LP Post Partum Spontan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. S P2002 DENGAN POST PARTUM SPONTAN


DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG
Disusun sebagai penugasan praktik klinik Keperawatan Maternitas.
Dosen Pembimbing: Amita Audilla, S. Kep., Ners., M. Kep

Oleh:

RIDHA SUSIANA
NIM. A2R21074

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. S P2002 DENGAN POST PARTUM SPONTAN


DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN DARI PEMBIMBING AKADEMIK DAN


PEMBIMBING LAHAN.

DISUSUN OLEH:
RIDHA SUSIANA
NIM. A2R21074

MENGETAHUI

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Amita Audilla, S. Kep., Ners., M. Kep Sri Amah, A. Md. Keb


Tanggal: Tanggal:

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Ny. S P2002 DENGAN POST PARTUM SPONTAN


DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup
diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
(37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan
presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada
komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019). Post partum adalah proses
lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin, 2008)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan, keluarnya
cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009) Post
partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahimya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
B. Tanda dan Gejela
1. Involusi uterus

Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan
alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after
pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
2. Kontraksi uterus

Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume
cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun stabil berurutan,
kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta
lahir dapat berhenti.

3. After pain

Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain meningkat
karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum
uteri .

4. Endometrium

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spunglosum,
bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang
tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan
setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak
menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.

5. Ovarium

Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel telur,
ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat karena
pengaruh hormon prolaktin.

6. Lochia

Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia
alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia
dibagi dalam beberapa jenis :

a. Lochia rubra. Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta. Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.

c. Lochia serosa. Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.

d. Lochia alba. Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.

7. Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya
tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja.
Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot
kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.

8. Perubahan pada dinding abdomen

Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang begitu lama.
Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti
abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.

9. Perubahan Sistem kardiovaskuler

Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi cairan
extra vasculer.Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus

10. Perubahan sistem urinaria

Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hiperemi karena
desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang
menyebabkan refleks miksi menurun.

11. Perubahan sistem Gastro Intestina;

Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum. Penyebabnya
karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi,
haemorroid dan takut jahitan lepas.
12. Perubahan pada mammae

Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga produksi
ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat
dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)

13. Laktasi

Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan. Buah dada
belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola
mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi.

14. Temperatur

Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam 24 jam.
Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan
infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.

15. Nadi

Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat dari
bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya
volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan
akan normal pada akhir minggu pertama.

16. Tekanan Darah

Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan ataupun post
partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius.

17. Hormon

Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari, setelah 1
minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat untuk proses
laktasi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Manuaba (2007), faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:
1) Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu yang
mengakibatkan perubahan keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu.
Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang
berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika
intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement. Kontraksi
uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada Retikulum
Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya
E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE
membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi
miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga
kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk
menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju
sampai janin dikeluarkan.
2) Passage
Passage keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam
proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan
lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat
berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan
panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin
dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi
karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan
dalam persalinan Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah
segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan
ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat pervaginam,
berperan pada persalinan.
3) Passager
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada
janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada
persalinan, sehingga dapat membahayakan, hidup dan kehidupan janin kelak,
hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal.
4) Psikologis
Faktor psikologis ibu yang memperngaruhi persalinan meliputi: melibatkan
psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya,
kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
5) Penolong persalinan
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.

C. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh karena itu, bidan harus
teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan
darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini bisa memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling keluarga berencana.

