LP Ket

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


TERGANGGU

DISUSUN OLEH :

NENDEN DILA ADINALAH

P1337420618090

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK


TERGANGGU

I. Jenis Kasus / Diagnosa Medik


a. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri,
tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984.
FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di
luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah
kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat
yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

b. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan ektopik melibatkan banyak faktor. Secara
teoritis, semua faktor yang mengganggu migrasi embrio ke dalam rongga
endometrium dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Obstruksi merupakan
penyebab dari separuh kasus kehamilan ektopik. Obstruksi dapat terjadi karena
inflamasi kronik, tumor intrauterin, dan endometriosis
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu:
1) Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
ke dalam kavum uteri, antara lain:
a) Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi
silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau
pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa
tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil
zigot pada tuba falopii.
b) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya
tuba atau penyempitan lumen
c) Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
d) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksia
f) Penggunaan IUD
2) Faktor Fungsional
a) Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal
b) Refluks menstruasi
c) Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesterone
d) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang
dibuahi.
e) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
c. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain.
1) Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2) Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornu
d) Tanduk rudimenter
3) Ovarium
4) Intraligamenter
5) Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6) Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
d. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba
(lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal). Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel
epitel endometrium menjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular
dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal
untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a) Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b) Abortus kedalam lumen tuba
c) Ruptur dinding tuba.
e. Manifestasi Klinis
Diagnosis klinik kehamilan ektopik dapat ditegakkan dari ditemukannya
trias klinik klasik, yaitu nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan vagina. Akan
tetapi pada kenyataanya hanya 50% penderita yang menunjukkan trias klinik
klasik. Nyeri abdomen dialami oleh 75% penderita, sedangkan perdarahan vagina
hanya didapatkan pada 40‐50% penderita. Kehamilan ektopik harus didiagnosis
banding dengan apendisitis, salfingitis, ruptur kista korpus luteum atau kista
folikel ovarium, aborsi spontan atau aborsi iminens, torsi ovarium, dan gangguan
traktus urinarius. Gejala kehamilan ektopik hanya menyerupai gejala‐gejala hamil
muda.
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah, dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau
folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan,
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri
di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik.
Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.
f. Tanda Dan Gejala
Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. Pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing
11. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan
peritoneum oleh darah di dalam rongga perut
12. Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
13. Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavum douglasi
(nyeri digoyang)
14. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
15. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:
1. Nyeri
Nyeri panggul atau perut terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke
abortus biasa. Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka
tidak menyadari bahwa mereka hamil
g. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
7. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok,
lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan
menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui :
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaotomi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan
dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi
dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap
keluar tuba.
c. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
d. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta
kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate
kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin
dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
a) Ukuran kantung kehamilan
b) Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
c) Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
h. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
i. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita
yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan
kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks
secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
j. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a) Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3.  Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG
positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan
adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah  menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
b) Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
Pemeriksaan ultrosonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik
di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
3) Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik
sudah diganti oleh USG
Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi
transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum
Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya
perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.
II. Fokus Assesment (Pathways)

III. Masalah / Diagnosa Keperawatan


1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak
pada uterus
2) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi ,
perdarahan
3) Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
4) Kelemahan berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
5) Berduka berhubungan dengan kematian janin
6) Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan
7) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
DIAGNOSA POST OP
8) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitasjaringan kulit sekunder akibat
laparotomi
9) Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alat-alat
perawatan
IV. Intervensi Dan Rasionalisasi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Perubahan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Awasi tanda vital, kaji 1. Memberikan
jaringan keperawatan selama…..x jam pengisian kapiler, warna informasi tentang
berhubungan dengan diharapkan pasien mampu kulit atau membran mukosa derajat/
perdarahan yang mendemonstrasikan perfusi dan dasar kuku keadekuatan
lebih banyak pada yang adekuat secara individual perfusi jaringan
uterus dengan KH: dapat membantu
a. Kulit hangat dan kering menentukan
b. Ada nadi perifer / kuat kebutuhan
c. Tanda vital dalam batas intervensi
normal
d. Pasien 2. Kaji respon verbal 2. Dapat
sadar/berorientasi melambat, mudah mengindikasikan
e. Keseimbangan terangsang, agitasi, gangguan fungsi
pemasukan/pengeluara gangguan memori, bingung serebral karena
f. Tak ada edema hipoksia atau
defisiensi vitamin
B12

