Konsep Negosiasi
Konsep Negosiasi
Konsep Negosiasi
A. Pengertian Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998).
Menurut (Nursalam, 2009) negosiasi disebut juga sebagai kompromi yaitu suatu strategi
penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada
keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai lose–lose situation
kedua unsur yang terlibat menyepakati hal yang telah dibuat. Negosiasi sering dirancang
sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama
negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan
untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi,
yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang).
Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak
menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan
hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan,
maka akan muncul tipe kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang
menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun
dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk
memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama,
meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama,
dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi. Terdapat tiga
kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi,
yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “ take and
give” selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991 dalam
Nursalam, 2012).
C. Strategi Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi
yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi
yang disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda.
Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi
pada saat negosiasi.
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur.
8. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami.
12. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).
KONSEP MEDIASI
A. Pengertian Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian konflik antara dua pihak atau lebih melalui
perundingan atau mufakat dengan bantuan pihak netral (penengah / mediator). Mediasi
merupakan jenis resolusi konflik alternatif yang telah lama dipakai untuk menyelesaikan
berbagai jenis konflik. Mediasi dapat menyelesaikan berbagai jenis konflik, menciptakan
win-win solution, memfokuskan diri lebih kemasa depan dari pada kemasa lalu, adanya
kontrol oleh penengah, resolusi lebih cepat, lebih banyak pilihan yang tersedia, fleksibel,
serta mencari kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Maka dari itu mediasi
merupakan pilihan yang paling sesuai digunakan dalam manajemen konflik. (Wirawan ,
2010).
Menurut (Siddiki, 2009) Secara komprehensif yang perlu di pahami tentang
mediasi ada tiga aspek diantaranya:
1. Aspek Urgensi/ Motivasi Urgensi dan motivasi mediasi adalah agar pihak-pihak yang
berperkara menjadi damai dan tidak melanjutkan perkaranya ke pengadilan. Apabila
ada hal-hal yang mengganjal yang selama ini menjadi masalah, maka harusdi
selesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah mufakat. Tujuan utama mediasi
adalah untuk mencapai perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai. Pihak-pihak
yang bertikai atau berperkara biasanya sangat sulit untuk mencapai kata sepakat
apabila bertemu dengansendirinya. Titik temu yang selama ini beku mengenaihal-hal
yang dipertikaikan itu biasanya dapat menjadicair apabila ada yang mempertemukan.
Maka mediasi merupakan sarana untuk mempertemukan pihak-pihak yang berperkara
dengan difasilitasi oleh seorang ataulebih mediator untuk menyaring persoalan agar
menjadi jernih dan pihak-pihak yang bertikai mendapatkan kesadaran akan
pentingnya perdamaian antara mereka.
2. Aspek Prinsip Secara hukum mediasi tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) Perma Nomor
01 Tahun 2008 yang mewajibkan setiaphakim, mediator dan para pihak untuk
mengikuti prosedur penyelesaian perkara melalui mediasi. Apabila tidak menempuh
prosedur mediasi menurut Perma, hal itu merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130
HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demihukum. Artinya,
semua perkara yang masuk kepengadilan tingkat pertama tidak mungkin melewatkan
acara mediasi. Karena apabila hal itu terjadi risikonya akan fatal.
3. Aspek Substansi Mediasi merupakan rangkaian proses yang harus dilalui untuk setiap
perkara perdata yang masuk ke pengadilan.Substansi mediasi adalah proses yang
harus dijalanisecara sunggguh-sungguh untuk mencapai perdamaian.Karena itu
diberikan waktu tersendiri untuk melaksanakanmediasi sebelum perkaranya diperiksa.
Mediasi bukanhanya sekadar untuk memenuhi syarat legalitas formal,tetapi
merupakan upaya sungguh-sungguh yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait
untuk mencapai perdamaian. Mediasi adalah merupakan upaya pihak-pihak yang
berperkara untuk berdamai demi kepentingan pihak-pihak itu sendiri, bukan
kepentingan pengadilanatau hakim, juga bukan kepentingan mediator.
Dengandemikian segala biaya yang timbul karena proses mediasi ini ditanggung oleh
pihak-pihak yang berperkara.
Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori. Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Humanika