Tugas Akhir Pak Majemuk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

NAMA :TOGAR SILALAHI

MATA KULIAH : PAK DALAM MAJEMUK

RINGKASAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK


PENGARANG DANIEL STEVANUS

MATERI I : GEREJA DAN PAK DI INDONESIA

A. PAK Dalam Konteks Gereja

1. Tugas Utama Gereja

Bagi gereja PAK adalah tugas utama dan harus mendapat tempat penting dari seluruh

pelayanannya. Gereja yang terlalu menekankan pada pelayanan ibadah dan khotbah dan

mengabaikan pengajaran akan gereja yang timpang.

2. Merupakan Usaha Sungguh-sungguh

Bagi gereja PAK bukanlah usaha sambilan atau kelas dua dalam pelayanan jemaat, tetapi

haruslah merupakan usaha sungguh-sungguh.

3. Berkesinambungan

Agar memperoleh hasil yang maksimal penyelenggaraan PAK haruslah merupakan usaha

berkesinambungan dan terus-menerus.

4. Ruang Lingkup PAK Dalam Gereja

Dalam tradisi gereja-gereja yang ada, pada umumnya pelayanan di dalam gereja dibagi dalam

komisi-komisi.

B. PAK Dalam Konteks Sekolah

1. Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

Keberhasilan PAK tidak hanya terletak pada tersusunnya materi kurikulum yang baik, tetapi juga

ditentukan oleh faktor-faktor lain. Jika kurikulum baik tetapi mutu guru tidak baik maka hasilnya
juga tidak akan baik. Kurikulum baik, guru baik tetapi sarana dan prasarana tidak baik,

hasilnyapun tidak akan maksimal.

2. Mutu dan Kualitas Guru PAK

Kurangnya guru-guru agama Kristen menjadi hambatan utama, karna formasih pengangkatan

guru agama Kristen jauh dari kebutuhan-kebutuhan yang ada. Banyak peserta didik yang

beragama Kristen tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolah karna tidak tersedianya guru

yag mengajar.

3. Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan PAK di Sekolah

Keprihatinan lain adalah terbatasnya sarana dan prasarana penyelenggaraan PAK di sekolah.

Sering di temui bahwa sekolah tidak enyediakan sarana yang memadai untuk penyelenggaraan

PAK. Kadang guru harus mengajar PAK di perpustakaan sekolh, atau di salah satu ruang kecil

saja, bahkan ada yang mengajar di gang yang terdapat di sekolah.

C. PAK Dalam Konteks Masyarakat Indonesia

Pendidikan Agama Kristen di Sekolah haruslah mengarahkan kepada keterbukaan. Ada

empat prinsip utama dari Pendidikan Agama Kristen yaitu, Learning to know, Learning to do,

Learning to be, Learning to live together.

D. Tantangan dan pergumulan yang dihadapi oleh Gereja

Gereja sadar bahwa dunia ini kini terlibat pula dalam suatu krisis yang hebat. Umat

manusia seakan-akan berlomba-lomba untuk saling membinasakan. Gereja seolah-olah

kehilangan daya dan semangat untuk membarui dirinya sendiri senantiasa. Seakan-akan tak

sanggup lagi melahirkan anak-anak Tuhan yang sejati, yang hidup dalam percaya dan yang

mempengaruhi lingkungannya karena kuasa Roh Kudus yang mendiami mereka itu.
MATERI II : SEKOLAH DAN PAK DI INDONESIA

A. Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

PAK disekolah di Indonesia diselenggarakan dengan dasar hukum UUD 1945 BAB XI,

pasal 29 no.2, UU no 4 tahun 1950 No 12 tahun 1954 BAB 9 ayat 1, kep. Bersama Mentri

Agama dan Menteri P & K tahun 1953, intruksi no 51 / 1967, kep. Bersama Mendikbud dan

Menag tahun 1985, dan GBHN 1983 serta 1993.

Dalam kurikulum, tujuan pengajaran PAK disebut kompetensi yang didasari oleh nilai-nilai

kristiani. PAK adalah mata pelajaran yang bermuatan ranah afektif dan psikomotorik lebih besar

daripada kognitif, sehingga melalui PAK, siswa mengalami perjumpaan dengan Allah lewat

Yesus Kristus, Sang sumber nilai-nilai yang membawa perubahan dalam diri anak.

B. Kualitas dan Peranan Guru

Menjadi seorang guru harus memiliki kompetensi Pedagogi, Kepribadian, Sosial dan

Profesional. Secara khusus untuk Guru Pendidikan Agama Kristen ialah Kepemimpinan.

Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen. Ia harus

mengenal Alkitab dengan baik. Untuk itu ia sendiri perlu dididik dan dilatih sebelum ia mengajar

orang lain. Untuk itu guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkannya

dalam proses belajar-mengajar.

Guru yang baik adalah guru yang apat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa-

siswa melalui mata pelajaran yang diajarkannya, Memiliki kecakapan untuk memimpin,dapat

menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-peerjaan praktis. Dalam hal hubungan siswa

dengan guru, yaitu guru yang dicari oleh siswa untuk memperoleh nasihat dan bantuan, mencari

kontak dengan siswa di luar kelas, memimpin kegiatan kelompok, memiliki minat dalam

pelayanan sosial, membuat kontak dengan orang tua siswa. Sikap professional, yaitu guru yang
ukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra, dapat menyesuaikan diri dan sabar, memiliki sikap

yang konstruktif dan rasa tanggung jawab, berkemauan untuk melatih diri, memiliki semangat

untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah dan masyarakat.

C. Sarana dan PraSarana Pendidikan

A. Alat pelajaran adalah alat – alat yang di gunakan untuk merekam – rekam bahan

pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan belajar.

B. Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan ( mewujudkan,

menjadikan terlihat ) objek materi pelajaran ( yang tidak tampat mata atau tak terinra atau

susah untuk diindra )

C. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam

proses pembelajaran.ada 3 jenis media yaitu audio, visual, dan audio visual.

MATERI 3 : PAK DALAM KONTEKS MASYARAKAT DI INDONESIA

A. PAK dan Heterogenitas

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk

sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan. Tujuannya untuk membina dan mendidik semua warganya mencapai tingkat

kedewasaan dalam iman, pengharapan, dan kasih, guna melaksanakan misinya di dunia ini

sambil menantikan kedatangan kedua dari Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan menurut Robert

Boiehlke, tujuan PAK agar peserta didik memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus

Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.

Werner Graendorf pun mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran

yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini
kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap

aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif.

Heteronegitas adalah keanekaragaman. Keanekaragaman yang dimaksud adalah agama,

budaya, suku, maupun pekerjaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, hal itu

dapat dibuktikan salah satunya dengan keberagaman agama. Pendidikan Agama Kristen harus

memainkan peranan yang sangat penting karena generasi muda yang dididik baik di gereja

maupun di sekolah adalah generasi yang hidup dalam konteks heterogenitas.

B. Kemandirian Iman

Pendidikan Agama Kristen harus menjadi salah satu usaha pembentukan kemandirian

iman, sehingga peserta didik mampu memiliki ketetapan iman maupun ketetapan hati meskipun

ia berada di lingkungan yang berbeda dengannya. Dengan demikian, peserta didik akan mampu

menempatkan dirinya di tengah-tengah pergaulan sekolah dengan tidak kaku, namun tetap

menjaga kemandirian imannya, serta mampu menolak segala tren-tren kehidupan yang

bertentangan dengan nilai-nilai iman yang dimilikinya.

C. Keterbukaan

Pendidikan Agama Kristen haruslah mampu membawa peserta didik pada keterbukaan.

Keterbukaan akan menghindarkan diri dari menjelek-jelekan agama lain, tetapi melihat secara

positif bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam

kehidupan bersama. Keterbukaan memungkinkan peserta didik dapat melihat orang lain bukan

sebagai musuh tetapi sebagai sahabat. Keterbukaan memungkinkan orang-orang Kristen dapat

menjadi berkat bagi sesamanya.


MATERI 4 : PEMAHAMAN PAK

A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen

E.G. Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada

persekutuan umat Tuhan. Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah “Proses pengajaran dan

pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh

Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan dalam setiap aspek

kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang

Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid” Menurut Martin Luther PAK adalah

pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin

menyadari dos mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan.

Jadi, Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegiatan politis bersama pada peziarah

dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di

masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang

telah hadir diantara kita.

B. Hakikat PAK

Hakikat PAK adalah usaha yang dilakukan secara kontinu dalam rangka mengembangkan

kemampuan para siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati

kasih Allah didalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap

sesama dan lingkungan hidupnya.

C. Ruang Lingkup PAK

Ruang lingkup PAK mencangkup semua bentuk pelayanan pendidikan dan pembinaan

Kristen untuk semua lapisan usia yang menjadi tanggung jawab dan di selengkarakan oleh
gereja secara teratur, bertujuan, dan terus menerus. Mata pelajaran Agama Kristen di sekolah

atau perguruan tinggi hanyalah sebagian kecil dari PAK, namun menjangkau massa yang sngat

besar.

D. Tujuan PAK

Hieronimus (345-420), PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga

menjadi bait Tuhan “haruslah kamu sempurna sama seperti Bapa-Mu yang di surga adalah

sempurna”. Agustinus (345-430), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya

“melihat Allah dan hidup bahagia”. John Calvin (1509-1664), PAK bertujuan mendidik semua

putra-putri gereja agar mereka, terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana

dengan bimbingan Roh kudu, mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan

Gereja. Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantakan pengabdian diri kepada Allah

Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab dibawah

kedaulatan Allah.

MATERI 5 : REALITAS PLURALISME MASYARAKAT INDONESIA

A. Pluralisme Masyarakat Indonesia

Indonesia adalah negara kesatuan dan memegang teguh falsafah “Bhineka Tunggal Ika”.

Indonesia menyadari bahwa keanekaragaman ini dapat menjadi potensi kekuatan tetapi juga

menjadi ancaman dan sumber malapetaka bangsa. Untuk itulah persatuan dan kesatuan bangsa

harus terus diperjuangkan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ini adalah tugas seluruh bangsa

Indonesia yang terdiri dari berbagai golongan, suku, ras dan agama.
B. Kemajemukan Aliran Keagamaan

Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan yang di akui oleh pemerintah maupun

lembaga-lembaga keagamaan. Islam misalnya ada NU, Muhammadyah, dan lain-lain. di Kristen

ada Protestan, Metodhist, Advent, Bala Keselamatan, Baptis, Pentakosta, Injili dan Kharismatik.

Supaya semua dapat rukun bersama dalam wadah kesatuan RI, maka pemerintah pun mengatur

pergaulan antar agama. Semua itu dilakukan agar heterogenitas agama-agama di Indonesia dapat

hidup rukun dan damai.

C. Sensitivitas Keagamaan

Menurut Budiono, sensitif ialah peka. Adapun sensitivitas ialah perasaan yang peka atau

yang lekas timbul. Oleh karena itu, rasa sensitif bisa muncul dalam dua bentuk yaitu sensitif

positif dan sensitif negatif. Oleh karenaitu, umat agama apapun perlu kembali merenungkan

kembali esensi agama-agama yang mereka anut. Agama apapun itu baik Islam, Kristen, Katolik,

Hindu, Budha dan Konghucu tidak pernah mengajarkan kepada pemeluknya untuk membunuh

umat lain yang berbeda agama tanpa ada alasan yang jelas. Setiap agama tentunya punya nilai-

nilai substantif berupa kasih sayang, toleransi, tolong menolong, dsb. Nilai-nilai itulah yang

harusnya diambil ketika seseorang hidup di tengah masyarakat yang plural dan majemuk.

Menurut beberapa kajian, rasa sensitif (sensitivitas) beragama muncul dikarenakan

kembali pada dogma dan dengan oposisi biner, hitam-putih, salah-benar. Mereka yang termasuk

hitam adalah mereka yang salah dan disebutnya sebagai setan jahat, sementara yang putih adalah

mereka yang benar termasuk anak Tuhan. Rasa sensitif yang menyebabkan konflik dan

kekerasan atas nama agama atau Tuhan lebih disebabkan oleh karena pemeluk semua agama

tidak konsisten dengan keyakinannya sendiri.


Yang perlu diingat, bahwasannya setiap komunitas mempunyai keyakinan tersendiri

dalam beberapa hal tertentu. Hendaknya perbedaan tersebut tidak dapat menjadi alasan untuk

menebarkan kekerasan diantara satu kelompok terhadap kelompok lain. Intinya, keyakinan

kelompok tertentu harus dihargai dan dihormati.

MATERI 6 : PLURALISME MASYARAKAT DI INDONESIA

A. Keanekaragaman Gereja di Indonesia

Agama Kristen di Indonesia memiliki banyak denominasi gereja, mulai dari GPI (Gereja

Protestan di Indonesia), sampai pada gereja kharismatik. Gereja Protestan di Indonesia

merupakan kelanjutan dari Indische Kerk dengan tradisi Kalvinis; mencakup Gereja Masehi Injili

di Minahasa (1934), Gereja Protestan Maluku (1935), Gereja Masehi Injili di Timor (1947),

Gereja Toraja (1947), Gereja Protestan di Indonesia Bahagian Barat (GPIB, 1948), Gereja

Protestan di Sulawesi Tenggara (1957), Gereja Protestan di Indonesia di Gorontalo (1965),

Gereja Protestan Indonesia di Donggala (1965), Gereja Protestan di Indonesia di Buol/Tolitoli

(1964), Gereja Kristen Luwuk Banggai (1966), Gereja Protestan Indonesia di Irian Jaya (1985).

Seiring waktu, jumlah gereja bertambah besar dan kekristenan Indonesia semakin

beraneka ragam. Penyebab ialah mekarnya beberapa gereja akibat unsur kesukuan/kedaerahan,

Penyebab lain bertambahnya gereja di Indonesia adalah masuknya atau perluasan pengaruh

denimonasi-denominasi jenis kebangunan.

B. Keesaan Gereja di Indonesia

Keesaan gereja di Indonesia diwujudkan dalam gerakan oikumenis oleh gereja-gereja di

Indonesia. Pada tahun 1949, diusahakan pendirian DGI sebelum Konferensi East Asia Christian

Conference di Bangkok, namun tidak tercapai. Selanjutnya pada tanggal 6-11 November 1949

diadakan Konperensi Persiapan Dewan Geredja-geredja di Indonesia.


Pada tanggal 21-28 Mei 1950 diadakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di

Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Salah satu agenda

dalam konferensi tersebut adalah pembahasan tentang Anggaran Dasar DGI. Pada tanggal 25

Mei, Anggaran Dasar DGI disetujui oleh peserta konferensi dan tanggal tersebut ditetapkan

sebagai tanggal berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) dalam sebuah "Manifes

Pembentoekan DGI. Pada tanggal 25 Mei 1950, DGI terbentuk. DGI bertujuan untuk

pembentukan gereja Kristen yang esa di Indonesia.

C. Kesatuan Dalam Kepelbagaian

Indonesia merupakan bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat dan

agama; sehingga bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. yang hidup tersebar

dalam ribuan pulau. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, bahwa bangsa kita yang terdiri atas

berbagai suku, bahasa, dan agama tersebut, dapat bersatu dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Bhineka Tunggal Ika adalah suatu semboyan nasional yang berarti “berbeda-beda tapi tetap satu.

Semboyan ini lahir sebagai refleksi atas realitas kemajemukan bangsa, sekaligus sebagai jawaban

agar kemajemukan itu tidak memicu disintegrasi, tetapi justru menjadi tiang-tiang penyangga

bagi hadirnya sebuah bangsa yang kukuh.

MATERI 7 : PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A. Dasar Hukum

Kebebasan beragama di negara Indonesia,mengacu pada UUD 1945. Jika kita merujuk

pada pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : Setiap orang bebas memeluk agama dan

beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali dan Pasal 28E ayat (2) menyatakan. “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya ”.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama berfungsi membentuk manusia

Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan

mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama (Pasal 2

ayat 1).

B. Dasar teologis

1. Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan

Dasar teologis yang pertama adalah apa yang kita baca terutama dalam kitab Kejadian pasal 1-

11, tetapi juga dalam banyak bagian Alkitab yang lain, yaitu pengakuan iman bahwa Allah

adalah penciptaan alam semesta dan manusia adalah makhluk ciptaan-Nya. Dalam peristiwa

penciptaan, sesudah Allah menciptakan Adam, Allah menempatkan manusia di taman Eden dan

berfirman: “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong yang

sepadan dengan dia” (Kej 2:18).

2. Manusia sebagai makhluk fana yang dapat mati

Manusia sering kali disebut sebagai “daging”. Maksudnya, bukan pertama-tama mengungkapkan

aspek kejasmanian manusia, melainkan aspek kerapuhannya sebagai mahluk fana yang dapat

mati.

3. Umat Allah sebagai pelayan kebersamaan manusia

Pada akhir Injil Matius kita menjumpai pasal yang terkenal mengenai penghakiman terakhir (Mat

25:31-46). Menarik sekali bahwa di sini Yesus mengidentifikasi pelayanan kepada-Nya dengan

pelayanan kepada mereka yang tersisih dalam masyarakat.


4. Gambaran Kristus sebagai Hamba-Mesias

Dasar teologis yang keempat adalah bagaimana kita memandang Kristus. Umumnya kita

menganggap bahwa pembicaraan mengenai Kristus dalam dialog antara agama selalu akan

mengalami jalan buntu karena agama lain tidak dapat menerima keilahian Kristus.

5. Makna keselamatan dalam kehidupan bersama dengan yang lain

Pokok keselamatan yang menjadi dasar teologis yang kelima dalam pembicaraan ini, ternyata

adalah sesuatu yang sangat sensitive bagi orang-orang Kristen di Indonesia dalam percakapan

yang berkaitan dengan kemajemukan agama. Keselamatan dalam Alkitab tidak bisa diartikan

hanya mutlak bersifat partikularistik. Didalam Alkitab juga jelas bahwa keselamatan juga

mengandung makna universalistik.

MATERI 8 : PAK DAN KETERBUKAAN

Prinsip pengajaran Kristen adalah setiap orang beriman harus fanatik akan imannya tapi

tidak boleh fanatisme, karena fanatisme adalah salah satu sikap buruk dalam keagamaan. Peserta

didik harus diajarkan agar mereka sungguh-sungguh berketetapan hati, setia ssampai akhir

terhadap imannya terhadap Yesus Kristus. iman dan keselamatan yang telah diterima dari Yesus

Kristus tidak dapat ditukarkan dengan apapun di dunia ini. Namun dipihak lain, iman itu harus

didemonstrasikan lewat hidup pribadi kepada siapa pun. Kasih Yesus Kristus melampaui batas-

batas agama dan batas-batas manusiawi. Orang beriman harus mampu bergaul dengan semua

penganut agama lain dan bekerja sama dengan mereka untuk membangun kesejahteraan umat

manusia tanpa kecuali. Karena Kristus sendiripun mengasihi semua orang, bahkan mengasihi

dunia dan segala isinya.

PAK Dalam Konteks Kekristenan


1. PAK Bukan Untuk Mengajarkan Suatu Doktrin Gereja

Keberadaan siswa disekolah berasal dari berbagai organisasi dan aliran gereja. hal tersebut

adalah kenyataan yang harus diterima dan harus diakui oleh setiap guru PAK. Oleh karena itu,

tidak boleh ada tendensi yang dilakukan guru PAK mengajarkan doktrin gerejannya kepada

peserta didik. Isi pengajaran harus bertujuan mengajarkan iman Kristen yang dinyatakan di

dalam Alkitab. Kurikulum PAK yang ada saat ini sudah disusun sedemikian rupa, sehingga

materi-materi pengajaran lebih menekankan kepada ajaran-ajaran pokok organisasinya. Seorang

guru PAK hendaknya melepaskan organisasinya, alirannya dan dengan tulus berpusat kepada

pokok-pokok pengajaran iman Kristen. Guru PAK tidak boleh membeda-bedakan gereja atau

membenarkan gerejannya sendiri sebagai gereja yang terbaik dan gereja lain kurang baik.

2. PAK Tidak Melakukan Fungsi Gerejawi

Dalam gereja Kristen ada fungsi-fungsi pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh gereja dan

tidak lazim dilakukan oleh pelayanan-pelayan di luar gereja. hal ini dimaksudkan adalah untuk

menjaga ketertiban dan kesakralan upacara Kristen tersebut dan menghindarkan kekacauan

dalam melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Perjamuan Kudus dan Baptisan adalah dua

sakramen yang diakui oleh gereja. pelaksanaannya dilakukan oleh gereja, bukan oleh pribadi-

pribadi sekalipun ia dinyatakan sebagai guru agama Kristen. Seorang guru PAK yang mengajar

disekolah tidak memiliki wewenang untuk melakukan Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus

dalam kapasitasnya sebagai guru. Ia harus mengarahkan peserta didik untuk ambil bagian

digereja masing-masing. Tugas guru PAK adalah memberi pengajaran tentang arti dan makna

Perjamuan Kudus dan Baptisan sesuai dengan firman Allah, sehingga peserta didik dapat

mengerti arti sebenarnya.

3. Menghargai Keanekaragaman Gereja


Guru PAK di sekolah harus menghargai dan menjunjung tinggi keanekaragaman gereja dari

setiap peserta didik. Tidak boleh ada usaha sengaja ataupun tidak sengaja untuk mempengaruhi

peserta didik untuk masuk ke dalam satu organisasi gereja tertentu, termasuk gereja guru yang

bersangkutan.

MATERI 9 : PRINSIP-PRINSIP PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A. PAK dalam konteks masyarakat majemuk (Indonesia)

Ada dua hal yang harus diperhatikan PAK dalam kemajemukan mastarakat :

1. Kemandirian Iman

PAK haruslah menjadi salah satu usaha pembentukan kemandirian iman. Bahwa peserta didik

mampu memiliki ketetapan iman maupun ketetapan hati meskipun di lingkungan yang amat

berbeda. Artinya disini PAK menjadi sarana untama dalam pembentukan iman kristiani, mampu

mengokohkan iman kristiani agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik yang

ada di lungkungan sekitar.

2. Keterbukaan

Pendidikan Agama Kristen haruslah mengajarkan kepada peserta didik pada keterbukaan.

