Makalah Darsana
Makalah Darsana
Makalah Darsana
DARŚANA
DISUSUN OLEH
No : 34
Kelas : X MIPA 2
Om Swastyastu,
Puji syukur saya ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas asung kerta wara nugraha-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Darśana” ini dengan tepat waktu.
Demikian penyusunan makalah ini dan saya yakin bahwa masih banyak
kekurangan didalamnya. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Memahami dan menjelaskan tentang pengertian Darśana.
2. Memahami dan menjelaskan tentang sistem filsafat dalam agama Hindu.
3. Memberikan penjelasan mengenai Sad Darśana beserta bagian-
bagiannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Enam aliran filsafat sebagaimana dalam peta di atas, secara langsung
berasal dari kitab-kitab Veda sehingga merupakan metode atau cara
pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuhan untuk menyesuaikan dengan
temperamen, kemampuan, dan kualitas mental orang yang berbeda-beda
pula, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan, yaitu menghilangkan
ketidaktahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa penderitaan dan duka cita,
serta pencapaian kebebasan dan kebahagiaan abadi. Enam aliran filsafat
tersebut dibagi lagi menjadi 5 kelompok yang saling berpasangan dan saling
menunjang, yaitu Nyāya dengan Vaiśeṣika, Sāṁkhya dengan Yoga,
Mīmāmsā dengan Vedānta.
3
Bagian-bagian Sad Darśana :
1. Nyāya Darśana
Pendiri ajaran ini adalah Rṣi Gautaman yang juga dikenal
dengan nama Akṣapāda dan Dīrghatapas. Secara etimologi Nyāya
berarti argumentasi sehingga sering juga dikenal dengan Tarka Vada
yang berarti diskusi tentang suatu darsana (filsafat). Di dalam Nyāya
terdapat ilmu perdebatan (Tarka vidya) dan ilmu diskusi (vada vidya)
yang sifatnya analitik and logis. Filsafat Nyāya menekankan pada
aspek nalar dan logika dengan pendekan ilmiah dan realitas.
2. Vaiśeṣika Darśana
Pendiri filsafat Vaiśeṣika Darśana adalah Rṣi Kaṇāda yang
dikenal pula dengan nama Aūlukya dan Kaśyapa. Teori alam semesta
dan hakekat sang diri dalam Vaiśeṣika Darśana sama dengan filsafat
Nyāya Darśana sebab filsafat Vaiśeṣika sendiri merupakan
pengembangan dari Nyāya Darśana. Nama Vaiśeṣika sendiri
mengambil nama “Visesa” yang artinya kekhususan yang merupakan
ciri-ciri dari benda-benda. Vaiśeṣika dimulai dengan pencarian atas
kategori-kategori (padartha) yaitu perhitungan sifat-sifat tertentu
yang dapat dikatakan tentang benda-benda yang ada. Penciptaan
dalam Vaiśeṣika sama dengan Nyāya Darśana.
3. Sāṁkhya Darśana
Pendiri dari sistem filsafat ini adalah Mahaṛṣi Kapila Muni,
yang dikatakan sebagai putra Brahma dan Avatāra dari Viṣṇu.
Sāṁkhya berasal dari kata Sanskṛta ‘Sāṁkhya’ (pencacahan,
perhitungan). Dalam filsafat, pencacahan akurat dari kebenaran telah
ditentukan. Akibatnya, filsafat ini bernama ‘Sāṁkhya’. Istilah
Sāṁkhya juga dipergunakan dalam pengertian “Vicara” yaitu
perenunga filosofis. Sistem filsafat Sāṁkhya memberikan 25 prinsip
(tattwas) dari alam semesta.
4
4. Yoga Darśana
Kata Yoga berasal dari akar kata ‘yuj’ yang artinya
menghubungkan. Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan
merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi.
Hiraṇyagarbha adalah pendiri dari sistem Yoga. Yoga yang didirikan
oleh Mahāṛṣi Patañjali, merupakan cabang atau tambahan dari filsafat
Sāṁkhya. Ia menyatakan bersifat lebih orthodox dari pada filsafa
Sāṁkhya, yang secara langsung mengakui keberadaan dari Makhluk
Tertinggi (Ìśvara).
5. Mīmāmsā Darśana
Pendiri filsafat Mīmāmsā Darśana adalah Sri Jaimini.
Mīmāmsā disebut juga dengan nama Pūrva Mīmāmsā yang
merupakan penyelidikan ke dalam bagian kitab Suci Veda. Mīmāmsā
Darśana disebut juga Pūrva Mīmāmsā karena dianggap lebih awal
dari uttara Mīmāmsā (Wedanta) dalam pengertian logika, namun
bukan dalam pengertian kronologis. Secara arti kata Mīmāmsā
artinya menganalisa dan mengerti seluruhnya, yang pada intinya
memberikan landasan filsafat pada ritual-ritual dalam Veda.
6. Vedānta Darśana
Pendiri dari Vedānta Darśana adalah Badarayana atau Vyasa.
Vedānta Darśana dikenal juga sebagai Uttara Mimamsa. Kata
Vedanta artinya bagian akhir dari Veda karena ajaranya bersumber
langsung dari Veda. Veda yang terakhir dimaksud adalah Upanisad.
Ajaran ini pertama kali disusun oleh Sri Vyasa sekitar 400 SM dalam
kitabnya yang bernama Vedanta Sutra atau Brahma Sutra. Filosofis
kehidupan Vedanta merupakan perlengkapan dan penyempurnaan
filsafat hidup Mimamsa.
5
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Darśana berarti pandangan tentang kebenaran (filsafat). .Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana caranya mengungkapkan nilai-
nilai kebenaran hakiki yang dijadikan landasan untuk hidup yang dicita-
citakan. Demikian juga halnya dengan Darśana yang berusaha mengungkap
nilai-nilai kebenaran dengan bersumber pada kitab suci Veda. Darśana
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Astika (kelompok yang mengakui
Veda sebagai ajaran tertinggi) dan Nastika (kelompok yang tidak mengakui
Veda ajaran tertinggi ). Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui Veda
yang disebut Ṣaḍ Darśana (Nyāyā, Sāṁkya, Yoga, Mīmāmsā, Vaisiseka,
dan Vedānta) dan tiga cabang filsafat yang menentang Veda yaitu Jaina,
Carvaka dan Buddha.
3.2. Saran
1. Kepada para pembaca semoga dapat mengembangkan sekaligus
menambah wawasan tentang Darśana dan tentunya dapat menyusun
makalah yang lebih baik dari makalah yang saya buat.
2. Kepada Bapak/Ibu Guru pembimbing agar dapat mengoreksi atau
mengevaluasi makalah ini agar saya bisa membuat makalah yang lebih
baik lagi kedepannya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Sudirga, Ida Bagus dan I Nyoman Yoga Segara. 2017. Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti Buku Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.