04 - Ketuban Pecah Dini
04 - Ketuban Pecah Dini
04 - Ketuban Pecah Dini
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh :
Surabaya
2017
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
A. Definisi............................................................................................................................5
B. Etiologi............................................................................................................................5
C. Manifestasi Klinik...........................................................................................................6
D. Patofisiologi....................................................................................................................6
E. WOC...............................................................................................................................8
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................9
G. Klasifikasi Ketuban Pecah Dini....................................................................................10
H. Komplikasi....................................................................................................................10
I. Prognosis.......................................................................................................................10
J. Asuhan Keperawatan Klien dengan KPD.....................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................21
A. Trigger Case..................................................................................................................21
B. Penyelesaian..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................35
2
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa bersalin merupakan periode kritis bagi seorang ibu hamil. Masalah
komplikasi atau adanya faktor penyulit menjadi faktor resiko terjadinya kematian ibu
sehingga perlu dilakukan tindakan medis sebagai upaya untuk menyelamatkan ibu dan
anak (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sering dialami oleh ibu hamil. Selain menyebabkan kematian pada ibu, KPD juga
merupakan penyebab kematian pada bayi. Terjadinya kematian baik pada ibu maupun
pada bayi yang mengalami KPD, disebabkan salah satunya karena infeksi yang terjadi
akibat penatalaksanaan yang kurang tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami KPD
sangat beresiko terjadinya kontaminasi mikroba yang mengakibatkan infeksi.
Lamanya jarak antara ketuban pecah dengan permulaan persalinan memungkinkan
perkembangan mikroba. Semaikin lama jarak antara ketuban pecah dengan permulaan
persalinan akan meningkatkan virulensi dari mikroba tersebut. Janin yang dikandung
oleh ibu yang mengalami KPD memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan
faktor-faktor kontaminan karena ketuban sebagai pelindung janin telah pecah.
Menurut Survey demografi dan kesehatan Indonesia SDKI (2012)
menunjukkan bahwa penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain :
perdarahan 42%, eklamsia/preeklamsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama /
persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15%. Di Jawa Timur, meski AKB menurun,
ternyata AKI meningkat dibuktikan dengan tahun 2008 AKI 83,2 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2011 AKI 104,3 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2009
tercatat 260 per 100.000 kelahiran hidup. penyebab langsung kematian ibu oleh
karena infeksi sebesar 11% dari seluruh kematian. Penyebab lain kematian ibu
diantaranya perdarahan 28% dan eklamsia 24%.
Insiden kejadian KPD terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi 6% - 19%. Sedangkan pada kehamilan paterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan paterm
akan lahir sebelurm aterm atau persalinan akan terjadi dalam 1 minggu setelah selaput
ketuban pecah. 70% KPD terjadi pada kehaminan cukup bulan, 85% morbiditas dan
mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas (Wahyuni, 2014).
Mengingat banyaknya jumlah morbiditas dan mortalitas akibat gangguan
selama proses persalinan, maka penatalaksanaan yang harus dilakukan haruslah cepat,
efektif, dan komprehensif. Tujuan dari perawatan penyakit ini tidak hanya untuk
3
menyelamatkan hidup, tetapi juga untuk meringankan gejala dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, perawat sangat berperan penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien preterm, posterm, dan ketuan pecah dini,
sehingga tujuan dari perawatan dapat tercapai. Dalam makalah ini, kami
mengkhususkan untuk membahas preterm, posterm, dan ketuan pecah dini yang
meliputi konsep penyakit hingga asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
a. Bagaimana konsep mengenai ketuban pecah dini yang meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosisnya.
b. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan ketuban pecah dini meliputi
definisi, etiologi patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi
dan prognosisnya.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum : Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketuban pecah dini.
b. Tujuan Khusus :
a) Mampu menjelaskan konsep mengenai ketuban pecah dini yang meliputi
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan,
komplikasi dan prognosisnya.
b) Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan ketuban pecah
dini meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosisnya.
D. Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami konsep mengenai ketuban pecah dini yang
meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan,
komplikasi dan prognosisnya.
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ketuban
pecah dini meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
penatalasanaan, komplikasi dan prognosisnya.
4
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktuya
melahirkan / sebelum inpartu, pada permukaan < 4 cm (fase latern). Hal ini dapat
terjadi sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan KPD adalah pecahnya ketuban
secara spontan sebelum saatnya persalinan dan terjadi saat usia kehamilan belum
mencapai aterm atau 37 minggu.
B. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Menurut Nugroho
(2010) faktor predisposisi dan presipitasi KPD antara lain :
a. Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalhnya trauma, hidramnion, gamelli.
d. Trauma yang didapat misalhnya hubungan seksual, pemeriksan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai
infeksi.
e. Kelainan letak, misalhnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah,
f. Keadaan sosial ekonomi
g. Golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
h. Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu.
i. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
j. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Beberapa faktor risiko dari KPD :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
c. Riwayat KPD sebelumnya
d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher Rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamila 23 minggu.
5
C. Manifestasi Klinik
a. Tanda yang terjadi adalah keluarha cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amonniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. Patofisiologi
Menurut Atmono (2000) patofisiologi ketuban pecah dini adalah infeksi dan
inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi
uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisma
servikovaginal menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi myometrium. Pada
infeksi juga dihasilkan produksi sekresi akibat aktivasi monosit/makrofag, yaitu
sitokin, interleukin-1, faktir nekrosis tumor dan interleukin-6. Platelet activating
factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam
cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin
yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostalgin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Disisi lain, kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan
atau produk penjamu (host) yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal
komensal dan ptogenik mempunyai kemampuan memproduksi proease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban. Elastase lokosit
polimorfoneklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
emnyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yang
dihasilkan neutrophil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.
6
E. WOC
7
F. Penatalaksanaan
Menurut Abadi (2008) terdapat beberapa penatalaksanaan ketuban pecah dini
pada kehamilan aterm dan kehamilan preterm ketuban pecah dini yang dilakukan
induksi dan ketuban pecah dini yang sudah inpartu, adalah :
a. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotic, observasi
suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam bila belum ada tanda-tanda
inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada
tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
b. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
a) EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin 1
gram/hari tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian kortikosteroid
untuk merangsang maturasi paru (betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24
jam), melakukan Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera
terminasi, melakukan Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada
kecenderungan meningkat > 37,6°C segera terminasi.
b) EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan Observasi
2x24 jam, melakukan Observasi suhu rectal tiap 3 jam, Pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 22 gram/hari tiap 6
jam, IM/IV selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari
selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam ), melakukan VT selama
8
observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal
meningkat >37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam cairan tidak keluar,
USG: bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air ketuban cukup,
kehamilan dilanjutkan, perawatan ruangan sampai dengan 5 hari, Bila
jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam cairan ketuban
masih tetap keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum pulang
penderita diberi nasehat : Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda
demam atau keluar cairan lagi, Tidak boleh coitus, Tidak boleh manipulasi
digital.
Menurut Institute of Obstetricians and Gynaecologists (2015), penalatalaksanaan
ketuban pecah dini meliputi:
a. Observasi tanda – tanda korioamnionitis secara klinis setidaknya setiap 4 – 6
jam
b. Pemeriksaan swab vagina mingguan dan pemeriksaan darah lengkap juga harus
dipertimbangkan
c. Pemantauan kondisi janin menggunakan cardiotography, serta pengawasan rutin
kondisi janin
d. Ibu hamil dengan tanda – tanda klinis korioamnionitis harus dimulai terapi
antibiotic spectrum luas serta pemantauan lebih ketat
G. Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
Menurut Gahwagi, dkk (2015), ketuban pecah dini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Early PROM (kurang dari 12 jam setelah terjadi pecahnya ketuban)
b. Prolonged PROM (terjadi 12 jam atau lebih setelah terjadi pecahnya ketuban)
H. Komplikasi
Menurut Mochtar (2011) komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
bergantung pada usia kehamilan. Namun berikut terdapat beberapa komplikasi yang
mungkin dapat terjadi :
a. Infeksi maternal ataupun neonatal,
b. Persalinan prematur,
c. Hipoksia karena kompresi tali pusat,
d. Deformitas janin,
e. Meningkatnya insiden SC, atau
f. Gagalnya persalinan normal,
g. Korioamnionitis pada Ibu,
h. Septikemia, pneumonia, omfalitis dapat terjadi pada bayi
i. Pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia,
j. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat,
k. Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.
9
I. Prognosis
Menurut Mochtar (2011) prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh cara
penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi dari kehamilan. Prognosis untuk janin
tergantung pada :
1. Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai prognosis
yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar.
2. Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek , khususnya
kalau bayinya premature.
3. Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin.
4. Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah , semakin tinggi
insiden infeksi.
J. Asuhan Keperawatan Klien dengan KPD
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Demografi
Nama kilen :
Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai
faktor risiko atau tidak.
Agama : Untuk menentukan bagaimana kita
memberikan dukungan kepada ibu selama persalinan.
Suku / bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat / budayanya.
Pendidikan : Untuk menentukan bagaimana kita
memberikan konseling.
Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial, ekonomi.
Alamat : Untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat
tinggalnya.
2) Keluhan Utama :
Keluar cairan jernih / keruh secara tiba – tiba dari jalan lahir, perut
terasa sakit atau kenceng – kenceng sampai ke pinggang namun usia
kehamilan belum cukup bulan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang :
Didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan, tidak
diikuti tanda-tanda persalinan dan usia kehamilan belum mencapai
cukup bulan.Kontraksi / kenceng – kenceng sampai kepinggang
dirasakan berapa kali dalam sekian menit ? ,dan dengan lama berapa
detik ?.
4) Riwayat Hamil
10
HPHT dan HPL, ANC yang dilakukan dan Imunisasi TT yang yang
sudah didapat oleh ibu saat hamil sekarang ini.
11
5) Riwayat Psikologis
Klien mengungkapkan ketidaktahuanya kenapa air ketuban bisa keluar
secara tiba – tiba dan klien merasa cemas dan khawatir akan
kesehatannya dan janin yang dikandungnya.
Status obsetri :
Inspeksi : Ada tidaknya linea alba, linea nigrae, dan striae.
Livida dan bekas luka operasi.
Palpasi :Terjadi kontraksi atau tidak saat diraba.
12
Leopold I : Untuk menentukan umur kehamilan dan bagian apa
yang terdapat difundus. KPD dapat terjadi kelainan letak janin (letak
sunsang dan lintang).
Leopold II : Untuk menentukan punggung bayi.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin dan sudah
masuk PAP atau belum.
Leopold IV :Untuk mengukur seberapa jauh bagian terendah janin
masuk PAP. Ketuban pecah dini dapat terjadi akibat bagian terendah
belum masuk PAP.
Auskultasi : DJJ ( normal : 120-140x /menit ).DJJ bisa meningkat
jika terjadi distress nafas pada janin.
Status nutrisi : Nutrisi klien adekuat, tidak ada mual dan muntah,
BAB normal.
e) B5 ( Blader ) :
BAK spontan , warna jernih, tidak ada kemerahan ataupun bercampur
darah karena tidak disertai dengan tanda – tanda persalinan. Pada
pemeriksaan genetalia didapatkan cairan ketuban yang merembes
dengan warna jernih / keruh, berbau / tidak.VT dilakukan sesuai
indikasi jika KPD disertai dengan pembukaan serviks.bekas luka
jahitan daerah perineum ada atau tidak, dan juga ada tidaknya
hemoroid.
f) B6 ( Bone )
Kekuatan tonus otot normal, tidak ada odema, tidak ada varises, dan
pembatasan aktifitas / tirah baring miring kiri untuk mencegah
keluarnya cairan ketuban lebih banyak lagi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Tes Lakmus (tes Nitrazin) : Kertas lakmus merah berubah
menjadi biru yang menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH air
ketuban 7 - 7,5, namun adanya darah dan infeksi vagina juga dapat
menghasilkan tes positif yang palsu. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Pemeriksaan hasil lab DL: Kadar HB dan leukosit normal, bisa terjadi
leukositosis jika terjadi infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis.
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan ancaman
keselamatan janin.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi.
d. Resiko infeksi dengan factor resiko pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat
( pecah ketuban dini ).
3. Intervensi
A. Trigger Case
Ny. T datang ke RS dengan keluhan perut terasa mules, kencang-kencang
menjalar sampai ke pinggang dan keluar cairan jernih yang merembes terus
menerus. Klien saat ini hamil dengan usia kehamilan 9 bulan. Klien melakukan
pemeriksaan ANC secara teratur, klien juga telah melakukan imunisasi TT 2 kali
saat usia kehamilan 1 bulan dan 6 bulan. TD 100/80 mmHg, HR : 98x/menit, S :
37 C.
B. Penyelesaian
a. Pengkajian
a) Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kertajaya, Surabaya
Tanggal MRS : 22 September 2017 jam 20.53 WIB
Diagnose : G1P0A0
b) Keluhan Utama
Mules.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan pada tanggal 21 September 2017 jam 03.00
setelah berhubungan dengan suami, tiba-tiba perut terasa mules,
kenceng-kenceng menjalar sampai ke pinggang dan keluar cairan
jernih, tidak berbau, tidak bercampur darah dan merembes. Karen
akhawatir oleh keluarga segera dibawa ke RS dengan mobil, masuk
IGD Bersalin RS H tanggal 22 September 2017 jam 20.53 WIB
dengan kondisi umum klien sedang, kesadaran komposmentis, wajah
tampak tegang dan menyeringai dan saat dikaji klien mengeluh perut
masih terasa kenceng-kenceng dan ketuban masih merembes, dengan
usia kehamilan 36 minggu.
20
d) Riwayat Hamil
ANC dilakukan 4 kali di tempat praktik bidak dekat rumahnya, dan
imunisasi TT yang sudah didapat sebanyak 2x saat umur kehamilan 1
bulan dan 6 bulan.
e) Riwayat Psikologis
Klien mengungkapkan ketidaktauannya mengapa air ketuban bisa
keluar secara tiba-tiba sehabis berhubungan dengan suami, dank lien
merasa cemas dan khawatir akan kesehatan diri dan janin yang
dikandungnya.
f) Riwayat Persalinan dan Nifas yang Lalu
Klien belum pernah mengalami abortus. Ini adalah kali pertama klien
hamil.
g) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tida memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi
maupun diabetes mellitus yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan dan kehamilannya.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Compos mentis, GCS: 4 5 6.
2. Kepala
Bentuk simetris, tidak berketombe,kulit kepala bersih, pertumbuhan
rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri.
3. Kulit
Warna kulit muka putih bintik-bintik hitam, turgor kulit cepat
kembali, tidak ada oedem, tidak ada peradangan, CRT < 3 detik.
4. Penglihatan/ Mata
Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, reflex pupil
terhadap cahaya normal,kornea bening, konjungtiva tidak anemis,
ketajaman penglihatan normal.
5. Penciuman/ Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak
ada polip.
6. Pendengaran/ Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada
peradangan, fungsi pendengaran baik, ada serumen, tidak ada cairan.
7. Mulut
21
Bibir warna pucat dan tampak kering. Gigi agak kuning, tidak ada
perdarahn gusi. Lidah tampak bersih, fungsi pengecapan baik, tidak
ada stomatitis.
8. Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, pergerakan bebas.
9. Dada/ Pernafasan
Bentuk simetris, bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, tidak
ada suara nafas tambahan,tidak ada nyeri tekan.
10. Abdomen
Bentuk simetris, nyeri tekan skala 2, gerakan peristaltic usus normal.
Leopold :
Leopod I : TFU 3 jari dibawah px, fundus : teraba bulat
lunak, tidak melenting yaitu bokong.
Leopod II : kanan teraba keras panjang seperti papan yaitu
punggung, kiri teraba bagian terkecil janin yaitu ekstremitas.
Leopod III : Bagian bawah janin teraba bulat, keras, seperti
bola, tidak melenting, tidak bisa digoyangkan yaitu kepala.
Leopod IV : Bagian terendah janin tidak bisa digoyangkan
sudah masuk PAP (Divergen) 2/5 bagian.
TFU Mc. Donald : 30 cm
TBJ : (TFU-11) x 150 = (30 – 11) x 150 = 2850 gram
DJJ , Punctum Maximum : sebelah kanan bawah pusat
Frekuensi : 150 x/menit (120 – 140 x/menit), teratur.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Tes Lakmus (Tes Nitrazin) yaitu kertas lakmus merah berubah
menjadi biru yang menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
Pemeriksaan USG yaitu terllihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Pemeriksaan hasil lab DL = kadar Hb : 12 g/dL, dan leukosit 10.000
(normal).
d. Analisa Data
N Data Fokus Etiologi Problem
22
o
1. DS :
Klien mengeluh perut
terasa mules, kencang-
kencang menjalar
sampai ke pinggang,
keluar cairan jernih
yang merembes secara
terus menerus.
DO :
- Wajah tampak
tegang dan
Agen injuri biologis Nyeri Akut
menyeringai saat
kontraksi terjadi.
- VT pembukaan 2 cm
- Ketuban merembes
berbau amis
- Usia kehamilan 36
minggu
- TD = 100/80 mmHg
- N = 98 x/menit
- RR = 24 x/menit
- Kontraksi = 2x
setiap 10 menit
selama 20 detik.
2. DS :
Klien merasa cemas dan
khawatir akan
kesehatan diri dan janin Perubahan status
yang dikandungnya. kesehatan dan Ansietas
DO : keselamatan janin
- Klien tampak cemas
- TD = 100/80 mmHg
- N = 98 x/menit
- RR = 24 x/menit
3. DS : Keterbatasan Kurang
23
Klien mengatakan tidak
tahu kenapa air ketuban
bisa merembes tiba-tiba
setelah berhubungan
dan perut terasa mulas
informasi pengetahuan
dan kencang-kencang
DO :
Ungkapan verbal
ketidaktahuan klien
tentang penyebab KPD.
4. DS :
Klien mengeluh perut
terasa mules, kencang-
kencang menjalar
sampai ke pinggang,
keluar cairan jernih
yang merembes secara
terus menerus.
DO :
- Wajah tampak Pertahanan primer
tegang dan tubuh yang tidak
Risiko Infeksi
menyeringai saat adekuat (pecah
kontraksi terjadi. ketuban dini)
- VT pembukaan 2 cm
- Ketuban merembes
berbau amis
- Usia kehamilan 36
minggu
- TD = 100/80 mmHg
- N = 98 x/menit
- RR = 24 x/menit
Kontraksi = 2x setiap
10 menit selama 20
detik.
24
e. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
b) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
dan keselamatan janin.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
sumber informasi.
d) Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubung
yang tidak adekuat (pecah ketuban dini).
f. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
25
Keperawatan Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Tingkat kenyamanan 1. Lakukan pengkajian
agen injuri
Setelah dilakukan
komprehensif terhadap
biologis
intervensi keperawatan
nyeri (PQRTS),
selama 2 x 24 jam klien
observasi tanda
dapat mengontrol nyeri
nonverbal adanya
dan mencapai tingkat
ketidaknyamanan
kenyamanan, ditandai 2. Gunakan teknik
dengan : komunikasi terapeutik
- Klien mengenali
untuk mengetahu
lamanya nyeri
pengalaman nyeri
- Klien mampu
3. Tentukan dampak
menggukanan
nyeri terhadap kualitas
metode
hidup
nonfarmakologik 4. Sediakan informasi
untuk mengurangi tentang nyeri,
nyeri misalnya penyebab,
- Klien melaporkan nyeri
onset dan durasi nyeri,
terkontrol
antisipasi
- Klien melaporkan skala
ketidaknyamanan
nyeri berkurang
- Klien melaporkan karena prosedur
frekuensi nyeri tertentu
5. Control faktor
berkurang
- Ekspresi wajah postur lingkungan yang dapat
tubuh relax mempengaruhi respon
- Klien melaporkan
klien terhadap
kenyamanan
ketidaknyamanan (co :
- Klien mengekspresikan
suhu ruang, cahaya,
kepuasan dengan
kebisingan)
control nyeri
6. Ajarkan teknik
- TTV dalam batas
nonfarmakologi
normal
TD = 100-120 (relaksasi distraksi)
7. Tingkatkan istirahat
26
mmHg dan tidur
HR = 60-100 8. Monitor kepuasan
x/menit pasien dengan
RR = 16 - 20
manajemen nyeri yang
x/menit
dilakukan
9. Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan
10. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
11. Evaluasi efektivitas
intervensi.
2. Ansietas b.d Control kecemasan Penurunan kecemasan :
1. Gunakan pendekatan
perubahan status koping
Setelah dilakukan teknik komunikasi
kesehatan dan
asuhan keperawatan terapeutik.
ancaman
2. Bantu klien mengenal
selama 2 x 24 jam
keselamatan janin
situasi yang
kecemasan klien dapat
menimbulka
teratasi dengan kriteris
kecemasan.
hasil :
3. Nyatakan dengan jelas
- Klien mampu
harapan terhadap
memonitor intensitas
perilaku klien.
cemas.
4. Jelaskan semua
- Klien mampu
prosedur pengobatan
menghilangkan
dan perawatan.
faktor penyebab
5. Temani klien untuk
kecemasan.
memberikan
- Klien mampu
keamanan dan
mengenal dan
mengungkapkan mengurangi takut.
6. Anjurkan keluarga
gejala cemas.
- Klien mampu untuk mendampingi
menggunakan klien.
7. Instruksikan pada
strategi koping yang
klien untuk
efektif untuk
27
mengontrol menggunakan tehnik
kecemasan. relaksasi.
- Vital sign klien dalam 8. Dorong klien untuk
kisaran : mengungkapan
Penampilan fisik, perasaan, ketakutan,
perilaku, bahasa persepsi.
9. Identifikasi tingkat
tubuh dan tingkat
kecemasan klien.
aktivitas klien
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
3. Kurang Setelah dilakukan Teaching : disease
pengetahuan b.d asuhan Process.
keperawatan selama 2 x 1. Berikan penilaian
dengan
24 jam kurang tentang tingkat
keterbatasan
pengetahuan dapat
pengetahuan pasien
sumber informasi.
teratasi dengan kriteria
tentang proses
hasil:
penyakit yang spesifik.
Pengetahuan : proses
2. Jelaskan patofisiologi
penyakit.
dari penyakit yang
- Klien familier
dialami oleh klien.
dengan nama
3. Gambarkan tanda dan
penyakit.
gejala yang biasa
- Klien mampu
muncul pada penyakit,
menjelaskan proses
dengan cara yang
penyakit, penyebab,
tepat.
faktor resiko, efek
4. Gambarkan proses
penyakit, tanda dan
penyakit, dengan cara
gejala, cara untuk
yang tepat.
meminimalkan 5. Identifikasi
perburukan kemungkinan
penyakit, penyebab, dengan cara
komplikasi, tanda yang tepat.
6. Sediakan informasi
28
dan gejala pada pasien tentang
komplikasi, serta kondisi, dengan cara
pencegahan yang tepat.
7. Hindari harapan yang
komplikasi.
kosong.
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat.
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit.
10. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan.
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan.
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat.
13. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
29
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
4. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Kontrol Infeksi
1. Terapkan universal
faktor risiko tindakan keperawatan
precaution.
pertahanan primer selama 2x24 jam risiko
2. Batasi pengunjung bila
tubuh yang tidak infeksi teratasi dengan
perlu.
adekuat (pecah kriteria hasil : 3. Beri higiene yang
Status imun
ketuban dini) baik.
Pengetahuan : kontrol 4. Monitor tanda dan
infeksi kontrol resiko gejala infeksi (local
- Klien bebas dari
dan sistemik).
tanda dan gejala 5. Ajarkan teknik cuci
infeksi. tangan.
- Klien menunjukkan 6. Ajarkan pada pasien
kemampuan untuk dan keluarga tentang
mencegah tanda dan gejala
timbulnya infeksi. infeksi dan kapan
- Jumlah leukosit
harus melaporkannya
normal.
kepada petugas.
- Klien menunjukkan
7. Kolaborasi dokter bila
perilaku hidup
ada tanda infeksi
sehat.
Proteksi Infeksi
- Status imun,
gastrointestinal, 1. Tingkatkan cairan dan
genitourinaria nutrisi.
2. Pertahankan teknik
normal
aseptic dalam tiap
tindakan.
3. Ganti peralatan
perawatan pasien per
prosedur protocol.
30
4. Lakukan pemeriksaan
kultur bila suspek
infeksi dan laporkan
hasilnya pada petugas
yang berwenang.
5. Tingkatkan intake
nutrisi dan cairan.
6. Tingkatkan tidur dan
istirahat.
7. Kelola pemberian
antibiotic.
8. Ajarkan pada pasien
dan keluarga cara
menghindari infeksi.
9. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local.
10. Kolaborasikan
tatalaksana
penanganan.
31
DAFTAR PUSTAKA
32