Kelompok 4 - Tugas 6 - RL 2.
Kelompok 4 - Tugas 6 - RL 2.
Kelompok 4 - Tugas 6 - RL 2.
RANGKAIAN LISTRIK 2
PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOOP, NODE VOLTAGE,
THEVENIN, NORTON, DAN DELTA STAR
Disusun oleh :
Dhafin Rizqy Zaputra
(1501620047)
Muhammad Farhan Dzaki
(1501620035)
Muhammad Nur Ali Rozak
(1501620028)
Putri Maharani Pricilia
(1501620063)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
yang berjudul “Analisis Teorema Superposisi” dengan tepat waktu.
Laporan penelitian hasil diskusi terhadap analisa mengenai metode Teorema
Superposisi ini disusun guna memenuhi tugas dosen Dr. Faried Wadjdi, M.Pd.,
MM. pada mata kuliah Rangkaian Listrik 2 di program studi Pendidikan Teknik
Elektro, Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, kami selaku penulis juga
berharap agar laporan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang metode Teorema Thevenin dan Norton.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Faried
Wadjdi, M.Pd., MM. selaku dosen mata kuliah. Karena tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis dalam rangka menuntut ilmu. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan
penelitian ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I...................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................5
I. LATAR BELAKANG...........................................................................5
II. TUJUAN PEMBAHASAN...................................................................6
BAB II..................................................................................................................7
KAJIAN TEORI....................................................................................................7
A. Rangakain Mesh Loop.......................................................................7
B. Rangkaian Node Voltage.................................................................14
a. Teorema Node Voltage..................................................................14
b. Contoh Soal Node Voltage............................................................16
C. Rangkaian Thevenin........................................................................23
D. Rangkaian Norton............................................................................29
E. Rangkan Delta dan Star...................................................................32
F. Transformasi Delta-Star...................................................................32
BAB III...............................................................................................................44
KESIMPULAN...................................................................................................44
TUGAS LATIHAN SOAL......................................................................47
JAWABAN DAN PEMBAHASAN..........................................................49
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................65
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Elektronika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
pengendalian arus listrik yang dapat dioperasikan dengan cara
mengontrol aliran elektron. Pengendalian elektron ini terjadi didalam ruang
hampa atau ruagan yang berisi gas bertekanan rendah seperti tabung gas
dan bahan semi konduktor.
Ada dua bentuk rangkaian setara yaitu rangkaian setara Thevenin
dan rangkaian setara Norton. Tegangan Thevenin didefenisikan sebagai
tegangan yang melewati terminal beban saat hambatan beban terbuka.
Arus Norton didefenisikan sebagai arus beban saat hambatan beban
dihubung singkat. Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan
jaringan listrik tertentu, kecuali beban dapat diganti dengan sirkuit yang
hanya mengandung satu sumber tegangan listrik independen dengan
sebuah resistor yang terhubung secara seri. Teorema Norton
menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu kecuali beban
dapat diganti dengan sirkuit ekivalenyang hanya mengandung asatu
sumber arus listrik independen dan dengan sebuah resistor yang
terhubunng secara parallel (Darianto,2000).
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita telah
menggunakan hasil dari rangkaian ini, baik itu rangkaian setara Thevenin
maupun rangkaian setara Norton. Khususnya pada orang-orang yang
bekerja dibidang elektronika seperti jasa tukang servis alat-alat elektronik.
Ketika mereka kekurangan besar resistor untuk merangkai suatu alat
maka digunakan rangkaian setara untuk mengganti kekurangan besar
resistor tersebut. Hal inilah yang sebenarnya kita tidak sadari bahwa yang
kita praktikan itu merupakan aplikasi dari rangkaian setara Thevenin dan
rangkaian setara Norton.
Berdasarkan hal itu, maka perlu diadakan percobaan ini agar kita lebih
memahami bagaimana itu rangkain setara Thevenin dan Norton, serta lebih
meyakinkan kita bahwa yang kita gunakan selama ini adalah aplikasi dari
rangkaian setara Thevenin dan Norton. Metode analisis rangkaian merupakan
salah satu alat bantu untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul
dalam menganalisis suatu rangkaian bilamana konsep dasar seperti Hukum
Ohm dan Hukum Kirchoff tidak dapat menyelesaikan permasalahan dalam
rangkaian tersebut. Ada dua metode yang akan diperdalam lagi pada
penugasan kali ini yaitu analisis delta star dan star delta transformations
Dengan menggunakan hukum Kirchhoff, analisis arus mesh, analisis nodal atau
teorema, arus, dan tegangan superposisi di banyak jaringan dapat ditentukan
seperti yang ditunjukkan dalam Bab 30 hingga 32. Theorems Thévenin dan
Norton, yang diperkenalkan pada Bab 33, menyediakan metode alternatif untuk
memecahkan jaringan dan seringkali dengan perhitungan numerik yang sangat
berkurang. Juga, teorema terakhir ini sangat berguna ketika hanya arus di
cabang tertentu dari jaringan yang rumit yang diperlukan. Transformasi delta-
star dan star-delta dapat diterapkan dalam jenis sirkuit tertentu untuk
menyederhanakannya sebelum penerapanorema sirkuit.
VA = 2 ∠ 00
VB = 6 ∠ 00
2. Tentukan arah loop dan arusnya. Arah loop pada teorema Mesh
sebaiknya searah jarum jam. Apabila arah arus searah dengan arah loop, maka
tandanya negatif (-), namun apabila arah arus berlawanan dengan arah loop,
maka tandanya positif (+)
Loop 1:
ΣV=0
VA – I1.Z1 – I1.Z3 + I2.Z3 = 0
2 ∠ 00 – I1.j2 – I1.(4) + I2.(4) = 0
2 ∠ 00 – (4+j2).I1 + 4I2 = 0
(4+j2).I1 – 4I2 = 2 ∠ 00 .................................................................(1)
[ 4+−4j 2 4−−4j ]
Kemudian hitung determinan masing-masing matriks. Ingat, j2= 1
2 ( 4− j )−(−6 )(−4 )
I 1=
( 4+ j2 ) ( 4− j )−16
−16− j2
I 1=
4 j− j 2 2
−16− j2
I 1=
4 j+2
Lalu ubah ke bentuk polarnya.
16,1 ∠−172,87
I 1=
4,47 ∠63,43
I 1=3,61∠123,70
[ 4+−4j2 4−−4j]
Kemudian hitung determinan masing-masing matriks.
−6 ( 4+ j 2 )−(−4 ) ( 2 )
I 2=
( 4 + j2 ) ( 4− j ) −16
−16− j16
I 2=
4 j− j 22
22 ,6 ∠ 45
I 2=
4,47 ∠ 63,43
I 2=5,06 ∠−18,43
Cara Kedua
Cara kedua dalam analisis Mesh ini adalah dengan membuat daerah loop 2
satu rangkaian penuh seperti pada gambar 1. .berbeda dengan cara yang
pertama yaitu daerah loop 1 dan loop 2 dibagi menjadi dua bagian yang sama.
Loop 2:
ΣV=0
VA - VB – I2 Z1 – I2 Z2 + I1 Z1 = 0
VA - VB – (Z1 + Z2).I2 + I1 Z1 = 0
2 ∠ 00 - 6 ∠ 00 – (j2 - j).I2 + I1.(j2) = 0
-6 ∠ 00 – (4-j).I2 + 4I1 = 0
4I1 – (4-j).I2 = 6 ∠ 00 ...................................................................(2)
Setelah mendapatkan kedua persamaannya, masukkan persamaaan tersebut
ke dalam matriks. Lalu hitung I1 dan I2 nya dengan cara sama seperti cara
sebelumnya.
−4 I 1
[ 4−4+ j 2 =
2∠ 0
][ ] [
4− j I 2 −6 ∠ 0 ]
Contoh Soal 2:
Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan impedansi (Z) dari setiap bagian rangkaian dan sumber
tegangannya.
Z1 = 1 + j2
Z2 = 4 – j8
Z3 = j6
VA = 8 ∠ 200
VB = 10 ∠ 00
Gambar 1.7. Arah loop, arus dan tegangan pada analisis Mesh
Pada Rangkaian Listrik I kita telah mempelajari tentang teorema node voltage
dalam menyelesaikan rangkaian sederhana, teorema node voltage berprinsip
pada hukum Kirchoff (Kirchoff Current Law/KCL)tentang arus titik cabang yaitu,
jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah simpul adalah nol. Perlu
diketahui bahwa pada suatu rangkaian terdapat n simpul utama, maka akan
dihasilkan (n-1) persamaan.
Dalam menganalisis teorema node voltage pada rangkaian rus bolak-balik, ada
tahapan-tahapan yang perlu kita ketahui agar lebih mudah dalam
menerapkannya. Berikut adalah langkah-langkah secara umum penyelesaian
dengan menggunakan analisis node voltage.
1. Ada Persamaan rangkaian yang diperoleh dari hukum Kirchoff tentang
arus pada titik cabang.
2. Titik-titik pada suatu rangkaian dimana ujung-ujung dua elemen atau
lebih saling bertemu, disebut simpul.
3. Simpul dari tiga elemen atau lebih disebut simpul utama.
4. Simpul utama dipilih sebagai simpul acuan.
5. Simpul acuan disebut juga simpul dantum atau simpul tegangan nol
Dan untuk memperjelas langkah penyelesaian, gambar dibawah ini dapat kita
selesaikan dengan menggunakan analisis Node Voltage.
Titik simpul
(Node)
2. Tentukan arah arusnya
arah-arah arus
pada rangkaian
V A −V N
I 1=
Z1
V B−V N
I 2=
Z2
VN
I 3=
Z3
2∠0−V N 6 ∠ 0−V N V N
+ − =0
j2 −j 4
−4 j ( 2∠0−V N ) +8 j ( 6 ∠ 0−V N )−( −2 j 2) V N
=0
−8 J 2
2
-4j (2-V N ¿+8 j ( 6−V N ) +2 j V N =(−8 J ¿¿ 2).0 ¿
-8j+ 4 j V N +48 j−8 j V N −2 V N =0
40j+ 4 j V N −2 V N =0
(4j-2¿ V N =−40 j
−40 j
VN =
4 j−2
40 ∠ 90 °
VN =
4,5 ∠−26,56°
VN = 8,89 ∠ 116,56 °
2. Contoh soal 2
Z1 =4 Ω I 2=4 ∠ 0
I 1=6 ∠0
Z3 =− j 2 Ω
Keterangan:
1 1 1
Y 1= Y 2= Y 3=
Z1 Z2 Z3
maka,
Y 1+ Y 2 −Y 2 V 1 −I 1
[ −Y 2 Y 2 +Y 3 V 2
=
+ I2][ ] [ ]
−I 1 −Y 2
V 1=
[+ I 2 Y 2 +Y 3 ]
Y 1 +Y 2 −Y 2
[ Y2 Y 2 +Y 3 ]
−( Y 3 +Y 2 ) I 1 + I 2 Y 2
V 1= 2
( Y 1 +Y 2 ) ( Y 2 +Y 3 )−Y 2
−( Y 3 +Y 2 ) I 1 + I 2 Y 2
V 1=
( Y 1 +Y 3 ) ( Y 3 +Y 2 ) +Y 1 Y 2
1 1 1
V =
(
− + ) 6 ∠ 0 °+ 4 ∠0 ° ( )
−j2 j5 j5
1
I1
Penyelesaian:
I 2 −Y 3
VN1 =
[ I 1 Y 4 +Y 3 ]
Y 1 +Y 2+ Y 3 −Y 3
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ]
( I 2 ) ( Y 4 +Y 3 )−Y 3 I 1
= 2
( Y 1+ Y 2+ Y 3 )( Y 3+Y 4 ) −Y 3
( I 2 Y 3 ) + ( I 2 Y 4 )−Y 3 I 1
= 2 2
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) +( Y 4 Y 3 ) +Y 3 −Y 3
( I 2 Y 3 ) + ( I 2 Y 4 ) −Y 3 I 1
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
( I 2 ) ( Y 4 +Y 3 ) −Y 3 I 1
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
=
( 18 +−101 j )− −101 j 10 ∠ 0 °
12∠ 0 °
( 7+81 j x 18 )+( 7+18 j x −101 j )+( 4 +51 j x −101 j )+( 4 +51 j x 18 )+( −101 j x 18 )
1 1 1
=
( 12∠ 0 °
+ )−
8 −10 j −10 j
10 ∠ 0 °
1
( 56+64 )j +( −701j+80 )+( −401j+50 )+( 32+140 j )+( −801 j )
12 ∠0° ( 0.125+0.1 j ) −0.1 j x 10∠ 0°
= 56−64 j 70 j+ 80 40 j+50 32−40 j
7232( +
11300 )(
+
4100
+ )(
2624 )(
+ ( 0.0125 j ) )
12 ( 0.125+ 0.1 j )−0.1 j x 10
= 5.1584 x 1 013 +1.099 x 1 013
(8.792 x 1 014 )
( 1.5+1.2 j )− j 1.5+0,2 j
=
= 7.615∠ 47.36 0.0866 ∠47.36 °
(
87.92∠ 0° )
15 ∠7,6 °
=
0.0866 ∠47.36 °
VN1 = 173,2 ∠ -39.76°
Y 1+ Y 2+Y 3 −Y 3 VN1 I2
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ][ ] [ ]
VN2
=
I2
Y 1 +Y 2 +Y 3 I 2
VN2 =
[ −Y 3 I1 ]
Y 1 +Y 2+ Y 3 −Y 3
[ −Y 3 Y 3 +Y 4 ]
( I 1) ( Y 1 +Y 2 +Y 3 ) +Y 3 I 2
= 2
( Y 1+ Y 2+ Y 3 )( Y 3+Y 4 ) −Y 3
( I 1 ) ( Y 1 +Y 2 +Y 3 ) +Y 3 I 2
= 2 2
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) +( Y 4 Y 3 ) +Y 3 −Y 3
( I 1 ) ( Y 1+ Y 2+ Y 3 ) +Y 3 I 2
=
( Y 1 Y 4 ) + ( Y 1 Y 3 ) + ( Y 2 Y 3 )+ ( Y 2 Y 4 ) + ( Y 4 Y 3 )
=
10 ∠ 0 °( 7 +81 j + 4+51 j + −101 j )+ −101 j 12∠ 0°
( 7+81 j x 18 )+( 7+18 j x −101 j )+( 4 +51 j x −101 j )+( 4 +51 j x 18 )+( −101 j x 18 )
7−8 j 4+5 j
10 ∠0 ° ( + +0.1 j ) +0.1 j x 12∠ 0°
49+64 16+25
=
1 1 1 1 1
( 56+64 j ) ( −70 j+80 ) ( −40 j+50 ) ( 32+ 40 j ) ( −80 j )
+ + + +
7−8 j 4+5 j
10 ∠ 0 ° ( + +0.1 j ) +0.1 j x 12∠ 0 °
49+64 16+25
=
( 56−64
7232
j
) +(
70 j+ 80
11300 ) +(
40 j+50
4100 ) +(
32−40 j
2624 )
+ ( 0.0125 j )
739−429.7 j
10∠0 ° ( ) + 0.1 j x 12 ∠0 °
4633
=
( 56−64
7232
j
) +(
70 j+ 80
11300 ) +(
40 j+50
4100 ) +(
32−40 j
2624 )
+ ( 0.0125 j )
601.23 ∠−30.11
10∠0 ° ( )−(0.1 ∠90)12 ∠0 °
4633∠ 0
=
5.1584 x 10 13+1.099 x 1 013
( 8.792 x 10 14 )
10∠0 ° (−4031.77 ∠−30.11 ) −( 0.1∠ 90 ) 12 ∠ 0 °
= 5.1584 x 1 013 +1.099 x 1 013
( 8.792 x 1 014 )
(−403,177 ∠−30.11 ) –(1,2∠90 ° )
= 7.615 ∠47.36
(87.92 ∠0 )
348,77+ j 202,2−1,2 j
348,77+ j 201 402,54 ∠ 29,96 °
= 7.615 ∠ 47.36 = =
(87.92∠ 0 )
0.0866 ∠47.36 ° 0.0866 ∠ 47.36 °
Rangkaian
Aktif
Dari Gambar 1.5, maka dapat mencari besar atau nilai dari I R3, yaitu:
V Th
IR3 =
R Th + R 3
Maka besar atau nilai arus yang mengalir pada tahanan R 3 (IR3) yaitu:
4v
IR3 =
2,4 Ω +3,6 Ω
4v 2
= = A
6Ω 3
Tentukanlah berapa besar nilai arus yang mengalir melalui tahanan R 2 (IR2)?
Jawab:
Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan titik terminal a-b dimana parameter ditanyakan. Pada
rangkaian gambar 1.6 titik terminal a-b dapat ditentukan di tahanan R 2.
Maka komponen R2 dilepaskan dan diganti dengan titik a-b.
Kita umpamakan tegangan pada titik terminal a-b dengan V 1 > V2, maka
dapat diperoleh persamaan:
V1 – V 2
ITh =
R1 + R3
VTh = V1 – ITh . R1 atau VTh = V2 + ITh . R3
Maka ,
28 v – 7 v
ITh =
4Ω +1Ω
21 v
= = 4,2 A
5Ω
VTh = 28 v – 4,2 A . 4 Ω
= 28 v – 16,8 v = 11,2 v
VTh = 7 v + 4,2 A . 1 Ω
atau
= 7 v + 4,2 v = 11,2 v
d. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya (rangkaian aktif) dan
pasang kembali komponen tahanan R2 yang tadi dilepas.
Rangkaian
Aktif
Maka dapat diperoleh besar nilai arus yang mengalir pada tahanan R 2 (IR2), yaitu:
V Th
IR2 =
R Th + R 2
11,2 v
IR3 =
0,8 Ω +2 Ω
11,2 v
= =4A
2,8 Ω
D. Rangkaian Norton
Teorema Norton
T eorema Norton dapat digunakan pada rangkaian yang terdiri dari beberapa
sumber tegangan dan impedansi yang dapat diubah menjadi:
1. Sumber tegangan arus pengganti Norton (IN)
2. Satu impedansi pengganti Norton yang tersusun secara paralel
31
Untuk membuat rangkaian pengganti tersebut, maka terdapat dua aturan yang
digunakan untuk mencari tegangan dan hambatan pengganti.
1. arus pengganti adalah arus yang terdapat pada titik-titik yang dikehendaki
dengan beban di anggap sebagai rangkaian tertutup (close circuit)
2. hambatan pengganti adalah hambatan yang terjadi pada titik-titik rangkaian
dengan sumber tegangan/arus dianggap sebagai rangkaian tertutup (close
circuit).
Contoh
Dari gambar diatas kita dapat menghitung besar arus yang mengalir di setiap
impedansi yaitu dengan cara teorema Norton.
Langkah-langah penyelesaian dengan menggunakan Teorema Norton ialah
sebagai berikut.
a. Sumber arus dibuka dan sumber tegangan dihubung singkat.
32
b. Lepaskan komponen bila akan dicari tegangan atau arusnya
Z1 x Z2
Z=
Z 1+ Z 2
d. Tentukan besar In
V A VB
INorton = +
Z1 Z2
33
e. Rangkaian pengganti dari rangkaian awal diatas ialah
F. Transformasi Delta-Star
Sangat memungkinkan untuk mengganti/mengubah rangkaian delta
seperti pada gambar 34.3(a) dengan rangkaian star ekivalen seperti pada
gambar 34.3(b) selama impedansi yang terukur di antara setiap pasang
percabangan (1-2, 2-3, atau 3-1) bernilai sama dalam bentuk star maupun
34
delta. Rangkaian star ekivalen akan menggunakan daya yang sama dan
mengoperasikan di daya yang sama seperti rangkaian delta. Transformasi
delta-star bisa juga disebut sebagai ‘π to T transformation’.
35
Berdasarkan percabangan 1 dan 2 pada gambar 34.3(a), impedansi
ekivalen didapat dari hubungan paralel Z B dengan seri dari ZA dan ZC.
𝑍𝐵 (𝑍𝐴 + 𝑍𝐶 )
𝑍𝐵 + 𝑍𝐴 + 𝑍𝐶
Pada gambar 34.3(b), impedansi ekivalen antara percabangan 1 dan 2
adalah seri antara Z1 dan Z2. Atau dengan kata lain :
Delta Star
𝑍𝐵 (𝑍𝐴+𝑍𝐶 )
Z12 = = Z1 + Z2( Persamaan 34.1 )
𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶
𝑍𝐶 (𝑍𝐴+𝑍𝐵 )
Z23 = = Z2 + Z3( Persamaan 34.2 )
𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶
𝑍𝐴 (𝑍𝐵+𝑍𝐶 )
Z31 = = Z3 + Z1( Persamaan 34.3 )
𝑍𝐵+𝑍𝐴+𝑍𝐶
𝑍𝐴.𝑍𝐵−𝑍𝐴.𝑍𝐶
= Z1 – Z3 ( Persamaan 34.4 )
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
𝑍𝐵.𝑍𝐶−𝑍𝐴.𝑍𝐵
= Z2 – Z1 ( Persamaan 34.5 )
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶
2.𝑍𝐵.𝑍𝐶 𝑍𝐵.𝑍𝐶
= 2.Z2 di mana Z2 =
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
37
Persamaan 34.3 – persamaan 34.1 menghasilkan :
𝑍𝐴.𝑍𝐶−𝑍𝐵.𝑍𝐶
= Z3 – Z2 ( Persamaan 34.6 )
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶
2.𝑍𝐴.𝑍𝐶 𝑍𝐴.𝑍𝐶
= 2.Z3 di mana Z3 =
𝑍𝐴+𝑍𝐵+𝑍𝐶
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
𝑍𝐴.𝑍𝐶
Z3 =
𝑍𝐴+𝑍𝐵+
𝑍𝐶
39
Gambarkan bentuk rangkaian star ekivalen seperti yang ditunjukan oleh
gambar 34.6. Lalu, hitung besar impedansi Z 1, Z2, dan Z3 dengan
menggunakan persamaan 34.7, 34.8, dan 34.9.
40
(a) Rangkaian pada gambar 34.7 digambar ulang, seperti pada gambar
34.8, sehingga menunjukan lebih jelas bagian rangkaian 1, 2, 3 dalam
bentuk rangkaian delta. Sehingga hal ini memungkinkan transformasi
ke rangkaian star seperti pada gambar 34.9.
42
Soal 3. Tentukan, untuk jaringan jembatan yang ditunjukkan pada
Gambar 34.12, (a) nilai padanan tunggal resistensi yang menggantikan
jaringan antar terminal A dan B, (b) arus yang disuplai oleh sumber 52V,
dan (c) arus yang mengalir dalam 8 Ω resistansi.
(a) Pada Gambar 34.12, tidak ada resistansi yang paralel secara langsung
atau langsung di seri satu sama lain. Namun, ACD danBCDadalah koneksi
delta dan keduanya dapat diubah menjadi koneksi bintang yang setara. BCD
jaringan delta digambar ulang pada Gambar 34.13 (a) dan diubah menjadi
bintang ekuivalen koneksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34.13 (b),
di mana
33
(8)(16) = 2 Ω (dari persamaan (34.7))
Z1 =
8 + 16 + 40
= 10 Ω (dari persamaan (34.8))
(16)
Z2 = =5Ω (dari persamaan (34.9))
(40)
8 + 16 + 40
(8)(40)
Z3 =
8 + 16 + 40
33
(6) + 10 = 13 Ω
RAB =
(6)
(6)+(6)
I= 𝑉
= 52 = 4 A
𝑍𝐴𝐵 13
34
(c) Dar VCD / 8 = 6/8 = 0,75 A
i
Gamb
ar Soal 4. Gambar 34.16 menunjukkan jembatan
34.15, Anderson digunakan untuk mengukur, dengan
saat ini akurasi tinggi, induktansi LX dan resistansi seri RX
I1 =
[6 / (6
+ 6)] (I)
= 2A,
dan
saat ini
I2 = 2A
juga.
Dari Gambar
34.14, p.d.
melintasi AC,
VAC = (I1) (4) =
8V dan p.d.
melintasi AD,
VAD = (I2) (1) =
2V. Karenanya
p.d. antara C dan
D (yaitu p.d. di 8
Ω resistansi dari
Gambar 34.12)
diberikan oleh
(8−2) = 6V.
34
(a) Ubah delta ABD menjadi ekuivalennya koneksi bintang dan karenanya
menentukan keseimbangan persamaan untuk RX dan LX
(b) Jika R2 = R3 = 1 k, R4 = 500 Ω, R5 = 200 Ω dan C = 2 μF, tentukan nilai
RX dan LX pada keseimbangan.
(c) Delta ABD digambar ulang secara terpisah pada Gambar 34.17, bersama
dengan koneksi bintang ekuivalennya terdiri dari impedansi Z1, Z2 dan Z3.
Dari persamaan (34.7),
(𝑅5) −𝑗𝑅5𝑋𝐶
Z1 = =
(−𝑗𝑋𝐶) (𝑅3 + 𝑅5) −
𝑅5 − 𝑗𝑋𝐶 𝑗𝑋𝐶
+ 𝑅3
10
35
35
impedansi Z1 tidak mempengaruhi keseimbangan jembatan karena seri
dengan detektor.) Pada keseimbangan,
(RX + jXLX )(Z2) = (R2)(R4 + Z3)
𝑅2 𝑅2𝑅4 𝑅2𝑍3
(RX + jXLX ) = (R4 + Z3) = +
𝑍2 𝑍 𝑍2
2
𝑅2(𝑅5𝑅3/((𝑅3 + 𝑅5) − 𝑗𝑋𝐶))
= +
𝑅2𝑅4
−𝑗𝑅3𝑋𝐶 −𝑗𝑅3𝑋𝐶
𝑅3𝑋𝐶 𝑋𝐶
𝑅3𝑋𝐶 𝑅3 𝑋𝐶
𝑋𝐶
𝑅2𝑅4
RX =
𝑅3
36
𝑅3𝑋𝐶 𝑋𝐶
i.e ωLX =
+
𝑅2𝑅4𝑅3 𝑅2𝑅5
𝑅2𝑅4𝑅5 +
𝑅3(1/ (1/𝜔𝐶)
𝑅3(1/𝜔𝐶)
𝜔𝐶)
𝜔𝐶𝑅2𝑅4𝑅5
= ωCR2R4 + + ωCR2R5
𝑅3
𝑅4𝑅5
Oleh karena itu LX = R2C (R4 + + R5)
𝑅3
Dan 𝑅 (1000)
3
37
𝑅4𝑅5
LX = R2C (R4 + + R5)
𝑅3
Soal 5. Untuk jaringan yang ditunjukkan pada Gambar 34.20, tentukan (a) arus yang
mengalir di (0 + j10) Ω impedansi, dan (b) daya yang hilang di (20 + j0) Ω impedansi.
(60 − 𝑗25)
(18.03∠33.69◦)(25.50∠−11.31◦)
=
65∠−22.62◦
= = 7.07∠45◦ Ω or (5 + j5) Ω
38
Dari persamaan (34.8),
(65∠ − 22.62◦)
(18.03∠33.69◦)(36.06∠−56.31◦)
=
65∠−22.62◦
(65∠ − 22.62◦)
(25.50∠ − 11.31◦)(36.06∠−56.31◦)
=
65∠−22.62◦
40
120∠0°
Arus I1 =
120∠0°
= =8A
15
10
Arus I2 = ( )(8) = 2 A
10+30
30
Arus I3 = ( )(8) = 6 A
10+30
Arus yang mengalir pada impedansi (0 + j10) Ω dari Gambar 34.20 adalah I3
saat ini yang ditunjukkan pada Gambar 34.23, yaitu 6A
(b) Daya P menghilang di (20 + j0) Ω impedansi dari Gambar 34.20 diberikan
oleh
P=I22 (20)= (2)2(20) = 80W
41
Konversi Star Delta
Z1 x Z3 Z2 x Z3
Z xZ ZC =
ZA = 1 2 ZB = ΣZ
ΣZ ΣZ
42
Z3 =
Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C
Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C Z2 =
ZB
ZA
Z A Z C + Z A Z B+ Z B Z C
Z1 =
ZC
43
penelitian ini, kami menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Arus Loop adalah arus yang dimisalkan/diasumsikan mengalir
B
dalam suatu
A loop (lintasan Tertutup). Arus Loop sebenarnya
l
i
s
t
r
i
k
d
a
p
Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
a ZC = Z2
t Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
ZB = Z3
d Z 1. Z 2+ Z 2. Z 3+ Z 3. Z 1
ZC = Z1
i
s
e
45
Bentuk
rangkaian
star atau
rangkaian
T adalah
sebagai
berikut.
Z1 =
ZA . ZB
Z 1+ Z 2+ Z 3
Z2 =
ZB . ZC
Z 1+ Z 2+ Z 3
Z3 =
ZA . ZZ
Z 1+ Z 2+ Z 3
46
titik a dan b, dan berapa besar arus yang mengalir pada elemen
tersebut?
2. Hitungla
h 4. Hitunglah IN pada titik a dan b, dan berapa besar arus yang
teganga mengalir pada elemen tersebut?
n Node
Voltage
V1 dan
V2 dari
gambar
di
bawah
ini ?
3. Hitungla
h VTh
pada
47
48
JAWABAN DAN PEMBAHASAN
1.
Diketahui :
R=50 Ω
XL= j20 Ω
XC =− j60 Ω
V 1=5<30 °
V 2=20< 0°
Loop 1
ΣV =0
−V 1+ V 2+ I 1 ( R+ XL ) −I 2× XL=0
−5<30 ° +20<0 ° + I 1 ( 50+ j 20 ) −I 2 ( j20 )=0
- 4,33 J 2,5+20+ ( 50+ J 20 ) I 1−¿(J20) I2 = 0
15,67 – 2,5 J + (50+J20)I1-(20<90)I2 = 0
49
15,86<−9+ ( 50+ J 20 ) I 1
I2 =
(20<90)
Loop 2
ΣV =0
−V 2+ I 2 ( XL+ XC ) −I 1× XL=0
−20<0 ° + I 2 ( j20− j 60 )−I 1 ( j 20 )=0
- 20<0 + ( -40j ) I2- j 20 = 0
−J 20 I 2−J 40 I 2=20<0
2
- j10I1-j20 I2 = 10 < 0
- j 10 I1 – j ( 15,86<−9+¿ ¿ ) = 10 < 0
- j 10 I1 – j ( -j (15,86 < - 9 + ( 50 + j 20 I1 ) = 10 <0
- j 10 I1 – 15,86 < - 9 – ( 50 + J 20 ) I1 ) = 10 < 0
- j 10 I1 – 50 I1 – J 20 I1 = 10 < 0 + 15,86 < - 9
50 I1 – J 30 I1 = 10 + 15, 66 – J 2,48
58,3 < - 30,9 I1 = 25,66 – j 2,48
58,3 < - 30, 9 I1 = 25,77 < - 5,52
25,77<−5,52
I1 =
58,3<30,9
I1 = 0,44 < 25, 38 A
15,86<−9+ ( 50+ J 20 ) I 1
I2 =
20<90
50
34,88<24,52
=
20< 90
= 1,744 < - 65,48 A
2.
Diketahui :
V =5 ∠30 °
R 1=0,5 Ω
R 2=1 Ω
C 1=− j 1 Ω
C 2=− j 0,5 Ω
L 1= j 1 Ω
L 2= j 0,5 Ω
I =5 ∠0 °
Rp1 = L1 ll C2
(1 ∠ 90 )( 0,5 ∠−90 )
¿
J 1−J 0,5
0,5
¿
J 0,5
= 1 ∠−90 atau –j
Rp2 = L2 ll R2
( 0,5∠−90 )( 1 ∠ 0 )
¿
J 0,5+1
Ubah ke polar
51
√(0,5)2 +(1)2=1,1
0,5
arctan =26 , 56 °
1
0,5∠ 90 °
=
1,1∠26,56 °
= 0,45 ∠ 63,44 °
V1 VA−VB
IA = IC = IA = I C + I B
R1 Rp1
VA VB
IB = ID = ID = IC + I2 => I2 = ID – IC
C1 Rp 2
IA = I C + I B
V 1 VA−VB VA
= +
R1 Rp1 C1
5 VA−VB VA
= +
0,5 −J 1 −J 1
VA−VB +VA
10 =
−J 1
-J 10 = 2 VA – Vb
VB = 2 VA + J10….(1)
I2 = I D – IC
VB VA−VB
5= -
Rp 2 Rp1
52
VB Rp 1−( VA −VB ) R 2
5=
Rp 1. Rp 2
−J VB−( VA −VB ) 0,45∠ 63,44
5=
(1∠−90)(0,45 ∠ 63,44)
−J VB−0,45VA ∠63,44+ 0,45VB ∠ 63,44
5=
0,45 ∠−26,56
Ubah ke kompleks
0,45 ∠−63,44 °
Ubah ke polar
0,2 – j 0,6
√(0,2)2 +(−0,6)2 =0,63
−0,6
arctan =−71, 56
0,2
Ubah ke Kompleks
= 1,26 VA – 71,56
= 1,26 cos (−71,56 ° ) +1,26 sin (−71,56 ° ) j
=0,39 VA−J 1,19 VA
Ubah ke kompleks
2,25∠−26,56
= 2,25cos (−26,56 )+ 2,25 sin (−26,56 ) j
53
= 2 – j1
6,13∠ 18,44
= 6,3cos ( 18,44 )=6,3 sin ( 8,44 ) j
= 5,97+ j1,9
(2− j1 ¿−¿
−3− j 2,9=0,19 VA − j 1,59VA
Ubah ke polar
=−3− j 2,9
.√ (−3)2 + (−2,9 ) = 4,17
−2,9
Arctan =−44,02
−3
Ubah ke polar
0,19VA − j 1,59VA
.√ ( 0,19 )2 + (−1,59 )2=1,67
−− j 1,59
Arctan =−83,18
0,19
4,17∠−44,02=1,6 VA ∠−83,18
4,17 ∠−44,02
VA =
1,6 ∠−83,18
= 2,6 ∠ 39,16 V
VB = 2 VA + J 10
= 2 (2,6∠ 39,16 ¿+ J 10
= 5,2∠ 39,16+ J 10
Ubah ke kompleks
5,2 ∠ 39,16
= 5,2 cos ( 39,16 ° )+ 5,2sin ( 39,16 ° ) j
= 4,03 + j 3,2
= 41,03 + j 3,2 +j 10
= 4,03 + j 13,2
54
Ubah ke polar
4,03 + 13,2
.√ (4,03)2 +(13,2)2 = 13,8
13,2
= Arctan =73,03
4,03
VB = 13,8 ∠ 73,02 v
3.
Diketahui :
R 1=41k Ω
¿ 41 ×103 Ω
Xc=− j0,2 k Ω
¿− j 200 Ω→ 200<−90 °
Xl= j 4 k Ω
¿ j 4 ×103 Ω
I = 100 A
1. Langkah – Langkah
Lepaskan Komponen pada XL
Short (Hubung Singkat) Sumber Arus
2. Maka Kita akan mendapatkan gambar Rangkaian menjadi seperti di bawah ini.
55
3. Kemudian kita mencari Zth
Ubah Ke Polar
√(205000000)2 +(−1000000)2=2,05002 ×108
−1000000
arctan =−0,28 °
205000000
Ubah Ke Polar
√(46000)2 +(−200)2=46000,43
−200
arctan =−0,25 °
46000
56
4. Kemudian kita mencari Vth dengan memasang kembali sumber arusnya
R 1‖( Xc+ R 2 ) × R 2
Vth=Vab=I ∙
(Xc + R 2)
41000 × (− j 200+5000 )
¿ 100<0 ° × ×5000<0 °
41000+ (− j 200+5000 )
− j 200+5000
205000000− j8200000
¿ 100<0 ° × × 5000<0 °
46000−200 j
− j 200+5000
Ubah Ke Polar
√(205000000)2 +(−8200000)2=205164800
−8200000
arctan ¿ =−2,3 °
205000000
2 2
√ ( 46000 ) + (−200 ) =46000,43
−200
arctan ¿ =−0,25°
46000
2 2
√(5000) +(−200 ) =5003,998
−200
arctan =−2,3 °
5000
57
205164800<−2,3 °
∴=100< 0° × ×5000< 0 °
46000,43<−0,25°
5003,998<−2,3 °
4460,06<−2,05 °
¿ 100<0 ° × × 5000<0 °
5003,998<−2,3 °
¿ 100<0 ° ×0,89<0,25 ° ×5000<0 °
VTH ¿ 445000< 0,25° V
4.
I = 100 ∠ 0o A
R1 = 41 KΩ di mana ZR1 = 41 X 103 Ω
XL = 4 KΩ di mana ZXL = j4 X 103 Ω
XC = 0,2 KΩ di mana ZXC = -j2 X 102 Ω
R2 = 5 KΩ di mana ZR2 = 5 X 103 Ω
Langkah 1
Lepaskan XL, dan short arus lalu tentukan ZN
58
Metode Norton
Zn = R2 II ( R1 + Xc )
R 2 .(R 1+ Xc)
=
R 2+(R 1+ Xc)
= 5000. ¿ ¿
205000000−1000000 j
=
46.000−200 j
Langkah 2
Karena titik a dan b dihubungkan, maka arus tidak mengalir pada resistor
R2 dan langsung mengalir pada IN
59
R1
IN = I .
Xc+ R 1
41000
= 100.
−J 200+ 41000
√(41000)2 +(−200)2
= 41000,48
−200
Arctan =
41000
= - 0,28°
41000 ∠0 °
IN = 100∠ 0 ° .
41000,48 ∠−0,28 °
= 100∠ 0 ° .0,9 ∠+ 0,28°
= 90∠ 0,28 °
Langkah 3
Pasang kembali XL lalu menghitung nilai arus di IxL
60
XL II ZN
IxL = IN .
XL
XL. zn
= IN . XL+ zn
❑
Xl
17826080∠ 89 , 97 °
∠ 0,28 ° .
= 90 4022,41 ∠83,64
❑
4000 ∠90 °
4431,69 ∠ 6,33 °
= 90∠ 0,28 ° .
4000 ∠ 90 °
= 90 ∠ 0,28 ° .1,1 ∠−83,67°
= 99∠−83,39 ° A
5.
61
Diketahui = Z1 = 4Ω
Z2 = -j8Ω
Z3 = 5Ω
Z4 = j4Ω
Z5 = -j6Ω
V = 50<0 °
Z 1x Z 2
Za =
Z 1+ Z 2+ Z 3
4 x−j 8
=
4+ (− j 8 ) +5
62
4 x− j 8 −32 j
= =
9− j 8 9− j 8
Ubah ke bentuk polar =
=> √ 92 +(−8)2 = 12,04
−8
=> arctan = -41,63
9
∴ 12,04 < -41,63
32←90°
=>
12,04←41,63
=> 2,65 < -48,37° Ω
Z 1x Z 2
Zb =
Z 1+ Z 2+ Z 3
4 x5
=
4+ (− j 8 ) +5
20
=
9− j 8
Ubah ke bentuk polar =
=> √ 92 +(−8)2 = 12,04
−8
=> arctan = -41,63
9
∴ 12,04 < -41,63
20<0 °
=>
12,04←41,63
=> 1,66 < 41,63° Ω
Z 2x Z 3
Zc =
Z 1+ Z 2+ Z 3
− j8 x 5
=
4+ (− j 8 ) +5
−40 j
=
9− j 8
Ubah ke bentuk polar =
63
=>−40 j=40←90 °
9− j8
=> = 12,04
√(−8)2 +92
−8
=> arctan = -41,63
9
40←90 °
=> = 3,32 < -48,37° Ω
12,04←41,63
Ubah ke polar
Ubah ke polar
√(2,2)2+(−8,48)2= 8,76
−8,48
arctan = -75,45°
2,2
∴ = 8,76 < -75,45° Ω
64
Ztot = Za + Zs1 ǁ Zs2
=> Za = 2,65 < -48,37
Ubah ke kompleks
2,65 cos (−48,37 ° )+ 2,65sin (−48,37° ) j
= 1,76 – 1,98j
1,02−0,39 j
=
2,84−3,45 j
Ubah ke polar
√(1,02)2+(−0,39)2= 1,09
−0,39
arctan = -20,92
1,02
V 50<0 °
It = =
Ztot 0,24<29,62 °
65
= 208,33 < -29,62° A
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8771712/Teorema_Norton_dan_konversi_delta
_. Diakses pada tanggal 2 April 2021
https://www.academia.edu/4901036/Rangkaian_Listrik_II_Teorema_Mesh_
dengan_Arus_AC_dan_cara_perhitungan_dengan_Matriks_serta_Bilangan
_Kompleks. Diakses pada tanggal 9 April 2021
https://www.academia.edu/9452343/Resume_2_Rangkaian_Listrik_II_Teorema_Nod
e_Voltage_Dalam_Penyederhanaan_Arus_Bolak_Balik_Penyelesaian_Matriks_.
Diakses pada tanggal 9 April 2021
https://www.academia.edu/6467346/Rangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan_N
orton. Diakses pada tanggal 9 April 2021
John Bird. ( 2007 ). Electrical Circuit Theory and Technology. Burlington, MA 01803,
USA. Third edition
66