Sintya Maryanti Sitinjak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup

atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses

pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih

kritis dalam berpikir.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi. Dalam kehidupan bernegara

pendidikan sering dikaitkan dengan tingkat kemajuan suatu bangsa. (Dimyati dan Mudjiono

(2006:7).

Pendidikan adalah suatu ilmu yang kita pelajari. Dengan adanya pendidikan kita dapat

mempelajari dan mengetahui tentang ilmu-ilmu yang penting. Pendidikan sangat penting

kita dapatkan, karena jika kita tidak mengetahui dan mendapatkan ilmu kita akan mudah di

tipu dan di permainkan oleh orang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam

kehidupan kita, berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu

berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan

kehidupan sehingga menjadi seorang yang terdidik.

Menurut Undang-Undang. No. 2 Tahun 1985 adalah untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur,

mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggungjawab terhadap bangsa. Menurut

Undang Undang atas jelas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya .

1. Jenis- Jenis Pendidikan

a. Pendidikan Informal

pendidikan informal adalah penelitian yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-

hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak lahirsampai mati di dalam keluarga, dalam

pekerjaan atau pergaulan sehari-hari yang menjadi penanggungjawab penyelenggara

pendidikan adalah orang tua (Keluarga)

b. Pendidikan Formal

Lembaga pendidikan formal adalah sekolah merupakan lembaga sosial yang tumbuh dan

berkembang dan untuk masyarakat. Artinya sekolah sebagai pusat pendidikan forml

berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas, serta memiliki struktur kepemimpinan

penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi.

c. Pendidikan NonFormal
Pendidikan nonformal adalah bentuk pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat .

Masyrakat juga merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan pendidikan anak,

karena bagaimanapun anak tidak dipisahkan dari lingkungan masyarakatnya.

Menurut Homrighausen dan Enklaar, Kedua ahli Pendidikan Kristen di atas dalam

bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen” menjelaskan tentang pendidikan

Kristen atau istilah yang dipakai oleh kedua ahli ini yakni Pendidikan Agama Kristen di

Sekolah-sekolah. Kedua ahli ini menyatakan bahwa ada negara-negara lain yang bersikap

toleran terhadap agama tetapi pemerintah tidak mengakomodir pelaksanaan pendidikan

agama di sekolah-sekolah. Ada pula negara-negara komunis seperti Cekoslovakia dan

Hongaria, pemerintahnya mengizinkan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah negara,

guru-guru dibiayai oleh negara (Homrighausen dan Enklaar, 1996:149). Sementara di

Indonesia, kedua ahli di atas menyatakan:

Adanya Pendidikan Kristen atau pendidikan yang bernafaskan keyakinan Kristen di

sekolah memberi faedah-faedah yang berarti. Menurut Homrighausen dan Enklaar, faedah

pendidikan agama Kristen di sekolah yaitu:

1. Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar

dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi.

2. Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa pendidikan

umum dan keagamaan ada hubungannya

3. Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di

sekolah.

4. Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat. (Homrighausen dan Enklaar,

1996:151-152). Selain itu, pemerintah telah memberi undang-undang Pendidikan Nasional.


Pendidikan keagamaan mendapat tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan, mulai

dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan

untuk menolong siswa dalam pembinaan mental dan spritualnya.

Dalam konteks PAK di sekolah adalah seorang pelayan firman Allah atau seorang

penafsir isi Alkitab dan menerapkannya secara praktis kepada siswa. Kualitas Pendidikan

Agama Kristen di sekolah berhubungan dengan kemampuan guru PAK membaca komentar

atau tafsiran-tafsiran Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai Kristiani

seperti kasih dengan beberapa indikator kasih sebagaimana dalam I Korintus 13:4. Indikator

kasih itum yakni: Murah hati; Tidak cemburu; Tidak memegahkan diri dan tidak sombong;

Tidak melakukan yang tidak sopan; Tidak mencari keuntungan diri sendiri; Tidak pemarah

dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (tidak bersedia memaafkan orang yang bersalah

padanya); Tidak bersukacita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran; Sabar

menanggung segala sesuatu.

Pendidikan Agama merupakan memberikan dan membentuk pengetahuan, sikap,

kepribadian, akhlak dan keterampilan peserta didik. Pentingnya pengajaran Pendidikan

Agama di sekolah maupun diperguruan Tinggi.

Peranan gereja selain bagi pekabaran Injil kepada orang-orang yang belum

diselamatkan, juga sangat penting bagi Tingkat Kerajinan Siswa Ke gereja, terutama dalam

membangun kehidupan rohani jemaatnya agar bertumbuh menjadi jemaat yang dewasa

rohaninya, termasuk kepada anak-anak dan remajanya sebagai generasi penerus kerajaan

Allah di bumi ini. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan firman Tuhan dalam Amsal 22: 6,

bahwaTuhan memandang sangat penting untuk mengajar dan mendidik anak-anak dan
remaja dalam kebenaran firman Tuhan agar mereka tetap setia kepada Tuhan sampai masa

tuanya. Gereja sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam memperlebar kerajaan-Nya di

muka bumi ini perlu memberikan fasilitas yang baik bagi pengajaran firman Tuhan dan

menyediakan persekutuan yang sehat bagi anak-anak dan remajanya untuk bertumbuh dalam

pengenalan yang benar kepada Allah.

Diantara Tri tugas panggilan Gereja, Marturia (Bersaksi), Diakonia (Melayani), Koinonia

(Bersekutu) PAK merupakan bagian Diakonia oleh sebab itu PAK mempunyai Korelasi

dengan Gereja. Sebagai pendidik PAK berlangsung di sekolah, baik Sekolah Negeri,Swasta,

Formal dan Nonformal.

Di sisi lain hasil nilai tingkat kerajinan siswa ke gereja tidak valid atau tidak memenuhi

KKM, Berdasarkan hasil observasi serta dilakukan refleksi tentang pelaksanaan pengajaran

PAK di kelas VIII SMP Negeri 13 Medan,

Mengapa Nilai belajar PAK dan Tingkat Kerajinan siswa Ke Gereja sangat rendah?. Maka

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “ Korelasi Pengajaran Pendidikan

Agama Kristen Terhadap Tingkat Kerajunan Siswa Ke Gereja Di SMP Negeri 13 Medan”

Penulis menduga bahwa Tingkat Kerajinan Siswa ke gereja cakupan PAK cukup rendah,

perekonomian yang sulit, factor keluarga,factor lingkungan, tidak memiliki banyak baju,

kurangnya motivasi Guru dalam menerapkan pengajaran, hal ini menunjukkan Tingkat

Kerajinan Siwa Kegereja belum menunjukkan siswa PAK yang rajin ke gereja,

meningkatkan Tingkat Kerajinan Siswa SMPN13 Medan, penggunaan Buku Kebaktian di

ujicoba seabagai upaya untuk melibatkan siswa supaya lebih meningkatkan Tingkat

Kerajinan ke gereja.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dikemukakan identifikasi sebagai berikut

1. Guru PAK harus menyadari dengan benar apa perannya secara khusus dalam Tingkat

Kerajinan Siswa Ke gereja.

2. Kurangnya Motivasi guru PAK dengan Kerajinan Siswa ke gereja

3. Kurangnya Motivasi dalam Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

4. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen yang digunakan selama ini tidak memakai Buku

Kebaktian tiap minggunya.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah masalah yang dibatasi agar peneliti tetap fokus pada

permasalahannya, (Sugiono, 2009:387) “Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga,

kemampuan teoritik dan supaya mendalam, maka penelitian difokuskan untuk meneliti

Korelasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Ke

Gereja di Smp Negeri 13 Medan.

D. Rumusan Masalah

Dalam rangka untuk memperjelas maksud dan arah tujuan penelitian sekaligus untuk

memperkuat hasil penelitian sangatlah dibutuhkan adanya penegasan masalah atas dasar

pokok pikiran yang terkandung dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Ada atau tidakkah Korelasi antara guru PAK dengan Tingkat Kerajinan Siswa ke gereja?.

E. Tujuan Penelitian
Sugiono mengemukakan bahwa tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan penelitian

dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang

dirumuskan, Berangkat dari rumusan masalah sebagaimana yang telah di kemukakan diatas

dan agar sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini lebih terarah. Maka perlu

menjabarkan penelitian yang akan di capai : “Untuk mengetahui ada tidaknya Korelasi

Antara Pengajaran PAK dengan Tingkat Kerajinan Siswa ke Gereja”

F. Manfaat Penelitian `

Penelitian ini penulisan diharapkan mempunyai manfaat yang baik bagi penulis dan

pembaca yaitu :

Manfaat Khusus

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya

mengembangkan kompetensi bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis dan dapat

menambah wawasan tentang korelasi pengajaran Pendidikan Agama Kristen

Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Kegereja di SMP N 13 Medan.

2. Bagi Pembaca, dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan

mengenai Korelasi Antara Guru PAK dengan Tingkat Kerajinan Siswa Ke gereja.

Manfaat Umum

1. Sebagai sumbangan bahan perpustakaan bagi para pembaca.

2. Sebagai bahan masuk yang positif bagi Calon Guru PAK dalam meningkatkan

Kerajinan Siswa Ke Gereja.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan usaha secara sadar yang dilaksanakan

oleh gereja (juga beberapa pihak yang terkait didalamnya misalnya pemerintah) untuk

memperkenalkan tentang Injil keselamatan yang Berpangkal oleh Yesus Kristus,

Melalui PAK setiap orang mampu mengenal dan mengalami perjumpaan dengan

Kristus serta menyatakan dan meniru sedikit banyaknya injil dan karakter dalam kehidupan

sehari-hari yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh

Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui

pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah

melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang

efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan

pada murid”

Menurut Martin Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga

jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta

bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK

memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan

pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka
mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian

dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.

Menurut Andar Ismail (2003:201) mengemukakan bahwa Pendidikan agama Kristen

adalah usaha sengaja gereja untuk membina dan mendidik semua warganya untuk mencapai

tingkat kedewasaan dalam iman, pengharapan dan kasih, guna melaksanakan misi-Nya di

dunia ini sambil menantikan kedatangan-Nya yang kedua.

Menurut Kristianto (2006:3) bahwa pendidikan agama Kristen merupakan tugas dan

tanggungjawab gereja dalam pelayanan bagi jemaat Tuhan. Dengan pendidikan agama

Kristen warga jemaat diperlengkapi untuk mampu menyoroti berbagai masalah hidup

sedemikian rupa dan menjadi warga gereja yang setia pada Tuhan dalam pelaksanaan tugas

masing-masing sesuai dengan konteks hidupnya tersebut.

Menurut John Calvin (1509-1664) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik

semua putra-putri gereja agar mereka:

1. Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh

kudus.

2. Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja.

3. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah

Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di

bawah kedaulatan Allah dan kemuliaanNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang

dipilih dalam Yesus Kristus

Menurut Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada

persekutuan umat Tuhan. Dalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada

sejarah suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya
Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri

karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya”

Menurut Calvin dalam Boehlke (2018:413) Pendidikan Agama Kristen adalah

pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan firman Allah di bawah

bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja.

Sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinambungan yang

semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa

tindakan- tindakan kasih terhadap sesamanya khususnya yang muda, dalam rangka belajar

teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman

Yesus Kristus yang memerdekakan mereka, disamping memperlengkapi

mereka dengan sumber iman khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan

rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat

dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen,

yaitu gereja.

Menurut Warner PAK adalah “Proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan

Allah, Berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus yang membimbing setiap

pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini kea rah pengenalan

dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan,

dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif,yang berpusat pada Kristus sang Guru

Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid “.

Adapun beberapa tempat dimana pengajaran PAK berlangsung yaitu di Sekolah- sekolah

Umum, di Sekolah Kristen, baik dalam internal yaitu,Pengajaran Gereja Sekolah Minggu,
Katkisasi Sidi, Pembina Warga Gereja secara Umum, dan di nonformal yaiitu, Lembaga

Keagamaan yang memberikan Pengajaran bagi remaja.

Berdasarkan pemaparan diatas,dapat disimpilkan bahwa Guru PAK adalah Pribadi yang

setia mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didiknya kea rah yang lebih baik dan

bertanggung jawab, member pengetahuan tentang Alkitab dan Kristus sebagai Juruslamat

yang kekaldi dalam hidup manusia. Sebab itu hendaknya guru menjadi teladan yang menarik

orang kepada Kristus, Hendaknya ia dapat mencerminkan Roh Kristus seluruh Pribadinya

a. PAK di Gereja

Pendidikan Kristen yang dilakukan di Gereja adalah pendidikan yang berporos pada

Yesus Kristus. Yesus dalam pelayanan-Nya tidak mengabaikan tugas mengajar. Penulis Injil

Matius mencatat 9 kali kata mengajar yang menunjuk pada kegiatan Yesus. Injil Markus

mencatat 15 kali, dan Lukas 8 kali. Maka mengajar itu merupakan bagian yang amat penting

dalam pelayanan Yesus.

Tempat mengajar Yesus itu berfariasi, yaitu di bait Allah, di rumah ibadat (sinagoge), di

pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan di tempat yang datar. Tempat tidak menjadi

kendala Yesus melakukan tugas pendidikan. Salah satu tugas pendidikan itu yakni mengajar.

Pemahaman ini sesuai dengan pandangan Clementus. Menurut Clementus, pendidikan

adalah kata yang dipakai dengan cara yang bermacam-macam. Ada pendidikan dalam arti

kata seorang yang sedang dibimbing dan diajar, pendidikan juga merangkum tindakan yang

berhubungan dengan tugas membimbing dan mengajar.Selain itu pendidikan menyangkut

proses bimbingan dan hal-hal apa saja yang diajarkan. Pendidikan yang diberikan Tuhan

merupakan tindakan menyampaikan kebenaran yang akan menuntun seseorang secara benar
kepada suatu relasi dengan Tuhan dan kepada usaha mengaplikasikan perilaku suci dalam

kehidupan setiap orang.(Boehlke, 2002:106)

Bagaimana gereja mengajar menurut penjelsan Cully, dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Gereja mengajar melalui ibadah bersama;

2. Gereja mengajar melalui perayaan kelender hari-hari raya gerejawi;

3. Gereja mengajar melalui hubungan-hubungan yang ada antara orang dewasa dan anak-anak

di gereja;

4. Gereja mengajar melalui sekolah gereja;

5. Gereja mengajar melalui partisipasi anak-anak dan orang dewasa dalam keseluruhan

kehidupan umat Kristen;

6. Gereja mengajar melalui partisipasi keluarga-keluarga dalam persekutuan yang beribadah.

b. PAK di Sekolah

PAK di sekolah-sekolah formal maupun di gereja, sudah sepatutnya memperhatikan

aspek afektif.Perlu diingat bahwa sumber utama PAK adalah Alkitab sebagai dasar

kehidupan iman Kristen. Aspek afektif dalam PAK berarti usaha menanamkan nilai-nilai

kebenaran Firman Tuhan ke dalam kehidupan peserta didik.Peserta didik yang memiliki

kompetensi afektif ditandai dengan perubahan tingkah laku, hidup menurut kebenaran

Firman Tuhan. Untuk mewujudkan tujuan belajar yang optimal, yaitu setiap peserta didik

memiliki perubahan tingkah laku, memerlukan sebuah strategi pembelajaran yang tepat.

Penerapan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan belajar membuat

perubahan pada peserta didik tidak dapat diukur dengan baik. Jika yang akan ditanamkan

adalah nilai-nilai, maka strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi pembelajaran
afektif, yang memang pada dasarnya memberikan penekanan kepada penanaman, dan

pengindoktrinasian nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan.

PAK di Gereja dan di Sekolah perlu memfokuskan perhatiannya pada pembentukan nilai

dan watak Kristiani, untuk melahirkan generasi yang berkarakter Kristus, hidup dalam takut

akan diakibatkan oleh krisis karakter sumber daya manusia.Kenakalan remaja, kecanduan,

perkelahian, kekerasan, kriminalitas, adalah bentuk krisis karakter sumber daya manusia

yang memerlukan perhatian serius. Mengajarkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan

dimaksudkan untuk membentuk prilaku yang benar, membawa peserta didik hidup dalam

pertobatan, sebagai manusia baru.

Sekolah adalah suatu lembaga yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi para pendidik

serta mnjadi tempat memberi dan juga menerima pelajaran yang sesuai dengan bidangnya.

Sekolah menjadi salah satu tempat untuk mendidik anak-anak dengan maksud untuk

memberikan ilmu yang diberikan supaya mereka mampu menjadi manusia yang berguna

bagi bangsa dan juga negara. Sekolah memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan

bangsa.

c. Pengertian PAK dalam Keluarga

Pendidikan agama Kristen dalam keluarga sangat penting, agar setiap orangtua mengerti

bagaimana memperlakukan dan cara pendampingan kepada setiap anggota keluarga, melalui

teladan Yesus yang telah mendapat pendidikan dengan orangtua yang mengasihinya menjadi

contoh yang baik kepada setiap keluarga, orangtua yang baik yang memiliki waktu kepada

anggota keluarga, untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan keluarga, komunikasi
sangat penting dalam keluarga, sangling mengampuni bila ada kesalahan menjadi hal yang

utama, agar tidak menimbulkan dendam apabila ada kesalahan, keluarga harus menjadi

tempat perlindungan bagi anak-anak, keluarga yang berpendidikan sangat penting, orangtua

harus memperhatikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Keluarga yang

mnecerminkan kasih Allah ketika setiap anggota menghargai dan menghormati orangtua,

orangtua menddidik anak dengan penuh hikmat yang betujuan untuk memeuliakan Allah,

keluarga yang takut akan Allah adalah keluarga berkenan kepada Allah.

Menurut penulis bahwa pendidikan Agama Kristen bagi Siswa tidak boleh diabaikan oleh

gereja, keluarga, dan sekolah . Pendidikan Kristen merupakan salah satu cara yang sangat

produktif dalam meningkatkan kualitas spiritual kaum remaja di gereja. Karena dengan

terjawabnya pergumulan remaja baik dengan diri sendiri, dengan orang tua dan tentang masa

depan, maka tidak ada lagi penghalang bagi pertumbuhan iman mereka. Oleh sebab itu,

bagian pelayanan remaja di dalam gereja khususnya, perlu membuat program-program yang

dirancang dengan dasar pengajaran iman Kristen yang berkaitan dengan pergumulan-

pergumulan yang dihadapi oleh remaja. Adapun metode yang digunakan bisa berupa

khotbah, Pemahaman Alkitab, dialog antara orang tua dan linkungan, ceramah dan

sebagainya. Kalau gereja menggarap remaja secara serius, maka gereja akan dipenuhi

dengan remaja yang merdeka dan mereka akan menjadi generasi penerus gereja yang sehat,

produktif, dan dapat diandalkan

d. Pengajaran PAK
Pengertian pengajaran PAK menurut Homrighausen memiliki tujuan, dimana dengan

menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang

hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan

jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat”

(Homrighausen dan Enklaar, 1982 : 26).

Menurut Iris V. Cully (1995:2) “sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak dari

setiap generasi diajarkan tentang apa yang diharapkan dan dituntut oleh suatu kebudayaan”.

dapat dilakukan melalui kegiatan mengajar dan memberi teladan (sikap hidup atau perilaku

guru yang sesuai dengan ajaran Kristen). Keteladanan adalah cara mendidik melalui perilaku

yang baik dari setiap pendidik Kristen atau guru di sekolah yang akan mempengaruhi

peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan mengajar melibatkan pemberdayaan intelek

individu untuk meningkatkan tubuh, pikiran dan jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa

keteladanan tidak melibatkan pikiran dan jiwa. Pikiran sangat diperlukan dalam kehidupan

karena dengan pikiran itulah kemudian setiap orang mengaplikasikan apa yang diketahuinya

dalam perilaku hidupnya.

Berdasarkan paparan di atas menjadi jelas bahwa dalam pendidikan terdapat dua

interaksi yaitu orang dewasa yang dalam konteks sekolah disebut guru dan orang belum

dewasa yang dalam konteks sekolah formal disebut peserta didik. Dalam pendidikan

Kristen di sekolah dibutuhkan peran guru-guru. Secara keyakinan, peserta didik

membutuhkan guru-guru Kristen yang dapat memberi pengajaran dan keteladanan yang

baik..

Menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar. Kedua ahli Pendidikan Kristen di atas

dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen” menjelaskan tentang pendidikan
Kristen atau istilah yang dipakai oleh kedua ahli ini yakni Pendidikan Agama Kristen di

Sekolah-sekolah. Kedua ahli ini menyatakan bahwa ada negara-negara lain yang bersikap

toleran terhadap agama tetapi pemerintah tidak mengakomodir pelaksanaan pendidikan

agama di sekolah-sekolah. Ada pula negara-negara komunis seperti Cekoslovakia dan

Hongaria, pemerintahnya mengizinkan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah negara,

guru-guru dibiayai oleh negara (Homrighausen dan Enklaar, 1996:149).

(Homrighausen dan Enklaar, 1996:150). Adanya Pendidikan Kristen atau pendidikan

yang bernafaskan keyakinan Kristen di sekolah memberi faedah-faedah yang berarti.

Menurut E. G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, faedah pendidikan keagamaan Kristen di

sekolah yaitu:

1.Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar

dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi.

2.Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa pendidikan

umum dan keagamaan ada hubungannya

3.Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di

sekolah.

4.Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat.

(Homrighausen dan Enklaar, 1996:151-152). Selain itu, pemerintah telah memberi undang-

undang Pendidikan Nasional. Pendidikan keagamaan mendapat tempat penting dalam setiap

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ini merupakan

peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menolong siswa dalam pembinaan mental dan

spritualnya.
Peranan gereja selain bagi pekabaran Injil kepada orang-orang yang belum

diselamatkan, juga sangat penting bagi Tingkat Kerajinan Siswa Ke gereja, terutama dalam

membangun kehidupan rohani jemaatnya agar bertumbuh menjadi jemaat yang dewasa

rohaninya, termasuk kepada anak-anak dan remajanya sebagai generasi penerus kerajaan

Allah di bumi ini. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan firman Tuhan dalam Amsal 22:6,

bahwaTuhan memandang sangat penting untuk mengajar dan mendidik anak-anak dan

remaja dalam kebenaran firman Tuhan agar mereka tetap setia kepada Tuhan sampai masa

tuanya. Gereja sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam memperlebar kerajaan-Nya di

muka bumi ini perlu memberikan fasilitas yang baik bagi pengajaran firman Tuhan dan

menyediakan persekutuan yang sehat bagi anak-anak dan remajanya untuk bertumbuh dalam

pengenalan yang benar kepada Allah.

Dalam mencermati masalah dan problema yang mungkin ditimbulkan serta guna

mencegah dampak-dampak negatif dari problema yang mungkin muncul dari perubahan

hidup mereka, sangatlah bijaksana bila orang tua dan gereja secara bersama melakukan

tindakan-tindakan yang cerdik bagi anak-anak dan remaja agar mereka tidak terjebak ke

dalam dampak-dampak negatif akibat berbagai perubahan itu. ”Pertumbuhan gereja adalah

kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah

gereja” (Jenson-Stevens, 2004 : 30). Dapat diartikan, bahwa suatu gereja baru dapat

dikatakan mengalami pertumbuhan bila telah terjadi pertambahan jumlah anggotanya dan

juga diikuti pertambahan kualitas/pertumbuhan rohani jemaatnya. Gereja bukan hanya dapat

mempertahankan eksistensinya sebagai sebuah organisasi di dunia ini, tetapi terlebih

penting, gereja yang adalah sebuah organisme akan terus mengalami pertumbuhan baik dari

segi kualitas maupun kuantitas selama dunia ini masih ada.


Marthin Luther mengatakan pengajaran/pendidikan agama adalah melibatkan semua

warga jemaat, khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin

sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan

mereka disamping memperlengkapi dengan sumber iman sehingga mereka mampu melayani

sesama termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggung jawab

dalam persekutuan Kristen, yaitu gereja. Sementara itu John Calvin mengatakan bahwa

pendidikan agama adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja

untuk mengabdi kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus (Boehlke, 2000 : 342, 414).

Mavis L. Anderson, (1993) dalam hubungannya dengan mendidik atau mengajar,

mengatakan :“ Kata mendidik berarti “memimpin atau membimbing pembentukan

kebiasaan-kebiasaan yang menuju kepada kecakapan”, pada jalan yang harus ditempuhnya,

mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya memberikan pengetahuan teori sebanyak-

banyaknya ke dalam hati murid-murid yang belum bersedia dengan satu pengharapan bahwa

kelak pada akhir perjalanan yang jauh ini, murid akan tiba pada tujuan yang benar. Hal ini

berarti membimbing dan melatih kehidupan itu dibawah pemeliharaan Roh Allah, sehingga

langkah demi langkah, ia dipimpin kepada saat dimana ia menerima Dia yang adalah “jalan

dan kebenaran dan Hidup” (Yohanes 14:6)”

Pengajaran merupakan cara yang digunakan atau metode yang digunakan dalam

pendidikan untuk mengupayakan tercapainya kemandirian serta kematangan mental dari

individu lain sehingga dapat survive(bertahan hidup) dalam kompetisi kehidupannya.

Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan

perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Tanda-tanda perkembangan tersebut,

dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian di bawah ini :


1. Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru

untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan

berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama

artinya dengan perbuatan mengajar;

2. Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu

proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan

siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan

perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipunn

peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya;

3. Pengajaran sebagai suatu sistem.Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan

bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka.

Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh

berbagai dimensi, yakni :Profesi guru, Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,

Tujuan pendidikan dan pengajaran, Program pendidikan dan kurikulum, Perencanaan

pengajaran, Strategi belajar mengajar, Media pengajaran, Bimbingan belajar, Hubungan

antara sekolah dan masyarakat, dan 10.Manajemen pendidikan / kelas.

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen tidak hanya menjadi alat atau sarana yang

sangat efektif bagi penginjilan, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi

pertumbuhan dan perkembangan gereja di masa yang akan datang. Di bawah ini

dikemukakan beberapa alasan, antara lain sebagai berikut :

Pertama, pengajaran Pendidikan Agama Kristen mempertemukan kehidupan manusia

dalam hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang
adalah Firman Yonahes 1:1, “Pada mulanya adalah Firman dan firman itu bersama-sama

dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Dalam Injil Yohanes 1:14, dikatakan bahwa :

“Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah melihat kemulianNya”

Karena perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang hidup, melalui pelajaran Agama

Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus, dan

tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan Yesus secara terang-terangan, akhirnya

mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis Ibrani mengatakan “Sebab firman Allah hidup

dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam

sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan

pertimbangan dan pikiran hati kita”

Kedua, Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama.

Pengajaran Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas, secara formal

dan tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas yang akhirnya

dapat membimbing kepada keputusan untuk menerima Kristus.

Ketiga, Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk Penginjilan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri dari siswa yang umurnya

tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu program pengajaran Agama

Kristen tersusun sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan siswa. Dalam penyampaian

materipun disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan demikian gereja dan sekolah dapat

membuat program yang dapat memberikan tugas penginjilan secara logis dan efektif.

Keempat, Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling utama dari

semua pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang (siswa) kedalam hubungan
yang benar dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. Tujuan Penulis injil yang

keempat , yaitu Yohanes, mengatakan : Supaya kami percaya bahwa Yesuslah Messias,

Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya (Yohanes

20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil seperti ini. Bahkan Tuhan Yesus

sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya terhalang (Mark 10:20).

Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen pasti ada semacam

pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa atau orang-orang percaya yang

sesat atau hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Dan orang-orang atau siswa yang sudah

diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai

hasil dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan

Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

2. Pengertian Korelasi

Kata “Korelasi” berasal dari bahasa Inggris Correlation. Dalam bahasa Indonesia sering

diterjemahkan dengan “Hubungan”, atau “saling hubungan“, atau “hubungan timbal-balik.”

Dalam Ilmu Statistik istilah “korelasi” diberi pengertian sebagai “hubungan antara dua

variabel atau lebih.” Korelasi adalah salah satu analisis dalam statistik yang dipakai untuk

mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif. Analisis korelasi merupakan

studi pembahasan mengenai derajat hubungan atau derajat asosiasi antara dua variabel,

misalnya variabel X dan variabel Y. Adapun pengertian korelasi yang lebih spesifik, yaitu

mengisyaratkan hubungan yang bersifat substantif numerik (angka/bilangan). Dari definisi

ini, sekaligus memperlihatkan bahwa tujuan dari analisis korelasi adalah untuk

melihat/menentukan seberapa erat hubungan antara dua variabel.:


Menurut Tams Jayakusuma (2001:25), Hubungan adalah suatu kegiatan tertentu yang

membawa akibat kepada kegiatan yang lain. Selain itu arti kata hubungan dapat juga

dikatakan sebagai suatu proses, cara atau arahan yang menentukan atau menggambarkan

suatu obyek tertentu yang membawa dampak atau pengaruh terhadap obyek lainnya.

Kedua variabel yang dibandingkan satu sama lain dalam korelasi dapat dibedakan

menjadi variabel independen dan variabel dependen. Sesuai dengan namanya, variabel

independen adalah variabel yang perubahannya cenderung di luar kendali manusia.

Sementara itu variabel dependen adalah variabel yang dapat berubah sebagai akibat dari

perubahan variabel indipenden. Hubungan ini dapat dicontohkan dengan ilustrasi

pertumbuhan tanaman dengan variabel sinar matahari dan tinggi tanaman. Sinar matahari

merupakan variabel independen karena intensitas cahaya yang dihasilkan oleh matahari

tidak dapat diatur oleh manusia. Sedangkan tinggi tanaman merupakan variabel dependen

karena perubahan tinggi tanaman dipengaruhi langsung oleh intensitas cahaya matahari

sebagai variabel indipenden.

3. Pengertian Tingkat

Tingkat adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang

sama tetapi maknanya berbeda, sepeti susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek

seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang), Tingkat memiliki arti dalam

kelas nomina atau kata benda sehingga tingkat dapat menyatakan nama dari seseorang,

tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, tingkat yg menyatakan kualitas atau

keadaan yg sangat, dipandang dr titik tertentu.


4. Pengertian Kerajinan

Kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh

semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas

dalam melakukan suatu karya, (Kadjim 2011)

Kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam kreatif penting, karena kerajinan berbasis

kepada ide dari daya kreativitas seseorang akan pengetahuan, warisan budaya, dan juga

teknologi yang diketahuinya. Untuk kerajinan sendiri, mayoritas kreativitasnya berbasis

budaya. Ketika kerajinan bisa menghasilkan keluaran (output) dari pemanfaatan kreativitas,

keahlian, dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan juga

kualitas hidup yang lebih baik, maka bisa dikatakan ia telah menjadi bagian dari kreatif.

Dimana ia akan memiliki peran yang penting dalam kreatif karena mampu menggerakan

sektor-sektor lainnya yang berkaitan. Untuk dapat mengembangkan kerajinan sebagai salah

satu subsektor dalam kreatif, maka pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup

subsektor ini adalah mutlak. dari pemahaman definisi serta ruang lingkup, maka proses

selanjutnya untuk melakukan pemetaan dan perencanaan perkembangan subsektor ini pun

akan menjadi lebih baik dan jelas arahnya. Tetapi proses pemahaman ini mendapat

tantangan tersendiri, yaitu pemahaman kerajinan yang kontekstual dengan kreatif.

Di satu sisi kerajinan dilihat sebagai sebuah kreativitas dengan basis seni dan budaya.

Di sisi lain, ada sudut pandang tentang kerajinan dari sisi Tingkat Kerajinan siswa ke gereja.

Hal ini bukan berarti pemahaman yang satu akan lebih baik dari yang lain. Pemahaman

kerajinan dari sisi ke sisi bisa berbeda-beda. Apa yang dipahami sebagai kerajinan pada satu

masyarakat bisa berbeda dengan masyarakat lainnya. Tentu saja berkaitan dengan penelitian
berjudul “ Korelasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Terhadap Tingkat Keajinan

Siswa Ke Gereja”.Kita yang mengaku sebagai orang Kristen sejak kecil diajarkan supaya

rajin ke gereja. Kita melakukannya tanpa tahu pasti kenapa harus melakukannya. Sama hal

dengan menjadi Kristen tapi tidak mengenal Tuhan yang dipercayainya. berpikir bahwa

beribadah setiap minggunya adalah kewajiban bagi orang-orang yang mengaku Kristen.

Alasan lainnya bahkan lebih parah, supaya tidak dinilai sebagai Kristen KTP saja. Banyak

juga orang Kristen yang berpikir kalau supaya diselamatkan, mereka harus rajin ke gereja

dan aktif melayani. Alangkah kaburnya pemahaman Kristen yang demikian. Karena jika

demikian kita ternyata tak jauh berbeda dengan orang-orang yang tak beriman. Tanpa kita

sadari, kita menyamakan Tuhan dengan gereja. Ada yang bilang kalau jarang ke gereja

berarti dia tak lagi beriman, jauh dari Tuhan dan bahkan melepaskan keselamatan yang

sudah diterimannya.Bukan berarti rajin ke gereja itu tidak penting. Ya, tentu saja sangat

penting. Hanya saja pemikiran-pemikiran keliru justru membuat kita mengaburkan tujuan

gereja yang sebenarnya.Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa keselamatan adalah berkat

kasih karunia melalui iman dan juga karya penebusan Kristus lah yang mengerjakannya bagi

kita (baca Efesus 2: 8-9; Kisah 4: 12). Tindakan atau perbuatan kita bukanlah jalan untuk

memperolehnya, Roma 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu

menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Unsur- Unsur Pendidikan Agama Kristen Kepada Kerajinan Siswa Ke Gereja

1. Penuh Kasih

Orang yang cinta damai adalah sikap yang penih kasih dalam Alkitab kepada

seluruh sesamanya. Kasih ini juga tidak berbeda-beda antara dengan orang
yang satu dan lain. Melalui perbuatan yang penuh kasih ini, maka umat Kristen

akan lebih muda memberikan damai pada sekelilingnya.

2. Sabar

Orang yang umumnya dapat membawa damai adalah orang yang pandai dalam

bersabar.hal ini karena orang yang sabar selalu dapat mengendalikan emosinya

sehigga tidak mudah marah ataupun membawa pada kebencian.Oleh sebab itu

orang yang sabar dapat pula dikatakan sebagai pembawa kedamaian pada orang

lain dan sekitarnya.

3. Rendah Hati

Orang pembawa damai menurut iman Kristen yaitu selalu berusaha rendah hati

kepada semua sesamanya. Dengan demikian maka dihindari sikap yang

sombong dan tidak disukai oleh Allah. Karena itu jika ingin membawa damai

pada lingkungan sekitar sebaiknya berlaku rendah hati.

4. Tidak Mudah Emosi

Pembawa damai yang sejati tentunya adalah orangyang mudah untuk

mengontrol emosi. Hal ini terlihat dari perilaku sehari- hari yang lebih sabar

dan berusaha memahami kesulitan orang lain sebaik mungkin. Orang yang

tidak mudah terpancing emosinya umumnya akan lebih mampu melakukan hal-

hal secara bijaksana.

5. Tidak Pemarah

Jika ingin menciptakan damai secara maksimal, maka sebaiknya hindari sikap

yang mudah marah. Karena kemarahan akan mendatangkan pertengkaran dan

menjahkan kita dari rasa damai. Menjadi pemarah akan penuh dengan emosi
dan pada akhirnya hanya mampu menyakiti orang lain di sekitar kita. Karena

itu kendalikan emosi dan halangi keinginan untuk marah supaya berkenan dan

membawa damai yang sejati ke sekitar kita sehari-hari.

6. Mengampuni

Pembawa damai tentunya juga lebih mudah untuk mengampuni orang yang

bersalah kepadanya. Hal ini memang tidak perna mudah . Tetapi dengan jalan

demikian maka akan mudah tercipta damai diseluruh sekitar umat Kristen.

Tentunya sangat sulit melakukan hal ini tanpa bantuan karunia Roh Kudus.

7. Murah Hati

Tentunya orang yang membawa damai akan selalu dapat bersikap murah hati

kepada sesamanya.Oleh sebab itu selalu berlaku murah hati pada setiap orang

supaya dapat menciptakan suasana damai yang kondusif dan tidak berseteru

satu dengan yang lain. Jika merasa susah berbuat demikian hendaknya lakukan

cara berdoa dalam Roh supaya diberi kekuatan Allah untuk lebih murah hati

pada sesame.

5. Pengertian Gereja

Menurut KBBI Gereja (bahasa Inggris: Church; bahasa Portugis: Igreja) adalah suatu

kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut

iman Kristiani. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian

Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat/umat


Gereja/ge·re·ja/ /geréja/ 1 Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara

agama Kristen, 2 badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan tata

cara ibadahnya.

Menurut Etimologi Kata "Gereja" merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja,

yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek=

keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari

dunia memiliki beberapa arti:

1. Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima

sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.

2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat

di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.

3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja Katolik,

Gereja Protestan, dan lain-lain.

4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat

“Gereja menentang perang Irak”.

5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat

bisa berdoa atau bersembahyang.

Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada

hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudusyang dijanjikan Allah diberikan kepada semua

yang percaya pada Yesus Kristus.

Gereja (bahasa Inggris: Church) adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu

perkumpulan atau lembaga dari penganut iman Kristiani. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang
muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai

"jemaat/umat"..Kata "Gereja" merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja, yang

berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar;

klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia

memiliki beberapa arti:

Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini

diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah

gedung.

Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa

bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.

Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja

Katolik, Gereja Protestan, dan lain-lain.

Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh

kalimat “Gereja menentang perang Irak”.

Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di

mana umat bisa berdoa atau bersembah.

Berbicara tentang gereja tidak terlepas dari mempelajari pengertian gereja atau

jemaat Kristen dalam hubungannya dengan kuasa-kuasa dunia dan orang-orang Kristen,

seperti dikatakan oleh Daiton, “ Dalam Buku Gereja Milik Siapa “. 1 Untuk mengawali

pembahasan mengenai gereja, perlu mengetahui istilah-istilah yang dipakai untuk

menjelaskan arti gereja.


a. Arti kata Gereja

Gereja (bahasa Inggris: Church; bahasa Portugis: Igreja) adalah suatu kata bahasa

Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut iman Kristiani. Istilah

Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya

diterjemahkan sebagai "jemaat/umatada dua kata yang sering digunakan untuk menjelaskan

arti kata gereja, yaitu :

a.Eklesia : EK berarti keluar dan kata kerja “ Kaleo “ berarti memanggil. Jadi gereja

menurut kata Yunani eklesia adalah orang-orang yang memanggil keluar oleh

Tuhan dari dunia untuk menjadi saksi-Nya. Sebagaimana Abraham, dipanggil

keluar dari dunianya atau Negerinya(kejadian 12-1). Gereja juga dipanggil dari

dunia bangsa-bangsa “keluar” dari dalam gelap masuk kedalam terang dan ajaib.

b. Kuriake: artinya orang-orang yang menjadi milik Kristus (Kurios), untuk memuliakan

namaNya. Hal ini berarti gereja bukanlah organisasi orang-orang yang mendirikan

suatu perkumpulan untuk tujual kelompok atau golongan, tetapi orang-orang yang

telah dipanggil berkumpul oleh Tuhan sendiri (Roma 8:24 Efesus 4:12). Martin B.

Dainton, Gereja milih siapa, Jakarta : YKMK, 1994. Hlm. Petus 2:9 Kolose 1:13-

20

b Arti kata Gereja menurut Alkitab

Di dalam Alkitab tidak ada definisi yang baku mengenai gereja, tetapi Perjanjian Baru

mencatat banyak cerita dan nasihat yang dapat memberikan gambaran tentang apa dan

bagaimana gereja pada masa-masa awalnya. Dalam kitab Kisah Para Rasul (2:41-47),

misalnya, digambarkan bagaimana dan apa yang terjadi ketika para pengikut Yesus Kristus
berkumpul. Dalam Perjanjian Baru ,Kehidupan gereja dan makna bergereja juga dijelaskan

melalui metafotr-metafor,antara lain ‘Tubuh Kristus’, ‘orang-orang kudus’, ‘Kawanan

Domba Allah’, ‘Anak-anak Allah’, dan ‘Keluarga Allah’. Dalam matafor tubuh Kristus (1

Korintus 12:12-31).

Paul Minear Menyebutkan images atau beberapa gambaran tentang citra gereja. Satu

diantaranya yang paling terkenal adalah citra sebagai Tuhan Kritus, sebagai Umat Tuhan.

Gambaran inilah yang sering digunakan Alkitab, baik kitab Perjanjian lama maupun

perjanjian baru, Gereja Tuhan disebut sebagai Tubuh Kristus, berarti antara anggota gereja

yang satu dengan anggota gereja yang lain saling berhubungan satu dengan yang lain.

Rasul Paulus menyebut gereja yang itu sebagai tubuh yang memiliki banyak anggota,

sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. 2 Uskup Agun. Donal

Robinson menulis bahwa dalam Perjanjian Baru Gereja berarti suatu jemaat Kristen

setempat 3. Alan Stibbs mengatakan : “ kalau jemaat-jemaat Kristen setempat tidak

dianggap sebagai unsur-unsur pokok dari sebuah lembaga dunia. Malah eksplisit dan

mengejutkan mereka disebut, dalam kata jamak “gereja”. Smeeton, Gereja Tuhan Dalam

Dunia, LKTI, Malang 1978.

Dalam Buku Dasar Yang Teguh Brill mengatakan , gereja diartikan sebagai jemaat

Kristus, yaitu perhimpunan orang-orang yang telah bertobat dari dosa-dosa mereka dan telah

percaya kepada Yesus Kristus, telah dilahirkan kembali oleh pekerjaan Roh Kudus, serta

dipersatukan dengan Kristus dan Kristus adalah kepala. Sepertinya kurang lengkap dalam

memahami arti gereja sebelum melihatnya dalam kontek Kitab Perjanjian Lama. Sekalipun

dalam kitab PL tidak ada istilah gereja, dalam menjelaskan umat Allah atau jemaat, namun
dalam Kisah 7 : 38, Stefanus mempergunakan kata “Eklesia” untuk jemaat dipadang gurun.

Ini berarti bahwa Allah sudah bertindak untuk menghadirkan atau membentuk “seorang

pengikut-Nya” sejak zaman Abraham dan kemudian jaman Nabi Musa.

Dalam Kitab Perjanjian Lama umat Allah dipanggil berkumpul oleh para pemimpinnya

untuk menyembah Allah dan untuk memberi perintah. Micahel Griffiths, dalam bukunya

melukiskan arti gereja dalam Kitab Perjanjian Lama sebagai “mobil”, bahkan sekelompok

“mobil”, yang bergerak kesuatu tujuan (walaupun mereka kehilangan jejak di padang gurun

dan berkeliling selama hampir empat puluh tahun ). 2 Sedangkan Leslie Newbigin

menggambarkan gereja dalam Perjanjian Lama sebagai berikut : “Gereja adalah umat Allah

yang berziarah”. Gereja itu bergerak, bergerak keujung dunia ini untuk berseru kepada

seluruh umat manusia untuk berdamai dengan Tuhan, bergerak menyongsong akhir zaman

untuk bertemu dengan Tuhannya yang akan mempersatukan semua manusia “.

Dalam I Petrus 2:9 – 10 , Rasul Petrus menggunakan gambaran – gambaran umat Allah

didalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan gereja. Ada kesinambungan antara

pemahaman gereja dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Karena itu Rasul Paulus

dalam 1 Kor.10 mengatakan, bahwa pengalaman umat Israel di padang gurun merupakan

suatu modal buat gereja – gereja, bahwa mereka bisa belajar dari contoh – contoh bangsa

Israel. Gereja Yang Sebenarnya Pada umumnya gambaran tentang gereja selama ini

memang hanya terfokus pada gedung yang digunakan oleh orang – orang Kristen untuk

kegiatan – kegiatan keagamaan, yang fungsinya sama dengan Masjid dalam Agama Islam

dan Wihara dalam Agama Budha. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

mengenai Gereja, harus banyak belajar dari kesaksian Alkitab serta dari tokoh – tokoh

Gereja terdahulu..
c. Ciri-ciri Gereja

1. Gereja atau persekutuan orang-orang yang percaya kepada tuhan Yesus yang

mengumpulkan, membentuk adalah Tuhan sendiri melalui pekerjaan Roh Kudus, melalui

para pemimpin. Pertama kali gereja terbentuk pada Hari Pentakosta (Hari yang kelima

puluh) setelah Tuhan Yesus bangkit dari kematian (kisah 2 : 1 – 13)

2. Gereja atau orang-orang Kristen adalah sebagai hamba atau pelayan (Huperitis), Pelayan

Tuhan untuk kemuliaan namaNya

3. Gereja atau orang-orang yang percaya dari segala jaman selalu dipelihara oleh Tuhan

sendiri yaitu melalui Pelayanan Firman, Sakramen, dan kuasa Roh Kudus yang telah

dijanjikan-Nya

Tentang misi George Barna, dalam buku The Power Of Vicion, mengatakan : “Misi

merupakan pernyataan umum dari tujuan pelayanan bersifat filosofis” lebih lanjut ia

mengatakan, pernyataan misi merupakan pernyataan yang luas, pernyataan umum mengenai

orang yang akan anda jangkau dan apa yang gereja harapkan untuk diselesaikan “.

Gereja atau orang-orang percaya ingat bahwa tanpa bantuan dan bimbingan Roh

Kudus, gereja hanya terdiri atas orang-orang yang lemah dan mudah tersesat kedalam nafsu

duniawi. Untuk itulah Tuhan mengutus Roh Kudus supaya gereja dapat menjalankan Tri

Tugas gereja ditengah-tengah dunia yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani. Gereja yang

sesungguhnya juga merupakan Gereja yang hidup, yaitu orang-orang percaya yang

bersekutu di dalam Tuhan. Gedung merupakan suatu identitas yang menunjukkan kepada

dunia bahwa di tempat dia berdiri, di sana ada penginjilan[1]. Kehidupan Gereja mula-mula

diawali dengan memecahkan roti dan makan bersama serta bertekun dalam men-sharing-kan
firman, yang diawali dan ditutup dengan doa. Gereja yang benar adalah Gereja yang terus

mencari kebenaran firman Tuhan dan terus mengasinkan serta menerangi dunia.

Ibrani 10:21 mengatakan bahwa Kristus adalah kepala Rumah Allah. Gereja yang

tidak takluk sepenuhnya kepada Kristus bukanlah Gereja yang sejati. Jadi, ciri atau identitas

Gereja ada pada Kristus. Bagaimana Gereja taat kepada-Nya, meninggikan nama-Nya, dan

mendasari seluruh kehidupannya pada kehendak dan firman-Nya. Sehingga, Gerejalah yang

harus menjadi benchmark bagi dunia, bukan dunia yang menjadi benchmark bagi Gereja.

Gereja yang dimaksud di sini termasuk diri kita sendiri. Karena itulah, kita tidak dapat terus

menghidupi kebiasaan yang tidak baik, tetapi bagaimana hidup kita terus dibangun di dalam

prinsip firman Tuhan. Inilah redemption yang menjadi “ciri khas” orang Kristen –

penebusan hidup secara totalitas. “ Gereja dapat dijelaskan bahwasannya adalah Tubuh

Kristus dan kristus adalah kepala gereja yang merupakan perkumpulan orang beriman yang

percaya kristus “

Alasan kenapa remaja jarang Ke Gereja ?

1. Tidak ada yang mendengarkan dan memperhatikan anak muda di gereja.

2. Tidak dihargai perannya di gereja.

3. Selalu diminta untuk menolong orang, padahal gereja tidak mempedulikan permasalahan

mereka.

4. Anak muda berpikiran gereja seringkali menyalahkan budaya zaman sekarang. Misalnya

tentang keberadaan gadget dan hal lainnya.

5. Ketidakpercayaan akan peran anak muda dan disalokasi sumber daya (contohnya si A suka

bernyanyi, namun gereja menempatkannya untuk melayani dalam bidang multimedia).


6. Ketidakpercayaan akan peran anak muda dan disalokasi sumber daya (contohnya si A suka

bernyanyi, namun gereja menempatkannya untuk melayani dalam bidang multimedia).

7. Anak muda ingin dimentori, bukan di kothbahi.

8. Berhenti membicarakan tentang generasi anak muda, jika gereja sendiri tidak pernah

melakukan apa-apa untuk membantu.

9. Gereja sudah gagal untuk beradaptasi dengan zaman sekarang dan generasi muda.

10. Membosankan.

11. Tidak adanya fasilitas yang mendukung perkembangan anak muda di gereja.

12. Tidak adanya komunitas yang sesuai.

13. Gereja terlihat overprotective pada umatnya.

14. Tidak adanya Perhatian dari Orang Tua (Diajak untuk beribadah)

15. Tidak memliki banyak baju seperti orang lainnya.

Dari pemaparan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa maka kerajinan yang menjadi

penelitian adalah ke Kerajinan Ke Gereja bukan kerajinan berbasis seni dan budaya,

sehingga Kerajinan Ke Gereja dapat meningkatkan siswa ke Gereja, sebagai upaya

melibatakan siswa lebih aktif maka diperrlukan dorongan ke Gereja oleh Orang di sekitanya,

termasuk Orang Tua dan Gereja.

B. Kerangka Konseptual

Sugiyono (2014: 128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan menghubungkan

secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan

variabel dependen. ”Kerangka konseptual dalam penelitian ini berhubungan pada masalah

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Ke Gereja.


Kerangka konseptual ini akan membahas tentang Korelasi Pengajaran PAK terhadap

Tingkat Kerajinan Siswa Ke Gereja.

Buku Kebaktian ini digunakan sebagai suatu cara untuk meningkatkan Kerajinan siswa

Ke Gereja. Pada Pengajaran Pengajaran Pendidikan Agama Kristen guru dalam berinteraksi

dalam mengajar memberikan pelajaran,arahan,motivasi untuk melihat langsung proses yang

digunakan guru dalam belajar mengajar. Dengan demikian para siswa diharapkan mampu

meningkatkan Tingkat Kerajinan siswa Ke Gereja melalui proses

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

Variabel Bebas(X) Variabel Terikat

(Independent Variabel) (Dependent Variabel)

Pengajaran Tingkat Kerajinan


Pendidikan Siswa Ke Gereja
Agama Kristen

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho = Tidak Terdapat Korelasi Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Kegereja Kelas VIII SMP

Negeri 12 Medan

Ha = Terdapat Korelasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa

Kegerejakelas VIII SMP Negeri 12 Medan


BAB III

METODOLOGI PENDIDIKAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diperlukan dibutuhkan

metode yang relevan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Sugiyono, 2016:1) pada

pembahasam metode penelitian ini,akan diuraikan tentang jenis penelitian,tempat dan waktu
penelitian,populasi dan sampel penelitian,variabel dan indicator penelitian,teknik analisis

data dan teknik pengumpulan data.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan satu kelas yaitu kelas eksperimen. Untuk mengKorelasi

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Terhadap tingkat Kerajinan Siswa Ke Gereja,

dilakukan dengan memberikan test sebelum dan sesudah diberi buku Kebaktian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Medan. Sedangkan waktu penelitian akan

dilaksanakan pada waktu semester genap selama 4 minggu.

C. Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi Penelitian

Sugiyono (2013:215) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:

Objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 13

Medan yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah keseluruhan 73 siswa

b. Sampel

Sugiyono (2008: 118) menjelaskan bahwasanya Sampel memiliki arti suatu bagian dari

keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi tersebut .


Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas. Pengambilan sampel yaitu Random

Sampling. Sugiono (2003:74) random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

semua individu dalam populasi baik sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan

yang sama untuk dipilih. Penulis memakai cara undian yaitu dengan pengambilan sampel

dengan membuat gulungan kertas sehingga member kesempatan yang sama kepada setiap

kelas untuk menjadi sampel. Sehingga yang terpilih VIII-2 sebagai kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Pengertian variabel adalah segala hal yang menjadi objek pengamatan penelitian.

Penelitian merupakan faktor – faktor yang mempunyai peran pada peristiwa atau gejala

yang diteliti.Kegunaan variabel terdiri dari faktor – faktor yang mempunyai peran penting

dalam suatu peristiwa yang akan diteliti.Dalam penelitian ini, ada dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbilnya variabel terikat (dependent variabel). Dalam

hal ini variabel bebasnya adalah: Pengajaran Pendidikan Agama Kristen.

b. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dari adanya variabel bebas (

independent variabel). Dalam hal ini variabel terikatnya adalah: Tingkat

kerajinan siswa ke gereja kelas VIII Smp Negeri 13 Medan.


2. Devenisi operasional

a. Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

Pengertian pengajaran PAK menurut Homrighausen memiliki tujuan, dimana

dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki

persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan dalam Dia

mereka terhisap pula pada persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan

mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat” (Homrighausen dan

Enklaar, 1982 : 26)

b. Tingkat Kerajinan

Tingkat adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang

sama tetapi maknanya berbeda, sepeti susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek

seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang

Kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh

semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas

dalam melakukan suatu karya, (Kadjim 2011)


Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif,dimana dalam penelitian ini akan

berkorelasi dengan angka-angka yang merupakan nilai masing-masing siswa sebagai data

yang akan diolah sehingga didapat kesimpulan apakah tingkat kerajinan siswa ke gereja

berhasil atau tidak.

c. Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan satu kelas yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan

dengan metode Pengajaran PAK memakai Buku Kebaktian. Untuk mengetahui Tingkat

Kerajinan Siswa Ke Gereja, dilakukan dengan memberikan test sebelum dan sesudah diberi

perlakuan. Rancangan Penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 2.1 Desain Penelitian

T
Kelas Pretes Perlakuan Postes
a
Eksperimen T1 Pengajaran T1
b
Pendidikan
e
Agama
l
Kristen

2.1 Desain Penelitian

Keterangan :

T1 = Hasil belajar dari test awal dalam kelas eksperimen

T2 = Hasil belajar dari test akhir dalam kelas eksperimen


E. Skema Penelitian

Populasi

Sampel

Pretest

Analisis Data

Kelas Eksperimen

Pengajaran
Pendidikan Agama Buku Kebaktian

Postest

Analisi Data

Kesimpulan

Gambar 2.1 : Skema Penelitian


F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dengan seperangkat alat pengumpulan

data dan penrangkat pembelajaran, tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah :

a. Mengurus perizinan kesekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

b. Menyusun jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal sekolah

c. Menerapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian

d. Menyusun RPP dan bahan ajar dengan menggunakan Pengajaran PAK

e. Menyiapkan alat pengumpulan data, berupa pre-test dan post-test

f. Melakukan uji coba dengan instrument penelitian

g. Menganalisi hasil uji coba instrument

h. Melakukan revisi penelitian (jika diperlukan)

2. Tahap pelaksanaan

Dalam penelitian ini tahap pelaksaan dilakukan dengan sebagai berikut :

a. Sampel dalam penelitian ini diambil secara satu kelas, yaitu kelas eksperimen . Pengambilan

sampel secara acak ini dimaksudkan agar setiap individu dalam populasi penelitian

mempunyai peluang untuk diambil sebagai penelitian

b. Memberikan tes awal (pretest) di satu kelas yaitu kelas eksperimen untuk mengetahui

kemampuan awal siswa


c. Mengadakan pengajarandikelas eksperimen dengan menggunakan Pendidikan Agama

Kristen dan menggunakan Buku Kebaktian

d. Memberikan posttest kepada kelas eksperimen tersebut untuk melihat Tingkat Kerajinan

Siswa Ke Gereja setelah pengajaran PAK. Soal yang diberikan kepada siswa berbeda

dengan soal pre-test

3. Tahap analisis

a. Mengumpulkan hasil data.

b. Mengolah dan menganalisis data

4. Tahap penyusunan laporan

G. Instrument Penelitian

H.1 Instrumen Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

1. Menggunakan Tes

Teknik tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman dalam

membuat Pengajaran Pendidikan Agama Kristen . Bentuk tes yang digunakan adalah tes

objektif berupa soal-soal tentang Pengajaran Pendidikan Agama Kristen.

H.2 Instrumen Tingkat Kerajinan Siswa Ke Gereja

2. Buku Kebaktian

a. Buku Kebaktian merupakan teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan

pergi Ke Gereja lalu meminta tanda tangan atau bukti bahwasannya ke

Gereja,dengan meminta kepada pengurus Gereja lalu Buku Bukti Kebaktian itu

diperiksa oleh Guru Agama Kristen untuk Pengajaran Pendidikan Agama Kristen
Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Ke Gereja dan ini diperlukan untuk

mendukung penelitian.

I. Uji Instrumen Soal

Cara yang digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya instrument soal test maka

sebelum instrument diujikan kepada sampel, instrument tersebut harus memenuhi criteria

meliputi valid,reliabel,tehnik pengumpulan data dan Korelasi. Oleh karena itu perlu

dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap soal yang akan diujikan, meliputi :

1. Uji Validitas

Cara yang digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya instrument soal tes maka

sebelum instrumen diujikan kepada sampel, instrumen tersebut harus memenuhi kriteria

meliputi valid, reliabel, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Oleh karena itu perlu

dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap soal yang akan diujikan, meliputi:

a. Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi

yang seharusnya. Artinya, test tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau

variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2005:13).

Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Instrumen soal

yang akan diberikan kepada siswa baik pretest maupun postest terlebih dahulu divalidkan

oleh validator ahli. Dimana validator ahli yang digunakan penulis adalah guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang ada di SMP Negeri 13 Medan

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dilakukan dengan mengunakan uji Lilifors. (sudjana, 2004:446) dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Data X1, X2, X3,………Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ………. Zn deng Zi an

rumus :

Zi = untuk I = 1, 2, 3,….., n

Keterangan

= Nilai rata-rata

= Simpangan baku

b. Menghitung peluang F(Z1) = P(Z≤ Zi), dengan menggunakan harga mutlak.


c. Menghitung proporsi S(Zi) dengan : S(Zi) =

d. Menghitung selisih S(Zi) – S(Zi), kemudian menghitung harga mutlaknya.


e. Mengambil harga Lhitung yang paling besar diantara harga mutlak (harga L0) untuk

menerima atau menolak hipotesis, lalu membandingkan harga L hitung tabel yang

diambil dari daftar lilifors dengan = 0,05. = taraf nyata signifikansi 5% jika, L0

<Ltabel maka populasi berdistribusi normal. Jika L0 >Ltabel.

3. Analisis Regresi Linear

Untuk mendapatkan hubungan fungsional anatara dua variabel atau lebih atau

mendapatkan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel kontrol, Maka digunakan

persamaan regresi : Y=a+bX

Untuk mencari a dan b digunakan rumus:

( Σ Y )( Σ X 2 ) − ( Σ X )( Σ XY )
a =
( n )( Σ X 2 ) − ( Σ X )2
( n )( Σ XY ) − ( Σ X )( Σ Y )
b =
( n )( Σ X 2 ) − ( Σ X )2

(Sudjana, 2005:315)

Menguji keberartian koefisien model regresi adalah menguji pengajaran Pendidikan

Agama Kristen. Untuk menguji keberartian koefisien regresi sederhana dirumuskan

hubungan/korelasi sebagai berikut:

4. H0 : r = 0 tidak ada keberartian regresi

5. H0 : r ≠ 0 terdapat keberartian regresi

Indeks Regresi Interprestasi Bobot

4kali sebulan ke Gereja Sangat Rajin 100


3 kali sebulan ke Gereja Rajin 75

2 kali sebulan ke Gereja Cukup Rajin 50

1 kali sebulan ke Gereja Kurang Rajin 25

Tabel 3.1 Indeks Kerajinan

I.Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik. Sebelum dilakukan analisis

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis agar kesimpulan yang ditarik tidak

menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Langkah- langkah analisis tersebut dapat

dilakukan dengan :

1. Memeriksa tugas siswa

2. Memberikan skor terhadap tugas siswa

3. Mentabulasi skor tugas post-test siswa

4. Menghitung nilai rata-rata untuk data sampel,yaitu data post-test

5. Menghitung nilai rata rata digunakan rumus

6. Uji Korelasi

Untuk mengetahui hubungan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap Tingkat

Kerajinan Siswa Ke Gereja maka digunakan rumus korelasi product moment yaitu :

(Arikunto 2014:274 )

∑ ∑
! ∑ " ∑ " #! ∑ " ∑ " #

Keterangan :

r : Koefisien korelasi
n : jumlah responden

X : koefisien korelasi X

Y : koefisien korelasi Y

Untuk melihat tingkat korelasi,Pengajaran PAK Terhadap Tingkat Kerajinan Siswa Ke

Gereja.

Anda mungkin juga menyukai