LP Ket
LP Ket
LP Ket
1. Kasus
a. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau melekatnya buah
kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim. Sedangkan yang
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba (Wibowo, 2007).
Ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun, frekwensi kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi pasien (Wiknjosastro,
2008).
Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah di tuba, hal ini disebabkan oleh
adanya hambatan perjalanan ovum yang telah dibuahi ke kavum uteri, hal ini dapat
disebabkan karena :
b. Etiologi
4) Faktor lain:
b) Fertilisasi in vitro
9) Abortus buatan
12) Apendisitis
Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping
yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian
diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai
desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus
endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh
darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan
perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat
implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi
trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan
seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah
menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi
hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya
kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2) Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera
setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding
tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut
perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila
ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada
kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan
trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus
tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan
terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola
kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan
mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum
Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena
pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars
interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada
di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars
interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena
suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars
interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan
yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan.
Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis,
dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih
terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan
dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari
tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan
ligamen (Rachimhadhi, 2005).
Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan haid atau
amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri abdominal atau pelvik
(95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6 8
minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala lain yang muncul biasanya
sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara,
lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan
pelvic tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa. (Saifuddin, 2002;
Cunningham et al, 2005).
Tanda :
1) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2) Menstruasi abnormal.
4) Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
5) Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6) Kolaps dan kelelahan
7) Pucat
8) Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9) Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10) Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum
oleh darah di dalam rongga perut.
11) Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon
kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus
pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
12) Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri
digoyang)
13) Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan
darah di tuba dan sekitarnya.
14) Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:
1) Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2) Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang
banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan
abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus.
3) Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil
e. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan
diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).
Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
f. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu
demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau
rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang
belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu
diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
c) Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ;
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
f) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
g) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
g. Penanganan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa
penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun
darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk
sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah
di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan
bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika
penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat
Kelemahan
dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai
anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba
berfungsi.
3. a. Pohon masalah
b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu
klien ammeorrhoe.
2) Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusul
dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu
sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
a) Kadang disertai muntah
b) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
c) Terkumpulnya darah di rongga perut :
1. Menegakkan dinding perut nyeri
2. Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
d) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
3) Riwayat penyakit masa lalu
a) Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
b) Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
4) Status obstetri ginekologi
a) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 45 tahun,
berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan
anak.
b) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun
c) Grade multi
d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
e) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.
5) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisi uterus, dan
pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak
begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut
menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga
peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat
tersebut baik pada abortus tuba maupun pada rupture tuba gerakan pada serviks
nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999)
4. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur implantasi pada tuba atau lumen.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ruptur implantasi pasa tuba atau
lumen.
h. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry pathogen dari luka operasi.
5. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah diberikan a. Tentukan sifat, lokasi, a. Membantu dalam
berhubungan askep selama 1 x dan dirasi nyeri. Kaji mendiagnosis dan
dengan ruptur 24 jam pasien kontraksi uterus, menentukan tindakan
implantasi pada dapat perdarahan, atau nyeri yang akan dilakukan.
tuba atau lumen. mendemonstrasik tekan abdomen
an teknik b.Kaji stress psikologi ibu b. Ansietas sebagai
relaksasi, tanda- atau pasangan dan respon terhadap
tanda vital dalam respon emosional situasi darurat dapat
batas normal, terhadap kejadian. memperberat
tidak meringis ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan,
ketakutan dan nyeri.
c. Berikan lingkungan c. Dapat membantu
yang tenang dan dalam menurunkan
aktifitas untuk tigkat nyeri dan
menurunkan rasa karenanya mereduksi
nyeri. Instruksikan ketidaknyamanan
klien untuk
menggunakan metode
relaksasi misalnya
nafas dalam,
visualisasi distraksi
dan jelaskan prosedur.
Kolaborasi :
d.Berikan narkotik atau
sedative berikut obat-
d. Meningkatkan
kenyamanan,
obat praoperatif bila
menurunkan risiko
prosedur pembedahan
komplikasi
diindikasikan
pembedahan.
e. Siapkan untuk prosedur
bedah bila terdapat
e. Tindakan terhadap
penyimpangan dasar
indikasi
akan menghilangkan
nyeri
6. Daftar Pustaka
Wiknjosastro, H ; Saifuddin, A.B ; Rachimhadhi, T . Ilmu Kandungan. Edisi kedua.
Cetaka Keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo S. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Rachimhadhi T. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,