LP Stroke

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

Di susun oleh :
Ahmad Dhuha Ardiansyah (200101001)
Umii Nuryatul Aliyah (200101021)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN Pamenang 2020/2021

SROKE
I. TINJAUAN PUSTALKA
A. Definisi
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak, biasanya merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun. Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah
otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun, umumnya
laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan (Rasyrid, 2008).
B. Etiologi
Etiologi Stroke menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan odem dan kongesti di
sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis serin kali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan trombosis otak :
1) Ateroklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
3) Arterisis ( radang pada arteri )
4) Emboli
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga infark otak, odema dan mungkin
herniasi otak.
c. Hipoksis umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke menurut Mansjoer (2014) adalah :
a. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan).
Tidak menyadari orang atau obyek ditempat kehilangan, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kesulitan penglihatan perifer Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak
menyadari obyek atau batas obyek.
3) Diplopia Penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena
lesi pada hemisfer yang berlawanan)
2) Ataksia
a) Berjalan tidak mantap, tegak.
b) Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
3) Disartria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
d. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin mampu bicara dalam
respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk
akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif
e. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan
lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrae buruk,
perubahan penilaian.
f. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, penurunan
toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa takut,
bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.

D. Patofisiologis
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.Thrombus
mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan.Oleh karena thrombosis
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika
terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada
otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial menyebabkan herniasi otak. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).
E. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
a) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
b) INR, APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
e) CRP dan LED
f) Fungsi hati dan fungsi ginjal
2) Pemeriksaan khusus atau indikasi:
a) Protein C, S, AT III
b) Cardioplin antibodies
c) Hemocystein
d) Vasculitis-screnning (ANA, Lupus AC)
e) CSF
F. Penanganan
1. Penyuntikkan rtPA
Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) melalui infus dilakukan
untuk mengembalikan kondisi aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat
menerima pengobatan ini. Suntikan rtPA hanya diberikan untuk pasien yang segera
dibawa ke rumah sakit dalam waktu 3–4,5 jam setelah gejala pertama muncul.
2. Obat antiplatelet
Pemberian obat antiplatelet, seperti aspirin, bertujuan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah.
3. Obat antikoagulan
Obat antikoagulan, seperti heparin, biasanya diberikan kepada penderita stroke
dengan gangguan irama jantung. Sama seperti obat antiplatelet, antikoagulan juga
berfungsi untuk mencegah pembekuan darah.
4. Obat antihipertensi
Obat antihipertensi digunakan untuk mengendalikan tekanan darah. Obat ini juga
berfungsi untuk mencegah stroke kembali kambuh.
Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan terlalu rendah
untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan stabil, tekanan darah
akan diturunkan ke level optimal.
Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha-blocker dan beta-blocker), diuretik
thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
5. Statin
Dokter akan memberikan obat golongan statin, seperti atorvastatin, untuk
menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
6. Endarterektomi karotis
Operasi endarterektomi karotis diperlukan untuk mencegah berulangnya stroke
iskemik. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis di
leher pasien dibuang.
Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik
cukup tinggi, prosedur ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga
menderita kondisi kesehatan lain, terutama penyakit jantung.
7. Angioplasti
Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan dengan teknik
angioplasti. Angioplasti dilakukan dengan memasukkan kateter melalui pembuluh
darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis.
Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada di dalam arteri
karotis, balon akan dikembangkan agar memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan sten.

II. PENGKAJIAN
1. Masalah Keperawatan :
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Mutaqqin (2008) pada pasien stroke, yaitu :
a.Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat.
b.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.
c.Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.
d. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan

2. Intervensi keperawatan
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d Tujuan : Observasi:
aliran darah ke otak terhambat, sakit Setelah dilakukan perawatan selama - Identifikasi penyebab
kepala, tekanan darah menurun 3x24 jam aliran darah ke otak peningkatan TIK (mis, lesi,
meningkat. gangguan metabolisme,
Kriteria hasil : edema serebral)
1. Tekanan darah membaik (5) - Monitor tanda/gejala
2. Sakit kepala menurun (5) peningkatan TIK
- Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik :
- Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis, jika peril
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d Tujuan : Observasi :
penurunan sirkulasi ke otak d.d gagap, Setelah dilakukan perawatan selama - Monitor kecepatan,
respon menurun dan ketidak pahaman 3x24 jam komunikasi verbal tekanan, kuantitas,
dalam komunikasi. meningkat. volume dan diksi
Kriteria hasil : bicara.
1. Gagap menurun (5) - Monitor frustasi,
2. Respons perilaku membaik marah, depresi atau hal
(5) lain yang mengganggu
3. Pemahaman komunikasi bicara.
membaik (5) - Identifikasi perilaku
emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi.
Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan.
- Ulangi apa yang
disampaikan pasien.
- Berikan dukungan
psikologis.
- Gunakan juru bicara,
jika perlu.
Edukasi :
- Anjurkan bicara
perlahan.
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis, dan
fisiologis, yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara.
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis.
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, Tujuan : Observasi :
berpakaian, toileting b.d kerusakan Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam - Identifikasi kebiasaan
neuromuscular, penurunan kekuatan aktivitas perawatan diri meningkat. aktivitas perawatan diri
dan ketahanan, kehilangan Kriteria hasil : sesuai usia.
control/koordinasi otot. 1. Kemampuan makan - Monitor tingkat
meningkat (5) kemandirian.
2. Kemampuan mandi cukup - Identifikasi kebutuhan
meningkat (4) alat bantu kebersihan
3. Kemampuan mengenakan diri, berpakaian,
pakaian cukup meningkat (4) berhias, dan makan.
4. Kemampuan ke toilet Terapeutik :
(BAB/BAK) cukup - Sediakan lingkungan
meningkat (4) yang terapeutik (mis.
Suasana hangat, rileks,
privasi)
- Siapkan keperluar
pibadi (mis. Parfum,
sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri.
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri.
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.
4. Pola nafas tidak efektif b.d adanya Tujuan : Observasi :
depresan pusat pernapasan Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam - Monitor pola napas
pola napas membaik. (frekuensi, kedalaman,
Kriteria hasil : usaha napas)
1. Frekuensi napas membaik (5) - Monitor bunyi napas
2. Kedalaman napas membaik tambahan (mis.
(5) Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-tilt
(jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

III. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam tujuan tercapai sebagian
ditandai dengan :pasien belum mampu melakukan mobilisasi dengan baik hal ini ditandai
dengan kemampuan otot klien belum membaik dan klien masih pakai kursi roda dan meminta
bantuan keluarga untuk membantunya, tetapi pola napas dan komunikasi terlihat baik dan
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai