LP Stroke Iskemik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN DIAGNOSA STROKE ISKEMIK


DI RUANG IGD RSUDZA

Oleh

Nadia Ulfa, S.Kep


211250101085

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR


BAGIAN KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
STROKE ISKEMIK

A. Pengertian Stroke Iskemik


Stroke iskemik merupakan gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba,
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi lainnya,
terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan sirkulasi aliran darah ke
otak. Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi
akibat pembentukan thrombus (PERDOSSI, 2018).
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah kematian jaringan otak karena
gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral
atau servikal atau vena serebral (Mutiarasari, 2019)
B. Klasifikasi
stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Stroke Trombotik yaitu proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan
b) Stroke embolik yaitu tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c) Hipoperfusion sistemik yaitu berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
C. Etiologi
Menurut Smeltzer (2012) penyebab stroke non hemoragik yaitu:
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher) Stroke terjadi saat
trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke jaringan otak yang
disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan
otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Iskemia Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah.

D. Patofisiologi
E. Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
a. Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita
b. Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula risiko terkena stroke
c. Keturunan: adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah
a) Hipertensi
b) Penyakit jantung
c) Kolesterol tinggi
d) Obesitas
e) Diabetes mellitus
f) Polisetemia
g) Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a) Merokok
b) Peminum alkohol
c) Obat-obatan terlarang
d) Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolesterol.
(Nurarif & kusuma, 2016)
F. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer (2012) manifestasi klinis stroke adalah sebagai berikut:
1. Defisit lapang penglihatan
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan) : Tidak
menyadari orang atau objek di tempat kehilangan, penglihatan mengabaikan salah
satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari, tidak
menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia : Penglihatan ganda
2. Defisit motorik
1) Hemiparesis : Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama. Paralis
wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi
pada hemispes yang berlawanan)
3) Ataksia : Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki, perlu
dasar berdiri yang luas.
4) Disartria : Kesulitan dalam membentuk kata.
5) Disfagia : Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit sensori
Paresthesia (terjadi pada sisi yang berlawanan dari lesi) seperti kebas dan
kesemutan pada bagian tubuh dan kesulitan dalam prepriosepsi.
4. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif : Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respons kata tunggal.
2) Afasia reseptif : Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu
berbicara tetapi tidak masuk akal.
3) Alasia global : Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
5. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan
abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
6. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosiona, penurunan
toleransi pada situasi yang menimbulkan stres, depresi, menarik diri, rasa takut,
bermusuhan dan marah, serta perasaan isolasi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasiendengan stroke iskemik adalah
sebagai berikut (Nurarif dan kusuma, 2016):
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruktif arteri, oklusi/nuptur.
2. Elektro encefalography (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi
persial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
4. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis.
5. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
6. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada
thrombosis, emboli, dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukan hemoragi sub arachnois /perdarahan intakranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran vertrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkn perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas.
8. Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meninggal pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.

H. Penatalaksanaan stroke iskemeik


Penatalaksanaan stroke iskemik menurut Jaime Stockslager Buss (2013) yaitu:
1. Terapi trombolitik (aktivator plasminogen jaringan, alteplase) dalam 3 jam pertama
setelah onset gejala untuk menghancurkan bekuan, membuang oklusi, dan
memperbaiki aliran darah. Meminimalkan kerusakan otak (kecuali jika
dikontraindikasikan).
2. Terapi antikoagulan (heparin, warfarin) untuk mempertahankan patensi pembuluh
darah dan mencegah terbentuknya bekuan (diberikan 24 jam Setelah terapi
trombolitik)
3. Penyekat beta adrenergik atau pasta nitrogliserin, sesuai indikasi, untuk menangani
hipertensi
4. Agen-agen antitrombosit (seperti aspirin) saat keluar rumah sakit untuk mencegah
terjadinya stroke berikutnya
5. Endarterektomi karotis untuk membuka sebagian (lebih dari 70%) arteria carotis
yang tersumbat, atau angioplasti transluminal perkutan atau insersi bidai (stent)
untuk membuka pembulu darah yang tersumbat.

I. Komplikasi
Komplikasi Stroke Menurut Smeltzer (2002) adalah sebagai berikut:
a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan kejaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematocrit
pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigensi
jaringan.
b) Penurunan darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penuruna viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi dan hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c) Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus local.
Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

J. Asuhan keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
4. Gangguan integritas kulit /jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas
5. Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
SIKI SLKI
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat kepuasan pasien
keperawatan selama 3 x 24 terhadap manajemen nyeri pada
jam, klien menunjukan : interval tertentu.
1. Ekspresi nyeri pada 2. Bantu pasien mengidentifikasi tingkat
wajah. nyeri yang logis dan berterima.
2. Gelisah atau tidak tenang. 3. Manajemen nyeri : Tingkatkan
3. Ketegangan otot. istirahat dan tidur yang adekuat untuk
4. Kehilangan selera makan memfasilitasi peredaan nyeri.
5. Episode nyeri yang lama. 4. Kolaborasi dengan tenaga medis lain
5. Ajarkan pasien teknik distraksi dan
relaksasi.

Hambatan Setelah tindakan keperawatan 1. Ajarkan teknik ambulasi dan


mobilitas fisik selama 3 x 24 jam, klien berpindah yang aman.
menunjukan mobilitas fisik
2. Ajarkan pasien tentang dan pantau
dengan kriteria hasil :
1. Pasien dapat menyangga penggunaan alat bantu mobilitas.
berat badan. 3. Dukung latihan ROM aktif atau pasif,
2. Berjalan dengan
jika diperlukan.
menggunakan langkah
langkah yang benar 4. Awasi seluruh upaya mobilitas dan
3. Melakukan aktivitas bantu klien, jika perlu.
kehidupan sehari-hari
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik
secara mandiri dengan
menggunakan alat bantu dan okupasi sebagai suatu sumber
untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas.
Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Observasi
komunikasi keperawatan 5x24 jam 1. Monitor kecepatan, tekanan,
verbal diharapakan komunikasi kuantitas, volume dan diksi bicara
verbal meningkat dengan 2. Monitor proses kognitif, anatomis,
kriteria hasil: dan fisiologis (mis. pendengaran dan
1. Kemampuan bicara bahasa)
meningkat Terapeutik
2. Kesesuaian ekspresi 1. Gunakan metode komunikasi
wajah/tubuh meningkat alternatif (mis. Menulis dan bahasa
3. Pemahaman komunikasi isyarat/ gerakan tubuh)
membaik 2. Sesuaikan gaya komunikasi sesuai
4. Disartria menurun dengan kebutuhan (mis. Berdiri di
5. Pelo menurun depan pasien, bicara dengan perlahan
6. Kemampuan komunikasi sambil menghindari teriakan)
membaik 3. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
4. Ulangi apa yang disampaikan pasien
5. Berikan dungan psikologis
Edukasi
1. Anjurkan bicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A, H & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:

Mediaction

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8. Jakarta: EGC

Wilson & Price. (2016). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.

Mutiarasar, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention. Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai