika membuat
aturan, kemudian tidak banyak kata-kata yang membuat anak
bingung. Dan ketika anak melakukan sesuatu yang positif guru
segera memberi reinforcement.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diperoleh kesimpulan


bahwa berbagai metode yang digunakan dan cara yang diterapkan
guru dalam mengajar anak autis di YPS Pelita Mandiri Treatment

164
Centre memiliki pengaruh yang signifikan. Artinya metode yang
diterapkan pada anak autis di sekolah ini memberi dampak yang
baik dan menaikkan setiap tahap perkembangan anak autis ke
perkembangan anak dengan pertumbuhan ke arah yang lebih baik.
Hal ini juga dimaksudkan bahwa setiap metode yang diterapkan
guru di YPS Pelita Mandiri Treatment Centre tidak membawa anak
autis ke tahap perkembangan yang semakin lemah. Dan selama
sekolah ini berdiri, metode yang diterapkan pasti
menumbukembangkan anak ke pertumbuhan yang lebih baik.

B. SARAN

Masa transisi anak-anak berkebutuhan khusus ini kesekolah


regular masih sangat sulit. Keengganan sekolah regular untuk
menerima para ' mantan autism 'dapat dipahami. Untuk itu
diperlukan suatu progam sekolah khusus yang memang ditujukan
untuk mencampur anak normal dengan anak dengan berkebutuhan
khusus. Diluar negeri hal ini sudah berjalan dan manfaatnya bukan
hanya dirasakan oleh anak-anak berkelainan, tetapi anak yang
normal pun memperoleh manfaat yang besar. Mereka dapat
menerima dengan wajar kehadiran anak-anak berkelainan ini, dpat
berteman dengan wajar, membantunya bila diperlakukan, tanpa
harus mengasihani dengan cara yang salah. Anak-anak yang
normal mempunyai kesempatan belajar untuk mengasihi anak-anak
berkelainan dan tidak mengasihani mereka.

Mainstreaming merupakan upaya terminal bagi anak-anak


dengan kelainan perilaku ini. Adalah suatu masalah yang perlu
mulai dipikirkan oleh para pakar dan orangtua,untuk
mempersiapkan anak-anak ini sebaik-baiknya, agar mereka
nantinya dapat menikmati kehidupan yang wajar,memperoleh
pekerjaan sesuai kemampuannya dan bahkan membentuk
keluarga yang berbahagia.

165
Perhatian dan peranan pemerintah sudah mulai tampak.
namun masih tetap diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak
agar pemerintah benar-benar mau menyediakan sarana dan tenaga
terapis, melalui pengangkatan sebagai pegawai negeri ataupun
dimulai sebagai tenaga kontrak. Peranan asuransi kesehatan perlu
dirangsang, agar beban biaya untuk terapi dapat ditanggung
bersama.

Sebagaimana tempat pendidikan lainnya termasuk


pendidikan yang normal, tidak mungkin kita mengetahui hasil akhir
suatu pendidikan pada seorang anak. Hanya Tuhanlah yang dapat
mengetahui keberhasilan terapi yang kita laksanakan.

Oleh karena itu jangan ada kata putus asa dalam kamus
orang tua dan terapis, melainkan berusahalah dengan tekun, sabar
dan penuh kasih sayang, karena hanya dengan demikian kita akan
terhindar dari stress dan Tuhan akan berkenan kepada kita dan
percayalah ada kesembuhan total yang dikerjakan oleh Tuhan kita.

166
Pengaruh Model PAKEM Terhadap Minat dan Hasil
Belajar Siswa PAK

Jessica Laura Sidabutar

A. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Pembelajaran aktif juga memungkinkan peserta
didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti
menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap
berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara itu guru lebih banyak memposisikan dirinya
sebagai fasilitator.96
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang sedemikian
rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar merupakan proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Sehingga, jika pembelajar tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif, maka pembelajar tersebut bertentang
dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam
rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk dirinya dengan orang lain.

B. Pembelajaran Inovatif
Sedangkan pembelajaran inovatif adalah membimbing
siswa agar memiliki semangat untuk mengetahui atau

96
Abu Ahmadi, Didaktik Metodik II (Semarang: CV. Toha Putra, 1998), h. 24.

167
memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat pembaharuan atau
kreasi yang baru. Melatih siswa agar memiliki hasrat untuk
menemukan sesuatu yang baru, inovatif. Menginovasikan adalah
menampilkan sesuatu yang baru, memperbaharui. Berinovasi
adalah membuat (melakukan) inovasi. Inovatif adalah bersifat
memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat pembaruan (kreasi
baru). Sedangkan inovator adalah orang yang memperkenalkan
gagasan, metode, dsb yang baru.97

C. Pembelajaran Kreatif
Adapun pemebelajaran kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi
dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi
yang bervariasi. Pembelajaran kreartif menuntut guru untuk
merangsang kreatifitas peserta didik, baik dalam mengembangkan
kecakapan maupun dalam melakukan suatu tindakan.

Kreatif di artikan agar guru memberikan variasi dalam


kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu belajar bahkan
menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik dan tujuan berelajarnya. Peserta didik
akan kreatif bila di berikan kesempatan merancang atau membuat
sesuatu, menuliskan ide atau gagasan. Kegiatan tersebut akan
memuaskan rasa keingin tahuan dan imajinasi mereka. Apabila
suasana belajar yang aktif dan kreatif terjadi, maka akan
mendorong peserta didik untuk menyenangi dan memotivasi
mereka untuk terus belajar.

D. Pembelajan Efektif
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu
memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, membentuk

97
Ibid., h.538.

168
kompetensi didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan secara
optimal. Hal ini bisa dapat dicapai dengan melibatkan serta
mendidik mereka dalam pembelajaran, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran.

E. Pembelajaran Menyenangkan
Adapun yang dimaksud menyenangkan mengutip pendapat
Suparlan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil
belajar. Masih menurut Suparlan, bahwa kegiatan belajar yang
aktif, kreatif, dan menyenangkan harus tetap berstandar pada tujuan
atau kompetensi yang akan dicapai. Efektif yang diartikan sebagai
tercapainya suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama
suatu rancangan pembelajaran. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif. Maka pembelajaran tidak
ubahnya seperti permainan belaka.
PAIKEMIK dapat dideskripsikan sebagai beriktu. Siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekansan pada
belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu
dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk di jadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru
mengatur dengan memanjang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. Guru menerapkan
cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara
belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menentukan
caranya sendiri dalam pemecahan masalah untuk mengungkapkan
gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.98

98
Sentot Kusairi, Ibid., h. 37.

169
Menurut masalah Sentot, trend dan berbagai isu tentang
pembelajaran PAIKEMIK di kembangkan atas dasar tuntutan
karena perubahan pradikma pembelajaran yaitu: Peralihan
pendidikan dari bentuk formal (teori latihan) kerevintion, proses
(activitees), penerapan dan pemecahan masalah nyata. Perubahan
dari pradikma dari guru mengajar ke siswa belajar. Peralian dari
belajar perorangan ke belajar bersama (konvertiv learning).
Peralihan dasar positivik (behavioristik) ke konstruktivistik atau
dari subjek centred ke clearer centred (terbentuk/konstruksinya
pengetahuan) suatu teori baru yang menyatakan bahwa
pengetahuan terbentuk di dalam pikiran sendiri berdasarkan pada
pengetahuan yang di punyainya. Peralihan dari teori pemindahan
pengatahuan (knowledge transmited) ke bentuk intraktif,
investigasi eksploratif, kegiatan-kegiatan terbuka, keterampilan
proses dan pemecahan masalah. Peralihan dari belajar menghafal
(rote learning) ke belajar pemahaman (learning of understanding).
Penyempurnaan evaluasi dengan authentic assessment seperti
misalnya poftofolio, jurnal, proyek, laporan siswa, untuk kinerja
atau yang lain.99
Dari kedua pendapat di atas pembelajaran yang aktif, kretif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEMIK) pada hakikatnya adalah
suatu strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan strategi,
metode, pendekatan dan teknik pengajaran terpadu sedemikian rupa
baik prosedur maupun tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan
tercapai dengan baik.
Menurut Akhmad Sudrajat, PAIKEMIK adalah singkatan
dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya

99
Ibid, 40.

170
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga,
jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar.100
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Masih menurut Akhmad Sudrajat, menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung,
sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti
bermain biasa.
Secara garis besar gambaran PAIKEMIK adalah siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu
dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru mengatur
kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara

100
Akhmad Sudrajat, Strategi Pembelajaran Koperatif Metode Group
Investigation. http/www.Akhmad Sudrajat.wordpress.com. (diakses tanggal 20
Juni 2017).

171
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.101
PAIKEMIK merupakan model pembelajaran dan menjadi
pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAIKEMIK,
diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di
sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut
aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Brooks bahwa: “Pembaruan dalam
pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan
bagaimana guru mengajar bukan dari ketentuan-ketentuan hasil.
Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian
yang tepat ketika siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar
dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah dirancang dapat tercapai.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat
yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus
menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam
suatu lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa
siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang
berbeda-beda. Cara memahami materi yang diajarkan berbeda-

101
Akhmad Sudrajat, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma Baru
(Paramitra Publishing:Jakarta), 2011, h.25.

172
beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan
keterampilan psikomotorik (kinestetik), ada yang menguasai materi
lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan ada juga yang
menguasai materi lebih cepat dengan melihta atau membaca
(visual).
Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan
suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal.
Dalam model PAIKEMIK ini, guru dituntut untuk dapat melakukan
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada
akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya,
gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya
sendiri, bukan dari gurunya.
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal.
Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada
kegiatan pembelajaran (child center/student center) bukan pada
dominaasi guru dalam penyampaian materi belajar (teacher center).
Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan
pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitato dan
mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif
dalam mengaktualisasikan kemampuannya didalam dan di luar
kelas.
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa
bentuk, antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan,
dan memajangkan hasil kerja. Diaspek ini ada hal-hal yang ingin
didapatkan, misalnya anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat
mengonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing
gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat
diketahui oleh guru.