Keterbukaan akan membawa diri dari menjelek-jelekkan agama lain tetapi melihat secara positif

bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan

bersama. PAK mengajarkan bagaimana bersikap terbuka bagi masyarakat, artinya kita tidak

perlu menutup diri dari lingkungan bahkan kita tidak boleh memndang remeh agama lain dan

menganggap agama kitalah yang paling benar. Melainkan sebaliknya, kita harus ramah dan

menerima keberadaan agama lain, dan menghargai ajarran-ajaran mereka. Mungkin ajaran-ajran
yang baik dalam agama mereka dapat kita jadikan contoh untuk dapat diterapkan dalam

kehidupan bersama.

B. Prinsip Utama PAK Dalam Masyarakat Majemuk

Untuk menerapkan prinsip-prinsip PAK ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

Pendekatan yang cocok kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog

beranjak dari anggapan bahwa tiap-tiap agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat

dipungkiri. Pendekatan dialog bukan berarti penyelarasan semua keyakinan melainkan

pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki keyakinan yang teguh dan mutlak. Selain

itu, keyakinan-keyakinan itu berbeda. Dalam berdialog dengan orang yang berbeda, dibutuhkan

kematangan ego yang memadai supaya lawan bicara tidak merasa kalau mereka di sesuaikan.

- Sikap yang perlu dihindari

Hidup ditengah orang yang berbeda agama membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup

sehari-hari. Supaya tidak merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah, Fanatisme,

Suka membeda-bedakan, Egois, Memutar lagu rohani dengan volume yang sangat besar,

Mengejek agama lain, Tidak menerima pemberian orang lain, Sensitivisme.

- Sikap yang harus dilakukan

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan supaya orang yang berbeda dengan kita bisa menerima

perbedaan dan membuat kita nyaman adalah Saling terbuka, Menerima perbedaan, Saling

mengingatkan untuk kebaikan, Menerima teguran, Saling berbagi, Suka memberi, Tegur sapa,

Saling membantu.
MATERI 10 : SIKAP YANG PERLU DI HINDARI DALAM MASYARAKAT

MAJEMUK

A. LATAR BELAKANG PLURALISME DI INDONESIA

Pluralisme adalah sikap menghargai, menerima dan memandang agama lain sebagai agama yang

baik dan memiliki jalan keselamatan. Misalnya agama Kristen mengakui keberadaan agama lain

tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.

B. ARAH PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

Berkaitan dengan konteks masyarakat Indonesia yang memiliki heterogenitas, baik agama,suku,

dan golongan,maka perlu dikaji ulang arah PAK dalam masyarakat majemuk. Diharapkan

dengan pengajaran PAK dalam konteks masyarakat majemuk,peserta didik mampu hadir dan

mempraktekkan imannya ditengah-tengah lingkungannya tanpa mengkompromikan dogma iman

yang dimilikinya.

1. Belajar Hidup dalam Perbedaan

Pengembangan sikap toleran,empati,dan simpati haruslah terus dibangun sebagai pra syarat

eksistensi keragaman agama yang ada. Agama-agama haruslah dapat duduk bersama-sama untuk

berdialog tentang apa yang dilakukan bersama.

2. Membangun Saling Percaya

Membangun saling percaya adalah modal penting dalam membangun suatu masyarakat yang

heterogenitas. Jika tidak maka akan terjadi berbagai konlik dalam masyarakat.
3. Memelihara Saling Pengertian

Saling pengertian adalah kesadaran bahwa nilai-nilai yang di anut oleh orang lain memang

berbeda,tetapi mungkin dapat saling melengkapi dengan nilai-nilai yang kita anut serta member

kontribusi terhadap hubungan yang harmonis.

4. Sikap Saling Menghargai

Saling menghargai adalah sifat dasariah manusia. Setiap manusia haruslah dihargai sebagaimana

ia ada.Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai orang lain.

C. SIKAP YANG PERLU DI HINDARI DAN PERLU DILAKUKAN

Pendekatan yang cocok kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dalam

berdialog dengan orang yang berbeda, dibutuhkan kematangan ego yang memadai supaya lawan

bicara tidak merasa kalau mereka di sesuaikan.

1. Sikap yang perlu dihindari

Hidup ditengah orang yang berbeda agama membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup

sehari-hari. Supaya tidak merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah: Fanatisme,

Suka membeda-bedakan, Egois

2. Sikap yang harus dilakukan

Saling terbuka, Menerima perbedaan, Saling mengingatkan untuk kebaikan, Menerima teguran,

Saling berbagi, Suka memberi, Tegur sapa, Saling membantu

MATERI 11 : PENDEKATAN PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A. Pendekatan PAK dalam masyarakat majemuk


Teolog lainnya, Daniel L Migliore, mencoba melihat secara spesifik respons Kristen

terhadap orang-orang yang iman dan agamanya berbeda. Setiap cara dan pandangan ini di lihat

berdasarkan client tersendiri mengenai finalitas penyataan Allah dalam Yesus Kristus. Penegasan

Kristen terhadap “finalitas Kristus sebagai manapun, untuk banyak orang Kristen, merupakan

pokok iman mereka yang tidak dapat di negosiasika Pendekatan yang cocok kepada orang yang

berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog beranjak dari anggapan bahwa tiap-tiap

agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat dipungkiri. Pendekatan dialog bukan berarti

penyelarasan semua keyakinan melainkan pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki

keyakinan yang teguh dan mutlak

B. Model PAK yang Multikutur dan Inklusif

Pendidikan multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman

cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka

untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural

juga dapat diartikan strategi/perencanaan untuk mengembangkan kesadaran akan kebanggaan

seseorang terhadap bangsanya. Di Indonesia pendidikan multicultural relative baru dikenal

sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen,

plural, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999.

Pengertian inklusif digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan

mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan

mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik,

kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.

C. Contoh Model PAK yang multikultur dan inklusif


Untuk mendisain Pendidikan multicultural secara praktis memang tidak mudah. Akan tetapi

untuk mewujudkan pendidikan multicultural maka perlu diperhatikan dua model, Dial dan

Toleransi.

D. Contoh PAK yang Inklusif

Untuk membebaskan murid dari sekat-sekat primordial, pendidikan agama harus inklusif.

Metode dialogis dan tidak indoktrinatif, mengajak murid untuk merefleksikan realitas

kemajemukan dan menggali nilai-nilai spritualitas sosial. Materi pelajaran di sekolah harus

bernuansa inklusif.

Contoh PAK yang inklusif di sekolah yaitu murid dibiasakan pertanyaan “Bagaimana menjadi

sesama bagi orang lain?”, bukan selalu bertanya “Siapakah sesamaku?”. Dalam hal ini, Kitab

Suci dan tradisi religius kaya dalam memberikan motivasi bagaimana hidup sebagai sesama dan

menjadi sesama bagi orang lain.

MATERI 12 : STRATEGI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A. Konsep Dasar Perencanaan

Menurut Ulbert Silalahi, prencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan

dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk

memaksimalisasi efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.

B. Konsep Strategi Pembelajaran

Berkaitan dengan bagaimana merencanakan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

dalam masyarakat majemuk, penting mengerti apa itu strategi. Jadi, strategi pembelajaran
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

C. Konsep Strategi Pembelajaran PAK Dalam Masyarakat Majemuk

1) Strategi Pembelajaran Bersifat Terbuka Terhadap Perubahan

Pendidikan Agama Kristen harus mampu bersifat terbuka kepada perubahan dan kebutuhan

peserta didik yang yang hidup berpadanan atau berdampingan dengan orang lain, sehingga dari

bekal pendidikan itu peserta didik mampu memahami dan menempatkan diri secara realistis,

kritis, dan kreatif dalam setiap situasi yang dihadapi. Pendidikan Agama Kristen tidak boleh

membawa peserta didik menjadi introvert melainkan ekstrovert, artinya mampu menempatkan

dirinya sebagai orang percaya ditengah-tengah lingkungannya.

2) Strategi Pembelajran learning to life together (hidup dalam kebersamaan)

Strategi ini mengajarkan agar peserta didik membangun saling percaya. Jika tidak maka akan

terjadi konflik dalam masyarakat. Pendidikan Agama Kristen bertujuan untuk mendorong agar

peserta didik dapat menghayati gaya hidup Kristiani melalui keterlibatannya dalam berbagai

kehidupan di sekolah, di keluarga ataupun di lingkungannya.

3) Strategi Pembelajaran Melalui Penelaan Firman Tuhan

Pendidikan Agama Kristen hendaknya dapat membawa peserta didik untuk memahami Firman

Allah dan menjadikan Firman itu sebagai pedoman kehidupan terhadap Allah, sesama, maupun

diri sendiri. Melalui penelaan firman Tuhan, siswa diajar agar memiliki kesadaran saling

pengertian yang menyetujui perbedaan.

4) Strategi Pembelajaran ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi yang digunakan dengan menganggap guru

berfungsi sebagai penyampai informasi..


5) Strategi pembelajaran kelompok

Bentuk strategi pembelajaran kelompok ini siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa

guruStrategi ini membentuk pola, tatanan dan nilai-nilai kebersamaan untuk saling

membutuhkan sehingga terjadi kerja sama yang baik antara pribadi siswa dan siswa yang lain.

MATERI 13 : PENGEMBANGAN MODEL PAK

A. Model PAK Multikultural

Pendidikan multikultural merupakan upaya kolektif suatu masyarakat majemuk untuk

mengelola berbagai prasangka sosial yang ada dengan cara-cara yang baik. Tujuannya

menciptakan hubungan lebih serasi dan kreatif di antara berbagai golongan penduduk dalam

masyarakat. Melalui pendidikan multikultural, peserta didik yang datang dari berbagai golongan

penduduk dibimbing untuk saling mengenal cara hidup mereka, adat istiadat, kebiasaan,

memahami aspirasi-aspirasi mereka serta untuk mengakui dan menghormati bahwa tiap

golongan memiliki hak untuk menyatakan diri menurut cara masing-masing. Dalam konteks

masyarakat Indonesia, misalnya, melalui pendidikan multikultural peserta didik dapat dibimbing

untuk memahami makna Bhinneka Tunggal Ika dan untuk mengamalkan semboyan ini dalam

kehidupan nyata sehari-hari.

Pendidikan multikultural perlu diberikan sejak dini di lingkup keluarga. Sejak kecil anak

perlu dibiasakan mengakui dan menghargai perbedaan agama, ideologi, budaya, dan segala

perbedaaan lain. Kuncinya ada pada komunikasi atau dialog yang perlu terus dikembangkan oleh

orang tua. Anak diberi ruang untuk mengekspresikan dan mendiskusikan segala perbedaan yang
ada. Untuk mencapai itu, orang tua harus mampu menghilangkan otoritas tunggal. Salah satu

contoh penerapan pendidikan multikultural dikeluarga adalah mengajak anak menonton mimbar

agama lain. Dari situ anak diajak untuk memahami nilai-nilai yang sama atau yang berbeda lalu

didiskusikan.

B. Model PAK Inklusif

Pendidikan yang inklusif merupakan pendidikan yang mengajarkan kepada siswa bahwa

mereka harus saling menghargai satu sama lain dalam perbedaan yang ada baik dari segi suku,

ras, bahasa dan lain sebagainya. Pendidikan inklusif merupakan pengajaran agama yang lebih

menekankan pada nilai-nilai pluralisme dan kebersamaan.

Menurut Haidar Bagir, Pendidikan agama khususnya di sekolah dinilai gagal. Memang,

syiar keagamaan tumbuh begitu pesat sedikitnya dua dekade belakagan ini. Entah dalam cara

berpakaian, bertambahnya rumah-rumah ibadah termasuk makin besarnya minat orang terhadap

berbagai barang konsumsidan aksesoris yang menampilkan citra sebuah agama. Namun,

kenyataannya negeri kita yang telah mengalami reformasi politik masih bertengger dalam jajaran

negara yang korup didunia. Ada beberapa hal yang menyebabkan pendidikan agama di sekolah

dinilai telah gagal, yaitu sebagai berikut: pendidikan agama kita selama ini ditengarai masih

berpusat pada hal-hal yang bersifat simbolik, ritualistik dan legal formalistik, pendidikan agama

kita cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif atau paling banter hingga ranah

afektif, dan pendidikan agama di sekolah selama ini tidak berhasil meningkatkan etika dan

moralitas peserta didik .


TANGGAPAN SAYA TERHADAP JUDUL BUKU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
KEMAJEMUKAN

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk

sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan. Tujuannya untuk membina dan mendidik semua warganya mencapai tingkat

kedewasaan dalam iman, pengharapan, dan kasih, guna melaksanakan misinya di dunia ini

sambil menantikan kedatangan kedua dari Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan menurut Robert

Boiehlke, tujuan PAK agar peserta didik memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus

Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.

Werner Graendorf pun mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran

yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini

kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap

aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif.

Heteronegitas adalah keanekaragaman. Keanekaragaman yang dimaksud adalah agama,

budaya, suku, maupun pekerjaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, hal itu

dapat dibuktikan salah satunya dengan keberagaman agama. Pendidikan Agama Kristen harus

memainkan peranan yang sangat penting karena generasi muda yang dididik baik di gereja

maupun di sekolah adalah generasi yang hidup dalam konteks heterogenitas.

Kritik atas persetujuan atau tidak setuju

Saya setuju dengan pernyataan Daniel Stevanus tentang Pendidikan Agama Kristen
Kemajemukan
Pluralisme adalah sikap menghargai, menerima dan memandang agama lain sebagai

agama yang baik dan memiliki jalan keselamatan. Misalnya agama Kristen mengakui

keberadaan agama lain tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.

Berkaitan dengan konteks masyarakat Indonesia yang memiliki heterogenitas, baik

agama,suku, dan golongan,maka perlu dikaji ulang arah PAK dalam masyarakat majemuk.

Diharapkan dengan pengajaran PAK dalam konteks masyarakat majemuk,peserta didik mampu

hadir dan mempraktekkan imannya ditengah-tengah lingkungannya tanpa mengkompromikan

dogma iman yang dimilikinya.

1. Belajar Hidup dalam Perbedaan

Pengembangan sikap toleran,empati,dan simpati haruslah terus dibangun sebagai pra syarat

eksistensi keragaman agama yang ada. Agama-agama haruslah dapat duduk bersama-sama untuk

berdialog tentang apa yang dilakukan bersama.

2. Membangun Saling Percaya

Membangun saling percaya adalah modal penting dalam membangun suatu masyarakat yang

heterogenitas. Jika tidak maka akan terjadi berbagai konlik dalam masyarakat.

3. Memelihara Saling Pengertian

Saling pengertian adalah kesadaran bahwa nilai-nilai yang di anut oleh orang lain memang

berbeda,tetapi mungkin dapat saling melengkapi dengan nilai-nilai yang kita anut serta member

kontribusi terhadap hubungan yang harmonis.

4. Sikap Saling Menghargai

Saling menghargai adalah sifat dasariah manusia. Setiap manusia haruslah dihargai sebagaimana

ia ada.Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai orang lain.
Pendahuluan

Agama Kristen dan Agama-Agama lain

Masalah dan harapan

Kesadaran akan adanya keagamaan dan vitalitas berbagai agama mendorong banyak
orang untuk mengatakan, “Tidk ada jalan satu-satunya bagi semua orang. Bagi mereka yang
meyakini kebenaran ini, hal yang sama sering kali diterapkan dalam berbagai budaya, filsafat,
ataupun system ekonomi. Kalau memang demikian banyak dari para ahli akan meyakini bahwa
struktur rasionalitas, kesadaran, kenegaraan, dan keagamaan mereka adalah salah satu di antara
yang banyak. Edward schillebeeckx menulis untuk umat Kristiani sebagai berikut ; Keyakinan
teguh yang terus dipegang seseorang sebagai kebenaran di mana yang lainya salah tidak
dimungkinkan lagi sekarang.”dalam Konteks ini, kalau ada yang mengatakan bahwa cara
seseorang merupakan satu-satunya kemungkinan yang ada untuk memahami kebenaran agama,
berarti ia hidup dalam “zaman yang sesat”.

Bagian I

MODEL PENGGANTIAN

Hanya Satu Agama yang Benar

Bab I

Penggantian Total

Teologi dari model penggantian total yang dibahas di bawah ini menganggap bahwa ada
yang kurang, akan menyimpang, di dalam gagasan agama lain. Jadi, pada akhirnya, agama
Kristiani harus bertindak menggantikan mereka. Pandangan ini di anut sepanjang sebagai besar
sejarah gereja. Kini, sikap semacam ini masih dianut oleh banyak gereja yang fundamentalis dan
sebagaian gereja pentakosta.

a. Kita diselamatkan hanya oleh rahmat. Keadaan ini adalah dosa asal atau kejatuhan
manusia.
b. Kita diselamatkan hanya oleh iman. Kebaikan adalah bukan oleh perbuatan agar bisa
menerima rahmat, kita harus mundur, keluar dari jalan yang salah, mengakui
ketidakmampuan kita menuntun kehidupan kita sendiri.
c. Kita diselamatkan hanya oleh darah Kristus. Hanya di dalam Kristus dan hanya di dalam
dia, Allah bekerja mengungkapkan hakikat segala sesuatu bahwa Allah bersedia
mengasihi, mengesahkan kita sebagai pemiliknya, dan, menyelamatkan kita karena kasih
ilahi-Ny.
d. Kita diselamatkan hanya oleh Firman Tuhan, yang ada di dalam Alkitab dan khotbah
yang di dasarkan pada ALkitab, bahwa berita dan realitas tentang Yesus telah
disampaikan kepada kita. Inilah wahyu dalam arti sebenarnya

Bab 2
Pengganti Parsial
Keselamatan
Ketika pertanyaan bergeser dari apakah ada wahyu di dalam agama-agama lain ke apakah
ada keselamatan, para teolog dari model ini menunjukan suatu perubahan nada dan arah secara
mendadak. Maksudnya, bagi mereka tidak ada masalah mengakui bahwa Allah berbicara melalui
agama-agama lain. Namun, mereka tidak mengakui, karena mereka tidak bisa, bahwa Allah juga
membawa umat beragama lain kepada apa yang disebut umat kristiani dengan keselamatan yaitu
persekutuan dengan Allah, dikasihi, diangkat, ditebus, dan dirangkul oleh Allah.
1. Perjanjian Baru
Dengan berpaling ke PB, para teolog ini melakukan apa yang wajar dilakukan umat Kristiani.
Pertama-pertama mereka mendengarkan Firman Allah. Kesaksian PB dalam hubungan dengan
masalah keselamatan di dalam agama-agama lain cukup jelas : Tdak ada berita yang tidak
ambigu di dalam firman tentang mereka yang menjadi percaya hanya melalui wahyu umum
a. Keselamatan dibawah oleh Yesus Kristus dan hanya oleh dia.
Dalam istilah yang lebih teknis, hal ini disebut “kebutuhan ontologis” Kristus, artinya bahwa
kualitas maupun kemungkinan Allah merangkul umat manusia dan menganugerahkan mereka
kebahagiaan dalam kehidupan kini dan sesudah mati dinyatakan secara jelas di dalam dan
melalui Yesus.
b. Keselamatan diperkenalkan hanya oleh Yesus.
Dalam istiah yang lebih teknis disebut kebutuhan epistemologis terhadap Yesus. Ini
merupakan penghubung antara hanya oleh Yesus dan hanya oleh iman”. Hanya di dalam Yesus
kita sadar bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman. Tanpa Kristus, kita tidak mampu meraihnya
maupun tidak berani mencobanya.
2. Bukti yang berasal dari agama-agama
Itu sendiri.sikap sedemikian terhadap agama-agama yaitu bahwa tanpa Kristus mereka tidak
bisa menyadari pengalaman nyata kasih Allah yang terwujud hanya melalui iman. Bukan di
dasarkan pada Alkitab semata. Kenyataan ini dibenarakan juga, menurut para penganut
evangelical.

Bab 3
Model Penggantian
. 1. Kenyataan Adanya Kejahatan dan Kebutuhan akan Pertolongan
Di dalam Model Pengganti terdapat pesan yang nyaring dan terus-menerus di dengarkan,
yaitu bahwa kejahatan itu nyata dan kerena itu pertolongan dibutuhkan. Dalam pemahaman
mereka tentang “hanya oleh Iman” penganut evangelical.
2. Yesus Satu-Satunya dan Segalanya
Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Sebagai umat Kristiani kita harus
meyakini hal ini sebagai kebenaran. Namun, kita tidak bisa meyakininya sebagai pengetahuan
absolud, kita tidak dapat meyakininya sebagai kebenaran abadi. Manusia bukan Tuhan, karena
itu tidak bisa memiliki kebenaran abadi. Semua keyakinan Kristiani adalah keyakinan kita.
3. Hati-hati dengan Agama
Prisnsip Protestan ini penting untuk dijadikan peringatan terhadap sikap kroup seseorang,
terhadap teologi ataupun dialog ataupun dialog antar-agama apa saja. Di dalam menilai maupun
berjumpa dengan agama-agama lain, kita harus terus-menerus bertanya pada diri sendiri
pertanyaan yang sulit.
Bagian II
MODEL PEMENUHAN
Yang Satu Menyempurnakan yang Banyak

Bab 4
Terobosan Konsili Vatikan Kedua

Kalau Rahner adalah orang pertama yang membuka jalan menuju teologi agama-agama
Kristiani yang baru. Konsili Vatikan Kedua (1962-64) berjalan di atasnya. Konsili ini berdiri di
atas satu tonggak sejarah dari apa yang telah dikatakan gereja Kristiani tentang agama-agama
lain dan hubungan dirinya dengan mereka.
a. Segala Sesuatu yang Berharga Bisa Religius Maupun Mnausiawi.
Apa yang dikatakan konsili tentang umat beragama lain tertuang dengan jelas di dalam
Deklarasi tentang hubungan Gereja dengan agama-agama Non-Kristiani. Walupun dokumen itu
seharusnya adalah tonggak. Sejarah dokumen itu juga menjadi satu pemikiran yang sudah
ditakdirkan
b. Cahaya kebenaran Jalan Keselamatan
Seperti sudah terbukti apa dikatakan vatikan II tentang agama-agama lain bergantung
bersama teologi rahner yag baru dengan dua pengecualian mencolok. Mereka beranggapan
bahwa Vatikan II lebih dengan persefektif protestan yang di bahas cahaya kebenaran namun
hanya cahaya tidak cukup untuk memungkinkan sinar anugerah keselamatan Allah dirasakan
c. Persiapan bagi Injil
Oleh karena itu, Vatikan II memang merupakan satu tonggak sejarah tentang sikap Kristiani
terhadap agama-agama lain suatu tonggak sejarah yang setia sementara menunjuk kea rah yang
belum pernah terpikirkan oleh umat Kristiani.

Bab 5
Keterbukaan dan Dialog
Kebanyakan usaha masa kini untuk mengembangkan pandangan katolik agar menjangkau
lebih luas lagi, tanpa memutuskan tali kehidupan dengan tradisi masa lampau, disebut berpaling
ke roh. Hal ini jelas terlihat dalam diri dua tokoh utama Katolik yaitu
a. Berpaling ke Roh : Gavin D’Costa
 Orangtua (atau Bapak) untuk menggambarakan bahwa yang ilahi itu kreatif,
sumber segala sesuatu
 Firman atau Anak ( Anak laki-laki ) untuk menunjukkan Yang Ilahi sebagai yang
menjangkau keluardalam usaha memperkenalkan kebenaran Allah dan
memulihkan kekuasaan, teristimewa dan khususnya di dalam Yesus dari Nazaret,
Firman yang menjadi manusia dan Anak Allah.
 Roh, yang merupakan napas Allah, yang membawa berita tentang Yesus Anak
Allah, yang menyelimuti semua ciptaan dengan energi kehidupan pemeberian
Allah.
b. Melampaui Penyempurnaan : Jacques Duquis
1. Sikap semacam ini membatasi apa yang Allah sedang lakukan dalam agama-agama
lain karena membiarkan kebenaran dan kebaikan di dalam mereka bisa dipenuhi
hanya di dalam gereja
2. Sikap semacam itu lebih mementingkan gereja daripada Allah, juga lebih penting dari
pada Kristus dan Visinya tentang Kerajaan Allah
3. Sikap ini merupakan untuk berdialog karena tidak meungkinkan adanya kesetaraan
yang dipersyaratkan dalam dialog.

Bab 6

Model Pemenuhan

Wawasan dan Pertanyaan

1. Membuat Komitmen Kepastian


Saat kita menilai atau merasakan bahwa sesuatu itu memang benar, maka kita dicaploknya.
Caplokan itu memang belum tentu melemah saat kita sadar bahwa ada banyak kebenaran lain
yang mencaplok orang lain sekuat caplokan yang kita alami atau bahkan, ada berbagai kebenaran
lain yang akan mencaplok kita kelak. Kita yakini bahwa berbagai kebenaran lain tidak akan
bertolak-belakang dengan kebenaran yang kini kita yakini. Komitmen religius mengisyaratkan
adanya keyakinan bahwa Allah telah benar-benar memanggil seseorang kepada Kristus, bukan
karena hal adalah satu-satunya panggilan yang Allah berikan kepada manusia
2. Yesus menyelamatkan
Umat kristiani berusaha mengutarakan keyakinan mereka sementara mereka bersedia
berdialog. Masalahnya ialah bahwa partikularitas Yesus cenderung lebih menjol daripada
universalitas kasih Allah. Dan ini merupakan kata akhir umat Kristiani di dalam dialog.

Bab 7
Jembatan Filosofis
Citra yang disukai para penganut model Mutualitas untuk menggambarkan berbagai
implikasi dari prospek mereka adalah menyebrangi sungai model ini mengundang umat Kristiani
untuk bergerak
1. Jembatan Filosofis-Historis. Jembatan ini bertumpu pada dua pilar. Keterbatasan historis
dari semua agama kemungkinan filosofis bahwa ada satu kenyataan ilahi di baik dan di
dalam semua agung
2. Jembatan religius-mistik. Jembatan ini ditopang oleh anggapan yang disetujui oleh
kebanyakan umat beragama bahwa Yang Ilahi itu lebih darpada apa yang diketahui
agama namun yang justru hadir dalam pengalaman mistik sema agama
3. Jembatan etis-praktis. Kebanyakan agama memiliki kemampuan membangun jembatan
ini. Pengakuan bahwa kemiskinan dan penderitaan merusak kemanuisaan dan bumi ini
merupakan keprihatinan semua umat beragama. Semua agama terpanggil untuk
mengatasi berbagai penderitaan ini, yang kalau dilaksanakan secara serius akan
memampukan mereka mengakui bahwa dialog yang lebih efektif di antara perlu
dilakukan

Bagian III
MODEL MUTUALITAS
Banyak Agama Terpanggil untuk Berdialog
Bab 8
Jembatan Mistik dan Profesi

Umat Kristiani yang lebih senang menggunakan lintasan etis-praktis daripada teologi agama-
agama mutualitasi bukan berarti mereka tidak setuju dengan mereka yang menggunakan dua
jembatan yang lain itu. Mereka mengakui adanya berbagai keterbatasan dari semua agama
historis, begitu pula keterbatasan sentrum dalam semua agama yang terus dilanda perbedaan.
1. Dari Buahnya Anda Mengenal Mereka
Bagi para penganut jelas etis-praktis, prinsip penuntunya, untuk menilai berbagai sikap
Kristiani terhadap agama-agama lain di masa lampau maupun untuk menyusun yang baru, ialah
dari buahnya anda mereka
2. Masalah Bersama Asas Bersama
 Kemiskinan (Poverty). Kemiskinan memang tidak menusiawi, dan sebagian besar
umat manusia diperlakukan secara tidak manusiawi
 Kezaliman. Ini kesakitan yang bukan semata-mata karena miskin, tetapi dibuat tetap
miskin oleh oarng lain. Menjadi korban kezaliman orang lain
 Kekerasan. Kemiskinan sendiri sudah merupakan kekerasan, seperti halnya
kezaliman.
 Patriarki. Kalau dilihat dari statistic tentang feminisial kemiskinan, tentang kekerasan
dalam keluarga, tentang perdagangan seks dan pemerkosaan sebagai senjata perang.
3. Lebih Baik Berbicara sesudah Berbuat
Bagi umat Kristiani yang menggunakan jembatan praktikal menuju teologi agama-agama
mutualitas, agenda etis yang ditimbulkan oleh penderita manusia dan ekologi merupakan suatu
kebutuhan. Namun, katanya agenda ini merupakan kesempakatan untuk berdialog
4. Yesus, sang Pembebasan
Pilar penyangga yang paling genting dan sulit dibangun untuk semua jembatan yang menuju
ke Model Mutualitas adalah yang berhubungan dengan peranan Yesus. Bagaimana
mempertahankan agar keyakinan tradisional Kritiani tentang pentingnya Yesus secara universal
tidak sampai mengurangi pentingnya tradisi agama-agama lain dan para pemimpin yang juga
penting secara universal. Filosofis menakankan hakikat simbolis dalam membicarakan Yesus
Bab 9
Model Mutualitas
Wawasan dan Pertanyaan

Model Mutualitas ini Benar-Benar Kristiani


1. Apakah pandangan ini merupakan satu pengingkaran dari tradisi?
Umat Kristiani menggunakan bahasa symbol semacam itu, dengan semua implikasi memberikan
Yesus. “kedudukan” di dalam dunia yang sarat dengan agama-agama lain. Umat kristiani
mutualitas rupanya melupakan hal ini. Sangat melenceng dari fakta sejarah kalau mengatakan
bahwa seandainya umat Kristiani perdana memiliki kesadaran seperti kaum tentara.
2. Apakah berbagai Pandangan baru tentang Yesus ini bisa menopang spritualitas
Kristiani.
Para teolog mutualis yang telah kita dengar pandanganya dalam bagian ini bisa menyikapi
masalah ini dengan mengatakan bahwa ketika seorang Kristiani memilih untuk mengikuti Yesus,
ia melakukan hal itu karena ia telah menemukan bahwa Yesus sesungguhnya adalah firman
Tuhan
3. Dengan semua pandangan ini, apakah umat Kristiani bisa mengikut Yesus sang
nabi.
Kita menganggap bahwa ada validitas untuk semua atau ada beberapa kritik terhadap Model
Mutualitas, apakah itu berarti bahwa untuk menyikapi mereka, umat Kristiani harus kembali ke
model penggantian atau model pemenuhan.

Bab 10
Menciptakan Perdamaian dalam Perbedaan Radikal
Para postmodernis menyatakan bahwa Pencerahan dan dunia modern yamg lahir dari
pencerahan itu gagal. Oleh karena itu mereka menyatakan dirinya sebagai postmodern.
Merekalah orang-orang, atau gerakan, yang muncul sesudah modernitas. Mungkin belum jelas
bagi mereka apa yang dicari, namun mereka yakin tentang bagaimana tidak sampai ke sana. Para
postmodernis sangat berhati-hati dan menghindari berbagai aspek dunia pencerahan modern
a. Keyakinan berlebihan terhadap kemampuan berpikir
b. Penyangkalan terhadap berbagai pandangan mitos-mistik tentang dunai
c. Mencari kebenaran-kebenaran universal
Dalam berbagai versi berbeda tentang apa yang disebut Model Penerimaan, kita akan
sering mendengar gema berbagai perspektif postmodern yang telah kita ringkas di atas.
Berbagai gema teologis ini ternyata lebih positif daripada peringatan dan teguran
negative tentang ketidakterhindari dari berbagai saingan dan bahaya dari berbagai
anggapan universal.

Bagian IV

MODEL PENERIMAAN

Banyak Agama Yang Benar Biarlah begitu

Bab 11

Perbedaan Sejati Memungkinkan

Dialog Sejati

Pentingnya Persahabatan

Fredericks melakukan observasi lebih lanjut yang menunjukkan bagaimana teologi


komparatif secara wajar mengarah pada teologi dialogis. Dari pengamatan nya sendiri, ia
menggambarkan bagaimana proses melakukan teologi komparatif ini mengarahkan umat
Kristiani bukan hanya untuk menghayati lebih dalam berbagai ajaran agama lain. Tetapi juga
membangun persahabatan dengan umat beragama lain. Mereka menghindari penggunaan buku
saja. Persahabatan membuat prestasi itu lebih impresif. Untuk berteolog secara komparatif, umat
Kristiani akan mampu mengembangkan persahabatan abadi dengan sesame umat non-Kristiani
sebagai cara bermanfaat unutk berselisih pendapat secara jujure dan mendalam.

1. Model Penggantian. Model dirasakan gentarnya bersamaan dengan pengalaman dan


keyakinan bahwa kalau berita tentang Yesus benar-benar dipahami dan di terima.
2. Model Pemenuhan. Model ini bertentangan dengan, tetapi menyemimbangkan apa yang
terjadi perhatian pokok dari Model Penggantian. Injil tidak hanya membingungkan, tetapi
juga menegaskan
3. Model Mutualitas. Peringatan utama dari pendekatan ini kepada umat Kristiani yang
menganut kedua model terdahulu dapat disimpulkan. Dialog bermanfaat ganda.
4. Model Penerimaan. Mutiara yang bersinar-sinar di dalam hati Model penerimaan adalah
bagian dari hokum yang umat Kristianitemukan dalam inti ajaran Injil.

Bab 12

Model Penerimaan

Wawasan dan Pertanyaan

Kita semua adalah Inklusivis

Rupanya semua orang yang mau terlibat dalam dialog antar agama dengan jujur dan terbuka
mungkin harus menerima salah satu bagian penting dari model Penerimaan, yaitu kita semua
adalah Inklusisvis. Berapa kali pun kita berusaha tidak berbeda, kita selalu tanpa bisa diubah,
akan memandang, mendengar, dan memahamiumat beragama lain dari persefektif agama kita
sendiri.

Nilai Perbedaan

Bagian ini dimulai dengan satu kalimat yang menggambarkan Model Penerimaan, Tradisi
keagamaan di dunia ini memang berbeda, dan kita harus mengakui berbagai perbedaan itu. Para
penganjur Model Penerimaan yang semuanya Kristiani mengingatka rekan seiman bahwa
dorongan ke persekutuan ini, atau finalisasi kesatuan di atas kemajemukan bisa berbahaya. Hal
ini bisa mengancam kalau tidak bertentangan, dengan keyakinan dan kepercayaan dasar Kristiani
yang lain. Selain satu unsur Fundamental di dalam pengalaman dan doktrin Kristiani adalah
bahwa Allah yang begitu dekat dan mengasihi kita. Selalu tetap ada.

Pentingnya Kerja Sama Antar Agama

Dialog etika bertanggungjawab secara global ini akan memampukan umat Kristiani
membentuk berbagai persahabatan baru dengan umat beragama lain, suatu persahabatan yang
diukir dan dipererat dalam pengalaman yang dibagikan dalam tindakan nyata penuh kasih bagi
kesejahteraan sesame. Dari dalam persahabatan demikian seperti yang telah di alami Dewan
Perdamain, akan muncul kemampuan baru untuk menghormati ke liyanan rekan agama lainya.
Mungkin ini konsisten dengan apa yang dimaksud Yesus ketika ia mengatakan Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadmu Mat
6:33.

TANGGAPAN SAYA TERHADAP JUDUL BUKU PENGANTAR TEOLOGI AGAMA-


AGAMA ADALAH
Bahwa dalam buku ini menceritakan, medefenisikan tentang berbagai dalam Puluralisme.
Agama Kristen merupakan salah satu cara di mana Allah menyentuh dan merubah dunia,
sebagaimana Hick berpendapat bahwa agama-agama adalah respon manusia terhadap yang
Nyata, namun tetap menekankan diviersitas agama, agama bahwa agama,agama itu berbeda
termasuk dalam tujuan dan keselamatan. Selanjutnya untuk mengenal dan memahami agama lain
dilakukan melalui dialog yang korelasional, dimana setiap agama memiliki hak yang sama dalam
berdialog, tidak ada yang mendominasi agama lain.

Kritik atas persetujuan atau tidak setuju


Saya setuju dengan pernyataan Paul F. Knitter dalam bukunya Pengantar teologi Agama-
agama yang mengatakan bahwa, Pandangan ini di anut sepanjang sebagai besar sejarah gereja.
Kini, sikap semacam ini masih dianut oleh banyak gereja yang fundamentalis dan sebagaian
gereja pentakosta.
a. Kita diselamatkan hanya oleh rahmat. Keadaan ini adalah dosa asal atau kejatuhan
manusia.
b. Kita diselamatkan hanya oleh iman. Kebaikan adalah bukan oleh perbuatan agar bisa
menerima rahmat, kita harus mundur, keluar dari jalan yang salah, mengakui
ketidakmampuan kita menuntun kehidupan kita sendiri.
c. Kita diselamatkan hanya oleh darah Kristus. Hanya di dalam Kristus dan hanya di dalam
dia, Allah bekerja mengungkapkan hakikat segala sesuatu bahwa Allah bersedia
mengasihi, mengesahkan kita sebagai pemiliknya, dan, menyelamatkan kita karena kasih
ilahi-Ny.
d. Kita diselamatkan hanya oleh Firman Tuhan, yang ada di dalam Alkitab dan khotbah
yang di dasarkan pada ALkitab, bahwa berita dan realitas tentang Yesus telah
disampaikan kepada kita. Inilah wahyu dalam arti sebenarnya
Kita tetap megakui bahwa Allah Yesus Kristus sebagai juruslamat yang diyakini. Artinya
eksklusive akan tetapi mengakui agama atau kepercayaan orang lain saling mengharagai.

Anda mungkin juga menyukai