Kelompok 4 - Tugas 6 - RL 2.

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 79

TUGAS DISKUSI

RANGKAIAN LISTRIK 2
PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOOP, NODE VOLTAGE,
THEVENIN, NORTON, DAN DELTA STAR

Dosen Pengampu : Dr. Faried Wadjdi, M.Pd, MM

Disusun oleh :
Dhafin Rizqy Zaputra
(1501620047)
Muhammad Farhan Dzaki
(1501620035)
Muhammad Nur Ali Rozak
(1501620028)
Putri Maharani Pricilia
(1501620063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
yang berjudul “Analisis Teorema Superposisi” dengan tepat waktu.
Laporan penelitian hasil diskusi terhadap analisa mengenai metode Teorema
Superposisi ini disusun guna memenuhi tugas dosen Dr. Faried Wadjdi, M.Pd.,
MM. pada mata kuliah Rangkaian Listrik 2 di program studi Pendidikan Teknik
Elektro, Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, kami selaku penulis juga
berharap agar laporan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang metode Teorema Thevenin dan Norton.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Faried
Wadjdi, M.Pd., MM. selaku dosen mata kuliah. Karena tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis dalam rangka menuntut ilmu. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan
penelitian ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.

Jakarta, 11 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................3

BAB I...................................................................................................................5

PENDAHULUAN.................................................................................................5
I. LATAR BELAKANG...........................................................................5
II. TUJUAN PEMBAHASAN...................................................................6

BAB II..................................................................................................................7

KAJIAN TEORI....................................................................................................7
A. Rangakain Mesh Loop.......................................................................7
B. Rangkaian Node Voltage.................................................................14
a. Teorema Node Voltage..................................................................14
b. Contoh Soal Node Voltage............................................................16
C. Rangkaian Thevenin........................................................................23
D. Rangkaian Norton............................................................................29
E. Rangkan Delta dan Star...................................................................32
F. Transformasi Delta-Star...................................................................32

BAB III...............................................................................................................44

KESIMPULAN...................................................................................................44
TUGAS LATIHAN SOAL......................................................................47
JAWABAN DAN PEMBAHASAN..........................................................49

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................65
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Elektronika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
pengendalian arus listrik yang dapat dioperasikan dengan cara
mengontrol aliran elektron. Pengendalian elektron ini terjadi didalam ruang
hampa atau ruagan yang berisi gas bertekanan rendah seperti tabung gas
dan bahan semi konduktor.
Ada dua bentuk rangkaian setara yaitu rangkaian setara Thevenin
dan rangkaian setara Norton. Tegangan Thevenin didefenisikan sebagai
tegangan yang melewati terminal beban saat hambatan beban terbuka.
Arus Norton didefenisikan sebagai arus beban saat hambatan beban
dihubung singkat. Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan
jaringan listrik tertentu, kecuali beban dapat diganti dengan sirkuit yang
hanya mengandung satu sumber tegangan listrik independen dengan
sebuah resistor yang terhubung secara seri. Teorema Norton
menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu kecuali beban
dapat diganti dengan sirkuit ekivalenyang hanya mengandung asatu
sumber arus listrik independen dan dengan sebuah resistor yang
terhubunng secara parallel (Darianto,2000).
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita telah
menggunakan hasil dari rangkaian ini, baik itu rangkaian setara Thevenin
maupun rangkaian setara Norton. Khususnya pada orang-orang yang
bekerja dibidang elektronika seperti jasa tukang servis alat-alat elektronik.
Ketika mereka kekurangan besar resistor untuk merangkai suatu alat
maka digunakan rangkaian setara untuk mengganti kekurangan besar
resistor tersebut. Hal inilah yang sebenarnya kita tidak sadari bahwa yang
kita praktikan itu merupakan aplikasi dari rangkaian setara Thevenin dan
rangkaian setara Norton.
Berdasarkan hal itu, maka perlu diadakan percobaan ini agar kita lebih
memahami bagaimana itu rangkain setara Thevenin dan Norton, serta lebih
meyakinkan kita bahwa yang kita gunakan selama ini adalah aplikasi dari
rangkaian setara Thevenin dan Norton. Metode analisis rangkaian merupakan
salah satu alat bantu untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul
dalam menganalisis suatu rangkaian bilamana konsep dasar seperti Hukum
Ohm dan Hukum Kirchoff tidak dapat menyelesaikan permasalahan dalam
rangkaian tersebut. Ada dua metode yang akan diperdalam lagi pada
penugasan kali ini yaitu analisis delta star dan star delta transformations
Dengan menggunakan hukum Kirchhoff, analisis arus mesh, analisis nodal atau
teorema, arus, dan tegangan superposisi di banyak jaringan dapat ditentukan
seperti yang ditunjukkan dalam Bab 30 hingga 32. Theorems Thévenin dan
Norton, yang diperkenalkan pada Bab 33, menyediakan metode alternatif untuk
memecahkan jaringan dan seringkali dengan perhitungan numerik yang sangat
berkurang. Juga, teorema terakhir ini sangat berguna ketika hanya arus di
cabang tertentu dari jaringan yang rumit yang diperlukan. Transformasi delta-
star dan star-delta dapat diterapkan dalam jenis sirkuit tertentu untuk
menyederhanakannya sebelum penerapanorema sirkuit.

II. TUJUAN PEMBAHASAN


Agar mahasiswa paham akan materi rangkaian mesh serta mampu
menganalisis, mengetahui cara menyederhanakan rangkaiannya dalam arus
DC (searah) menggunakan teorema Mesh. Di dalam materi ini kita masih
menggunakan hukum kirchoff (Kirchoff Voltage Law/KVL) guna mempermudah
menganalisi sebuah rangkaian.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Rangakain Mesh Loop
I. TEOREMA MESH

Pada Rangkaian Listrik I kita telah mempelajari cara menyederhanakan


rangkaian dalam arus DC (searah) dengan menggunakan teorema Mesh. Kali ini
kita akan mempelajari cara menyederhanakan suatu rangkaian yang berada
dalam arus AC (bolak-balik).
Pada dasarnya cara perhitungannya sama dengan perhitungan teorema Mesh
pada arus searah. Yang berbeda adalah, dalam penyederhanaan rangkaian arus
bolak-balik, bukan hanya resistor yang menjadi tahanannya namun juga terdapat
induktansi dan kapasitansi. Sehingga terlebih dahulu kita harus mencari
impedansi (Z) dari tiap-tiap bagian.
Pada suatu rangkaian yang terlihat pada Gambar 1.1 dapat menggunakan
analisis Mesh untuk menyelesaikannya dengan menggunakan konsep arus mesh
dan Hukum Tegangan Kirchoff (Kirchoff Voltage Law/KVL).

Gambar 1.1 Rangkaian dengan analisis teorema Mesh


Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Mesh :
1. Tentukan impedansi (Z) dari setiap bagian rangkaian dan sumber
tegangannya. Pada rangkaian tersebut didapatkan tiga impedansi yaitu Z 1, Z2, dan
Z3.
 Z1 hanya terdiri dari induktor, sehingga impedansinya:
Z1 = 0 + j2
= +j2

 Z2 hanya terdiri dari kapasitor, sehingga impedansinya:


Z2 = 0 – j1
= -j

 Z3 hanya terdiri dari resistor, sehingga impedansinya:


Z3 = 4

 VA = 2 ∠ 00

 VB = 6 ∠ 00

2. Tentukan arah loop dan arusnya. Arah loop pada teorema Mesh
sebaiknya searah jarum jam. Apabila arah arus searah dengan arah loop, maka
tandanya negatif (-), namun apabila arah arus berlawanan dengan arah loop,
maka tandanya positif (+)

Gambar 1.2. Menentukan arah arus, loop dan tegangan.

3. Tentukan arah dari masing-masing tegangan. Pada tegangan, apabila


arahnya searah dengan arah loop, maka tandanya (+), namun apabila tegangan
berlawanan dengan arah loop, maka tandanya negatif (-).
4. Kemudian buat persamaan tegangan masing-masing loop.

Gambar 1.3. Daerah loop 1

 Loop 1:
ΣV=0
VA – I1.Z1 – I1.Z3 + I2.Z3 = 0
2 ∠ 00 – I1.j2 – I1.(4) + I2.(4) = 0
2 ∠ 00 – (4+j2).I1 + 4I2 = 0
(4+j2).I1 – 4I2 = 2 ∠ 00 .................................................................(1)

Gambar 1.4. Daerah loop 2


 Loop 2:
ΣV=0
-VB – I2 Z2 – I2 Z3 + I1 Z3 = 0
-VB – (Z2 + Z3).I2 + I1 Z3 = 0
-6 ∠ 00 – (-j+4).I2 + I1.(4) = 0
-6 ∠ 00 – (4-j).I2 + 4I1 = 0
4I1 – (4-j).I2 = 6 ∠ 00 ...................................................................(2)

5. Setelah mendapatkan kedua persamaannya, masukkan persamaaan


tersebut ke dalam matriks.
−4 I 1
[ 4−4+ j 2 =
2∠ 0
][ ] [
4− j I 2 −6 ∠ 0 ]
6. Untuk mencari I1, maka kolom pertama [ 4−4+ j 2 −4
4− j]diganti dengan

[−62 ∠∠00] sehingga matriksnya menjadi [−62 ∠∠00 −4


4− j ]
. Kemudian dibagi dengan

bentuk matriks awalnya.


2+ j 0 −4
I =
1
[ −6+ j0 4− j ]

[ 4+−4j 2 4−−4j ]
Kemudian hitung determinan masing-masing matriks. Ingat, j2= 1
2 ( 4− j )−(−6 )(−4 )
I 1=
( 4+ j2 ) ( 4− j )−16
−16− j2
I 1=
4 j− j 2 2
−16− j2
I 1=
4 j+2
Lalu ubah ke bentuk polarnya.
16,1 ∠−172,87
I 1=
4,47 ∠63,43
I 1=3,61∠123,70

7. Untuk mencari I2, maka kolom kedua [ 4−4+ j 2 −4


4− j]diganti dengan

[−62 ∠∠00] sehingga matriksnya menjadi [ 4−4+ j 2 2 ∠0


−6 ∠0 ]
. Kemudian dibagi

dengan bentuk matriks awalnya.


4 + j 2 2+ j0
I =
2
[ −4 −6+ j 0 ]

[ 4+−4j2 4−−4j]
Kemudian hitung determinan masing-masing matriks.
−6 ( 4+ j 2 )−(−4 ) ( 2 )
I 2=
( 4 + j2 ) ( 4− j ) −16
−16− j16
I 2=
4 j− j 22
22 ,6 ∠ 45
I 2=
4,47 ∠ 63,43
I 2=5,06 ∠−18,43

Cara Kedua
Cara kedua dalam analisis Mesh ini adalah dengan membuat daerah loop 2
satu rangkaian penuh seperti pada gambar 1. .berbeda dengan cara yang
pertama yaitu daerah loop 1 dan loop 2 dibagi menjadi dua bagian yang sama.

Gambar 1.5. Cara kedua menggambarkan loop

Langkah-langkah penyelesaiannya sama dengan cara pertama dari nomor 1-3,


yang berbeda adalah dalam penghitungan persamaan loop 2. Persamaan pada
loop 1 sama dengan cara sebelumnya.
 Loop 1:
ΣV=0
VA – I1.Z1 – I1.Z3 + I2.Z3 = 0
2 ∠ 00 – I1.j2 – I1.(4) + I2.(4) = 0
2 ∠ 00 – (4+j2).I1 + 4I2 = 0
(4+j2).I1 – 4I2 = 2 ∠ 00 .................................................................(1)

 Loop 2:
ΣV=0
VA - VB – I2 Z1 – I2 Z2 + I1 Z1 = 0
VA - VB – (Z1 + Z2).I2 + I1 Z1 = 0
2 ∠ 00 - 6 ∠ 00 – (j2 - j).I2 + I1.(j2) = 0
-6 ∠ 00 – (4-j).I2 + 4I1 = 0
4I1 – (4-j).I2 = 6 ∠ 00 ...................................................................(2)
Setelah mendapatkan kedua persamaannya, masukkan persamaaan tersebut
ke dalam matriks. Lalu hitung I1 dan I2 nya dengan cara sama seperti cara
sebelumnya.
−4 I 1
[ 4−4+ j 2 =
2∠ 0
][ ] [
4− j I 2 −6 ∠ 0 ]
Contoh Soal 2:
Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini.

Gambar 1.6. Contoh soal rangkaian analisis Mesh


Tentukanlah berapa besar I1 dan I2 pada rangkaian tersebut!
Jawab:

Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan impedansi (Z) dari setiap bagian rangkaian dan sumber
tegangannya.
 Z1 = 1 + j2
 Z2 = 4 – j8
 Z3 = j6
 VA = 8 ∠ 200
 VB = 10 ∠ 00

b. Tentukan arah loop, arus dan tegangannya.

Gambar 1.7. Arah loop, arus dan tegangan pada analisis Mesh

c. Kemudian buat persamaan tegangan masing-masing loop.


 Loop 1:
ΣV=0
VA + VB – I1 . Z1 – I1 . Z2 + I2 . Z2 = 0
VA + VB – I1(Z1 + Z2) + I2 . Z2 = 0
8 ∠ 200 + 10 ∠ 00 - (5-j6).I1 + (4-j8) I2 = 0
(5-j6).I1 - (4-j8) I2 = 8 ∠ 200 + 10 ∠ 00 ......................................(1)
 Loop 2:
ΣV=0
-VB – I2 Z2 – I2 Z3 + I1 Z2 = 0
- VB – (Z2 + Z3).I2 + I1 Z2 = 0
(4-j2).I2 - I1.(4-j8) = – 10 ∠ 00 ......................................................(2)

Masukkan ke dalam persamaan matriks:


5− j 6 −(4− j 8) I 1 8 ∠ 20 0 + 10 ∠ 0 0
[ 4− j8 4− j 2 I2
=][ ] [
– 10 ∠ 0 0 ]
Mencari I1:
8 ∠ 200 +1 0 ∠ 0 0 −(4− j 8)
I 1=
[
– 10 ∠ 0 0 4− j 2 ]
5− j6 −(4− j8)
[
4− j 8 4− j2 ]
Kemudian hitung determinan masing-masing matriks.
42− j69,20
I 1=
56+ j 30
80,95∠ - 58,74
I 1=
63,53 ∠ 28,18
I 1=1,27 ∠ -86,92

B. Rangkaian Node Voltage


a. Teorema Node Voltage

Pada Rangkaian Listrik I kita telah mempelajari tentang teorema node voltage
dalam menyelesaikan rangkaian sederhana, teorema node voltage berprinsip
pada hukum Kirchoff (Kirchoff Current Law/KCL)tentang arus titik cabang yaitu,
jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah simpul adalah nol. Perlu
diketahui bahwa pada suatu rangkaian terdapat n simpul utama, maka akan
dihasilkan (n-1) persamaan.
Dalam menganalisis teorema node voltage pada rangkaian rus bolak-balik, ada
tahapan-tahapan yang perlu kita ketahui agar lebih mudah dalam
menerapkannya. Berikut adalah langkah-langkah secara umum penyelesaian
dengan menggunakan analisis node voltage.
1. Ada Persamaan rangkaian yang diperoleh dari hukum Kirchoff tentang
arus pada titik cabang.
2. Titik-titik pada suatu rangkaian dimana ujung-ujung dua elemen atau
lebih saling bertemu, disebut simpul.
3. Simpul dari tiga elemen atau lebih disebut simpul utama.
4. Simpul utama dipilih sebagai simpul acuan.
5. Simpul acuan disebut juga simpul dantum atau simpul tegangan nol

Dan untuk memperjelas langkah penyelesaian, gambar dibawah ini dapat kita
selesaikan dengan menggunakan analisis Node Voltage.

1. Tentukan tegangan titik simpul (Node)


Tegangan titik simpul atau simpul acuan merupakan titik-titik pada suatu
rangkaian dimana ujung-ujung dua elemen atau lebih saling bertemu.

Titik simpul
(Node)
2. Tentukan arah arusnya

arah-arah arus
pada rangkaian

3. Tentukan persamaan arusnya


Dalam menentukan besar arusnya, kita berprinsip pada hukum Kirchoff dimana
jumlah arus yang masuk dan keluar dari titik percabangan akan sama dengan nol,
maka :
∑ I =0
I 1+ I 2−I 3=0
Dimana,

V A −V N
I 1=
Z1
V B−V N
I 2=
Z2
VN
I 3=
Z3

b. Contoh Soal Node Voltage


1. Contoh soal 1
Dari gambar diatas,
Diketahui: Z1 = + j2 Z2 = - j Z3 = 4
VA = 2 ∠ 0° VB = 6 ∠ 0°
Tentukan VN?
Penyelesaian :
Langkah penyelesaian:
1. Tentukan tegangan simpul pada rangkaian,
Tegangan
simpul
pada
rangkaian

2. Tentukan arah arus, Arah-arah


arus pada
rangkaian

3. Tentukan persamaan arus, ∑I = 0


I 1+ I 2 + I 3 =0 ,dengan
V A −V N
I 1=
Z1
V B−V N
I 2=
Z2
VN
I 3=
Z3
Sehingga untuk mendapatkan V N dengan memasukan I1, I2 dan I3 kedalam
persamaan, sebagai berikut:
I 1+ I 2 + I 3 =0

2∠0−V N 6 ∠ 0−V N V N
+ − =0
j2 −j 4
−4 j ( 2∠0−V N ) +8 j ( 6 ∠ 0−V N )−( −2 j 2) V N
=0
−8 J 2
2
-4j (2-V N ¿+8 j ( 6−V N ) +2 j V N =(−8 J ¿¿ 2).0 ¿
-8j+ 4 j V N +48 j−8 j V N −2 V N =0
40j+ 4 j V N −2 V N =0
(4j-2¿ V N =−40 j
−40 j
VN =
4 j−2
40 ∠ 90 °
VN =
4,5 ∠−26,56°
VN = 8,89 ∠ 116,56 °

2. Contoh soal 2

Tentukan V 1 dari rangkaian diatas!


Penyelesaian:
Ubah rangkaian dalam bentuk impendansi,sehingga menjadi
Z2 = j 5 Ω

Z1 =4 Ω I 2=4 ∠ 0
I 1=6 ∠0
Z3 =− j 2 Ω

V 1 ( Y 1+ Y 2 )−V 2 ( Y 2 )=−I 1 V 1 ( Y 1+ Y 2 )−V 2 ( Y 2 )=−I 1


atau
V 2 ( Y 3+ Y 2 )−V 1 ( Y 2 )=+ I 1 ( Y 2 ) +V 2 ( Y 3 +Y 2 )=+ I 2

Keterangan:
1 1 1
Y 1= Y 2= Y 3=
Z1 Z2 Z3

maka,

Y 1+ Y 2 −Y 2 V 1 −I 1
[ −Y 2 Y 2 +Y 3 V 2
=
+ I2][ ] [ ]
−I 1 −Y 2

V 1=
[+ I 2 Y 2 +Y 3 ]
Y 1 +Y 2 −Y 2
[ Y2 Y 2 +Y 3 ]
−( Y 3 +Y 2 ) I 1 + I 2 Y 2
V 1= 2
( Y 1 +Y 2 ) ( Y 2 +Y 3 )−Y 2
−( Y 3 +Y 2 ) I 1 + I 2 Y 2
V 1=
( Y 1 +Y 3 ) ( Y 3 +Y 2 ) +Y 1 Y 2
1 1 1
V =
(
− + ) 6 ∠ 0 °+ 4 ∠0 ° ( )
−j2 j5 j5
1

( 14 )( −1j2 )+( j15 )( −1j 2 )+( 14 )( j51 )


−( j 0,5− j 0,2 ) 6 ∠ 0 ° +4 ∠ 0° (− j 0,2)
V 1=
( 0,25 ) (− j 0,5 ) + ( j 0,2 ) (− j 0,5 ) +(0,25)( j 0,2)
(−0,3∠ 90° )(6 ∠ 0 ° )+(4 ∠0° )(−0,2 ∠−90 °)
V 1=
j 0,125+0,1− j0,05
2,6 ∠−90 °
V 1=
0,125 ∠ 36,87 °
V 1=20,80 ∠−126,87 °
LATIHAN SOAL

1. Tentukan VN1 dan VN2 pada rangkaian dibawah ini !

I1

Dengan yang dketahui;


Z1 = 7 + 8j I1 = 10 ∠ 0 °
Z2 = 4 + 5j I2 = 12 ∠ 0°
Z3 =-10j
Z4 = 8

Penyelesaian:

1. Tentukan titik node dan arah arusnya.


2. Tentukan persamaan arusnya.
Patokan pada VN1
∑I = 0
V N 1 V N 1 (V N 1−V N 2 )
I 1− − − =0
Z1 Z2 Z3
V N1 V N 1 V N1 V N 2
I 1− − − + =0
Z1 Z2 Z3 Z3
I 1−V N 1 . Y 1−V N 1 .Y 2−V N 1 .Y 3+V N 2 .Y 3=0
V N 1 ( Y 1+Y 2 ) −V N 2 ( Y 2 ) =−I 1
Patokan pada VN2
∑I = 0
V N 2 (V N 1−V N 2 )
I 2− − =0
Z3 Z2
V N2 V N 1 V N 2
I 2− − + =0
Z3 Z2 Z2
I 2−V N 2 . Y 3−V N 1 .Y 2 +V N 2 .Y 2 =0
V 1 ( Y 1+ Y 2 )−V 2 ( Y 2 )=−I 1
V N 2 ( Y 3+Y 2) −V N 1 ( Y 2) =+ I 2
3. Kemudian, hitung besar VN1 dan VN2.
V N1 ∑I=0
−V N1 V N1 V N1 – V N2
I2 − −¿ =0
Z1 Z2 Z3
I2 - V N1 (Y1) – V N1 (Y2) –Y3 (V N1 – V N2) = 0
V N1Y1 + V N1 Y2 - V N1 Y 3 + V N2 Y3 = I2
V N1 (Y1 + Y2 + Y3) - V N2Y3 = I2........................... (1)
V N2 ∑I=0
V N2 V N1 – V N2
I1 + −¿ =0
Z4 Z3
I1 + V N2 (Y4) –Y3 (V N1 – V N2) = 0
I2+ V N2Y4 −V N1 Y3 + V N2 Y3 =
V N2 (Y3 + Y4) - V N1Y3 = I1.................................... (2)

4. Selanjutnya, mensubtitusikan kedua persamaan di atas untuk


mendapatkan besarnya V N1 dan V N2. caranya yaitu dengan subtitusi
matriks.
 V N1 (Y1 + Y2 + Y3) - V N2Y3 = I2..........(1)
 V N2 (Y3 + Y4) - V N1Y3 = I1..........(2)
Y 1+ Y 2+Y 3 −Y 3 VN1 I2
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ][ ] [ ]
VN2
=
I2

I 2 −Y 3

VN1 =
[ I 1 Y 4 +Y 3 ]
Y 1 +Y 2+ Y 3 −Y 3
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ]
( I 2 ) ( Y 4 +Y 3 )−Y 3 I 1
= 2
( Y 1+ Y 2+ Y 3 )( Y 3+Y 4 ) −Y 3
( I 2 Y 3 ) + ( I 2 Y 4 )−Y 3 I 1
= 2 2
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) +( Y 4 Y 3 ) +Y 3 −Y 3
( I 2 Y 3 ) + ( I 2 Y 4 ) −Y 3 I 1
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
( I 2 ) ( Y 4 +Y 3 ) −Y 3 I 1
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
=
( 18 +−101 j )− −101 j 10 ∠ 0 °
12∠ 0 °

( 7+81 j x 18 )+( 7+18 j x −101 j )+( 4 +51 j x −101 j )+( 4 +51 j x 18 )+( −101 j x 18 )
1 1 1

=
( 12∠ 0 °
+ )−
8 −10 j −10 j
10 ∠ 0 °

1
( 56+64 )j +( −701j+80 )+( −401j+50 )+( 32+140 j )+( −801 j )
12 ∠0° ( 0.125+0.1 j ) −0.1 j x 10∠ 0°
= 56−64 j 70 j+ 80 40 j+50 32−40 j
7232( +
11300 )(
+
4100
+ )(
2624 )(
+ ( 0.0125 j ) )
12 ( 0.125+ 0.1 j )−0.1 j x 10
= 5.1584 x 1 013 +1.099 x 1 013
(8.792 x 1 014 )
( 1.5+1.2 j )− j 1.5+0,2 j
=
= 7.615∠ 47.36 0.0866 ∠47.36 °
(
87.92∠ 0° )
15 ∠7,6 °
=
0.0866 ∠47.36 °
VN1 = 173,2 ∠ -39.76°

Y 1+ Y 2+Y 3 −Y 3 VN1 I2
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ][ ] [ ]
VN2
=
I2

Y 1 +Y 2 +Y 3 I 2

VN2 =
[ −Y 3 I1 ]
Y 1 +Y 2+ Y 3 −Y 3
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ]
( I 1) ( Y 1 +Y 2 +Y 3 ) +Y 3 I 2
= 2
( Y 1+ Y 2+ Y 3 )( Y 3+Y 4 ) −Y 3
( I 1 ) ( Y 1 +Y 2 +Y 3 ) +Y 3 I 2
= 2 2
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) +( Y 4 Y 3 ) +Y 3 −Y 3
( I 1 ) ( Y 1+ Y 2+ Y 3 ) +Y 3 I 2
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
=
10 ∠ 0 °( 7 +81 j + 4+51 j + −101 j )+ −101 j 12∠ 0°
( 7+81 j x 18 )+( 7+18 j x −101 j )+( 4 +51 j x −101 j )+( 4 +51 j x 18 )+( −101 j x 18 )
7−8 j 4+5 j
10 ∠0 ° ( + +0.1 j ) +0.1 j x 12∠ 0°
49+64 16+25
=
1 1 1 1 1
( 56+64 j ) ( −70 j+80 ) ( −40 j+50 ) ( 32+ 40 j ) ( −80 j )
+ + + +

7−8 j 4+5 j
10 ∠ 0 ° ( + +0.1 j ) +0.1 j x 12∠ 0 °
49+64 16+25
=
( 56−64
7232
j
) +(
70 j+ 80
11300 ) +(
40 j+50
4100 ) +(
32−40 j
2624 )
+ ( 0.0125 j )

739−429.7 j
10∠0 ° ( ) + 0.1 j x 12 ∠0 °
4633
=
( 56−64
7232
j
) +(
70 j+ 80
11300 ) +(
40 j+50
4100 ) +(
32−40 j
2624 )
+ ( 0.0125 j )

601.23 ∠−30.11
10∠0 ° ( )−(0.1 ∠90)12 ∠0 °
4633∠ 0
=
5.1584 x 10 13+1.099 x 1 013
( 8.792 x 10 14 )
10∠0 ° (−4031.77 ∠−30.11 ) −( 0.1∠ 90 ) 12 ∠ 0 °
= 5.1584 x 1 013 +1.099 x 1 013
( 8.792 x 1 014 )
(−403,177 ∠−30.11 ) –(1,2∠90 ° )
= 7.615 ∠47.36
(87.92 ∠0 )
348,77+ j 202,2−1,2 j
348,77+ j 201 402,54 ∠ 29,96 °
= 7.615 ∠ 47.36 = =
(87.92∠ 0 )
0.0866 ∠47.36 ° 0.0866 ∠ 47.36 °

VN2 = 4648.27 ∠ -17.4°


C. Rangkaian Thevenin

Pada teorema ini berlaku bahwa:


Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah
tahanan ekuivalennya pada dua terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan
analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti berupa sumber
tegangan yang dihubungkan secara seri dengan suatu resistansi
ekuivalennya.

Gambar 1.1. Rangkaian dengan analisis teorema Thevenin

Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Thevenin:


1. Cari dan tentukan titik terminal a-b di mana parameter ditanyakan. Pada
Gambar 1.1 yang ditanyakan adalah besar atau nilai dari I R3, maka titik
terminal a-b terdapat pada komponen tahanan R 3
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut. Sehingga diperoleh gambar
berikut:

Gambar 1.2. Komponen tahanan R3 dilepas menjadi terminal a-b

3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai


tahanan diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan
dengan cara diganti dengan tahanan dalamnya ( jika sumber tegangan
bebas maka diganti dengan rangkaian short circuit, apabila sumber arus
bebas maka diganti dengan rangkaian open circuit).
Gambar 1.3. Sumber tegangan bebas di short

Maka didapatkan Rab = RTh,


R1 . R2
RTh =
R1 + R2
Diperoleh:
6Ω . 4Ω
RTh =
6Ω+ 4Ω
24 Ω
= = 2,4 Ω
10 Ω

4. Pasang kembali sumber tegangan bebasnya, kemudian hitung nilai


tegangan dititik a-b tersebut.

Gambar 1.4. Sumber tegangan bebas dipasang kembali

Tegangan di titik a-b, Vab = VTh


R2
VTh = .V
R1 + R2
Diperoleh,

VTh = . 10 v
6Ω+ 4Ω

= . 10 v = 4 v
10 Ω
5. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya (rangkaian aktif),
kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung
parameter yang ditanyakan.

Rangkaian
Aktif

Gambar 1.5. Rangkaian aktif dan komponen yg dilepas dipasang kembali

Dari Gambar 1.5, maka dapat mencari besar atau nilai dari I R3, yaitu:
V Th
IR3 =
R Th + R 3
Maka besar atau nilai arus yang mengalir pada tahanan R 3 (IR3) yaitu:
4v
IR3 =
2,4 Ω +3,6 Ω
4v 2
= = A
6Ω 3

Contoh penyelesaian soal dengan teorema Thevenin

Perhatikan gambar rangkaian berikut ini:


Gambar 1.6. Rangkaian dengan dua sumber tegangan dan tiga tahanan

Tentukanlah berapa besar nilai arus yang mengalir melalui tahanan R 2 (IR2)?

Jawab:

Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan titik terminal a-b dimana parameter ditanyakan. Pada
rangkaian gambar 1.6 titik terminal a-b dapat ditentukan di tahanan R 2.
Maka komponen R2 dilepaskan dan diganti dengan titik a-b.

Gambar 1.7. Tahanan R2 dilepaskan

b. Sumber tegangan bebasnya diganti dengan rangkaian short circuit.


Kemudian mencari tahanan Theveninnya.
Gambar 1.8. Sumber tegangan di short

Rangkaian dibuat seperti Gambar 1.8. untuk memudahkan mencari


tahanan Theveninnya. Dapat diperoleh:
R1 . R3
RTh =
R1 + R3
4Ω . 1Ω
RTh =
4 Ω +1 Ω

= = 0,8 Ω

c. Pasang kembali sumber tegangannya, kemudian hitung nilai tegangan


theveninnya.

Gambar 1.9. Sumber tegangan dipasang kembali

Kita umpamakan tegangan pada titik terminal a-b dengan V 1 > V2, maka
dapat diperoleh persamaan:
V1 – V 2
ITh =
R1 + R3
VTh = V1 – ITh . R1 atau VTh = V2 + ITh . R3
Maka ,
28 v – 7 v
ITh =
4Ω +1Ω
21 v
= = 4,2 A

VTh = 28 v – 4,2 A . 4 Ω
= 28 v – 16,8 v = 11,2 v
VTh = 7 v + 4,2 A . 1 Ω
atau
= 7 v + 4,2 v = 11,2 v
d. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya (rangkaian aktif) dan
pasang kembali komponen tahanan R2 yang tadi dilepas.

Rangkaian
Aktif

Gambar 1.10. Rangkaian aktif dan komponen yg dilepas dipasang kembali

Maka dapat diperoleh besar nilai arus yang mengalir pada tahanan R 2 (IR2), yaitu:
V Th
IR2 =
R Th + R 2
11,2 v
IR3 =
0,8 Ω +2 Ω
11,2 v
= =4A
2,8 Ω

D. Rangkaian Norton
Teorema Norton

T eorema Norton dapat digunakan pada rangkaian yang terdiri dari beberapa
sumber tegangan dan impedansi yang dapat diubah menjadi:
1. Sumber tegangan arus pengganti Norton (IN)
2. Satu impedansi pengganti Norton yang tersusun secara paralel

31
Untuk membuat rangkaian pengganti tersebut, maka terdapat dua aturan yang
digunakan untuk mencari tegangan dan hambatan pengganti.
1. arus pengganti adalah arus yang terdapat pada titik-titik yang dikehendaki
dengan beban di anggap sebagai rangkaian tertutup (close circuit)
2. hambatan pengganti adalah hambatan yang terjadi pada titik-titik  rangkaian
dengan sumber tegangan/arus dianggap sebagai rangkaian tertutup (close
circuit).
Contoh

Dari gambar diatas kita dapat menghitung besar arus yang mengalir di setiap
impedansi yaitu dengan cara teorema Norton.
Langkah-langah penyelesaian dengan menggunakan Teorema Norton ialah
sebagai berikut.
a. Sumber arus dibuka dan sumber tegangan dihubung singkat.

32
b. Lepaskan komponen bila akan dicari tegangan atau arusnya

c. Tentukan hambatan pengganti (ZNorton)

Z1 x Z2
Z=
Z 1+ Z 2

d. Tentukan besar In

V A VB
INorton = +
Z1 Z2

33
e. Rangkaian pengganti dari rangkaian awal diatas ialah

E. Rangkan Delta dan Star


Dengan menggunakan hukum Kirchhoff, analisis arus mesh, analisis node
atau teorema superposisi, besar arus dan tegangan di banyak rangkaian
dapat ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Bab 30 sampai 32. Teorema
Thévenin dan Norton, diperkenalkan di Bab 33, memberikan metode alternatif
memecahkan rangkaian dan seringkali dengan sangat berkurang perhitungan
numerik. Juga, teorema terakhir ini adalah berguna terutama bila hanya saat
ini di tertentu cabang rangkaian rumit yang diperlukan. Transformasi star-
delta dan delta-star dapat diterapkan pada kondisi jenis rangkaian tertentu
untuk menyederhanakannya sebelum aplikasi teorema rangkaian pada Bab
sebelumnya.
Rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 34.1 (a) yang terdiri dari tiga
impedansi ZA, ZB, dan ZC dikatakan rangkaian-π. Rangkaian ini dapat
digambar ulang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.1 (b), di mana
susunan tersebut disebut sebagai rangkaian-delta atau rangkaian-mesh.
Rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 34.2 (a), terdiri dari tiga
impedansi, Z1, Z2, dan Z3, dikatakan rangkaian-T. Rangkaian ini dapat
digambar ulang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.2 (b), di mana
pengaturan tersebut disebut rangkaian-star.

F. Transformasi Delta-Star
Sangat memungkinkan untuk mengganti/mengubah rangkaian delta
seperti pada gambar 34.3(a) dengan rangkaian star ekivalen seperti pada
gambar 34.3(b) selama impedansi yang terukur di antara setiap pasang
percabangan (1-2, 2-3, atau 3-1) bernilai sama dalam bentuk star maupun
34
delta. Rangkaian star ekivalen akan menggunakan daya yang sama dan
mengoperasikan di daya yang sama seperti rangkaian delta. Transformasi
delta-star bisa juga disebut sebagai ‘π to T transformation’.

35
Berdasarkan percabangan 1 dan 2 pada gambar 34.3(a), impedansi
ekivalen didapat dari hubungan paralel Z B dengan seri dari ZA dan ZC.
𝑍𝐵 (𝑍𝐴 + 𝑍𝐶 )

𝑍𝐵 + 𝑍𝐴 + 𝑍𝐶
Pada gambar 34.3(b), impedansi ekivalen antara percabangan 1 dan 2
adalah seri antara Z1 dan Z2. Atau dengan kata lain :

Delta Star
𝑍𝐵 (𝑍𝐴+𝑍𝐶 )
Z12 = = Z1 + Z2( Persamaan 34.1 )

𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶
𝑍𝐶 (𝑍𝐴+𝑍𝐵 )
Z23 = = Z2 + Z3( Persamaan 34.2 )

𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶
𝑍𝐴 (𝑍𝐵+𝑍𝐶 )
Z31 = = Z3 + Z1( Persamaan 34.3 )

𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶

Karena kita memiliki 3 persamaan serupa untuk menyelesaikan Z 1, Z2,


dan Z3. Persamaan 34.1 – persamaan 34.2 menghasilkan :

𝑍𝐴.𝑍𝐵−𝑍𝐴.𝑍𝐶
= Z1 – Z3 ( Persamaan 34.4 )

𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

Persamaan 34.3 + persamaan 34.4 menghasilkan :


36
2..𝑍𝐴.𝑍 𝑍𝐴.𝑍𝐵
= 2.Z1 di mana Z1 =
𝐵
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶

Persamaan 34.2 – persamaan 34.3 menghasilkan :

𝑍𝐵.𝑍𝐶−𝑍𝐴.𝑍𝐵
= Z2 – Z1 ( Persamaan 34.5 )

𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

Persamaan 34.1 + persamaan 34.5 menghasilkan :

2.𝑍𝐵.𝑍𝐶 𝑍𝐵.𝑍𝐶
= 2.Z2 di mana Z2 =

𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶

37
Persamaan 34.3 – persamaan 34.1 menghasilkan :

𝑍𝐴.𝑍𝐶−𝑍𝐵.𝑍𝐶
= Z3 – Z2 ( Persamaan 34.6 )

𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

Persamaan 34.2 + persamaan 34.6 menghasilkan :

2.𝑍𝐴.𝑍𝐶 𝑍𝐴.𝑍𝐶
= 2.Z3 di mana Z3 =

𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶

𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶

Merangkum persamaan-persamaan tersebut, bagian star pada gambar


34.3(b) ekivalen dengan bagian delta pada gambar 34.3(a) ketika :
𝑍𝐴.𝑍𝐵 ( Persamaan 34.7 )
Z1 =
( Persamaan 34.8 )
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
( Persamaan 34.9 )
𝑍𝐶
𝑍𝐵.𝑍𝐶
Z2 =

𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
𝑍𝐴.𝑍𝐶
Z3 =

𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶

Perlu dicatat bahwa impedansi Z1 dihasilkan oleh produk 2 impedansi


pada gabungan delta ke percabangan 1 (ZA dan ZB), dibagi dengan jumlah
ketiga impedansi. Impedansi Z2 dihasilkan oleh produk 2 impedansi pada
gabungan delta ke percabangan 2 (ZB dan ZC), dibagi dengan jumlah ketiga
impedansi. Dan impedansi Z3 dihasilkan oleh produk 2 impedansi pada
gabungan delta ke percabangan 3 (ZA dan ZC), dibagi dengan jumlah ketiga
38
impedansi.
Sebagai contoh, rangkaian star ekivalen dari rangkaian delta yang
ditunjukan pada gambar 34.4 dihasilkan dari :

39
Gambarkan bentuk rangkaian star ekivalen seperti yang ditunjukan oleh
gambar 34.6. Lalu, hitung besar impedansi Z 1, Z2, dan Z3 dengan
menggunakan persamaan 34.7, 34.8, dan 34.9.

40
(a) Rangkaian pada gambar 34.7 digambar ulang, seperti pada gambar
34.8, sehingga menunjukan lebih jelas bagian rangkaian 1, 2, 3 dalam
bentuk rangkaian delta. Sehingga hal ini memungkinkan transformasi
ke rangkaian star seperti pada gambar 34.9.

Menggunakan persamaan 34.7 didapat :


𝑍𝐴.𝑍𝐵 (𝑗10)(𝑗15) (𝑗10)(𝑗15)
Z1 = = = = j3 Ω
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶 𝑗10+𝑗15+𝑗2 (𝑗50)
5
Menggunakan persamaan 34.8 didapat :
𝑍𝐵.𝑍𝐶 (𝑗15)(𝑗25) (𝑗15)(𝑗25)
Z2 = = = = j7,5 Ω
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶 𝑗10+𝑗15+𝑗2 (𝑗50)
5
Menggunakan persamaan 34.9 didapat :
𝑍𝐴.𝑍𝐶 (𝑗10)(𝑗25) (𝑗10)(𝑗25)
Z3 = = = = j5 Ω
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶 𝑗10+𝑗15+𝑗2 (𝑗50)
5

Rangkaian ekivalen ditunjukkan pada gambar 34.10 dan lebih


41
diringkas lagi pada gambar 34.11.

(b) Arus sumber

(c) Daya/Power P menghilang di hambatan 10 Ω pada gambar 34.7

dihasilkan dari (I1)2(10), di mana I 1 (lihat gambar 34.11) dihasilkan


dari:

42
Soal 3. Tentukan, untuk jaringan jembatan yang ditunjukkan pada
Gambar 34.12, (a) nilai padanan tunggal resistensi yang menggantikan
jaringan antar terminal A dan B, (b) arus yang disuplai oleh sumber 52V,
dan (c) arus yang mengalir dalam 8 Ω resistansi.

(a) Pada Gambar 34.12, tidak ada resistansi yang paralel secara langsung
atau langsung di seri satu sama lain. Namun, ACD danBCDadalah koneksi
delta dan keduanya dapat diubah menjadi koneksi bintang yang setara. BCD
jaringan delta digambar ulang pada Gambar 34.13 (a) dan diubah menjadi
bintang ekuivalen koneksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.13 (b),
di mana

33
(8)(16) = 2 Ω (dari persamaan (34.7))
Z1 =

8 + 16 + 40
= 10 Ω (dari persamaan (34.8))

(16)
Z2 = =5Ω (dari persamaan (34.9))
(40)
8 + 16 + 40

(8)(40)
Z3 =

8 + 16 + 40

Jaringan pada Gambar 34.12 dapat digambar ulang seperti yang


ditunjukkan pada Gambar 34.14. Resistensi 4 Ω dan 2 Ω berseri satu
sama lain, seperti halnya 1 Ω dan 5 Ω resistor. Karenanya jaringan
yang setara seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.15. Setara total
resistansi di terminal A dan B diberikan oleh

33
(6) + 10 = 13 Ω
RAB =
(6)
(6)+(6)

(b) Arus dipasok oleh sumber 52V, yaitu I


arus pada Gambar 34.15, diberikan oleh

I= 𝑉
= 52 = 4 A
𝑍𝐴𝐵 13

34
(c) Dar VCD / 8 = 6/8 = 0,75 A
i
Gamb
ar Soal 4. Gambar 34.16 menunjukkan jembatan
34.15, Anderson digunakan untuk mengukur, dengan
saat ini akurasi tinggi, induktansi LX dan resistansi seri RX

I1 =
[6 / (6
+ 6)] (I)
= 2A,
dan
saat ini
I2 = 2A
juga.
Dari Gambar
34.14, p.d.
melintasi AC,
VAC = (I1) (4) =
8V dan p.d.
melintasi AD,
VAD = (I2) (1) =
2V. Karenanya
p.d. antara C dan
D (yaitu p.d. di 8
Ω resistansi dari
Gambar 34.12)
diberikan oleh
(8−2) = 6V.

Jadi arus dalam 8


Ω resistansi
diberikan oleh

34
(a) Ubah delta ABD menjadi ekuivalennya koneksi bintang dan karenanya
menentukan keseimbangan persamaan untuk RX dan LX
(b) Jika R2 = R3 = 1 k, R4 = 500 Ω, R5 = 200 Ω dan C = 2 μF, tentukan nilai
RX dan LX pada keseimbangan.
(c) Delta ABD digambar ulang secara terpisah pada Gambar 34.17, bersama
dengan koneksi bintang ekuivalennya terdiri dari impedansi Z1, Z2 dan Z3.
Dari persamaan (34.7),
(𝑅5) −𝑗𝑅5𝑋𝐶
Z1 = =
(−𝑗𝑋𝐶) (𝑅3 + 𝑅5) −
𝑅5 − 𝑗𝑋𝐶 𝑗𝑋𝐶
+ 𝑅3

dari persamaan (34.8)


(−𝑗𝑋𝐶) −𝑗𝑅3𝑋𝐶
Z2 = =
(𝑅3) (𝑅3 + 𝑅5) −
𝑅5 − 𝑗𝑋𝐶 𝑗𝑋𝐶
+ 𝑅3

dari persamaan (34.9),


𝑅5𝑅3
Z2 =

(𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶

Jaringan dari Gambar 34.16 digambar ulang dengan bintang menggantikan


delta seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.18, dan disederhanakan lebih
lanjut pada Gambar 34.19. Perhatikan itu

10

35
35
impedansi Z1 tidak mempengaruhi keseimbangan jembatan karena seri
dengan detektor.) Pada keseimbangan,
(RX + jXLX )(Z2) = (R2)(R4 + Z3)

𝑅2 𝑅2𝑅4 𝑅2𝑍3
(RX + jXLX ) = (R4 + Z3) = +

𝑍2 𝑍 𝑍2
2
𝑅2(𝑅5𝑅3/((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶))
= +
𝑅2𝑅4

−𝑗𝑅3𝑋𝐶/((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶) −𝑗𝑅3𝑋𝐶/((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶)

𝑅2𝑅4((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶) 𝑅2𝑅5𝑅3


= +

−𝑗𝑅3𝑋𝐶 −𝑗𝑅3𝑋𝐶

𝑗𝑅2𝑅4((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶) 𝑗𝑅2𝑅5


= +

𝑅3𝑋𝐶 𝑋𝐶

𝑗𝑅2𝑅4(𝑅3 + 𝑅5) 𝑅2𝑅4𝑋𝐶 𝑗𝑅2𝑅5


i.e. (RX + jXLX ) = + +

𝑅3𝑋𝐶 𝑅3 𝑋𝐶
𝑋𝐶

Menyamakan bagian nyata memberikan:

𝑅2𝑅4
RX =

𝑅3

Menyamakan bagian imajiner memberikan:

𝑅2𝑅4(𝑅3 + 𝑅5) 𝑅2𝑅5


XLX = +

36
𝑅3𝑋𝐶 𝑋𝐶
i.e ωLX =
+
𝑅2𝑅4𝑅3 𝑅2𝑅5
𝑅2𝑅4𝑅5 +
𝑅3(1/ (1/𝜔𝐶)
𝑅3(1/𝜔𝐶)
𝜔𝐶)
𝜔𝐶𝑅2𝑅4𝑅5
= ωCR2R4 + + ωCR2R5

𝑅3

𝑅4𝑅5
Oleh karena itu LX = R2C (R4 + + R5)

𝑅3

(b) Jika R2 = R3 = 1 k, R4 = 500 Ω, R5 = 200 Ω dan C = 2 μF, kemudian,


pada keseimbangan
𝑅2𝑅4 (1000)(500)
RX = = = 500 Ω

Dan 𝑅 (1000)
3

37
𝑅4𝑅5
LX = R2C (R4 + + R5)

𝑅3

= (1000)(2 × 10−6) [500 + (500)(200) + 200] = 1.60

Soal 5. Untuk jaringan yang ditunjukkan pada Gambar 34.20, tentukan (a) arus yang
mengalir di (0 + j10) Ω impedansi, dan (b) daya yang hilang di (20 + j0) Ω impedansi.

(a) Jaringan awalnya dapat disederhanakan dengan transformasi delta PQR


ke koneksi star ekuivalennya seperti yang diwakili oleh impedansi Z 1, Z2 dan
Z3 pada Gambar 34.21. Dari persamaan (34.7),

(15 + 𝑗10)(25 − 𝑗5)


Z1 =

(15 + 𝑗10) + (25 − 𝑗5) + (20 − 𝑗30)

(15 + 𝑗10)(25 − 𝑗5)


=

(60 − 𝑗25)

(18.03∠33.69◦)(25.50∠−11.31◦)
=

65∠−22.62◦

= = 7.07∠45◦ Ω or (5 + j5) Ω

38
Dari persamaan (34.8),

(15 + 𝑗10)(20 − 𝑗30)


Z2 =

(65∠ − 22.62◦)

(18.03∠33.69◦)(36.06∠−56.31◦)
=

65∠−22.62◦

= = 10.0∠0° or (10 + j0) Ω

Dari persamaan (34.9),

(25 − 𝑗5)(20 − 𝑗30)


Z3 =

(65∠ − 22.62◦)

(25.50∠ − 11.31◦)(36.06∠−56.31◦)
=

65∠−22.62◦

= 14.15∠−45° atau (10 − j10) Ω


39
Jaringan ditampilkan ulang pada Gambar 34.22 dan disederhanakan lebih
lanjut pada Gambar 34.23, dari mana,

40
120∠0°
Arus I1 =

7.5 + ((10)(30)/(10 + 30))

120∠0°
= =8A

15

10
Arus I2 = ( )(8) = 2 A

10+30

30
Arus I3 = ( )(8) = 6 A

10+30

Arus yang mengalir pada impedansi (0 + j10) Ω dari Gambar 34.20 adalah I3
saat ini yang ditunjukkan pada Gambar 34.23, yaitu 6A
(b) Daya P menghilang di (20 + j0) Ω impedansi dari Gambar 34.20 diberikan
oleh
P=I22 (20)= (2)2(20) = 80W

41
Konversi Star Delta

T ujuan sebenarnya dari teorema ini ialah menyederhanakan analisis


rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti berupa rangkaian yang
telah diubah dari bentuk star menjadi bentuk delta. Hal serupa dapat
dilakukan sebaliknya.
Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema konversi star delta yaitu:
a. Apabila rangkaian berbentuk star maka ubahlah ke dalam bentuk
delta sedangkan apabila rangkaian berbentuk delta maka ubahlah ke
dalam bentuk star
b. Tentukanlah besar nilai dari masing-masing elemen yang telah
diubah.

Z1 x Z3 Z2 x Z3
Z xZ ZC =
ZA = 1 2 ZB = ΣZ
ΣZ ΣZ

42
Z3 =
Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C
Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C Z2 =
ZB
ZA

Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C
Z1 =
ZC

43
penelitian ini, kami menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Arus Loop adalah arus yang dimisalkan/diasumsikan mengalir
B
dalam suatu
A loop (lintasan Tertutup). Arus Loop sebenarnya

B tidak dapat diukur (arus


Permisalan). Analisis ini berprinsip pada Hukum
Kirchoff 2/KVL dimana jumlah
I tegangan disatu lintasan tertutup sama dengan

I nol atau arus merupakan parameter


yang tidak diketahui nilai tegangaannya.
I
2. Teorema tegangan nodal adalah teorema yang menggunakan
K "hukum tegangan Kirchoff" sebagai dasar untuk menganalisis

E rangkaian DC. Hukum ini menjelaskan bahwa "jumlah aljabar


perubahan tegangan di sekitar transisi tertutup adalah nol".
S
Dalam teorema tegangan nodal, pertama kita harus
I menentukan titik nodal untuk menentukan besarnya arus yang

M mengalir pada rangkaian. Node adalah titik di mana dua atau


lebih elemen terkait satu sama lain. kemudian untuk
P
menentukan arah aliran itu kita perlu membuat asumsi dan
U kemudian membuktikannya dengan hasil analisis kita.

L 3. Teorema Thevenin ialah Suatu rangkaian listrik dapat


disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber
A
tegangan yang dihubung serikan dengan sebuah tahanan
N ekuivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan
Dari sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan
hasil diskusi analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang
dan berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu
perhitungan resistansi ekuivalennya. Teorema ini sangat bermanfaat
yang kami apabila diaplikasikan pada analisis rangkaian yang berkaitan
lakukan dengan daya atau sistem baterai dan rangkaian interkoneksi
untuk yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian
menulis lainnya. Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur
laporan yang berasal dari Perancis yaitu M.L. Thevenin.
4. Pada teorema norton berlaku bahwa:
44
S derhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
u sumber arus yang dihubung paralelkan dengan
a sebuah tahanan ekuivalennya pada dua terminal
t yang diamati. Tujuan untuk menyederhanakan
u analisis rangkaian, yaitu dengan membuat
rangkaian pengganti yang berupa sumber arus
r yang diparalel dengan suatu tahanan
a ekuivalennya.
n 5. Transformasi Delta-Star diperlukan untuk menyederhanakan
g rangkaian dengan bentuk yang rumit menjadi sesederhana
k mungkin agar mudah dalam melakukan perhitungan besar
a arus ataupun tegangan.
i Bentuk rangkaian delta atau rangkaian π adalah sebagai
a berikut.
n

l
i
s
t
r
i
k

d
a
p
Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
a ZC = Z2
t Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
ZB = Z3
d Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
ZC = Z1
i
s
e
45
Bentuk
rangkaian
star atau
rangkaian
T adalah
sebagai
berikut.

Z1 =
ZA . ZB
Z 1+ Z 2+ Z 3
Z2 =
ZB . ZC
Z 1+ Z 2+ Z 3
Z3 =
ZA . ZZ
Z 1+ Z 2+ Z 3

TUGAS LATIHAN SOAL

Kerjakan dan diskusikan bersama kelompok, bagi anggota yang tidak


mau bekerjasama, namanya jangan dicantumkan pada cover.
1. Tentukan besar arus yang mengalir pada masin-masing loop pada
gambar di bawah ini;

46
titik a dan b, dan berapa besar arus yang mengalir pada elemen
tersebut?

2. Hitungla
h 4. Hitunglah IN pada titik a dan b, dan berapa besar arus yang
teganga mengalir pada elemen tersebut?
n Node
Voltage
V1 dan
V2 dari
gambar
di
bawah
ini ?

5. Hitunglah besar I total dari gambar di bawah ini?

3. Hitungla
h VTh
pada

47
48
JAWABAN DAN PEMBAHASAN
1.

Diketahui :
R=50 Ω
XL= j20 Ω
XC =− j60 Ω
V 1=5<30 °
V 2=20< 0°

 Loop 1

ΣV =0
−V 1+ V 2+ I 1 ( R+ XL ) −I 2× XL=0
−5<30 ° +20<0 ° + I 1 ( 50+ j 20 ) −I 2 ( j20 )=0
- 4,33 J 2,5+20+ ( 50+ J 20 ) I 1−¿(J20) I2 = 0
15,67 – 2,5 J + (50+J20)I1-(20<90)I2 = 0

49
15,86<−9+ ( 50+ J 20 ) I 1
I2 =
(20<90)
 Loop 2

ΣV =0
−V 2+ I 2 ( XL+ XC ) −I 1× XL=0
−20<0 ° + I 2 ( j20− j 60 )−I 1 ( j 20 )=0
- 20<0 + ( -40j ) I2- j 20 = 0

−J 20 I 2−J 40 I 2=20<0
2
- j10I1-j20 I2 = 10 < 0
- j 10 I1 – j ( 15,86<−9+¿ ¿ ) = 10 < 0
- j 10 I1 – j ( -j (15,86 < - 9 + ( 50 + j 20 I1 ) = 10 <0
- j 10 I1 – 15,86 < - 9 – ( 50 + J 20 ) I1 ) = 10 < 0
- j 10 I1 – 50 I1 – J 20 I1 = 10 < 0 + 15,86 < - 9
50 I1 – J 30 I1 = 10 + 15, 66 – J 2,48
58,3 < - 30,9 I1 = 25,66 – j 2,48
58,3 < - 30, 9 I1 = 25,77 < - 5,52

25,77<−5,52
I1 =
58,3<30,9
I1 = 0,44 < 25, 38 A

15,86<−9+ ( 50+ J 20 ) I 1
I2 =
20<90

15,66−J 2,48+ ( 53,8<21,8 )(0,44<25,38)


=
20<90
15,66<−J 2,48+ ( 23,672<47,18 )
=
20< 90
15,66<−J 2 , 48+16,08+J 17,36
=
20< 90
31,74+ J 14,48
=
20<90

50
34,88<24,52
=
20< 90
= 1,744 < - 65,48 A

2.

Diketahui :
V =5 ∠30 °
R 1=0,5 Ω
R 2=1 Ω
C 1=− j 1 Ω
C 2=− j 0,5 Ω
L 1= j 1 Ω
L 2= j 0,5 Ω
I =5 ∠0 °
Rp1 = L1 ll C2
(1 ∠ 90 )( 0,5 ∠−90 )
¿
J 1−J 0,5
0,5
¿
J 0,5
= 1 ∠−90 atau –j

Rp2 = L2 ll R2
( 0,5∠−90 )( 1 ∠ 0 )
¿
J 0,5+1
Ubah ke polar

51
 √(0,5)2 +(1)2=1,1
0,5
 arctan =26 , 56 °
1

0,5∠ 90 °
=
1,1∠26,56 °
= 0,45 ∠ 63,44 °

V1 VA−VB
IA = IC = IA = I C + I B
R1 Rp1
VA VB
IB = ID = ID = IC + I2 => I2 = ID – IC
C1 Rp 2

IA = I C + I B
V 1 VA−VB VA
= +
R1 Rp1 C1
5 VA−VB VA
= +
0,5 −J 1 −J 1
VA−VB +VA
10 =
−J 1
-J 10 = 2 VA – Vb
VB = 2 VA + J10….(1)

I2 = I D – IC
VB VA−VB
5= -
Rp 2 Rp1

52
VB Rp 1−( VA −VB ) R 2
5=
Rp 1. Rp 2
−J VB−( VA −VB ) 0,45∠ 63,44
5=
(1∠−90)(0,45 ∠ 63,44)
−J VB−0,45VA ∠63,44+ 0,45VB ∠ 63,44
5=
0,45 ∠−26,56

Ubah ke kompleks
 0,45 ∠−63,44 °

0,45 cos ( 63,44° ) + 0,45 sin ( 63,44° ) j


= 0,2 + j 0,4
2,25 ∠ -26,56 = - JVB – (0,2 + J 0,4) VA + (0,2 + J 0,4) VB
2,25 ∠ -26,56 = - JVB – 0,2VA + J 0,4 VA + 0,2 VB + J 0,4 VB
2,25 ∠ -26,56 = – 0,2VA - J 0,4 VA + 0,2 VB - J 0,6 VB

Ubah ke polar
 0,2 – j 0,6
 √(0,2)2 +(−0,6)2 =0,63
−0,6
 arctan =−71, 56
0,2

2, 25∠−26,5=0,2 VA − j 0,4 VA +0,63 VB ∠−71,56


2,25∠−26,56=0,2VA −J 0,4 VA +0,63 ( 2VA + J 10 ) ∠−71,56
2,25∠−26,56=−0,2VA −J 0,4 VA +1,26 VA ∠−71 , 56+613 ∠18,44

Ubah ke Kompleks
= 1,26 VA – 71,56
= 1,26 cos (−71,56 ° ) +1,26 sin (−71,56 ° ) j
=0,39 VA−J 1,19 VA

2,25∠−26,56−6,3∠ 18,44=−0,2 VA−J 0,4 VA + ( 0,39VA −J 1,19VA )

Ubah ke kompleks
2,25∠−26,56
= 2,25cos (−26,56 )+ 2,25 sin (−26,56 ) j
53
= 2 – j1

6,13∠ 18,44
= 6,3cos ( 18,44 )=6,3 sin ( 8,44 ) j
= 5,97+ j1,9

(2− j1 ¿−¿
−3− j 2,9=0,19 VA − j 1,59VA

Ubah ke polar
=−3− j 2,9
.√ (−3)2 + (−2,9 ) = 4,17
−2,9
Arctan =−44,02
−3
Ubah ke polar
0,19VA − j 1,59VA
.√ ( 0,19 )2 + (−1,59 )2=1,67
−− j 1,59
Arctan =−83,18
0,19

4,17∠−44,02=1,6 VA ∠−83,18
4,17 ∠−44,02
VA =
1,6 ∠−83,18
= 2,6 ∠ 39,16 V
VB = 2 VA + J 10
= 2 (2,6∠ 39,16 ¿+ J 10
= 5,2∠ 39,16+ J 10

Ubah ke kompleks
5,2 ∠ 39,16
= 5,2 cos ( 39,16 ° )+ 5,2sin ( 39,16 ° ) j
= 4,03 + j 3,2
= 41,03 + j 3,2 +j 10
= 4,03 + j 13,2
54
Ubah ke polar
4,03 + 13,2
.√ (4,03)2 +(13,2)2 = 13,8
13,2
= Arctan =73,03
4,03
VB = 13,8 ∠ 73,02 v

3.

Diketahui :
R 1=41k Ω
¿ 41 ×103 Ω
Xc=− j0,2 k Ω
¿− j 200 Ω→ 200<−90 °
Xl= j 4 k Ω
¿ j 4 ×103 Ω
I = 100 A

1. Langkah – Langkah
 Lepaskan Komponen pada XL
 Short (Hubung Singkat) Sumber Arus
2. Maka Kita akan mendapatkan gambar Rangkaian menjadi seperti di bawah ini.

55
3. Kemudian kita mencari Zth

Zth=R 2‖( R 1+ Xc)


R 2 ×( R 1+ Xc)
¿
R 2+( R 1+ Xc)
5000×(41000+ (− j 200 ) )
¿
5000+¿ ¿
205000000−1000000 j
¿
46000−200 j

Ubah Ke Polar
 √(205000000)2 +(−1000000)2=2,05002 ×108
−1000000
 arctan =−0,28 °
205000000

Ubah Ke Polar
 √(46000)2 +(−200)2=46000,43
−200
 arctan =−0,25 °
46000

2,05002 ×108 <−0,28 °



46000 ÷ 43<−0,25 °
¿ 4456,52<−0,03° Ω

56
4. Kemudian kita mencari Vth dengan memasang kembali sumber arusnya
R 1‖( Xc+ R 2 ) × R 2
Vth=Vab=I ∙
(Xc + R 2)
41000 × (− j 200+5000 )
¿ 100<0 ° × ×5000<0 °
41000+ (− j 200+5000 )
− j 200+5000
205000000− j8200000
¿ 100<0 ° × × 5000<0 °
46000−200 j
− j 200+5000
Ubah Ke Polar
 √(205000000)2 +(−8200000)2=205164800
−8200000
 arctan ¿ =−2,3 °
205000000

2 2
 √ ( 46000 ) + (−200 ) =46000,43

−200
 arctan ¿ =−0,25°
46000

2 2
 √(5000) +(−200 ) =5003,998

−200
 arctan =−2,3 °
5000

57
205164800<−2,3 °
∴=100< 0° × ×5000< 0 °
46000,43<−0,25°
5003,998<−2,3 °
4460,06<−2,05 °
¿ 100<0 ° × × 5000<0 °
5003,998<−2,3 °
¿ 100<0 ° ×0,89<0,25 ° ×5000<0 °
VTH ¿ 445000< 0,25° V

4.

Dari gambar, dapat kita peroleh informasi sebaga


Diketahui berikut.

I = 100 ∠ 0o A
R1 = 41 KΩ di mana ZR1 = 41 X 103 Ω
XL = 4 KΩ di mana ZXL = j4 X 103 Ω
XC = 0,2 KΩ di mana ZXC = -j2 X 102 Ω
R2 = 5 KΩ di mana ZR2 = 5 X 103 Ω

Langkah 1
 Lepaskan XL, dan short arus lalu tentukan ZN

58
Metode Norton
Zn = R2 II ( R1 + Xc )
R 2 .(R 1+ Xc)
=
R 2+(R 1+ Xc)
= 5000. ¿ ¿
205000000−1000000 j
=
46.000−200 j

Ubah ke bentuk polar


2 2
√ ( 205000000 ) + (−1000000 )
= 2,05002 x 108
−1000000
Arctan =
205000000
= - 0,28°

Ubah ke bentuk polar


2 2
√ ( 46000 ) +(−200 )
= 46000,43
−200
Arctan =
46000
= - 0,25°
205002000∠−0,28 °
=
46.000,43 ∠−0,25 °
= 4.456,52∠−0,03 Ω

Langkah 2
 Karena titik a dan b dihubungkan, maka arus tidak mengalir pada resistor
R2 dan langsung mengalir pada IN

59
R1
IN = I .
Xc+ R 1
41000
= 100.
−J 200+ 41000

Ubah kebentuk polar

√(41000)2 +(−200)2
= 41000,48
−200
Arctan =
41000
= - 0,28°

41000 ∠0 °
IN = 100∠ 0 ° .
41000,48 ∠−0,28 °
= 100∠ 0 ° .0,9 ∠+ 0,28°
= 90∠ 0,28 °
Langkah 3
 Pasang kembali XL lalu menghitung nilai arus di IxL

60
XL II ZN
IxL = IN .
XL
XL. zn
= IN . XL+ zn

Xl

Mengubah Zn polar ke kompleks


4.456,52 . cos ( -0,03° ¿+¿ 4.456,52 . j sin ( -0,03° ¿
= 445,51 + ( -2,33 j )
Jadi = j 4000 +445,51 – 2,33 j
=3997,67j + 445,51
= √¿ ¿
= 4022,41

Mengubah Kompleks ke polar


3997,67
Arctan =
445,51
= 83,64 °

4000 ∠90 ° . 4.456,52∠−0,03 °


∠ 0,28 ° .
= 90 4022,41∠ 83,64

4000∠ 90°

17826080∠ 89 , 97 °
∠ 0,28 ° .
= 90 4022,41 ∠83,64

4000 ∠90 °

4431,69 ∠ 6,33 °
= 90∠ 0,28 ° .
4000 ∠ 90 °
= 90 ∠ 0,28 ° .1,1 ∠−83,67°
= 99∠−83,39 ° A
5.

61
Diketahui = Z1 = 4Ω
Z2 = -j8Ω
Z3 = 5Ω
Z4 = j4Ω
Z5 = -j6Ω
V = 50<0 °

Z 1x Z 2
Za =
Z 1+ Z 2+ Z 3

4 x−j 8
=
4+ (− j 8 ) +5

62
4 x− j 8 −32 j
= =
9− j 8 9− j 8
Ubah ke bentuk polar =
=> √ 92 +(−8)2 = 12,04

−8
=> arctan = -41,63
9
∴ 12,04 < -41,63

32←90°
=>
12,04←41,63
=> 2,65 < -48,37° Ω

Z 1x Z 2
Zb =
Z 1+ Z 2+ Z 3

4 x5
=
4+ (− j 8 ) +5

20
=
9− j 8
Ubah ke bentuk polar =
=> √ 92 +(−8)2 = 12,04

−8
=> arctan = -41,63
9
∴ 12,04 < -41,63

20<0 °
=>
12,04←41,63
=> 1,66 < 41,63° Ω

Z 2x Z 3
Zc =
Z 1+ Z 2+ Z 3

− j8 x 5
=
4+ (− j 8 ) +5

−40 j
=
9− j 8
Ubah ke bentuk polar =

63
=>−40 j=40←90 °

9− j8
=> = 12,04
√(−8)2 +92
−8
=> arctan = -41,63
9

40←90 °
=> = 3,32 < -48,37° Ω
12,04←41,63

Zs1 = Zb + Z4 → Zb = 3,73 < 41,63°


=> 1,66 cos (41,63 ° )+ 3,73sin ( 41,63 ° ) j
= 1,24 + 1,1j
=> 1,24 + 1,1j + 4j
= 1,24 + 5,1j

Ubah ke polar

√(1,24)2 +(5,1)2= 5,25


5,1
arctan = 76,33
1,24
∴ = 5,25< 76,33° Ω

Zs2 = Zc + Z5 → Zc = 3,32 < -48,37°


Ubah ke kompleks
=> 3,32 cos (−48,37 ° )+ 3,32sin (−48,37° ) j
= 2,20 + (-2,48j)
=> 2,20 – 2,48j – 6j
= 2,2 – 8,48j

Ubah ke polar

√(2,2)2+(−8,48)2= 8,76
−8,48
arctan = -75,45°
2,2
∴ = 8,76 < -75,45° Ω

64
Ztot = Za + Zs1 ǁ Zs2
=> Za = 2,65 < -48,37
Ubah ke kompleks
2,65 cos (−48,37 ° )+ 2,65sin (−48,37° ) j
= 1,76 – 1,98j

=> Zs1 = 5,25< 76,33° Ω


Ubah ke kompleks
5,25 cos (76,33° )+ 5,25 sin ( 76,33 ° ) j
= 1,24 +5,1 j

=> Zs2 = 8,76 < 79,45°


Ubah ke kompleks
8,76 cos (−79,45 °)+ 8,76 sin (−79,45 ° ) j
= 1,6 – 8,55j

(1,24+ 5,1 j x 1,6−8,55 j)


∴ = 1,76 – 1,98j +
(1,24+5,1 j+1,6−8,55 j)

1,02−0,39 j
=
2,84−3,45 j
Ubah ke polar

√(1,02)2+(−0,39)2= 1,09
−0,39
arctan = -20,92
1,02

√(2,84)2 +(−3,45)2= 4,5


−3,45
arctan = -50,54
2,84
1,09<−20,92

4,5<−50,54
 0,24 < 29,62 ° Ω

V 50<0 °
It = =
Ztot 0,24<29,62 °

65
= 208,33 < -29,62° A

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8771712/Teorema_Norton_dan_konversi_delta
_. Diakses pada tanggal 2 April 2021

https://youtu.be/Mu5mn5yxR7E. Diakses pada tanggal 2 April 2021.

https://www.academia.edu/4901036/Rangkaian_Listrik_II_Teorema_Mesh_
dengan_Arus_AC_dan_cara_perhitungan_dengan_Matriks_serta_Bilangan
_Kompleks. Diakses pada tanggal 9 April 2021

https://www.academia.edu/9452343/Resume_2_Rangkaian_Listrik_II_Teorema_Nod
e_Voltage_Dalam_Penyederhanaan_Arus_Bolak_Balik_Penyelesaian_Matriks_.
Diakses pada tanggal 9 April 2021

https://www.academia.edu/6467346/Rangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan_N
orton. Diakses pada tanggal 9 April 2021

John Bird. ( 2007 ). Electrical Circuit Theory and Technology. Burlington, MA 01803,
USA. Third edition

66

Anda mungkin juga menyukai