D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
 Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih I em di atas umbilikus. Fundus turun
kira- kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis
pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebabkan terjadiny autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrifi yang berlebihan. sel-sel tambahan yang
terbentuk selama hamil menetap. inilah penyebab ukuran uterus sedikit
lebih setelah hamil.
 Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir. diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis: pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. Namun, pada beberapa
kasus bayi akan langsung mendapatkan penanganan darurat seperti
resusitasi atau langsung dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu
sesuai kondisi bayi tersebut.
2. Adaptasi psikologis Menurut (Gerry morgan & Hamilton, 2010) adaptasi
psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
 Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari
kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan
pelayanan.
 Fase taking hold/ ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai
pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem
pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan
sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat
dengan baik.
 Fase letting go saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu kelima
sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaikan
diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
 Keluhan utama : Ditanyakan apa yang dirasakan klien sekarang
(pengkajian) yaitu perut terasa nyeri, nyeri pada bekas jahitan, apakah
pola tidurnya terganggu, bagaimana pengetahuan tentang perawatan
bayinya, dan kesiapan berubahnya peran menjadi orang tua.
 Riwayat kesehatan sekarang : Ditanyakan apakah pada saat ini kien
menderita suatu penyakit menular, menurun dan menahun.
 Riwayat kesehatan keluarga: Apakah dalam keluarga ada yang punya
penyakit menular, menurun, dan menahun, apakah ada riwayat kembar
dan cacat hawaan.
 Riwayat obstetri :
a) Riwayat haid : menarche, siklus haid, frekwensi, warna,
konsistensinya, bau, banyaknya, dismenorheu atau tidak, keputihan
atau tidak, bau atau tidak, kapan, gatal atau tidak.
b) Riwayat kehamilan sekarang : Yang ditanyakan kehamilan anak
ke berapa, kapan hari pertama haid terakhir, kapan mulai merasakan
pergerakan jumin, keluhan selama hamil, berapa kali melakukan
periksa dan dimana, imunisasi TT yang telah didapat, obat yang sudah
didapatkan selama hamil.
c) Riwayat persalinan dan nifas yang lalu: Hamil dari pernikahan
ke berapa, tahun berapa persalinan yang lalu, tempat bersalin, normal
operasi atau dengan alat siapa penolongnya, ada atau tidak
penyulitnya, BB dan PB bayi.
d) Riwayat partus sekarang :
 Lamanya persalinan: kala 1, 2, dan 3 dihitung berapa jam lalu
dijumlahkan.
 Keadaan ketuban : pecah jam berapa, warnanya bagaimana,
berapa banyak
 Keadaan placenta: lahir jam berapa, lengkap/tidak,
spontan/tindakan
e) Riwayat nifas : Nifas berjalan normal atau tidak, apa ada
kelaman atau penyulit.
f) Riwayat ginekologi: Apakah ibu mempunyai penyakit
ginekologi (seperti mioma uteri, ca serviks, kista ovarium).
g) Riwayat KB: Apakah klien pemah ikut KB, bila pernah KB apa
yang digunakan, berapa lama pemakaiannya, kapan menggunakan
dan rencana KB apa yang digunakan mendatang, bila klien menggana
metode KB, opa alasannya, kapan menggantinya.
 Keadaan psikososial : Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
 Keadaan umum dan TTV
Bagaimana keadaan umum, tingkat kesadaran, postur tubuh, cara berjalan,
TTV(tensi, nadi, suhu, RR).
a) TD: 90-120/60-80 mmHg
b) Nadi: 80-100x/menit
c) Suhu :36,5-37,5°C
d) RR : 16-20x/menit

 Pemeriksaan fisik
 Muka : Pucar atau tidak, ikterus atau tidak
 Payudara : puting susu menonjol atau tidak, apakah sudah keluar
colostrum atau belum
 Uterus : TFU (n. 2 jari di bawah pusat)
 Keadaan Vulva: ada odem atau tidak, varises, ada nyeri atau tidak
 Perineum : ada intak,robek, atau odem
 Episiotomi: ya atau tidak, jika iya apa jenisnya, jahitannya apa dan
berapa, apakah ada tanda infeksi pada bekas jahitan
 Lochea : rubra 1-3 hari, sanguilenta 3-7 hari, serosa 7-14 hari, alba
>14 hari, atau purulenta. Bagaimana warna, bau, dan berapa
jumlahnya
 Riwatat keadaan bayi sekarang : jenis kelamin, BB,PB, hidup/mati,
apgar score (n.10), kelainan pada bayi
 Kebutuhan dasar :keadaan gizi makan dan minum, pola elimiasi, pola
aktivitas, pola tidur/istirahat
2. Pemeriksaan Penunjang
 HB : 12 gr/dl
 Golongan darah : A, B, AB, O. rhesus +/-
G. Penatalaksanaan dan Terapi
Pada ibu nifas biasanya akan diberikan terapi farmakologis berupa Amoxicillin peroral
untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri dan Asam mefenamat peroral digunakan untuk
meredakan nyeri akibat involusi uteri. Jika diperlukan ibu nifas mendapatkan terapi non
farmakologis berupa kompres dingin untuk meredakan nyeri pada area bekas jahitan
perineum.
H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka jahitan perineum)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (jahitan perineum )
3) Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum,involusi
uterus, pembengkakan payudara
4) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara membengkak, hambatan
pada neonatus, ketidakadekuatan suplai ASI

I. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
1 Ketidaknyamanan pasca Status kenyamanan Perawatan pasca
partum (D.0075) pasca partum (L.07061) persalinan (I.07225)
Setelah dilakukan O:
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda
diharapkan status vital
kenyamanan pasca 2. Monitor keadaan lokia
partum meningkat (mis. warna, jumlah,
dengan kriteria hasil: bau dan bekuan)
 Keluhan tidak 3. Periksa perenium atau
nyaman menurun robekan (kemerahan,
 Meringis menurun edema, ekimosis,
 Luka episiotomi pengeluaran,
menurun penyatuan, jahitan)
 Kontraksi uterus 4. Monitor nyeri
menurun 5. Monitor status

 Berkeringat menurun pencernaan

 Menangis menurun 6. Monitor tanda Homan


7. Identifikasi
 Merintih menurun
kemampuan ibu
 Hemoroid menurun
merawat bayi
 Kontraksi uterus
8. Identifikasi adanya
menurun
masalah adaptasi
 Payudara bengkak
psikologis ibu
menurun
postpartum
 Tekanan darah
T:
menurun
9. Kosongkan kandung
 Frekuensi nadi
kemih sebelum
menurun
pemeriksaan
10. Masase fundus
sampai kontraksi kuat,
jika perlu
11. Dukung ibu untuk
melakukan ambulasi
dini
12. Berikan kenyamanan
pada ibu
13. Fasilitasi ibu
berkemih secara
normal
14. Fasilitasi ikatan tali
kasih ibu dan bayi
secara optimal
15. Diskusikan
kebutuhan aktivitas
dan istirahat selama
masa postpartum
16. Diskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu
postpartum
17. Diskusikan
seksualitas masa
postpartum
18. Diskusikan
penggunaan alat
kontrasepsi
E:
19. Jelaskan tanda
bahaya nifas pada ibu
dan keluarga
20. Jelaskan
pemeriksaan pada ibu
dan bayi secara rutin
21. Ajarkan cara
perawatan perineum
yang tepat
22. Ajarkan ibu
mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis (mis.
teknik distraksi,
imajinasi)
23. Ajarkan ibu
mengurangi masalah
trombosis vena
K:
24. Rujuk ke konselor
laktasi, jika perlu
2 Resiko infeksi (D.0142) Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
(L.14137) (I.14539)
Setelah dilakukan O:
tindakan keperawatan, 1. Monitor tanda dan
diharapkan tingkat gejala Infeksi lokal
infeksi menurun dengan dan sistemik
kriteria hasil: T:
 Demam enurun 2. Batasi jumlah
 Kemerahan menurun pengunjung

 Nyeri menurun 3. Berikan perawatan

 Bengkak menurun kulit pada area edema


4. Cuci tangan sebelum
 Vesikel menurun
dan sesudah kontak
 Cairan berbau busuk
dengan pasien dan
menurun
lingkungan pasien
 Kultur sel darah putih
5. Pertahankan teknik
membaik
aseptik pada pasien
 Kultur sputum
berisiko tinggi
membaik
E:
Kultur area luka
6. Jelaskan tanda dan
membaik
gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
10. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi -
Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
K:
11. Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika pertu

3 Menyusui tidak efektif Status menyusui Pendampingan proses


(D.0029) (L.030029) menyusui (I.03130)
Setelah dilakukan O:
tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan
diharapkan status ibu untuk menyusui
menyusui membaik 2. Monitor kemampuan
dengan kriteria hasil: bayi menyusu
 Perlekatan bayi pada T:
payudara ibu 3. Dampingi ibu selama
meningkat kegiatan menyusui
 Miksi bayi lebih dari berlangsung
8 kali/ 24 jam 4. Dampingi ibu
meningkat memposisikan bayi
 Tetesan/pancaran dengan benar untuk
ASI meningkat menyusu pertama ali

 Suplai ASI adekuat 5. Berikan ibu

meningkat pujian,informasi, dan

 Putting tidak lecet saran terhadap perilaku

setelah 2 minggu positif dalam

melahirkan menyusui

meningkat 6. Diskusikan masalah

 Intake bayi selama menyusui (mis.

meningkat nyeri, bengkak pada


payudara, lecet pada
 Hisapan bayi
putr dan mencari
meningkat
solusinya)
E:
7. Edukasi Ajarkan ibu
mengenali tanda-tanda
bayi siap menyusu
(mis. bayi mencari
puting, kelua saliva,
memasukkan jari ke
dalam mulutnya dan
bayi menangis)
8. Ajarkan ibu
mengeluarkan ASI
untuk diolesi pada
puting sebelum dan
sesudah menyusu agar
kelenturan puting tetap
terjaga.
9. Ajarkan ibu
mengarahkan mulut
bayi dari arah bawah
kearah puting ibu
10. Ajarkan posisi
menyusui (mis. cross
cradle, cradle, foot ball
dan posisi berbaring
yang dik dengan
perlekatan yang benar)
11. Ajarkan
perlekatan yang benar:
perut ibu dan bayi
berhadapan, tangan-
kaki bayi satu gars
lurus, mulut bayi
terbuka lebar dan dagu
bayi menempel pada
payudara ibu unti
menghindari lecet pada
puting payudara.
12. Ajarkan memerah
ASI dengan posisi jari
jam 12-6 dan jam 9-3
13. Informasikan ibu
untuk menyusui pada
satu payudara sampai
bayi melepas sendin
pun ibu.
14. Informasikan ibu
untuk selalu
mengosongkan
payudara pada
payudara yang belum d
dengan memerah ASI
4 Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
Setelah dilakukan (I.08238)
tindakan keperawatan, O:
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi skala
menurun dengan nyeri Identifikasi
kriteria hasil: respons nyeri non
 Kemampuan verbal
menuntaskan 2. Identifikasi lokasi,
aktivitas meningkat karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
 Meringis menurun 3. Identifikasi faktor
Sikap protektif menurun yang memperberat
dan memperingan
nyeri
4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyaninan tentang
nyeri
5. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
T:
9. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
10. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat
dan tidur -
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
E:
12. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
13. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
14. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
15. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
16. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
K:
17. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Laila, Isnaini Nur. (2019). ” Laporan Pendahuluan Pada Pasien Ny. R dengan Post Partum
Spontan di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran”. Academia.edu. Diakses pada tanggal
13 Juli 2023 melalui link:
https://www.academia.edu/41203016/LP_POST_PARTUM_NORMAL
Prematika, Dini. (2019). Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Academia.edu. Diakses
pada tanggal 13 Juli 2023 melalui link:
https://www.academia.edu/33976416/Lp_POST_PARTUM_SPONTAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai