Laporan Pendahuluan Prenatal Hidramnion
Laporan Pendahuluan Prenatal Hidramnion
Laporan Pendahuluan Prenatal Hidramnion
Dosen Pembimbing:
Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.KM
Shanti Ariani
211FK04024
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran serta
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hidramnion”
dengan sebaik – baiknya. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Pendahuluan ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas daring pada stase Keperawatan Maternitas
dalam menyelesaikan Program Profesi Ners Keperawatan di Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang definisi hidramnion.
2. Untuk mengetahui tentang etiologi hidramnion.
3. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala hidramnion.
4. Untuk mengetahui patofisiologi/pathway hidramnion
5. Untuk mengetahui komplikasi hidramnion.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada hidramnion.
7. Untuk mengetahui penatalaksaan pada hidramnion.
8. Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada hidramnion.
1.3 Manfaat
Manfaat laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menjadi sumber untuk
menambah ilmu pengetahuan penulis ataupun pembaca tentang hidramnion dan
juga sebagai materi tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada klien hidramnion.
BAB II
KONSEP TEORI
b) Tanda hegar
8)
2. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis dalam Kehamilan pada
trimester I, II dan III
Menurut Astuti (2012), perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis
dalam kehamilan pada trimester I, II dan III adalah sebagai berikut
1) Sistem Reproduksi
a. Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada vagina dan
vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan
pada vagina yang disebut dengan tanda Chadwick (Kumalasari,
2015:3)
b. Serviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (Soft)
yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warna menjadi livid
yang disebut dengan tanda Chadwick (Mochtar, 1998:35 dalam
Dewi dkk, 2011:91)
a) Uterus
Ukuran
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah
30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal
ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi
pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim membesar akibat
hipertropi dan hiperplasi otot rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium
menjadi desidua. Jika penambahan ukura TFU per tiga jari,
dapat dicermati dalam table berikut ini (Sulistyawati,
2010:59). Penyebab pembesaran uterus adalah peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan
hipertrofi, perkembangan desidua (Kumalasari, 2015:4).
Cara pemberian :
Pertanyaan skrining :
e. GPA
Gravida yaitu jumlah kehamilan yang dialami wanita. Di ikuti
dengan jumlah seluruh kehamilan ini.
Para yaitu jumlah kehamilan yang diakiri dengan kelahiran janin
yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram)
Abortus yaitu jumlah kelahiran yang diakiri dengan aborsi spontan
atau terinduksi pada usia kehamilan sebelum 20 minggu atau
memiliki berat kurang dari 500 gram.
2.1.2 Etiologi
Etiologi hidromnion terjadi karena (Yuliana, 2016):
1. Produksi air jernih berlebih
2. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban
menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal
dan saluran kencing kongenital
3. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa
menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
4. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air
seni.
5. Ada proses infeksi.
6. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut
sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami
kelumpuhan
7. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
8. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan diantaranya (Yuliana, 2016):
1. Saat Hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi
dan berikan terapi simptomatis.
b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau
kontraksi uterus.
c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara
meningkatkan masukan serat dalam diet atau dengan menggunakan
pencahar sesuai resep karena terdapat kemungkinan terjadi rupture
membran akibat peningkatan tekanan uterus.
d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin
dapat efektif dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau
menghentikan persalinan premature.
f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat
dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam.
Obat- obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila
sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan
pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari
dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika cairan
dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi
bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2. Saat Partum
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau
menghentikan persalianan premature.
c. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan.
d. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka
untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras,
masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama
supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah
supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut
menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post Partum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi
sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta
sediakan obat uterotonika.
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan
post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah,
maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d. Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap factor yang dapat
membuatnya tidak mampu menelan in utero.
2.2.3 Perencanaan
1. Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat
hidramnion
a. Tujuan :
setelah dilakukan intervensi, gangguan pertukaran gas teratasi
b. Kriteria hasil :
1) Pasien tidak sesak lagi
2) RR normal (18-20 x/menit)
3) Klien merasa nyaman
c. Intervensi :
1) Kaji kelainan pernapasan yg dapat mempengaruhi fungsi paru,
seperti asma atau tuberkulosis, frekuensi pernapasan, atau upaya
ibu dan munculnya bunyi nafas.
Rasional : Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau selama
kehamilan, yang meenurunkan atau mempengaruhi kapasitas
pertukaran oksigen, menganggu pertukaran gas normal.
2) Perhatikan kondisi yg menimbulkan perubahan
vaskular/penurunan sirkulasi plasenta (mis : diabetes, masaalah
jantung) atau yg mengubah kapasitas pembawa oksigen (mis :
anemia, hemoragi)
Rasional : Luasnya masalah vaskular maternal dan penurunan
kapasiatas pembawa oksigen berpengaruh langsung pada
sirkulasi dan pertukaran gas uteroplasenta.
3) Pantau TD dan nadi
a) Tingkatkan istirahat di tempat tidur/kursi pada posisi tegak
atau semifowler bila upaya pernafasan menurun
b) Anjurkan pasien u/ melakukan posisi miring kiri.
c) Tinjau ulang sumber vitamin C, zat besi,dan protein.
Identifikasi zat-zat yg membantu absorbsi zat besi (asam
sedang, vit. c) dan yg menurunkan absorbsi (alkalin sedang,
susu)
Rasional :
a) Peningkatan TD dpt menandakan HAK; penurunan TD
dan peningkatan nad dpt menyertai hemoragi.
b) Menurunkan upaya pernapasan dan meningkatkan
konsumsi oksigen sesuai penurunan diafragma,
meningkatakan diameter dada vertical.
c) Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta, juga merupakan
posisi efektif untuk mencegah syndrom hipotensi
terlentang.
d) Ketidakadekuatan nutrsi dapat mengakibatkan anemia
defisiensi zat besi dan dapat menimbulkan masalah
transpor oksigen.
4) Beri obat-obatan sesuai indikasi :
a) Teofilin
b) Besi dekstran (inferon)
c) Beri oksigen supplemental
Rasional :
Pemberian parenteral mungkin perlu pada adanya anemia
defisiensi zat besi berat untuk meningkatkan oksigen ibu.
2. Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
a. Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas berkurang atau
hilang
b. Kriteria hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
2) Kecemasan pasien berkurang atau hilang
3) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukan
kurangnya kecemasan
c. Intervensi :
1) Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap
kemampuan untuk membuat keputusan
Rasional : Stres yg tidak diatasi dapat mempengaruhi
penyelesaian tugas-tugas kehamilan dengan penerimaan normal
dari kehamilan atau janin.
2) Berikan kehangatan secara emosional dan situasi medukung
dan terima klien/pasangan seperti adanya mereka.
Rasional : Memudahkan perkembangan hubungan saling
percaya.
3) Berikan akses 24 jam pada tim perawat kesehatan.
Rasional : Ansietas dapat dikurangi apabila informasi atau
bantuan telah ada.
4) Kaji tingkat stres klien/pasangan berkenaan dengan komplikasi
medis.
Rasional : Hubungan keluarga yg buruk dan tidak tersedianya
sistem pendukung dapat meningkatkan tingkat stres
5) Kaji respon fisilogis terhadap ansietas (TD, nadi)
Rasional : Anxietas/stres dapat disertai dgn pelepasan
katekolamin, menciptaka respon fisik yg mempengaruhi rasa
sejahtera klien dan kemudian meningkatkan anxietas.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
a. Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien mampu beraktivitas
seperti biasa
b. Kriteria hasil :
1) Mampu melakukn aktivitas sehari-hari secara mandiri
2) Tanda-tanda vital normal
3) Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
4) Pasien merasa lebih nyaman dengan keadaannya
c. Intervensi :
1) Anjurkan klien mengikuti aktifitas dengan istirahat yg cukup.
2) Anjurkan istirahat yg adekuat dan penggunaan posisi miring kiri.
3) Anjurkan menghindari perjalanan dan perubahan ketinggian
pada trimester ke-3
4) Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yg tenang.
5) Anjurkan tirah baring yg dimodifikasi/komplit sesuai indikasi
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Indrieni, 2020).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Indrieni, 2020).
DAFTAR PUSTAKA