Skripsi Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) Di Sungai Lae Pinang Dan Sungai Sumonggo Kabupaten Humbang Hasundutan
Skripsi Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) Di Sungai Lae Pinang Dan Sungai Sumonggo Kabupaten Humbang Hasundutan
Skripsi Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) Di Sungai Lae Pinang Dan Sungai Sumonggo Kabupaten Humbang Hasundutan
GERICO PUTRA
NIM : 130402085
Sungai Lae Pinang yang memiliki debit air 18,41 m3/s dan ketinggian
jatuh air 82 meter. Dari analisa potensi sungainya disimpulkan bahwa turbin yang
digunakan adalah 2 unit turbin Francis dengan daya yang dihasilkan sebesar 5,72
MW per unit. Generator yang akan terpasang adalah sebanyak 2 unit generator
sinkron dengan output 3 phasa 8000 KVA, frekuensi 50 Hz. Sementara Sungai
Sumonggo dengan debit air 11,35 m3/s dan ketinggian jatuh air 15 meter, dari
analisa potensi sungainya disimpulkan bahwa turbin yang dipakai adalah turbin
Francis dengan daya yang dihasilkan sebesar 1,28 MW. Generator yang akan
terpasang adalah 1 unit generator sinkron dengan output 3 phasa 1500 KVA,
frekuensi 50 Hz dimana kedua generator akan dikoneksikan ke Gardu Induk PLN
Doloksanggul.
Dari hasil analisa ekonominya, Sungai Lae Pinang memiliki net present
value (NPV) sebesar Rp 16.288.407.439, benefit cost ratio (BCR) 1,054 dan pay
back periode (PBP) selama 9,34 tahun. Sementara Sungai Sumonggo memiliki net
present value (NPV) Rp 1.641.184.299, benefit cost ratio (BCR) sebesar 1,049
dan pay back periode (PBP) selama 9,41 tahun. Kedua perencanaan pembangunan
PLTM di kedua sungai dinilai layak bangun karena memiliki nilai net present
value (NPV) > 0 dan benefit cost ratio (BCR) >1 dan dapat disimpulkan PLTM
Sungai Lae Pinang lebih layak untuk dibangun karena lebih menguntungkan dan
kapasitas energi listrik yang dihasilkan oleh PLTM Sungai Lae Pinang lebih
besar.
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan ramat-Nya skripsi ini dapat disusun dan dirampungkan. Skripsi ini
adalah bagian dari kurikulum yang harus saya selesaikan untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik
Elektro Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul:
“STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK MINIHIDRO
(PLTM) DI SUNGAI LAE PINANG DAN SUNGAI SUMONGGO
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”
Skripsi ini saya persembahkan kepada keluarga tercinta, yaitu ayah saya
Julusarlius Manalu, ibu saya Dorotti Marbun dan kedua kakak saya Merryana
Christina Manalu dan Fransisca Yulwinner Manalu. Mereka adalah orang-orang
yang tetap memberi saya dukungan, semangat serta doa saat mengikuti
pendidikan di Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.
Mulai dari masa perkuliahan hingga penyelesaian Tugas Akhir ini, saya
juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, saya
sebagai penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Drs. Hasdari Helmi Rangkuti, M.T., sebagai Dosen pembimbing
Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu dan pikiran beliau untuk tetapp
memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan kepada saya
selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga bapak selalu
sehat diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T., selaku Dosen penguji skripsi saya yang
banyak memberikan saran, masukan dan perbaikan untuk skripsi ini .
3. Bapak Yulianta Siregar, S.T., M.T., Ph.D. Eng., sebagai Dosen penguji
skripsi yang banyak memberikan saran, masukan dan perbaikan untuk
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Departemen Teknik Elektro USU yang telah tak
segan memberikanilmunya bagi saya selama masa perkuliahan.
ii
Universitas Sumatera Utara
5. Staf pegawai di Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah
membantu saya dalam pengurusan administrasi.
6. Yang terkasih Cindy Octavia Tambunan, yang setia mendampingi,
memotivasi dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi.
7. Abangda Abe Dongan Tambunan dan Bang Arifin Zebua atas masukan
dan saran yang telah diberikan.
Saya menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat membantu skripsi ini
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
GERICO PUTRA
NIM: 130402085
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
iv
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Penyusutan Cashflow ...................................................................... 32
2.9.3. Net Present Value (NVP) ................................................................ 33
2.9.4. Pay Back Priode (PBP) ................................................................... 33
2.9.5. Benefit Cost Ratio (BCR) ................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35
v
Universitas Sumatera Utara
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 56
5.2. Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu penggunaan sumber daya lain yang lebih efisien dan ramah
lingkungan diperlukan. Sumber daya Energi Baru dan Terbarukan (EBT)
merupakan sumber daya yang bisa memenuhi kriteria di atas. Sumber daya EBT
sendiri banyak macamnya, seperti air, angin, cahaya matahari, gas alam serta
panas bumi. Potensi sumber daya EBT ini cukup banyak terdapat di Indonesia,
termasuk dari sumber daya air. Didukung dengan kontur dataran yang menaungi
sungai-sungai di Indonesia dengan perbedaan ketinggiannya menjadikan sumber
daya air ini sangat cocok untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro (PLTM).
1
Universitas Sumatera Utara
I yang berkapasitas 2 x 4,5 MW yang sudah energized ke gardu PLN Humbang
Hasundutan.
2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. 2 Sungai Sumonggo, Kecamatan Tarabintang
2. Bagaimana potensi air di Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo untuk
membangkitkan energi listrik ?
3
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penulisan
1. Membahas potensi air Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo yang dapat
dibangkitkan menjadi energi listrik, seperti debit air, head, dan kecepatan air.
1. Menginformasikan besar potensi air Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo
untuk menghasilkan energi listrik terbarukan.
4
Universitas Sumatera Utara
3. Mentukan kelayakan di bangunnya suatu pemangkit listrik tenaga minihidro
Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tersedianya debit air dan nilau ketinggian jatuh air (head) yang
mencukupi adalah syarat utama suatu PLTM, dimana air dialirkan ke turbin dan
akan mendorong sudu pada turbin, sehingga energi dari air akan memutar poros
turbin. Putaran turbin ini nantinya akan memutar poros pada generator sehingga
akhirnya menghasilkan energi listrik.
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 1 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air berdasarkan daya yang
dihasilkan
NO. Jenis Daya / Kapasitas
1. PLTA Pico < 500 W
2. PLTA Mikro 0,5 – 100kW
3. PLTA Mini 100-1000 kW
4. PLTA Kecil 1-10 MW
5. PLTA Skala Penuh > 10 MW
Sumber : Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish. [2]
Potensi energi pada air dapat dikonversikan menjadi energi mekanik yang
dapat memutar turbin dengan debit dan titik jatuh air untuk menggerakkan
generator yang menghasilkan tenaga elektrik (listrik), seperti Gambar 2.1.
(2.1)
7
Universitas Sumatera Utara
= massa jenis air (1000 kg/m3)
Data nilai head dari sungai diambil melalui Google Earth, dimana terlebih
dahulu kita menggambarkan alur sungai tersebut, kemudian melihat perbedaan
ketinggian dari hulu ke hilir alur sungai yang diinginkan.
Untuk mencari debit arus (Q), penggunaan alat ukur arus (currentmeter)
merupakan metode yang umum dipakai dikarenakan penggunaannya yang mudah
dan faktor kesalahan pengamatannya kecil. Faktor koreksi diabaikan bila
memakai currentmeter, maka nilai debit air dapat dicari dengan persamaan:
(2.2)
(2.3)
8
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh kesesuaian lokasi. Berikut adalah kriteria lokasi yang ideal
dalam melakukan pengukuran [8]:
ketiadaan pusaran air
struktur sungai yang rata tanpa ada penghalang
aliran air sungainya terpusat dan tidak melebar saat ketinggian
permukaan airnya naik
untuk sungai besar, pengukuran dilakukan dari jembatan yang kuat
9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 3 3 Luas Penampang (a) Sungai Lae Pinang yang dibagi 3 section dan
(b) Sungai Sumonggo yang dibagi 2 section.
10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 menggambarkan bahwa peningkatan kelengkungan kurva dari
distribusi kecepatan vertikal saluran sebuah sungai diakibatkan oleh saluran yang
kasar. Pada belokan aliran air, gaya sentrifugal dari aliran air mengakibatkan
peningkatan kecepatan air yang sangat besar di sisi terluar cembung belokannya.
Di lain hal, angin pada permukaan air hanya akan memberi sedikit efek untuk
nilai distribusi kecepatan, berbanding terbalik dengan persepsi umum.
Untuk mengetahui debit (Q) dari tiap sungai, sesuai dengan persamaan 2.2
maka kita menghitungnya dengan mencari luas penampang (A) per bagian
(section) sungai kemudian mengalikannya dengan kecepatan rata-rata (v) di tiap
bagiannya. Namun sebelumnya kita lebih dahulu mencari besar dari luas
penampang (A) sungai sesuai persamaan 2.3. Kemudian hasil debit tiap bagian
ditotalkan untuk mendapatkan nilai debit masing-masing sungai. [8]
o Section 1
=4 2 = 2,04 / 3
= 8 m2 = 0,68 m/s
11
Universitas Sumatera Utara
Q1 = A1 v1
=8 0,68
= 5,44 m3/s
o Section 2
=4 2 = 2,23 / 3
= 8 m2 = 0,743 m/s
Q2 = A2 v2
=8 0,743
= 5,94 m3/s
o Section 3
=5 2 = 2,11 / 3
= 10 m2 = 0,703 m/s
Q3 = A3 v3
= 10 0,703
= 7,03 m3/s
Qtotal = Q1 + Q2 +Q3
= 18,41 m3/s
12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 4 Data Sungai Lae Pinang
Luas Penampang Kecepatan Debit
Section 2
(m ) (m/s) (m3/s)
1 8 0,68 5,44
2 8 0,743 5,944
3 10 0,703 7,03
Debit total 18,414
Dari Tabel 2.4 bisa kita lihat penampang sungai dibagi menjadi 3 section
dengan tiap section memiliki lebar 2 meter, sehingga didapatkan nilai luas
penampang di section 3 lebih luas seperti pada Gambar 2.3(a) dan kemudian bisa
kita lihat pada grafik di Gambar 2.4. Kemudian untuk data kecepatan rata-ratanya
terbesar pada section 2 sebesar 0,743 m 2/s, namun untuk nilai debitnya tetap lebih
besar pada section 3 dengan nilai 7,03 m 3/s. Bisa kita lihat perbandingan antar
section untuk kecepatan rata-rata dan debitnya pada Gambar 2.4.
0
0 1 2 3 4
Section
Gambar 2. 5 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai Lae
Pinang
13
Universitas Sumatera Utara
Sungai Sumonggo
o Section 1
=4 2 = 2,14 / 3
= 8 m2 = 0,713 m/s
Q1 = A1 v1
=8 0,713
= 5,70 m3/s
o Section 2
=4 2 = 2,12 / 3
= 8 m2 = 0,706 m/s
Q2 = A2 v2
=8 0,706
= 5,65 m3/s
Qtotal = Q1 + Q2
= 5,65 + 5,70
= 11,35 m3/s
14
Universitas Sumatera Utara
Sementara dari Tabel 2.5 bisa kita lihat penampang sungai dibagi menjadi
3 section dengan tiap section memiliki lebar 2 meter, dimana didapatkan luas
penampang di kedua section sama besar seperti pada Gambar 2.3(b) dan bisa kita
lihat pada grafik di Gambar 2.5. Kemudian untuk data kecepatan rata-ratanya
terbesar pada section 1 sebesar 0,713 m 2/s, sehingga untuk nilai debitnya menjadi
lebih besar pada section 1 dengan nilai 5,704 m 3/s. bisa kita lihat perbandingan
antar section untuk kecepatan rata-rata dan debitnya pada Gambar 2.5.
4
3
2
0,713 0,706
1
0
0 1 2 3
Section
Gambar 2. 6 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai
Sumonggo
Nilai head secara umum didapatkan dengan meperhatikan peta dari area
sungai, yang menunjukkan gambaran elevasi dan ketinggian dari area yang telah
di survey, namun penentuan nilai head perlu dilakukan dengan pengukuran secara
langsung.
Untuk data head dari kedua sungai didapat dari peta topografi melalui
Google Earth. Pertama-tama kita membuat alur dari kedua sungai dengan
membuat garis melalui tools Path pada Google Earth. Kemudian kita akan cari
15
Universitas Sumatera Utara
ketinggiannya dengan menunjukkan elevasi dari Path kedua alur sungai tersebut.
Kedua data elevasi sungai ada pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
Gambar 2. 7 Data elevasi alur Sungai Lae Pinang, Sumber : Google Earth
Dilihat dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 bisa kita tentukan bahwa
perbedaan ketinggian alur Sungai Lae Pinang adalah 82 m, dimana ketinggian
titik awal alur sungai Lae Pinang adalah 488 m dan ketinggian titik akhir alurnya
16
Universitas Sumatera Utara
setinggi 406 m. Sementara perbedaan ketinggian dari alur sungai Sumonggo
adalah 15 m dengan ketinggian titik awal alur sungai Sumonggo adalah 382 m
dan ketinggian titik akhir alurnya setinggi 367 m.
= 1000
= 13.462.791,16 W
= 13,46 MW
= 1000
= 1.518.289,5 W
= 1,51 MW
17
Universitas Sumatera Utara
generator dan akan memutar generator. Dalam pemilihan turbin pada pembangkit
listrik yang akan direncanakan ada beberapa faktor yang dapat dilihat dalam
pemilihan turbin agar sesuai dengan perhitungan yaitu:
1. Tinggi jatuh air (head) dan debit, merupakan faktor utama yang sangat
berpengaruh dalam penentuan jenis turbin yang sesuai dengan kondisi dan
alokasi perencanaan pembangunan pembangkit listrik.
2. Daya (P) yang dapat dihasilkan, yang akan berkaitan dengan head dan
debit air sungai.
Dari ketinggihan titik jatuh air dapat di klasifikasikan head yang sesuai
untuk pemilihan turbin, seperti pada tabel 2.4 :
Pada tabel 2.7 ditentukan pengelompokan turbin dan jenis yang sesuai
dengan ketinggihan titik jatuh air. Berikut ini tabel pengelompokan nya.
Pelton Crows-flow
Turbin Impuls Cross - Flow
Turgo Multi – Jet Pelton
Propeller
Turbin Reaksi Francis
Kaplan
Sumber : Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish. [2]
18
Universitas Sumatera Utara
Turbin air dapat dibedakan menjadi dua jenis turbin berdasarkan prinsip
pengubahan energi potensial air menjadi energi mekanik, yaitu :
Turbin ini mempunyai titik jatuh air (head) ≥ 200 meter. Dan memiliki
efisiensi sekitar 80% sampai dengan 85%. Adapun keuntungan dan kerugian dari
turbin ini antara lain:
Keuntungan :
Konstruksinya sederhana
Maintenance mudah
19
Universitas Sumatera Utara
Kelemahan :
Turbin turgo merupakan turbin air yang dirancang untuk head sekitar 30-
100 meter. Operasional turbin turgo mencapai efisiensi sekitar 87%. Turbin turgo
memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan diantara lain:
Kelebihan :
Kekurangan :
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 10 Turbin Turgo
Kelebihan :
Kekurangan :
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 11 Desain Turbin Cross-Flow
a) Dengan menjaga kecepatan relatif pada sisi inlet runner, air akan masuk ke
dalam runner tanpa shock, dimana arahnya tangensial terhadap sudut
sudu.
22
Universitas Sumatera Utara
Pada turbin reaksi, air masuk runner melalui sisi keliling menuju pusat
runner. Turbin reaksi memiliki fixed guide vane (sudu pengarah tetap) yang
mengarahkan air menuju revolving runner pada sudut yang tepat, dan akan
berjalan dengan mengatur sudut sudu secara tangensial terhadap kecepatan relatif
air dan revolving runner. Melalui sudu-sudunya, air akan melewati sudu dan
memberikan sejumlah gaya pada revolving runner sehingga runner akan berputar.
Ketika beban pada sudu berkurang, maka poros putaran turbin berputar
pada rpm yang lebih tinggi. Jumlah air yang mengalir melalui sudu akan
cenderung berkurang dikarenakan gaya sentrifugal yang naik karena rpmnya naik
dan mengakibatkan kecepatan air pada sisi masuk juga berkurang, maka akan
menurunkan daya yang dihasilkan oleh turbin. Keuntungan dari turbin reaksi jenis
aliran inward adalah saat turbin dapat otomatis mengatur beban yang sesuai
dengan keperluan turbin. Berikut jenis turbin reaksi sesuai tingkat titik jatuh
airnya.
23
Universitas Sumatera Utara
bisa diperbesar ataupun diperkecil. Pada sisi luar turbin tekanannya kurang dari 1
atm (rendah) dengan kecepatan aliran air yang tinggi. Turbin ini beroprasi pada
titik jatuh air sekitar 40 sampai 200 meter dengan efisiensi sekitar 80% sampai
dengan 90%.
Turbin Francis dapat diatur dengan dua cara yaitu dengan poros vertikal
dan poros horizontal. Pengaturan poros vertikal membutuhkan ruang yang
minimum untuk instalasinya sehingga memungkinkan membuat powerhouse yang
lebih kecil. Tak hanya lebih ekonomis untuk ruang yang digunakan, tetapi dalam
banyak kasus, penggunaan poros vertikal adalah satu-satunya solusi praktis untuk
mesin besar, khususnya ketika keadaan geografis pembangkit membatasi ukuran
powerhouse.
Pengaturan posisi turbin juga harus menyesuaikan terhadap head dan beda
ketinggian buang air Hs (Head Suction) air atau yang biasa disebut tail race.
Peletakan turbin harus diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kavitasi.
Kavitasi terjadi disaat adanya tekanan yang lebih kecil dari tekanan uap air,
sehingga dapat mengakibatkan sudu-sudu turbin menghasilkan lubang-lubang
kecil (mnjadi korosif) dan mengurangi efisiensi turbin akibat suara yang berisik
sehingga nantinya dapat merusak turbin. Untuk itu diperlukan adanya analisis
untuk mengetahui letak turbin terhadap tail race yang diharapkan nilainya positif,
sebab bila nilainya negatif maka akan menimbulkan terjadinya kavitasi[9].
Gambar 2. 13 Nilai Hs dan Posisi Turbin terhadap Permukaan Air Bawah [3]
24
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara kondisi head, kecepatan dan kapasitas pembangkit
adalah runner dengan kecepatan rendah dan kapasitas yang kecil digunakan pada
head tinggi, sementara runner dengan kecepatan tinggi dan kapasitas yang besar
digunakan pada head rendah.
Kelebihan :
Kekurangan ;
25
Universitas Sumatera Utara
meter. Turbin berputar dengan laju konstan, yang bervariasi. Putaran pada turbin
sekitar 54,4 sampai 429 rpm. Turbin kaplan mempunyai efisiensi sekitar 80%
sampai dengan 90%. Adapun keuntungan dan kerugian pada turbin ini yaitu:
Keuntungan :
Sudu-sudu Adjustable
Head rendah
Kerugian :
26
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 2.11 jenis-jenis turbin yang ada pada grafik adalah jenis-
jenis yang mayoritas dan lebih umum digunakan pada pembangkitan listrik
bertenaga air, sementara pada Gambar 2.12, jenis turbin yang ditampilkan lebih
banyak dan beraga jenisnya.
27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 17 Grafik Daerah Cakupan Turbin dari nilai Q vs h menurut S.L.
Dixon, B.Eng., PH.D.
2.7. Generator
Generator turbin air dibagi dalam golongan poros datar (horizontal) dan
golongan poros tegak (vertical) bila berdasarkan arah porosnya. Untuk mesin-
mesin berdaya kecil atau mesin-mesin berputaran tinggi sesuai dengan
menggunakan golongan poros datar, sedangkan golongan poros tegak sesuai
untuk digunakan pada mesin-mesin berdaya besar atau mesin-mesin berputaran
rendah. Penggunaan golongan poros tegak sangat baik bagi generator turbin air,
28
Universitas Sumatera Utara
karena hanya memerlukan luas ruang yang kecil dibandingkan dengan golongan
poros datar.
(2.4)
(2.5)
Dalam penentuan dan memprediksi debit air sungai terdapat beberapa cara
yang cukup rumit. Dalam penelitian ini prediksi debit air dilakukan dengan
metode pengukuran langsung. Agar data sesuai dengan keadaan di lapangan
kegiatan pengukuran langsung akan banyak dilakukan di lokasi survei. Metode
pengukuran langsung dapat menggunakan metode salt gulp, metode float atau
pengukuran dengan alat currentmeter flowatch yang nantinya akan dipilih untuk
dilakukan pada pengukuran di lokasi.
29
Universitas Sumatera Utara
2.8.1. Salt Gulp Method
Salt gulp method akurasinya cukup baik untuk area sungai yang lebar
dengan bentuk tak beraturan serta cukup sederhana untuk dilakukan. Prosesnya
dilakukan dengan melarutkan garam ke dalam satu ember air, kemudian larutan
garam dibuang ke sungai, dimana pada jarak tertentu di bagian bawah sungai akan
diukur nilai konduktivitas airnya dengan konduktivitas meter. Larutan garam yang
dibuang pada aliran sungai akan melarut dan menyebar ke sungai. Bila saat aliran
air deras, konduktivitas meter akan menunjukkan nilai yang relatif rendah dan
begitupun sebaliknya. Berikut adalah gambar grafiknya[7].
Fload method merupakan metode yang digunakan pada keadaan aliran air
sungai yang cenderung lurus, tidak beriak/bergelombang dan tidak memiliki
banyak halangan pada aliran airnya. Pengukurannya dilakukan dengan
menggunakan sebuah benda yang dapat mengapung pada aliran air dan dapat
terbawa arus air. Berikutnya diukur kecepatan rata-rata dari benda tersebut
sepanjang beberapa jauh jarak pengukuran, dan kemudian kecepatan aircdapat
dikoreksi dengan mengkalikannya dengan faktor koreksi tertentu sesuai kondisi
yang ada pada aliran arus sungai. Berikut adalah tabel faktor koreksi sesuai
kondisi sungai :
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 8 Faktor Koreksi Fload method
[Kondisi Sungai/saluran Faktor Koreksi
Luas area dari arus air tersebut dihitung dengan mengukur lebar dan
kedalaman rata-rata sungai. Setelah didapat luas area sungainya, maka debit air
dihitung dengan persamaan berikut:
̅ ̅ (2.6)
= faktor koreksi
31
Universitas Sumatera Utara
investasi, umur ekonomis, nilai masa kini dan priode pengembalian modal guna
memberikan rekomendasi dalam pembangunan PLTM.
2.9.1. Depresiasi
Residu
(2.7)
Pajak (%)
32
Universitas Sumatera Utara
Dan untuk mencari discount factor pada persamaan:
(2.8)
n = tahun ke-n
Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara harga kas bersih
(Net Cash Flow) di masa mendatang dengan nilai investasi awal pada sebuah
tingkatan bunga tertentu[1][11]. NPV dapat dicari dengan menggunakan
persamaan berikut :
∑ ̅ ̅ (2.9)
= Tahun ke- n
i = Disount factor(%)
33
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk present value [1][11]. PBP dapat dihitung menggunakan persamaan
:
∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ (2.10)
∑
∑
(2.11)
= Tahun ke-
34
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
35
Universitas Sumatera Utara
Adapun pada perencanaan PLTM Sungai Lae Pinang seperti Gambar 3.1
di atas akan dibuat dengan jarak antara bendungan dengan headtank sejauh 1000
meter, di mana akan terdapat water intake, sandtrap, spilway, waterway, dan
saluran penenang sebelum menuju ke headtank. Kemudian dari headtank ke
power house akan berjarak sejauh 560 meter dengan perbedaan elevasi 82 meter.
36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 3 Contoh Skema PLTM yang akan dibangun
37
Universitas Sumatera Utara
Saluran Pembuangan (tail race) merupakan aliran keluaran air hasil
pemutaran turbin yang akan kembali masuk ke aliran sungai awal.
Jaringan Transmisi berfungsi sebagai pengalir energi listrik menuju gardu
induk terdekat maupun langsung dialirkan ke beban.
Analisa ekonomi
38
Universitas Sumatera Utara
3.4. Diagram Alur Penelitian
Berikut ini adalah diagram alur penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
39
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo merupakan dua sungai yang
letaknya tidak terlalu jauh, namun memiliki karakteristik sungai yang berbeda.
Berikut disajikan keterangan dari kedua sungai tersebut.
Akses transportasi dari Medan menuju lokasi Sungai Lae Pinang sekitar 7
jam perjalanan menggunakan transportasi darat dengan jarak 228 km. Lokasi
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
40
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 1 Lokasi Sungai Lae Pinang
Akses transportasi dari Medan menuju lokasi Sungai Lae Pinang sekitar
7,5 jam perjalanan menggunakan transportasi darat dengan jarak 250 km. Lokasi
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
41
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 2 Lokasi Sungai Sumonggo
Bak Pengendap (Sand Trap) merupakan salah satu kontruksi yang rancang
untuk menyaring keluaran air dari bendungan (dam) yang banyak membawa
partikel-partikel seperti pasir dan lumpur. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketidakstabilan putaran pada turbin akibat partikel tersebut dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada turbin.
42
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Saluran Air (Waterway)
Berdasarkan data head dan debit Sungai Lae Pinang, dapat dilakukan
pemilihan dengan berpatokan pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 serta Gambar 2.11 dan
Gambar 2.12, head dari sungai Lae Pinang yang sebesar 80 meter termasuk ke
kategori head sedang maka turbin yang akan digunakan adalah turbin Francis
dengan efisiensi turbin 80% sampai 90% yang merupakan efisiensi turbin yang
baik serta penggunaanya sudah banyak digunakan di Indonesia. Maka kemudian
efisiensi turbin yang kita gunakan adalah 85%. Sedangkan posisi poros turbin
Francis dengan kapasitas kecil (<10 MW) biasanya dirancang dengan tipe poros
horizontal[9].
Besar daya keluaran turbin dapat dicari dengan memakai efisiensi turbin
sebagai berikut.
Sungai Sumonggo
43
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12, head dari Sungai Sumonggo yang sebesar 15 meter termasuk ke
kategori head rendah dan turbin yang akan digunakan adalah turbin Francis
dengan efisiensi turbin 80% sampai 90%. Maka kemudian efisiensi turbin yang
kita gunakan adalah 85%. Sedangkan posisi poros turbin Francis dengan kapasitas
kecil (<10 MW) umumnya dirancang dengan tipe poros horizontal[9].
44
Universitas Sumatera Utara
Didapat besar daya yang terpasang adalah 2 5,834 MW. Dimana
kapasitas daya yang terpasang pada PLTM adalah:
Sungai Sumonggo
45
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan karakteristik generator
yang akan digunakan untuk membuat PLTM. Maka karakteristik generator
yang digunakan adalah generator sinkron AC dengan frekuensi 50 Hz dan daya
3 × 1500 kVA. Daya yang keluar dari PLTM tersebut akan dikoneksikan
dengan Gardu Induk PLN Doloksanggul.
46
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 1 Tabel Klasifikasi Listrik Tenaga Air beserta Biaya Investasi
Biaya Investasi
Jenis
No Kategori Keluaran Tipe (juta
Pembangkit
US$/MW)
< 100 Pemikul beban
1 Mikro Arus sungai 1,5 - 3,0
kW dasar
100 kW - Pemikul beban
2 Mini Arus sungai 1,5 - 3,0
1 MW dasar
Pemikul beban
3 Kecil < 10 MW Arus sungai dasar / 1,5 - 2,0
bergantian
Pemikul beban
10 - 100
4 Sedang Arus sungai dasar / 1,5 - 2,5
MW
bergantian
Bendungan
100 - 300 dan Beban dasar dan
5 Sedang 2,0 - 3,0
MW penampungan puncak
air
Bendungan
> 300 dan Beban dasar dan
6 Besar 2,0 - 3,0
MW penampungan puncak
air
Dari tabel di atas, maka untuk Sungai Lae Pinang dengan kapasitas 10
MW termasuk dalam kategori sedang, biaya investasi yang kita ambil adalah 2
juta US$/MW. Sementara untuk Sungai Sumonggo dengan kapasitas 1 MW
termasuk dalam kategori mini, biaya investasi yang kita ambil adalah 2,25 juta
US$/MW. Sesuai nilai Rupiah terhadap US$, dimana nilai rupiah berada pada
Rp 14.838,00 per 1 US$ pada tanggal 9 September 2020, maka nilai investasi
masing masing perencanaan PLTM adalah sebagai berikut.
= Rp 296.760.000.000
Sungai Sumonggo
= Rp 33.385.000.000
47
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Pendapatan PLTM
= Rp 94.483.148.760
= Rp 94.483.100.000
Sungai Sumonggo
= Rp 10.571.541.120
= Rp 10.571.500.000
48
Universitas Sumatera Utara
4.5.3. Pengeluaran PLTM
Tabel 4. 2 Biaya Operasi Rata-rata per kWh Pembangkit PLN tahun 2018
= Rp 29.914.570.343
Sungai Sumonggo
49
Universitas Sumatera Utara
Daya yang dibangkitkan dalam 1 tahun = 9.498.240 kWh/tahun dengan
waktu operasi 8730 jam.
= Rp 3.347.084.793
Umur ekonomis PLTM diasumsikan sekitar 10 tahun dan pada akhir umur
pembangkit tersebut masih terdapat nilai residu yang tersisa sekitar 10% dari
masa pemakaian.
Residu
Depresiasi/penyusutan =
= Rp 26.708.400.000
Dibulatkan = Rp 26.709.000.000
Sungai Sumonggo
Residu
Depresiasi/penyusutan =
50
Universitas Sumatera Utara
= Rp 3.004.650.000
Dibulatkan = Rp 3.005.000.000
Tingkat inflasi[14] = 3%
Pajak[16] = 25%
Perhitungan dan penyusunan cashflow dapat dilihat pada tabel 4.14 dan
tabel 4.15 berikut.
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 3 Proforma Cashflow Sungai Lae Pinang
Tahun Penerimaan Pengeluaran i Bi Ci Pajak Arus kas Kas kumulatif
0 - 296.760.000.000 1 - 296.760.000.000 - - -
52
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 4 Proforma Cashflow Sungai Sumonggo
Tahun Penerimaan Pengeluaran I Bi Ci Pajak Arus kas Kas kumulatif
0 - 33.385.000.000 1 - 33.385.000.000 - - -
53
Universitas Sumatera Utara
4.5.6. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah nilai selisih harga sekarang dari benefit
dengan harga dari investasi awal pada tingkat bunga tertentu.
NPV =∑ ̅ ̅
= Rp 313.048.407.439 – Rp296.760.000.000
= Rp 16.288.407.439
Sungai Sumonggo
NPV =∑ ̅ ̅
= Rp 35.026.184.299 – Rp 33.385.000.000
= Rp 1.641.084.299
∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅
54
Universitas Sumatera Utara
Sungai Sumonggo
∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅
∑
∑
= 1,054
Dari hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) didapat BCR > 1. Maka
dari sisi evaluasi proyek dikatakan layak dibangun.
Sungai Sumonggo
∑
∑
= 1,049
Dari hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) didapat BCR > 1. Maka
dari sisi evaluasi proyek dikatakan layak dibangun.
55
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Debit air sungai yang didapat dari kedua sungai adalah sebesar 18,41 m3/s
untuk Sungai Lae Pinang dan 11,35 m3/s untuk Sungai Sumonggo.
Kemudian potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan dari debit air
Sungai Lae Pinang yang keluar dari generator mencapai 9,72 MWh
sementara untuk potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan dari debit air
Sungai Sumonggo yang keluar dari generator mencapai 1,08 MWh.
3. Ditinjau secara teknis, ketersediaan air pada kedua sungai dinilai mampu
memenuhi kebutuhan energi pada kedua perencanaan PLTM karena
pengukuran kecepatan air untuk data debit didapatkan saat musim kemarau
dengan kapasitas air minimum pada sungainya. Sementara ketersediaaan
peralatan mekanikal dan elektrikal untuk kedua perencanaan PLTM di
kedua sungai bisa dipenuhi di pasaran karena pemilihan penggunaan
perangkat yang akan digunakan sudah umum penggunaannya di Indonesia.
Ditinjau dari analisa ekonominya, perencanaan pembangunan PLTM di
Sungai Lae Pinang maupun Sungai Sumonggo dinilai LAYAK untuk
dibangun dikarenakan keduanya memiliki nilai NPV > 0 dan nilai BCR >
1, dengan rincian sebagai berikut:
56
Universitas Sumatera Utara
Sungai Lae Pinang:
Sungai Sumonggo
5.2. Saran
57
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan mengukur dan
menganalis tekanan air pada penstok serta menentukan spesifikasi penstok
sehingga bisa menentukan spesifikasi turbin yang sesuai.
58
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
59
Universitas Sumatera Utara
[14] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Replubik Indonesia
2017. Kajian Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan
Listrik. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi dan Sumber Daya
Mineral.
[15] Bank Indonesia. 2019. Inflasi.
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx. Diakses 5
Januari 2020.
[16] Bank Indonesia. 2020. Suku Bunga Penjaminan.
https://www.bi.go.id/id/moneter/suku-bunga-
penjaminan/Contents/Default.aspx. Diakses 5 Januari 2020.
[17] IMIDAP, Pedoman Studi Kelayakan PLTMH, cetakan kedua, Direktoral
Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Departement Energi dan Sumber
Daya Mineral , 2009.
[18] PT PLN Persero. 2019. Statistik PLN 2018. Padang. Sekretariat
Perusahaan PT PLN (Persero).
[19] O.F. Patty. 1995. Tenaga Air Edisi Pertama. Jakarta. Erlangga.
[20] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Buku Pedoman Energi Bersih untuk
Lembaga Jasa Keuangan. Jakarta. Departemen Penelitian dan Pengaturan
Perbankan Otoritas Jasa Keuangan.
60
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN