Tugas Akhir Pak Majemuk
Tugas Akhir Pak Majemuk
Tugas Akhir Pak Majemuk
Bagi gereja PAK adalah tugas utama dan harus mendapat tempat penting dari seluruh
pelayanannya. Gereja yang terlalu menekankan pada pelayanan ibadah dan khotbah dan
Bagi gereja PAK bukanlah usaha sambilan atau kelas dua dalam pelayanan jemaat, tetapi
3. Berkesinambungan
Agar memperoleh hasil yang maksimal penyelenggaraan PAK haruslah merupakan usaha
Dalam tradisi gereja-gereja yang ada, pada umumnya pelayanan di dalam gereja dibagi dalam
komisi-komisi.
Keberhasilan PAK tidak hanya terletak pada tersusunnya materi kurikulum yang baik, tetapi juga
ditentukan oleh faktor-faktor lain. Jika kurikulum baik tetapi mutu guru tidak baik maka hasilnya
juga tidak akan baik. Kurikulum baik, guru baik tetapi sarana dan prasarana tidak baik,
Kurangnya guru-guru agama Kristen menjadi hambatan utama, karna formasih pengangkatan
guru agama Kristen jauh dari kebutuhan-kebutuhan yang ada. Banyak peserta didik yang
beragama Kristen tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolah karna tidak tersedianya guru
yag mengajar.
Keprihatinan lain adalah terbatasnya sarana dan prasarana penyelenggaraan PAK di sekolah.
Sering di temui bahwa sekolah tidak enyediakan sarana yang memadai untuk penyelenggaraan
PAK. Kadang guru harus mengajar PAK di perpustakaan sekolh, atau di salah satu ruang kecil
empat prinsip utama dari Pendidikan Agama Kristen yaitu, Learning to know, Learning to do,
Gereja sadar bahwa dunia ini kini terlibat pula dalam suatu krisis yang hebat. Umat
kehilangan daya dan semangat untuk membarui dirinya sendiri senantiasa. Seakan-akan tak
sanggup lagi melahirkan anak-anak Tuhan yang sejati, yang hidup dalam percaya dan yang
mempengaruhi lingkungannya karena kuasa Roh Kudus yang mendiami mereka itu.
MATERI II : SEKOLAH DAN PAK DI INDONESIA
PAK disekolah di Indonesia diselenggarakan dengan dasar hukum UUD 1945 BAB XI,
pasal 29 no.2, UU no 4 tahun 1950 No 12 tahun 1954 BAB 9 ayat 1, kep. Bersama Mentri
Agama dan Menteri P & K tahun 1953, intruksi no 51 / 1967, kep. Bersama Mendikbud dan
Dalam kurikulum, tujuan pengajaran PAK disebut kompetensi yang didasari oleh nilai-nilai
kristiani. PAK adalah mata pelajaran yang bermuatan ranah afektif dan psikomotorik lebih besar
daripada kognitif, sehingga melalui PAK, siswa mengalami perjumpaan dengan Allah lewat
Yesus Kristus, Sang sumber nilai-nilai yang membawa perubahan dalam diri anak.
Menjadi seorang guru harus memiliki kompetensi Pedagogi, Kepribadian, Sosial dan
Profesional. Secara khusus untuk Guru Pendidikan Agama Kristen ialah Kepemimpinan.
Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen. Ia harus
mengenal Alkitab dengan baik. Untuk itu ia sendiri perlu dididik dan dilatih sebelum ia mengajar
orang lain. Untuk itu guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkannya
Guru yang baik adalah guru yang apat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa-
siswa melalui mata pelajaran yang diajarkannya, Memiliki kecakapan untuk memimpin,dapat
menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-peerjaan praktis. Dalam hal hubungan siswa
dengan guru, yaitu guru yang dicari oleh siswa untuk memperoleh nasihat dan bantuan, mencari
kontak dengan siswa di luar kelas, memimpin kegiatan kelompok, memiliki minat dalam
pelayanan sosial, membuat kontak dengan orang tua siswa. Sikap professional, yaitu guru yang
ukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra, dapat menyesuaikan diri dan sabar, memiliki sikap
yang konstruktif dan rasa tanggung jawab, berkemauan untuk melatih diri, memiliki semangat
A. Alat pelajaran adalah alat – alat yang di gunakan untuk merekam – rekam bahan
B. Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan ( mewujudkan,
menjadikan terlihat ) objek materi pelajaran ( yang tidak tampat mata atau tak terinra atau
C. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam
proses pembelajaran.ada 3 jenis media yaitu audio, visual, dan audio visual.
sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Tujuannya untuk membina dan mendidik semua warganya mencapai tingkat
kedewasaan dalam iman, pengharapan, dan kasih, guna melaksanakan misinya di dunia ini
sambil menantikan kedatangan kedua dari Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan menurut Robert
Boiehlke, tujuan PAK agar peserta didik memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus
Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.
Werner Graendorf pun mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran
yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini
kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap
budaya, suku, maupun pekerjaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, hal itu
dapat dibuktikan salah satunya dengan keberagaman agama. Pendidikan Agama Kristen harus
memainkan peranan yang sangat penting karena generasi muda yang dididik baik di gereja
B. Kemandirian Iman
Pendidikan Agama Kristen harus menjadi salah satu usaha pembentukan kemandirian
iman, sehingga peserta didik mampu memiliki ketetapan iman maupun ketetapan hati meskipun
ia berada di lingkungan yang berbeda dengannya. Dengan demikian, peserta didik akan mampu
menempatkan dirinya di tengah-tengah pergaulan sekolah dengan tidak kaku, namun tetap
menjaga kemandirian imannya, serta mampu menolak segala tren-tren kehidupan yang
C. Keterbukaan
Pendidikan Agama Kristen haruslah mampu membawa peserta didik pada keterbukaan.
Keterbukaan akan menghindarkan diri dari menjelek-jelekan agama lain, tetapi melihat secara
positif bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam
kehidupan bersama. Keterbukaan memungkinkan peserta didik dapat melihat orang lain bukan
sebagai musuh tetapi sebagai sahabat. Keterbukaan memungkinkan orang-orang Kristen dapat
persekutuan umat Tuhan. Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah “Proses pengajaran dan
pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh
Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan dalam setiap aspek
kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang
Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid” Menurut Martin Luther PAK adalah
pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin
menyadari dos mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan.
Jadi, Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegiatan politis bersama pada peziarah
dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di
masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang
B. Hakikat PAK
Hakikat PAK adalah usaha yang dilakukan secara kontinu dalam rangka mengembangkan
kemampuan para siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati
kasih Allah didalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap
Ruang lingkup PAK mencangkup semua bentuk pelayanan pendidikan dan pembinaan
Kristen untuk semua lapisan usia yang menjadi tanggung jawab dan di selengkarakan oleh
gereja secara teratur, bertujuan, dan terus menerus. Mata pelajaran Agama Kristen di sekolah
atau perguruan tinggi hanyalah sebagian kecil dari PAK, namun menjangkau massa yang sngat
besar.
D. Tujuan PAK
Hieronimus (345-420), PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga
menjadi bait Tuhan “haruslah kamu sempurna sama seperti Bapa-Mu yang di surga adalah
sempurna”. Agustinus (345-430), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya
“melihat Allah dan hidup bahagia”. John Calvin (1509-1664), PAK bertujuan mendidik semua
putra-putri gereja agar mereka, terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
dengan bimbingan Roh kudu, mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan
Gereja. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantakan pengabdian diri kepada Allah
Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab dibawah
kedaulatan Allah.
Indonesia adalah negara kesatuan dan memegang teguh falsafah “Bhineka Tunggal Ika”.
Indonesia menyadari bahwa keanekaragaman ini dapat menjadi potensi kekuatan tetapi juga
menjadi ancaman dan sumber malapetaka bangsa. Untuk itulah persatuan dan kesatuan bangsa
harus terus diperjuangkan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ini adalah tugas seluruh bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai golongan, suku, ras dan agama.
B. Kemajemukan Aliran Keagamaan
Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan yang di akui oleh pemerintah maupun
lembaga-lembaga keagamaan. Islam misalnya ada NU, Muhammadyah, dan lain-lain. di Kristen
ada Protestan, Metodhist, Advent, Bala Keselamatan, Baptis, Pentakosta, Injili dan Kharismatik.
Supaya semua dapat rukun bersama dalam wadah kesatuan RI, maka pemerintah pun mengatur
pergaulan antar agama. Semua itu dilakukan agar heterogenitas agama-agama di Indonesia dapat
C. Sensitivitas Keagamaan
Menurut Budiono, sensitif ialah peka. Adapun sensitivitas ialah perasaan yang peka atau
yang lekas timbul. Oleh karena itu, rasa sensitif bisa muncul dalam dua bentuk yaitu sensitif
positif dan sensitif negatif. Oleh karenaitu, umat agama apapun perlu kembali merenungkan
kembali esensi agama-agama yang mereka anut. Agama apapun itu baik Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Konghucu tidak pernah mengajarkan kepada pemeluknya untuk membunuh
umat lain yang berbeda agama tanpa ada alasan yang jelas. Setiap agama tentunya punya nilai-
nilai substantif berupa kasih sayang, toleransi, tolong menolong, dsb. Nilai-nilai itulah yang
harusnya diambil ketika seseorang hidup di tengah masyarakat yang plural dan majemuk.
kembali pada dogma dan dengan oposisi biner, hitam-putih, salah-benar. Mereka yang termasuk
hitam adalah mereka yang salah dan disebutnya sebagai setan jahat, sementara yang putih adalah
mereka yang benar termasuk anak Tuhan. Rasa sensitif yang menyebabkan konflik dan
kekerasan atas nama agama atau Tuhan lebih disebabkan oleh karena pemeluk semua agama
dalam beberapa hal tertentu. Hendaknya perbedaan tersebut tidak dapat menjadi alasan untuk
menebarkan kekerasan diantara satu kelompok terhadap kelompok lain. Intinya, keyakinan
Agama Kristen di Indonesia memiliki banyak denominasi gereja, mulai dari GPI (Gereja
merupakan kelanjutan dari Indische Kerk dengan tradisi Kalvinis; mencakup Gereja Masehi Injili
di Minahasa (1934), Gereja Protestan Maluku (1935), Gereja Masehi Injili di Timor (1947),
Gereja Toraja (1947), Gereja Protestan di Indonesia Bahagian Barat (GPIB, 1948), Gereja
(1964), Gereja Kristen Luwuk Banggai (1966), Gereja Protestan Indonesia di Irian Jaya (1985).
Seiring waktu, jumlah gereja bertambah besar dan kekristenan Indonesia semakin
beraneka ragam. Penyebab ialah mekarnya beberapa gereja akibat unsur kesukuan/kedaerahan,
Penyebab lain bertambahnya gereja di Indonesia adalah masuknya atau perluasan pengaruh
Indonesia. Pada tahun 1949, diusahakan pendirian DGI sebelum Konferensi East Asia Christian
Conference di Bangkok, namun tidak tercapai. Selanjutnya pada tanggal 6-11 November 1949
Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Salah satu agenda
dalam konferensi tersebut adalah pembahasan tentang Anggaran Dasar DGI. Pada tanggal 25
Mei, Anggaran Dasar DGI disetujui oleh peserta konferensi dan tanggal tersebut ditetapkan
sebagai tanggal berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) dalam sebuah "Manifes
Pembentoekan DGI. Pada tanggal 25 Mei 1950, DGI terbentuk. DGI bertujuan untuk
Indonesia merupakan bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat dan
agama; sehingga bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. yang hidup tersebar
dalam ribuan pulau. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, bahwa bangsa kita yang terdiri atas
berbagai suku, bahasa, dan agama tersebut, dapat bersatu dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Bhineka Tunggal Ika adalah suatu semboyan nasional yang berarti “berbeda-beda tapi tetap satu.
Semboyan ini lahir sebagai refleksi atas realitas kemajemukan bangsa, sekaligus sebagai jawaban
agar kemajemukan itu tidak memicu disintegrasi, tetapi justru menjadi tiang-tiang penyangga
A. Dasar Hukum
Kebebasan beragama di negara Indonesia,mengacu pada UUD 1945. Jika kita merujuk
pada pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali dan Pasal 28E ayat (2) menyatakan. “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama (Pasal 2
ayat 1).
B. Dasar teologis
Dasar teologis yang pertama adalah apa yang kita baca terutama dalam kitab Kejadian pasal 1-
11, tetapi juga dalam banyak bagian Alkitab yang lain, yaitu pengakuan iman bahwa Allah
adalah penciptaan alam semesta dan manusia adalah makhluk ciptaan-Nya. Dalam peristiwa
penciptaan, sesudah Allah menciptakan Adam, Allah menempatkan manusia di taman Eden dan
berfirman: “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong yang
Manusia sering kali disebut sebagai “daging”. Maksudnya, bukan pertama-tama mengungkapkan
aspek kejasmanian manusia, melainkan aspek kerapuhannya sebagai mahluk fana yang dapat
mati.
Pada akhir Injil Matius kita menjumpai pasal yang terkenal mengenai penghakiman terakhir (Mat
25:31-46). Menarik sekali bahwa di sini Yesus mengidentifikasi pelayanan kepada-Nya dengan
Dasar teologis yang keempat adalah bagaimana kita memandang Kristus. Umumnya kita
menganggap bahwa pembicaraan mengenai Kristus dalam dialog antara agama selalu akan
mengalami jalan buntu karena agama lain tidak dapat menerima keilahian Kristus.
Pokok keselamatan yang menjadi dasar teologis yang kelima dalam pembicaraan ini, ternyata
adalah sesuatu yang sangat sensitive bagi orang-orang Kristen di Indonesia dalam percakapan
yang berkaitan dengan kemajemukan agama. Keselamatan dalam Alkitab tidak bisa diartikan
hanya mutlak bersifat partikularistik. Didalam Alkitab juga jelas bahwa keselamatan juga
Prinsip pengajaran Kristen adalah setiap orang beriman harus fanatik akan imannya tapi
tidak boleh fanatisme, karena fanatisme adalah salah satu sikap buruk dalam keagamaan. Peserta
didik harus diajarkan agar mereka sungguh-sungguh berketetapan hati, setia ssampai akhir
terhadap imannya terhadap Yesus Kristus. iman dan keselamatan yang telah diterima dari Yesus
Kristus tidak dapat ditukarkan dengan apapun di dunia ini. Namun dipihak lain, iman itu harus
didemonstrasikan lewat hidup pribadi kepada siapa pun. Kasih Yesus Kristus melampaui batas-
batas agama dan batas-batas manusiawi. Orang beriman harus mampu bergaul dengan semua
penganut agama lain dan bekerja sama dengan mereka untuk membangun kesejahteraan umat
manusia tanpa kecuali. Karena Kristus sendiripun mengasihi semua orang, bahkan mengasihi
Keberadaan siswa disekolah berasal dari berbagai organisasi dan aliran gereja. hal tersebut
adalah kenyataan yang harus diterima dan harus diakui oleh setiap guru PAK. Oleh karena itu,
tidak boleh ada tendensi yang dilakukan guru PAK mengajarkan doktrin gerejannya kepada
peserta didik. Isi pengajaran harus bertujuan mengajarkan iman Kristen yang dinyatakan di
dalam Alkitab. Kurikulum PAK yang ada saat ini sudah disusun sedemikian rupa, sehingga
guru PAK hendaknya melepaskan organisasinya, alirannya dan dengan tulus berpusat kepada
pokok-pokok pengajaran iman Kristen. Guru PAK tidak boleh membeda-bedakan gereja atau
membenarkan gerejannya sendiri sebagai gereja yang terbaik dan gereja lain kurang baik.
Dalam gereja Kristen ada fungsi-fungsi pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh gereja dan
tidak lazim dilakukan oleh pelayanan-pelayan di luar gereja. hal ini dimaksudkan adalah untuk
menjaga ketertiban dan kesakralan upacara Kristen tersebut dan menghindarkan kekacauan
dalam melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Perjamuan Kudus dan Baptisan adalah dua
sakramen yang diakui oleh gereja. pelaksanaannya dilakukan oleh gereja, bukan oleh pribadi-
pribadi sekalipun ia dinyatakan sebagai guru agama Kristen. Seorang guru PAK yang mengajar
disekolah tidak memiliki wewenang untuk melakukan Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus
dalam kapasitasnya sebagai guru. Ia harus mengarahkan peserta didik untuk ambil bagian
digereja masing-masing. Tugas guru PAK adalah memberi pengajaran tentang arti dan makna
Perjamuan Kudus dan Baptisan sesuai dengan firman Allah, sehingga peserta didik dapat
setiap peserta didik. Tidak boleh ada usaha sengaja ataupun tidak sengaja untuk mempengaruhi
peserta didik untuk masuk ke dalam satu organisasi gereja tertentu, termasuk gereja guru yang
bersangkutan.
Ada dua hal yang harus diperhatikan PAK dalam kemajemukan mastarakat :
1. Kemandirian Iman
PAK haruslah menjadi salah satu usaha pembentukan kemandirian iman. Bahwa peserta didik
mampu memiliki ketetapan iman maupun ketetapan hati meskipun di lingkungan yang amat
berbeda. Artinya disini PAK menjadi sarana untama dalam pembentukan iman kristiani, mampu
mengokohkan iman kristiani agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik yang
2. Keterbukaan
Pendidikan Agama Kristen haruslah mengajarkan kepada peserta didik pada keterbukaan.
Keterbukaan akan membawa diri dari menjelek-jelekkan agama lain tetapi melihat secara positif
bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan
bersama. PAK mengajarkan bagaimana bersikap terbuka bagi masyarakat, artinya kita tidak
perlu menutup diri dari lingkungan bahkan kita tidak boleh memndang remeh agama lain dan
menganggap agama kitalah yang paling benar. Melainkan sebaliknya, kita harus ramah dan
menerima keberadaan agama lain, dan menghargai ajarran-ajaran mereka. Mungkin ajaran-ajran
yang baik dalam agama mereka dapat kita jadikan contoh untuk dapat diterapkan dalam
kehidupan bersama.
Untuk menerapkan prinsip-prinsip PAK ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Pendekatan yang cocok kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog
beranjak dari anggapan bahwa tiap-tiap agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat
pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki keyakinan yang teguh dan mutlak. Selain
itu, keyakinan-keyakinan itu berbeda. Dalam berdialog dengan orang yang berbeda, dibutuhkan
kematangan ego yang memadai supaya lawan bicara tidak merasa kalau mereka di sesuaikan.
Hidup ditengah orang yang berbeda agama membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup
sehari-hari. Supaya tidak merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah, Fanatisme,
Suka membeda-bedakan, Egois, Memutar lagu rohani dengan volume yang sangat besar,
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan supaya orang yang berbeda dengan kita bisa menerima
perbedaan dan membuat kita nyaman adalah Saling terbuka, Menerima perbedaan, Saling
mengingatkan untuk kebaikan, Menerima teguran, Saling berbagi, Suka memberi, Tegur sapa,
Saling membantu.
MATERI 10 : SIKAP YANG PERLU DI HINDARI DALAM MASYARAKAT
MAJEMUK
Pluralisme adalah sikap menghargai, menerima dan memandang agama lain sebagai agama yang
baik dan memiliki jalan keselamatan. Misalnya agama Kristen mengakui keberadaan agama lain
Berkaitan dengan konteks masyarakat Indonesia yang memiliki heterogenitas, baik agama,suku,
dan golongan,maka perlu dikaji ulang arah PAK dalam masyarakat majemuk. Diharapkan
dengan pengajaran PAK dalam konteks masyarakat majemuk,peserta didik mampu hadir dan
yang dimilikinya.
Pengembangan sikap toleran,empati,dan simpati haruslah terus dibangun sebagai pra syarat
eksistensi keragaman agama yang ada. Agama-agama haruslah dapat duduk bersama-sama untuk
Membangun saling percaya adalah modal penting dalam membangun suatu masyarakat yang
heterogenitas. Jika tidak maka akan terjadi berbagai konlik dalam masyarakat.
3. Memelihara Saling Pengertian
Saling pengertian adalah kesadaran bahwa nilai-nilai yang di anut oleh orang lain memang
berbeda,tetapi mungkin dapat saling melengkapi dengan nilai-nilai yang kita anut serta member
Saling menghargai adalah sifat dasariah manusia. Setiap manusia haruslah dihargai sebagaimana
ia ada.Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai orang lain.
Pendekatan yang cocok kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dalam
berdialog dengan orang yang berbeda, dibutuhkan kematangan ego yang memadai supaya lawan
Hidup ditengah orang yang berbeda agama membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup
sehari-hari. Supaya tidak merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah: Fanatisme,
Saling terbuka, Menerima perbedaan, Saling mengingatkan untuk kebaikan, Menerima teguran,
terhadap orang-orang yang iman dan agamanya berbeda. Setiap cara dan pandangan ini di lihat
berdasarkan client tersendiri mengenai finalitas penyataan Allah dalam Yesus Kristus. Penegasan
Kristen terhadap “finalitas Kristus sebagai manapun, untuk banyak orang Kristen, merupakan
pokok iman mereka yang tidak dapat di negosiasika Pendekatan yang cocok kepada orang yang
berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog beranjak dari anggapan bahwa tiap-tiap
agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat dipungkiri. Pendekatan dialog bukan berarti
penyelarasan semua keyakinan melainkan pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki
cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka
untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural
sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen,
plural, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999.
untuk mewujudkan pendidikan multicultural maka perlu diperhatikan dua model, Dial dan
Toleransi.
Untuk membebaskan murid dari sekat-sekat primordial, pendidikan agama harus inklusif.
Metode dialogis dan tidak indoktrinatif, mengajak murid untuk merefleksikan realitas
kemajemukan dan menggali nilai-nilai spritualitas sosial. Materi pelajaran di sekolah harus
bernuansa inklusif.
Contoh PAK yang inklusif di sekolah yaitu murid dibiasakan pertanyaan “Bagaimana menjadi
sesama bagi orang lain?”, bukan selalu bertanya “Siapakah sesamaku?”. Dalam hal ini, Kitab
Suci dan tradisi religius kaya dalam memberikan motivasi bagaimana hidup sebagai sesama dan
Menurut Ulbert Silalahi, prencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan
dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk
dalam masyarakat majemuk, penting mengerti apa itu strategi. Jadi, strategi pembelajaran
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk
Pendidikan Agama Kristen harus mampu bersifat terbuka kepada perubahan dan kebutuhan
peserta didik yang yang hidup berpadanan atau berdampingan dengan orang lain, sehingga dari
bekal pendidikan itu peserta didik mampu memahami dan menempatkan diri secara realistis,
kritis, dan kreatif dalam setiap situasi yang dihadapi. Pendidikan Agama Kristen tidak boleh
membawa peserta didik menjadi introvert melainkan ekstrovert, artinya mampu menempatkan
Strategi ini mengajarkan agar peserta didik membangun saling percaya. Jika tidak maka akan
terjadi konflik dalam masyarakat. Pendidikan Agama Kristen bertujuan untuk mendorong agar
peserta didik dapat menghayati gaya hidup Kristiani melalui keterlibatannya dalam berbagai
Pendidikan Agama Kristen hendaknya dapat membawa peserta didik untuk memahami Firman
Allah dan menjadikan Firman itu sebagai pedoman kehidupan terhadap Allah, sesama, maupun
diri sendiri. Melalui penelaan firman Tuhan, siswa diajar agar memiliki kesadaran saling
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi yang digunakan dengan menganggap guru
Bentuk strategi pembelajaran kelompok ini siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa
guruStrategi ini membentuk pola, tatanan dan nilai-nilai kebersamaan untuk saling
membutuhkan sehingga terjadi kerja sama yang baik antara pribadi siswa dan siswa yang lain.
mengelola berbagai prasangka sosial yang ada dengan cara-cara yang baik. Tujuannya
menciptakan hubungan lebih serasi dan kreatif di antara berbagai golongan penduduk dalam
masyarakat. Melalui pendidikan multikultural, peserta didik yang datang dari berbagai golongan
penduduk dibimbing untuk saling mengenal cara hidup mereka, adat istiadat, kebiasaan,
memahami aspirasi-aspirasi mereka serta untuk mengakui dan menghormati bahwa tiap
golongan memiliki hak untuk menyatakan diri menurut cara masing-masing. Dalam konteks
masyarakat Indonesia, misalnya, melalui pendidikan multikultural peserta didik dapat dibimbing
untuk memahami makna Bhinneka Tunggal Ika dan untuk mengamalkan semboyan ini dalam
Pendidikan multikultural perlu diberikan sejak dini di lingkup keluarga. Sejak kecil anak
perlu dibiasakan mengakui dan menghargai perbedaan agama, ideologi, budaya, dan segala
perbedaaan lain. Kuncinya ada pada komunikasi atau dialog yang perlu terus dikembangkan oleh
orang tua. Anak diberi ruang untuk mengekspresikan dan mendiskusikan segala perbedaan yang
ada. Untuk mencapai itu, orang tua harus mampu menghilangkan otoritas tunggal. Salah satu
contoh penerapan pendidikan multikultural dikeluarga adalah mengajak anak menonton mimbar
agama lain. Dari situ anak diajak untuk memahami nilai-nilai yang sama atau yang berbeda lalu
didiskusikan.
Pendidikan yang inklusif merupakan pendidikan yang mengajarkan kepada siswa bahwa
mereka harus saling menghargai satu sama lain dalam perbedaan yang ada baik dari segi suku,
ras, bahasa dan lain sebagainya. Pendidikan inklusif merupakan pengajaran agama yang lebih
Menurut Haidar Bagir, Pendidikan agama khususnya di sekolah dinilai gagal. Memang,
syiar keagamaan tumbuh begitu pesat sedikitnya dua dekade belakagan ini. Entah dalam cara
berpakaian, bertambahnya rumah-rumah ibadah termasuk makin besarnya minat orang terhadap
berbagai barang konsumsidan aksesoris yang menampilkan citra sebuah agama. Namun,
kenyataannya negeri kita yang telah mengalami reformasi politik masih bertengger dalam jajaran
negara yang korup didunia. Ada beberapa hal yang menyebabkan pendidikan agama di sekolah
dinilai telah gagal, yaitu sebagai berikut: pendidikan agama kita selama ini ditengarai masih
berpusat pada hal-hal yang bersifat simbolik, ritualistik dan legal formalistik, pendidikan agama
kita cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif atau paling banter hingga ranah
afektif, dan pendidikan agama di sekolah selama ini tidak berhasil meningkatkan etika dan
sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Tujuannya untuk membina dan mendidik semua warganya mencapai tingkat
kedewasaan dalam iman, pengharapan, dan kasih, guna melaksanakan misinya di dunia ini
sambil menantikan kedatangan kedua dari Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan menurut Robert
Boiehlke, tujuan PAK agar peserta didik memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus
Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.
Werner Graendorf pun mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran
yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini
kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap
budaya, suku, maupun pekerjaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, hal itu
dapat dibuktikan salah satunya dengan keberagaman agama. Pendidikan Agama Kristen harus
memainkan peranan yang sangat penting karena generasi muda yang dididik baik di gereja
Saya setuju dengan pernyataan Daniel Stevanus tentang Pendidikan Agama Kristen
Kemajemukan
Pluralisme adalah sikap menghargai, menerima dan memandang agama lain sebagai
agama yang baik dan memiliki jalan keselamatan. Misalnya agama Kristen mengakui
keberadaan agama lain tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.
agama,suku, dan golongan,maka perlu dikaji ulang arah PAK dalam masyarakat majemuk.
Diharapkan dengan pengajaran PAK dalam konteks masyarakat majemuk,peserta didik mampu
Pengembangan sikap toleran,empati,dan simpati haruslah terus dibangun sebagai pra syarat
eksistensi keragaman agama yang ada. Agama-agama haruslah dapat duduk bersama-sama untuk
Membangun saling percaya adalah modal penting dalam membangun suatu masyarakat yang
heterogenitas. Jika tidak maka akan terjadi berbagai konlik dalam masyarakat.
Saling pengertian adalah kesadaran bahwa nilai-nilai yang di anut oleh orang lain memang
berbeda,tetapi mungkin dapat saling melengkapi dengan nilai-nilai yang kita anut serta member
Saling menghargai adalah sifat dasariah manusia. Setiap manusia haruslah dihargai sebagaimana
ia ada.Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai orang lain.
Pendahuluan
Kesadaran akan adanya keagamaan dan vitalitas berbagai agama mendorong banyak
orang untuk mengatakan, “Tidk ada jalan satu-satunya bagi semua orang. Bagi mereka yang
meyakini kebenaran ini, hal yang sama sering kali diterapkan dalam berbagai budaya, filsafat,
ataupun system ekonomi. Kalau memang demikian banyak dari para ahli akan meyakini bahwa
struktur rasionalitas, kesadaran, kenegaraan, dan keagamaan mereka adalah salah satu di antara
yang banyak. Edward schillebeeckx menulis untuk umat Kristiani sebagai berikut ; Keyakinan
teguh yang terus dipegang seseorang sebagai kebenaran di mana yang lainya salah tidak
dimungkinkan lagi sekarang.”dalam Konteks ini, kalau ada yang mengatakan bahwa cara
seseorang merupakan satu-satunya kemungkinan yang ada untuk memahami kebenaran agama,
berarti ia hidup dalam “zaman yang sesat”.
Bagian I
MODEL PENGGANTIAN
Bab I
Penggantian Total
Teologi dari model penggantian total yang dibahas di bawah ini menganggap bahwa ada
yang kurang, akan menyimpang, di dalam gagasan agama lain. Jadi, pada akhirnya, agama
Kristiani harus bertindak menggantikan mereka. Pandangan ini di anut sepanjang sebagai besar
sejarah gereja. Kini, sikap semacam ini masih dianut oleh banyak gereja yang fundamentalis dan
sebagaian gereja pentakosta.
a. Kita diselamatkan hanya oleh rahmat. Keadaan ini adalah dosa asal atau kejatuhan
manusia.
b. Kita diselamatkan hanya oleh iman. Kebaikan adalah bukan oleh perbuatan agar bisa
menerima rahmat, kita harus mundur, keluar dari jalan yang salah, mengakui
ketidakmampuan kita menuntun kehidupan kita sendiri.
c. Kita diselamatkan hanya oleh darah Kristus. Hanya di dalam Kristus dan hanya di dalam
dia, Allah bekerja mengungkapkan hakikat segala sesuatu bahwa Allah bersedia
mengasihi, mengesahkan kita sebagai pemiliknya, dan, menyelamatkan kita karena kasih
ilahi-Ny.
d. Kita diselamatkan hanya oleh Firman Tuhan, yang ada di dalam Alkitab dan khotbah
yang di dasarkan pada ALkitab, bahwa berita dan realitas tentang Yesus telah
disampaikan kepada kita. Inilah wahyu dalam arti sebenarnya
Bab 2
Pengganti Parsial
Keselamatan
Ketika pertanyaan bergeser dari apakah ada wahyu di dalam agama-agama lain ke apakah
ada keselamatan, para teolog dari model ini menunjukan suatu perubahan nada dan arah secara
mendadak. Maksudnya, bagi mereka tidak ada masalah mengakui bahwa Allah berbicara melalui
agama-agama lain. Namun, mereka tidak mengakui, karena mereka tidak bisa, bahwa Allah juga
membawa umat beragama lain kepada apa yang disebut umat kristiani dengan keselamatan yaitu
persekutuan dengan Allah, dikasihi, diangkat, ditebus, dan dirangkul oleh Allah.
1. Perjanjian Baru
Dengan berpaling ke PB, para teolog ini melakukan apa yang wajar dilakukan umat Kristiani.
Pertama-pertama mereka mendengarkan Firman Allah. Kesaksian PB dalam hubungan dengan
masalah keselamatan di dalam agama-agama lain cukup jelas : Tdak ada berita yang tidak
ambigu di dalam firman tentang mereka yang menjadi percaya hanya melalui wahyu umum
a. Keselamatan dibawah oleh Yesus Kristus dan hanya oleh dia.
Dalam istilah yang lebih teknis, hal ini disebut “kebutuhan ontologis” Kristus, artinya bahwa
kualitas maupun kemungkinan Allah merangkul umat manusia dan menganugerahkan mereka
kebahagiaan dalam kehidupan kini dan sesudah mati dinyatakan secara jelas di dalam dan
melalui Yesus.
b. Keselamatan diperkenalkan hanya oleh Yesus.
Dalam istiah yang lebih teknis disebut kebutuhan epistemologis terhadap Yesus. Ini
merupakan penghubung antara hanya oleh Yesus dan hanya oleh iman”. Hanya di dalam Yesus
kita sadar bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman. Tanpa Kristus, kita tidak mampu meraihnya
maupun tidak berani mencobanya.
2. Bukti yang berasal dari agama-agama
Itu sendiri.sikap sedemikian terhadap agama-agama yaitu bahwa tanpa Kristus mereka tidak
bisa menyadari pengalaman nyata kasih Allah yang terwujud hanya melalui iman. Bukan di
dasarkan pada Alkitab semata. Kenyataan ini dibenarakan juga, menurut para penganut
evangelical.
Bab 3
Model Penggantian
. 1. Kenyataan Adanya Kejahatan dan Kebutuhan akan Pertolongan
Di dalam Model Pengganti terdapat pesan yang nyaring dan terus-menerus di dengarkan,
yaitu bahwa kejahatan itu nyata dan kerena itu pertolongan dibutuhkan. Dalam pemahaman
mereka tentang “hanya oleh Iman” penganut evangelical.
2. Yesus Satu-Satunya dan Segalanya
Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Sebagai umat Kristiani kita harus
meyakini hal ini sebagai kebenaran. Namun, kita tidak bisa meyakininya sebagai pengetahuan
absolud, kita tidak dapat meyakininya sebagai kebenaran abadi. Manusia bukan Tuhan, karena
itu tidak bisa memiliki kebenaran abadi. Semua keyakinan Kristiani adalah keyakinan kita.
3. Hati-hati dengan Agama
Prisnsip Protestan ini penting untuk dijadikan peringatan terhadap sikap kroup seseorang,
terhadap teologi ataupun dialog ataupun dialog antar-agama apa saja. Di dalam menilai maupun
berjumpa dengan agama-agama lain, kita harus terus-menerus bertanya pada diri sendiri
pertanyaan yang sulit.
Bagian II
MODEL PEMENUHAN
Yang Satu Menyempurnakan yang Banyak
Bab 4
Terobosan Konsili Vatikan Kedua
Kalau Rahner adalah orang pertama yang membuka jalan menuju teologi agama-agama
Kristiani yang baru. Konsili Vatikan Kedua (1962-64) berjalan di atasnya. Konsili ini berdiri di
atas satu tonggak sejarah dari apa yang telah dikatakan gereja Kristiani tentang agama-agama
lain dan hubungan dirinya dengan mereka.
a. Segala Sesuatu yang Berharga Bisa Religius Maupun Mnausiawi.
Apa yang dikatakan konsili tentang umat beragama lain tertuang dengan jelas di dalam
Deklarasi tentang hubungan Gereja dengan agama-agama Non-Kristiani. Walupun dokumen itu
seharusnya adalah tonggak. Sejarah dokumen itu juga menjadi satu pemikiran yang sudah
ditakdirkan
b. Cahaya kebenaran Jalan Keselamatan
Seperti sudah terbukti apa dikatakan vatikan II tentang agama-agama lain bergantung
bersama teologi rahner yag baru dengan dua pengecualian mencolok. Mereka beranggapan
bahwa Vatikan II lebih dengan persefektif protestan yang di bahas cahaya kebenaran namun
hanya cahaya tidak cukup untuk memungkinkan sinar anugerah keselamatan Allah dirasakan
c. Persiapan bagi Injil
Oleh karena itu, Vatikan II memang merupakan satu tonggak sejarah tentang sikap Kristiani
terhadap agama-agama lain suatu tonggak sejarah yang setia sementara menunjuk kea rah yang
belum pernah terpikirkan oleh umat Kristiani.
Bab 5
Keterbukaan dan Dialog
Kebanyakan usaha masa kini untuk mengembangkan pandangan katolik agar menjangkau
lebih luas lagi, tanpa memutuskan tali kehidupan dengan tradisi masa lampau, disebut berpaling
ke roh. Hal ini jelas terlihat dalam diri dua tokoh utama Katolik yaitu
a. Berpaling ke Roh : Gavin D’Costa
Orangtua (atau Bapak) untuk menggambarakan bahwa yang ilahi itu kreatif,
sumber segala sesuatu
Firman atau Anak ( Anak laki-laki ) untuk menunjukkan Yang Ilahi sebagai yang
menjangkau keluardalam usaha memperkenalkan kebenaran Allah dan
memulihkan kekuasaan, teristimewa dan khususnya di dalam Yesus dari Nazaret,
Firman yang menjadi manusia dan Anak Allah.
Roh, yang merupakan napas Allah, yang membawa berita tentang Yesus Anak
Allah, yang menyelimuti semua ciptaan dengan energi kehidupan pemeberian
Allah.
b. Melampaui Penyempurnaan : Jacques Duquis
1. Sikap semacam ini membatasi apa yang Allah sedang lakukan dalam agama-agama
lain karena membiarkan kebenaran dan kebaikan di dalam mereka bisa dipenuhi
hanya di dalam gereja
2. Sikap semacam itu lebih mementingkan gereja daripada Allah, juga lebih penting dari
pada Kristus dan Visinya tentang Kerajaan Allah
3. Sikap ini merupakan untuk berdialog karena tidak meungkinkan adanya kesetaraan
yang dipersyaratkan dalam dialog.
Bab 6
Model Pemenuhan
Bab 7
Jembatan Filosofis
Citra yang disukai para penganut model Mutualitas untuk menggambarkan berbagai
implikasi dari prospek mereka adalah menyebrangi sungai model ini mengundang umat Kristiani
untuk bergerak
1. Jembatan Filosofis-Historis. Jembatan ini bertumpu pada dua pilar. Keterbatasan historis
dari semua agama kemungkinan filosofis bahwa ada satu kenyataan ilahi di baik dan di
dalam semua agung
2. Jembatan religius-mistik. Jembatan ini ditopang oleh anggapan yang disetujui oleh
kebanyakan umat beragama bahwa Yang Ilahi itu lebih darpada apa yang diketahui
agama namun yang justru hadir dalam pengalaman mistik sema agama
3. Jembatan etis-praktis. Kebanyakan agama memiliki kemampuan membangun jembatan
ini. Pengakuan bahwa kemiskinan dan penderitaan merusak kemanuisaan dan bumi ini
merupakan keprihatinan semua umat beragama. Semua agama terpanggil untuk
mengatasi berbagai penderitaan ini, yang kalau dilaksanakan secara serius akan
memampukan mereka mengakui bahwa dialog yang lebih efektif di antara perlu
dilakukan
Bagian III
MODEL MUTUALITAS
Banyak Agama Terpanggil untuk Berdialog
Bab 8
Jembatan Mistik dan Profesi
Umat Kristiani yang lebih senang menggunakan lintasan etis-praktis daripada teologi agama-
agama mutualitasi bukan berarti mereka tidak setuju dengan mereka yang menggunakan dua
jembatan yang lain itu. Mereka mengakui adanya berbagai keterbatasan dari semua agama
historis, begitu pula keterbatasan sentrum dalam semua agama yang terus dilanda perbedaan.
1. Dari Buahnya Anda Mengenal Mereka
Bagi para penganut jelas etis-praktis, prinsip penuntunya, untuk menilai berbagai sikap
Kristiani terhadap agama-agama lain di masa lampau maupun untuk menyusun yang baru, ialah
dari buahnya anda mereka
2. Masalah Bersama Asas Bersama
Kemiskinan (Poverty). Kemiskinan memang tidak menusiawi, dan sebagian besar
umat manusia diperlakukan secara tidak manusiawi
Kezaliman. Ini kesakitan yang bukan semata-mata karena miskin, tetapi dibuat tetap
miskin oleh oarng lain. Menjadi korban kezaliman orang lain
Kekerasan. Kemiskinan sendiri sudah merupakan kekerasan, seperti halnya
kezaliman.
Patriarki. Kalau dilihat dari statistic tentang feminisial kemiskinan, tentang kekerasan
dalam keluarga, tentang perdagangan seks dan pemerkosaan sebagai senjata perang.
3. Lebih Baik Berbicara sesudah Berbuat
Bagi umat Kristiani yang menggunakan jembatan praktikal menuju teologi agama-agama
mutualitas, agenda etis yang ditimbulkan oleh penderita manusia dan ekologi merupakan suatu
kebutuhan. Namun, katanya agenda ini merupakan kesempakatan untuk berdialog
4. Yesus, sang Pembebasan
Pilar penyangga yang paling genting dan sulit dibangun untuk semua jembatan yang menuju
ke Model Mutualitas adalah yang berhubungan dengan peranan Yesus. Bagaimana
mempertahankan agar keyakinan tradisional Kritiani tentang pentingnya Yesus secara universal
tidak sampai mengurangi pentingnya tradisi agama-agama lain dan para pemimpin yang juga
penting secara universal. Filosofis menakankan hakikat simbolis dalam membicarakan Yesus
Bab 9
Model Mutualitas
Wawasan dan Pertanyaan
Bab 10
Menciptakan Perdamaian dalam Perbedaan Radikal
Para postmodernis menyatakan bahwa Pencerahan dan dunia modern yamg lahir dari
pencerahan itu gagal. Oleh karena itu mereka menyatakan dirinya sebagai postmodern.
Merekalah orang-orang, atau gerakan, yang muncul sesudah modernitas. Mungkin belum jelas
bagi mereka apa yang dicari, namun mereka yakin tentang bagaimana tidak sampai ke sana. Para
postmodernis sangat berhati-hati dan menghindari berbagai aspek dunia pencerahan modern
a. Keyakinan berlebihan terhadap kemampuan berpikir
b. Penyangkalan terhadap berbagai pandangan mitos-mistik tentang dunai
c. Mencari kebenaran-kebenaran universal
Dalam berbagai versi berbeda tentang apa yang disebut Model Penerimaan, kita akan
sering mendengar gema berbagai perspektif postmodern yang telah kita ringkas di atas.
Berbagai gema teologis ini ternyata lebih positif daripada peringatan dan teguran
negative tentang ketidakterhindari dari berbagai saingan dan bahaya dari berbagai
anggapan universal.
Bagian IV
MODEL PENERIMAAN
Bab 11
Dialog Sejati
Pentingnya Persahabatan
Bab 12
Model Penerimaan
Rupanya semua orang yang mau terlibat dalam dialog antar agama dengan jujur dan terbuka
mungkin harus menerima salah satu bagian penting dari model Penerimaan, yaitu kita semua
adalah Inklusisvis. Berapa kali pun kita berusaha tidak berbeda, kita selalu tanpa bisa diubah,
akan memandang, mendengar, dan memahamiumat beragama lain dari persefektif agama kita
sendiri.
Nilai Perbedaan
Bagian ini dimulai dengan satu kalimat yang menggambarkan Model Penerimaan, Tradisi
keagamaan di dunia ini memang berbeda, dan kita harus mengakui berbagai perbedaan itu. Para
penganjur Model Penerimaan yang semuanya Kristiani mengingatka rekan seiman bahwa
dorongan ke persekutuan ini, atau finalisasi kesatuan di atas kemajemukan bisa berbahaya. Hal
ini bisa mengancam kalau tidak bertentangan, dengan keyakinan dan kepercayaan dasar Kristiani
yang lain. Selain satu unsur Fundamental di dalam pengalaman dan doktrin Kristiani adalah
bahwa Allah yang begitu dekat dan mengasihi kita. Selalu tetap ada.
Dialog etika bertanggungjawab secara global ini akan memampukan umat Kristiani
membentuk berbagai persahabatan baru dengan umat beragama lain, suatu persahabatan yang
diukir dan dipererat dalam pengalaman yang dibagikan dalam tindakan nyata penuh kasih bagi
kesejahteraan sesame. Dari dalam persahabatan demikian seperti yang telah di alami Dewan
Perdamain, akan muncul kemampuan baru untuk menghormati ke liyanan rekan agama lainya.
Mungkin ini konsisten dengan apa yang dimaksud Yesus ketika ia mengatakan Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadmu Mat
6:33.