173
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi,
tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal
seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak
berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin
mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan
kembali apa yang telah dibuat/dipikirkan oleh anak selama mereka
belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan
gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka
tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru.
Model PAIKEMIK ini diharapkan dapat menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan
perubahan yang signifikan, seperti dalam peran guru di kelas,
perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi dan
pengelolaan kelas.
Dalam melaksanakan PAIKEMIK, ada hal-hal yang harus
agar terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:
memahami sifat peserta didik, mengenal anak secara pribadi,
mengorganisir perilaku anak dalam belajar, mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah, mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar
yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,
memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar, membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang
miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka
normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis
dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan
yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua
sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru

174
memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan
yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti
yang dimaksud.
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi
dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEMIK
(pembelajaran aktif, kreatif dan efektif dan menyenangkan),
perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai
dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya
yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar
anak tersebut menjadi optimal.
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami
bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku
ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam
melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja
berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.
Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara
perorangan agar bakat individunya berkembang.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal
ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan
kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik

175
daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”,
yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam PAIKEMIK. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya
dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa
lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan,
berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata
dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena
dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber
yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat
berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian
(sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan
dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat
biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan
sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera),
mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi
dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa.
Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya
diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan

176
siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan
para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika
bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling
berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari
PAIKEMIK.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering
bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari
guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut
sangat bertentangan dengan model PAIKEMIK.
Jadi model PAIKEMIK adalah guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, melibatkam siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Siswa terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat. Guru membangkitkan semangat siswa sehingga
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa.
PAIKEMIK merupakan model pembelajaran dan menjadi
pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Melalui pelaksanaan pembelajaran PAIKEMIK
diharapkan berkembang berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

177
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2000.


Anonim. Belajar Psikologi: Pengertian Model Pembelajaran, 2011.
Danuatmaja, B. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Suara,
2003.
Eka Prawira, Aditya. Apa ya Beda Autisme dan Down Syndrome,
2014.
Gulo, Dali. Kamus Psikologi. Bandung: Penerbit Tonis, 1982.
Handojo, Y. MPH. Autisma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,
2003.
McCandless, J. Children with Strarving Brains Anak-Anak dengan
Otak yang Lapar. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003.
Prasetyono. Serba-Serbi Anak Autis. Jogjakarta: Diva Press, 2008.
Puspita Dyah. Mempersiapkan anak autis mengikuti pendidikan
disekolah umum. Yayasan Autism Indonesia: Jakarta, 2006.
Puspita Dyah. Penanganan Autistic Spectrum Disorder. Jakarta:
Mandiga, 2007.
Pusponegoto, Solek P. Apakah Anak Kita Autis?
Bandung:Trikarsa, 2007.
Samosir, Marten. Seni Berpikir Kreatif. Jakarta: Erlangga, 1992.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Rineka
Cipta, 1983.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan,
Remaja Rosdakarya
Sudarmono. Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: Grasindo.
1994.
Sudjana, Nana, 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar
Baru lgesindo, Bandung, 1996.

178
Sukardi. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha Nasional,
1987.
Sujanto. Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses. Rineka Cipta,
1981.
Suharsimi. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, edisi revisi VI, Rineka Cipta Jakarta, 2006.
Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1988.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995.
Tatang, Amirin. Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers,
1996.
Tono, Achmad. Metode Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru, 1978.

Solek, Purboyo. Seminar Pemberdayaan Anak Penyandang Autis


dalam Memasuki Dunia Kerja. Senayan : Jakarta, 2014.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana,
1994.
Sutadi, Rudy. Intervensi Dini Tata Laksana Perilaku Pada
Penyandang Autisme. Simposium Autisme Masa Kanak. Surabaya,
2002.
Sutadi, Rudy. Melatih Komunikasi Pada Penyandang Autisme.
Jakarta: KID Autis JMC, 2002.
Veskarysyanti, G. 12 Terapi Autis Paling efektif dan hemat.
Pustaka Anggrek,Yogyakarta, 2008.
Widihastuti, Setiati. Pola Pendidikan Anak Autis. Yogyakarta:
FNAC Press, 2007.
Widyawati, S. Terapi Anak Autis Dirumah. Jakarta: Puspa Sehat,
2003.

179
Yatim, F. Autisme: Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak. Jakarta:
Pustaka Populer Obor, 2007.
Yuwono, J. Memahami Anak Autistik: Kajian Teoritik dan
Empirik. Yogyakarta: Alfabeta, 2009.

180

Anda mungkin juga menyukai