3. Catan keluhan rasa dingin. 3. Fase konstriksi


Pertahankan suhu (organ vital)
lingkungan dan tubuh menurunkan
hangat sesuai indikasi sirkulasi perifer.
Kenyamanan
pasien atau
kebutuhan rasa
hangat harus
seimbang dengan
kebutuhan untuk
menghindari panas
berlebihan
pencetus
fasodilatasi
(penurunan perfusi
organ)

4. Kolaborasi : 4. Meningkatkan
Berikan SDM yang jumlah sel
lengkap/packed, produk pembawa oksigen ;
darah sesuai indikasi. memperbaiki
Awasi ketat untuk defisiensi untuk
komplikasi tranfusi menurunkan risiko
perdarahan.

5. Berikan oksigen tambahan 5. Memaksimalkan


sesuai indikasi transfer oksigen ke
jaringan.
2 Defisit volume Setelah diberikan askep selama 1. Awasi tekanan darah dan 1. Perubahan dapat
cairan yang …x jam diharapkan pasien frekuensi jantung menunjukkan efek
berhubungan dengan menunjukkan volume cairan hipovolemik
rupture pada lokasi yang adekuat dengan criteria (perdarahan/dehidr
implantasi sebagai hasil : asi)
efek dari tindakan a. Tanda vital stabil
pembedahan b. Nadi teraba 2. Evaluasi turgor kulit, 2. Indicator langsung
c. Haluaran urine, berat pengisian kapiler dan status
jenis dan pH dalam kondisi umum membran cairan/hidrasi
batas normal mukosa

3. Catat respon fisiologis 3. Simtomatologi


individual pasien terhadap dapat berguna
perdarahan misalnya : dalam mengukur
perubahan mental, berat/ lamanya
kelemahan, gelisah, episode
ansietas, pucat, berkeringat, perdarahan.
tacipnea, peningkatan suhu. Memburuknya
gejala dapat
menujukkan
berlanjutnya
perdarahan atau
tidak adekuatnya
penggantian
cairan.

4. Pertahankan pencatatan 4. Potensial


akurat sub total cairan / kelebihan tranfusi
darah selama terapi cairan khususnya
penggantian bila volume
tambahan
diberikan sebelum
tranfusi darah.

5. Kolaborasi : 5. Mempertahankan
Berikan cairan IV sesuai keseimbangan
indikasi cairan/elektrolit
pada tak adanya
pemasukan melalui
oral; menurunkan
risiko komplikasi
ginjal.

6. Memberikan SDM, 6. Memperbaiki/


trombosit, dan factor menormalkan
pembekuan jumlah SDM dan
kapasitas pembawa
oksigen untuk
memperbaiki
anemi, berguna
untuk mencegah/
mengobati
perdarahan
3 Nyeri yang Setelah diberikan askep 1. Tentukan sifat, lokasi, dan 1. Tentukan sifat,
berhubungan dengan selama….x jam pasien dapat dirasi nyeri. Kaji kontraksi lokasi, dan dirasi
rupture tuba fallopii, mendemonstrasikan teknik uterus, perdarahan, atau nyeri. Kaji
perdarahan relaksasi, tanda-tanda vital nyeri tekan abdomen kontraksi uterus,
intraperitonial dalam batas normal, tidak perdarahan, atau
meringis nyeri tekan
abdomen

2. Kaji stress psikologi ibu 2. Kaji stress


atau pasangan dan respon psikologi ibu atau
emosional terhadap pasangan dan
kejadian. respon emosional
terhadap kejadian.

3. Berikan lingkungan yang 3. Berikan


tenang dan aktifitas untuk lingkungan yang
menurunkan rasa nyeri. tenang dan aktifitas
Instruksikan klien untuk untuk menurunkan
menggunakan metode rasa nyeri.
relaksasi misalnya nafas Instruksikan klien
dalam, visualisasi distraksi untuk
dan jelaskan prosedur. menggunakan
metode relaksasi
misalnya nafas
dalam, visualisasi
distraksi dan
jelaskan prosedur.

4. Kolaborasi : 4. Kolaborasi :
Berikan narkotik atau Berikan narkotik
sedative berikut obat-obat atau sedative
praoperatif bila prosedur berikut obat-obat
pembedahan diindikasikan praoperatif bila
prosedur
pembedahan
diindikasikan

5. Siapkan untuk prosedur 5. Siapkan untuk


bedah bila terdapat indikasi prosedur bedah bila
terdapat indikasi
4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan askep selama 1. Kaji kemampuan pasien 1. Mempengaruhi
berhubungan dengan ….x jam diharapkan pasien untuk melakukan tugas, pemilihan
kelemahan dan mampu melaporkan catat laporan kelelahan, intervensi/ bantuan
banyaknya darah peningkatan toleransi aktivitas keletihan, dan kesulitan
yang keluar saat dan menunjukkan penurunan dalam menyelesaikan tugas
perdarahan tanda fisisologis intoleransi
dengan KH:
Tanda vital masih dalam 2. Awasi tekanan darah, 2. Manifestasi kardio
rentang normal pernapasan dan nadi selama pulmonal dari
dan sesudah aktivitas. Catat upaya jantung dan
respon terhadap aktivitas paru untuk
(misal peningkatan denyut membawa jumlah
jantung atau tekanan darah, oksigen adekuat ke
disritmia, pusing, dipsnea, jaringan.
takipnea, dan sebagainya)

3. Berikan lingkungan tenang, 3. Meningkatkan


pertahankan tirah baring istirahat untuk
bila diindikasikan. Pantau menurunkan
dan batasi pengunjung, kebutuhan oksigen
telepon, dan gangguan tubuh dan
berulang tindakan yang tak menurunkan
direncanankan. regangan jantunga
dan paru.

4. Ubah posisi pasien dengan 4. Hipotensi postural


perlahan dan pantau atau hipoksia
terhadap pusing serebral dapat
menyebabkan
pusing, berdenyut,
dan peningkatan
risiko cedera

5. Rencanakan kemajuan 5. Meningkatkan


aktivitas dengan pasien secara bertahap
termasuk aktivitas yang tingkat aktivitas
pasien pandang perlu. sampai normal dan
Tingkatkan tingkat aktivitas memperbaiki tonus
sesuai toleransi otot / stamina
tanpa kelemahan

6. Gunakan teknik 6. Mendorong pasien


penghematan energy misal untuk melakukan
mandi dengan duduk, banyak dengan
duduk untuk melakukan membatasi
tugas-tugas. penyimpangan
energy dan
mencegah
kelemahan
5 Berduka Seteleh diberikan askep selama 1. Berikan lingkungan yang 1. Kemampuan
berhubungan dengan …x jam diharapkan pasien terbuka dimana pasien komunikasi
kematian janin menunjukkan rasa pergerakan merasa bebas untuk dapat terapiutik seperti
kearah resolusi dari rasa duka mendiskusikan perasaan aktif
dan harapan untuk masa depan dan masalah secara realistis mendengarkan,
diam, selalu
bersedia, dan
pemahaman dapat
memberikan
pasien kesempatan
untuk berbicara
secara bebas dan
berhadapan dengan
perasaan/ kerugian
actual
2. Kecermatan akan
memberikan
pilihan intervensi
yang sesuai pada
waktu individu
menghadapi rasa
2. Identifikasi rasa duka duka dslam
(seperti penyangkalan, berbagai cara yang
marah, tawar menawar, berbeda
depresi, dan penerimaan)
3. Mungkin
dibutuhkan
tambahan bantuan
untuk berhadapan
dengan aspek-
aspek fisik dari
3. Identifikasi dan solusi rasa berduka
pemecahan masalah untuk
keberadaan respon-respon
fisik misalnya : makan, 4. Proses berduka
tidur, tingkat aktifitas, dan tidak berjalan
hasrat seksual dalam cara yang
teratur, tetapi
fluktuasinya
dengan berbagai
aspek dari berbagai
tingkat yang
muncul pada suatu
kesempatan atau
pada kesempatan
yang lain. Jika
prosesnya bersifat
disfungsional atau
4. Dengarkan dengan aktif perpanjangan
pandangan pasien dan intervensi yang
selalu sedia untuk lebih agresif
membantu jika diperlukan mungkin
dibutuhkan untuk
mepermudah
proses

5. Kolaborasi : 5. Mungkin
Rujuk pada sumber-sember dibutuhkan
lainnya misalnya konseling bantuan tambahan
psikoterapi sesuai petunjuk untuk mengatasi
rasa duka membuat
rencana dan
menghadapi masa
depan.
6 Ansietas Seteleh diberikan askep selama 1. Pertahankan hubungan yang 1. Menjamin bahwa
berhubungan dengan …..x jam diharapkan cemas sering dengan pasien. pasien tidak akan
proses akan pasien berkurang dengan KH: Berbicara dan berhubungan sendiri atau
dilakukannya a. Pasien tampak tenang dengan pasien ditelantarkan:
pembedahan b. Pasien tidak gelisah menunjukkan rasa
c. Menunjukkan menghargai, dan
kemampuan untuk menerima orang
menghadapi masalah tersebut,
membantu
meningkatkan rasa
percaya.
2. Dapat mengurangi
ansietas dan
ketidakmampuan
2. Berikan informasi akurat pasien untuk
dan konsisten mengenai membuat
prognosis.hindari keputusan/pilihan
argumentasi mengenai berdasarkan realita
persepsi pasien terhadap
situasi tersebut 3. Pasien mungkin
akan menggunakan
mekanisme
3. Wapada terhadap tanda- bertahan dengan
tanda penolakan dan
penolakan/depresi,mis:men terus berharap
arik diri, marah, ucap- bahwa
ucapan yang tidak tepat. diagnosanya tidak
Tentukan timbulnya ide akurat. rasa
bunuh diri dan kaji bersalah dan
potensialnya pada skala 1- tekanan spiritual
10 mungkin akan
menyebabkan
pasien menarik diri
dan percaya bahwa
bunuh diri adalah
suatu alternatif

4. Berikan lingkungan terbuka 4. Membantu pasien


dimana pasien akan merasa untuk merasa
aman untuk mendiskusikan diterima pada
perasaan atau menahan diri kondisi sekarang
untuk berbicara tanpa persaan
dihakimi dan
meningkatkan
persaan harg diri
dan kontrol

5. Izinkan pasien untuk 5. Penerimaan


merefleksikan rasa perasaan akan
marah,takut, putus asa tanpa membuat pasien
konfrontasi. Berikan dapat menerima
informasi bahwa situasi
perasaannya adalah normal
dan perlu diekspresikan
7 Kurangnya Seteleh diberikan askep selama 1. Menjelaskan tindakan dan 1. Memberikan
pengetahuan yang …..x jam pasien berpartisipasi rasional yang ditentukan informasi,
berhubungan dengan dalam proses belajar, untuk kondisi hemoragi menjelaskan
kurang pemahaman mengungkapkan dalam istilah kejelasan konsep
atau tidak mengenal sederhana mengenai pemikiran ibu
sumber-sumber patofisiologi dan implikasi mengenai prosedur
informasi. klinis. yang akan
dilakukan dan
menurunkan stress
yang berhubungan
dengan prosedur
yang diberikan

2. Berikan kesempatan bagi 2. Memberikan


ibu untuk mengajukan klarifikasi dari
pertanyaan dan konsep yang salah,
mengungkapkan kesalahan identifikasi
konsep. masalah-masalah
dan kesempatan
untuk memulai
mengembangkan
ketrampilan
penyesuaian atau
koping

3. Diskusikan kemungkinan 3. Memberikan


komplikasi jangka pendek informasi tentang
pada ibu/janin dari keadaan kemungkinan
perdarahan komplikasi dan
meningkatkan
harapan realitas
dan kerjasama
dengan aturan
tindakan.

4. Tinjau ulang komplikasi 4. Ibu dengan


jangka panjang terhadap kehamilan ektopik
situasi yang memerlukan dapat memahami
evaluasi dan tindakan kesulitan
tambahan mempertahankan
setelah
pengankatan tuba
atau ovarium yang
sakit.
8 Nyeri akut Setelah diberikan askep 1. Tentukan karakteristik dan 1. Menentukan tindak
berhubungan dengan selama….x jam pasien dapat lokasi nyeri, perhatikan lanjut intervensi
diskontinuitas mendemonstrasikan teknik isyarat verbal dan
jaringan kulit relaksasi, tanda-tanda vital nonverbal
sekunder akibat dalam batas normal, tidak
laparotomi meringis 2. Pantau tekanan darah, nadi 2. Nyeri dapat
dan pernafasan menyebabkan
gelisah serta
tekanan darah
meningkat, nadi,
pernafasan
meningkat

3. Kaji stres psikologis ibu 3. Ansietas sebagai


dan respon emosional respon terhadap
terhadap kejadian situasi dapat
memperberat
ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan dan
nyeri

4. Terapkan teknik distraksi 4. Mengalihkan


perhatian dari rasa
nyeri

5. Ajarkan teknik relaksasi 5. Relaksasi


(napas dalam) dan sarankan mengurangi
ntuk mengulangi bila ketegangan otot-
merasa nyeri otot sehingga
mengurangi
penekanan dan
nyeri

6. Beri dan biarkan pasien 6. Mengurangi


posisi yang paling nyaman ketegangan area
nyeri

7. Kolaborasi: 7. Analgetik akan


pemberian analgetik mencapai pusat rasa
nyeri dan
menimbulkan
penghilangan nyeri

9 Risiko infeksi Setelah diberikan askep 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Menentukan tindak
berhubungan dengan selama….x jam, diharapkan infeksi lanjut intervensi
luka operasi dan infeksi tidak terjadi dengan
pemasangan alat- KH: 2. Ukur tanda-tanda vital 2. Untuk mendeteksi
alat perawatan           Dolor (-) secara dini gejala
          Rubor (-) awal terjadinya
          Tumor (-) infeksi
          Kalor (-)
          Fungsiolaesa (-) 3. Observasi tanda-tanda 3. Deteksi dini
infeksi terhadap infeksi
akan mempermudah
dalam penanganan

4. Lakukan perawatan luka 4. Menurunkan


dengan menggunakan terjadinya resiko
teknik septik dan aseptik infeksi dan
penyebaran bakteri.

5. Observasi luka insisi 5. Memberikan


deteksi dini
terhadap infeksi dan
perkembangan luka
6. Kolaborasi: 6. Mencegah
Berikan antibiotik sesuai terjadinya infeksi
indikasi

V. Sumber
Manuaba, Ida Bgus Gde.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga BerencanaUntuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Doengoes, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Yulianingsih, Maryunanni, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam
Kebidanan. Penerbit : Trans Info Media, Jakarta
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Penerbit PT
Gramedia.Jakarta
Bandung, Padjajaran, Kedokteran, Universitas. 1974. Ilmu Kebidanan Patologi.
Penerbit Elstar Offset Eleman, Bandung
Arri Kurniawan, Hanna Mutiara, 2016. Kehamilan Ektopik Di Abdomen.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai