LP Aterosklerosis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler


arteriosclerotic atau ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang
berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan pengerasan).
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan
kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak,
trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium
dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di
seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.

Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang


intima arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan
lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada
lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau
plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri umum, maka bila
kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di
bagian tubuh yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002).

Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna


kuning karena mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa
aterosklerosis bukanlah suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu
penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih berganti.
Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan
rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali
rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung.
(Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)

Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan


pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding
pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa
terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta
pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang
menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi
didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi
serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.

Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang


mulai tua. Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi
juga pada kanak-kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri
koroner telah menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi
lesi aterosklerosis terlebih dahulu.

2. Etiologi

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut


monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah
menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya,
monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri.

Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau


ateroma, terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung
sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel
jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri
besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin
karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri,
sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.

Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya


dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-
lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma
menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam
ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan
lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya
dan memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya
bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan
darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah sehingga
menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:

1. kadar kolesterol darah - ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-


kadang disebut kolesterol jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-
kadang disebut kolesterol baik).
2. Tekanan darah tinggi - tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada
atau di atas 140/90 mmHg selama periode waktu.
3. Merokok - ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah,
meningkatkan kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah -
merokok juga tidak memungkinkan oksigen yang cukup untuk
mencapai jaringan tubuh.
4. Resistensi insulin - Insulin adalah hormon yang membantu
memindahkan darah gula ke dalam sel di mana itu digunakan dan
resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
sendiri dengan benar.
5. Diabetes - ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi
karena tubuh tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan
insulin dengan benar.
6. Kegemukan atau obesitas - kegemukan adalah memiliki berat badan
ekstra dari otot, tulang, lemak, dan / atau air - obesitas adalah memiliki
jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.
7. Kurangnya aktivitas fisik - kurangnya aktivitas dapat memperburuk
faktor risiko lain untuk aterosklerosis.
8. Umur - sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau
gaya hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap
membangun di arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup
telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria,
risiko meningkat setelah usia 45, sedangkan pada wanita, risiko
meningkat setelah usia 55.
9. Riwayat keluarga penyakit jantung dini - risiko aterosklerosis
meningkat jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit
jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan
didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun tetapi
meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor risiko,
itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika
Anda memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup
dan / atau mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko
lainnya seringkali dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah
aterosklerosis dari berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih
tua.

3. Patofisiologi

Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada


kebanyakan kasus, secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika
aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila pembuluh darah ke jantung
tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen secara cukup dan
suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan
pada kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun,
membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena
pembuluh darah terbatas, tidak hanya dapat merusak jantung, tapi juga
membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui sistem
sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang
efisien dan harus bekerja walaupun dengan keras untuk tetap
melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu,
penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-
paru, ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam
tubuh mempercayakan kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung.
Secara khusus, sumbatan yang menyebabkan masalah dibentuk oleh
suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal sebagai plak aterosklerotik.

Arterosklerosis merupakan suatu proses yang kompleks. Secara


tepat bagaimana arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah
diketahui, tetapi beberapa teori telah dikemukakan. Kebanyakan
peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling dalam
arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol,
fibrin, platelet, sampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding
arteri.

Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan


dengan patogenesis aterosklerosis pembuluh koroner. Namun
perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami
kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:

 Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil


yang tampak bagaikan garis lemak.
 Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung
banyak kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian
dalam.
 Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
 Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari
lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan
kapiler.
 Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan
kemampuan vascular untuk memberikan respon juga berkurang,
manifestasi klinis penyakit belum nampak sampai proses aterogenik
sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-
40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan
iskemia dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75%
lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis dan konklusif
baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas terhadap
dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang
mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit
dan kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan
endothelial derived relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan
relaksasi pembuluh darah, dan endothelial derived constricting factor
(EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan
normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui
perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel.
Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP),
adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga
mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri
terhadap pembuluh darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi
aterosklerotik, maka serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang
pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik pembuluh darah juga
merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis yang
menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut:
 Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque
 Perdarahan pada plak ateroma
 pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit
 Embolisasi thrombus atau fragmen plak
 Spasme arteria koronaria
Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun
penyebabnya antara lain adalah:
 Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
 Tekanan darah yang tinggi
 Tembakau
 Diabetes
Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet,
sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya
terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu dapat menstimulasi sel
dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang menghasilkan
pembentukannya dari sel.

4. Komplikasi

a. Tromboemboli
b. Angina pectoris
c. Gagal jantung kongestif
d. Infark miokardium

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah


penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya
penyempitan atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya,
sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika
aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka
bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam
jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram
yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan
oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan
dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung
secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya
jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara
mendadak.

6. Faktor-Faktor Resiko

1) Yang tidak dapat diubah


 Usia
 Jenis kelamin
 Riwayat keluarga
 Ras
2) Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Mayor
 Peningkatan lipid serum
 Hipertensi
 Merokok
 Gangguan toleransi glukosa
 Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
 Gaya hidup yang kurang bergerak
 Stress psikologik
 Tipe kepribadian

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
aterosklerosis yaitu dengan cara:
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di
pergelangan kaki dan lengan,
2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,
3. skening ultrasonik duplex,
4. CT scan di daerah yang terkena,
5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
6. IVUS (intravascular ultrasound).

8. Penatalaksanaan
a. Medis
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan
membentuk pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan
obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah
seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan
lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah, dapat
diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-
koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi
merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan
bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena
yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna
menghindari arteri yang tersumbat.

Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan


inflow darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta bi
iliaka. Bila mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada
arteri iliaka, sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan
seluruhnya dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami
penyumbatan atau aneurisma, anastomosis distalnya harus disambungkan
ke arteri femoralis (aorta bifemoral). Bila dilakukan inflow pada pasien
namun kondisi pasien tersebut tidak memungkinkan untuk pembedahan
abdomen, yang dapat menyebabkan berbagai variasi tekanan darah dan
memerlukan waktu pembedahan yang lama, maka dapat dilakukan
prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri femoralis.
Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting
karena kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan
pembuluh darah seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah.
Misalnya, bila digunakan arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan
ke tandur yang disambungkan ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis
ini adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien menerima tandur
aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi memerlukan darah,
maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah ligamen
inguinalis di arteri femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya adalah
tandur femoral popliteal. Bila anastomosis distal dilakukan di atas lutut
mungkin perlu dipakai bahan prostetis untuk tandur. Namun bila
anastomosis distalnya di bawah lutut, yang diperlukan adalah tandur vena
safena agar tetap paten.
Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan
pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri
poplitea tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu
tandur dibuat dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur
memerlukan vena asli agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog,
biasanya vena safena magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk
memperoleh panjang yang diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh
berbagai hal mencakup ukuran tandur, lokasi tandur, dan terjadinya
hiperplasi lapisan intima pada tempat anastomosis.

B. KONSEP DASAR ASKEP

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,


takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,


radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c. Integritas Ego.

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress


multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue


perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.

e. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi


garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f. Neurosensori

Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,


subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi


bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
h. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,


ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.

Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan


bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bila mengenai jaringan perifer ;


1) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2) Nyeri b,d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan,
3) Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
b. Bila dilakukan tindakan pembedahan
 Pra Bedah :
4) Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
 Post Bedah :
5) Nyeri akut b.d terpotongnya saraf akibat luka operasi.
6) Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi)
7) Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang
informasi.
3. Rencana Intervensi Keperawatan

a. Bila mengenai arteri perifer.


1) Gangguan perfusi jaringan :
 Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
 Anjurkan untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
 Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas
bertahap.
 Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.
 Anjurkan pasien untuk tidak merokok.
 Beri penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan
penatalaksanaan stres.
 Anjurkan untuk menghindari menyilang kaki.
2) Mengatasi nyeri :
 Kaji respons pasien terhadap nyeri.
 Jelaskan penyebab nyeri.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Mencegah kerusakan integritas kulit :
 Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
 Instruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
 Dorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah
yang tertekan.
 Dorong pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi
dengan sabun netral, mengoleskan pelembab, memotong kuku
dengan hati-hati.
 Jelaskan dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik,
suplemen vitamin B dan C yang adekuat dan protein, serta
mengontrol obesitas.
b. Bila dilakukan pembedahan
Pra Bedah :
4) Menurunkan ansietas :
 Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
 Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat
pemahaman pasien.
 Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
 Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Post Bedah :

5) Mengatasi nyeri akut :


 Kaji dan pantau tanda-tanda nyeri.
 Jelaskan penyebab nyeri.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
6) Risiko infeksi :
 Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
 Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
 Rawat luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
 Kolaborasi pemberian antibiotika.
7) Risiko kerusakan integritas kulit :
 Kaji dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
 Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan
bersih.
 Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen
vitamin.
 Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan
kulit.
c. Jika dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya hidup.
 Kaji tingkat pengetahuan pasien.
 Jelaskan cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
 Diskusikan hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya
hidup.
3. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncakanan.
4. Evaluasi Keperawatan

a. Bila mengenai jaringan perifer :


1) Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas
meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan
analgetik dengan baik.
3) Kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi
trauma dan iritasi kulit.
b. Bila dilakukan pembedahan
Pra bedah :
4) Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.
Pasca bedah :
5) Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
6) Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
7) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik,
integritas kulit terjaga.
c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien
menunjukkan
mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta:


Balai Penerbit RS Jantung Harapan kita

Nuratif dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Medi Action

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.


Jakarta: EGC.

Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai