Makalah Nutrasetikal
Makalah Nutrasetikal
Makalah Nutrasetikal
PENDAHULUAN
1
DiseaseModifying Osteoarthritis Drugs (DMOADs) yaitu golongan analgesik dan Non-
Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID).
Pengobatan OA tidak hanya bergantung pada pengobatan medikamentosa saja,
namun juga edukasi dan modifikasi gaya hidup, rehabilitasi medik dan bahkan tindak
operatif. Penatalaksanaan tersebut berguna untuk mengurangi rasa nyeri,
mempertahankan atau meningkatkan fungsi gerak sendi, mengurangi keterbatasan untuk
beraktivitas sehari-hari, serta meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian penderita
OA (Indonesian Rheumatology Association, 2014).Terapi tunggal saja tidak efektif
dalam mengobati OA. Menurut Jackson et al. (2011), tatalaksana OA yang dipakai
dalam praktik klinis meliputi; (1) intervensi perilaku/edukasi; (2) pemberian analgesik
sederhana seperti parasetamol; (3) pemberian NSAID seperti golongan inhibitor COX-
2; (4) injeksi asam hyaluronat secara intra-artikular, dan; (5) Total joint replacement, di
mana sendi yang telah rusak akan diganti dengan sendi prostetik.
Dari sekian banyak pilihan, terapi yang paling sering digunakan adalah
pemberian antinyeri. Namun penggunaan obat-obat tersebut khususnya NSAID, dalam
jangka panjang akan menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, dari ringan
hingga berat. Penggunaan NSAID secara kronis dapat meningkatkan risiko ulkus
peptikum, gagal ginjal akut dan infark miokardium. Selain itu, penggunaan NSAID pun
dapat memperparah beberapa penyakit kronis seperti gagal jantung dan hipertensi, dan
juga dapat berinteraksi dengan obat-obat lain seperti warfarin dan kortikosteroid
(Marcum & Hanlon, 2010).
Meskipun terapi simtomatik juga penting, idealnya setiap penyakit memerlukan
terapi kausatif, di mana pada OA terapi yang diharapkan bertujuan untuk menjaga
struktur sendi atau bahkan mengembalikan struktur yang rusak seperti sedia kala. Maka
dari itulah, banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai terapi alternatif yang
memiliki efikasi tinggi serta toksisitas rendah. Salah satu golongan obat potensial yang
ideal dalam pengobatan OA ialah Symptomatic Slow Acting Drugs for Osteoarthritis
(SYSADOA) (Zhu et al., 2018).
Glukosamin merupakan salah satu monosakarida amino yang juga terdapat di
jaringan kartilago sebagai komponen glikosaminoglikan, yang berfungsi untuk
mempertahankan fleksibilitas, elastisitas serta pemeliharaan sendi. Di dalam sendi, sel-
sel sinovial memproduksi asam hyaluronat sebagai salah satu komponen
glikosaminoglikan pada cairan sinovial, sedangkan kondrosit memproduksi kondroitin
2
sulfat, keratan sulfat dan asam hyaluronat sebagai komponen matriks kartilago
(Nagaoka et al., 2012).
Glukosamin merupakan salah satu SYSADOA. Terlebih lagi, beberapa penelitian
mempertimbangkan bahwa senyawa ini memiliki potensi sebagai DMOAD,
berdasarkan pengukuran joint space narrowing pada hasil pemeriksaan radiografi (Zhu
et al., 2018). Karena itulah, banyak yang menduga bahwa glukosamin mungkin dapat
mempengaruhi produksi glikosaminoglikan oleh sel sinovial dan kondrosit, sehingga
dapat menghambat proses penghancuran kartilago yang terjadi pada OA. Namun,
kemaknaan klinis glukosamin terhadap tulang masih belum diketahui (Nagaoka et al.,
2012).
Karena memiliki potensi dalam pemeliharaan sendi, banyak yang menduga
bahwa suplemen glukosamin maupun dengan kandungan senyawa lainnya mampu
memperbaiki kondisi OA maupun mengurangi rasa nyeri pada sedi yang terkena.
Namun, banyak juga yang masih meragukan implikasi klinisnya dalam penatalaksanaan
OA. Penulisan literature review ini dilakukan karena masih belum banyak penelitian di
Indonesia yang bertujuan untuk menunjukkan pengaruh glukosamin terhadap OA dan
masih banyak yang meragukan implikasi klinis dari penambahan suplemen glukosamin
pada pasien OA.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Osteoarthritis
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price dan Wilson,
2013). Disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan sendi yang
tersering. Kelainan ini sering menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan
penyebab penting cacat fisik pada orang berusia di atas 65 tahun (Robbins, 2007). Sendi
yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus memikul
beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi
pada jari (Price dan Wilson, 2013).
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan
ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang
baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling
umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis.
Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Price dan
Wilson, 2013). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang et al.
(2009) di Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih tinggi pada
perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87%.
2.1.2. Etiologi
4
2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulang berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi,
2012). Serta obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal, sehingga
meningkatkan frekuensi penyakit (Robbins, 2007).
3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi
interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada perempuan.
Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan
dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar estrogen yang tinggi
juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan resiko (Robbins, 2007).
Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi OA pada
perempuan menunjukan bahwa hormon memainkan peranan aktif dalam
perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price dan Wilson, 2013).
Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun telah mengalami
menopause sehingga terjadi penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh pada
osteoblas dan sel endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka TGF-β
yang dihasilkan osteoblas dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel
akan menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan maturasi
osteoklas meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada bone marrow stroma
cell dan sel mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1, TNF-α, IL-6 dan
M-CSF sehingga dapat terjadi OA karena mediator inflamasi ini. Tidak
hanya itu, estrogen juga berpengaruh pada absorbsi kalsium dan reabsorbsi
kalsium di ginjal sehingga terjadi hipokalasemia. Kedaan hipokalasemia ini
menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga meningkatkan hormon
paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini juga dapat meningkatkan
resobsi tulang sehingga dapat mengakibatkan OA (Ganong, 2008).
4. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi
penyakit (Helmi, 2012 ; Robbins, 2007).
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada
kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang
bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi meskipun pada sebagian
kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11
(Robbins, 2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang
akan lebih besar kemungkinan mengalami OA (Helmi, 2012).
5
2.1.3. Patofisiologi
9
Gambar. 4. Perbandingan sendi normal dan sendi pada OA
10
demikian, MRI bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan seringkali tidak
merubah rancangan terapi. Gambaran laboratorium umumnya normal. Bila dilakukan
analisis cairan sendi juga didapatkan gambaran cairan sendi yang normal. Bila
didapatkan peninggian jumlah leukosit, perlu dipikirkan kemungkinan artropati kristal
atau artritis inflamasi atau artritis septik (Price dan Wilson, 2007).
2.1.6.1 Konservatif
2. Terapi fisik.
Osteoarthritis pada lutut akan menyebabkan kondisi disuse
atrofi pada otot kuadriseps. Latihan kekuatan otot akan
menurunkan kondisi disuse atrofi. Latihan fisik juga akan
membantu dalam upaya penurunan berat badan dan
meningkatkan daya tahan.
3. Terapi obat simtomatis
a. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) adalah
obat-obat yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan
peradangan pada sendi-sendi. Contohcontoh dari NSAIDs
termasuk aspirin dan ibuprofen. Saat ini obat pilihan
utama yang digunakan dalam terapi osteoarthritis adalah
natrium diklofenak. Adakalanya adalah mungkin untuk
menggunakan NSAIDs untuk sementara dan
kemungkinan
menghentikan mereka untuk periode-periode waktu tanpa
gejala-gejala yang kambuh, dengan demikian mengurangi
resiko-resiko efek samping.
b. Analgetik seperti tramadol.
c. Obat relaksasi otot (muscle relaxants).
11
d. Injeksi glukokortikoid intraartrikular.
12
Dari sekian banyak pilihan, terapi yang paling sering digunakan adalah
pemberian antinyeri. Namun penggunaan obat-obat tersebut khususnya NSAID, dalam
jangka panjang akan menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, dari ringan
hingga berat. Penggunaan NSAID secara kronis dapat meningkatkan risiko ulkus
peptikum, gagal ginjal akut dan infark miokardium. Selain itu, penggunaan NSAID pun
dapat memperparah beberapa penyakit kronis seperti gagal jantung dan hipertensi, dan
juga dapat berinteraksi dengan obat-obat lain seperti warfarin dan kortikosteroid
(Marcum & Hanlon, 2010).
Meskipun terapi simtomatik juga penting, idealnya setiap penyakit memerlukan
terapi kausatif, di mana pada OA terapi yang diharapkan bertujuan untuk menjaga
struktur sendi atau bahkan mengembalikan struktur yang rusak seperti sedia kala. Maka
dari itulah, banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai terapi alternatif yang
memiliki efikasi tinggi serta toksisitas rendah. Salah satu golongan obat potensial yang
ideal dalam pengobatan OA ialah Symptomatic Slow Acting Drugs for Osteoarthritis
(SYSADOA).
Produk Nutrasetikal ialah produk yang didefinisikan sebagai zat yang memiliki
manfaat fisiologis atau memberikan perlindungan terhadap penyakit kronis, menunda
proses penuaan dan meningkatkan harapan hidup. Saat ini nutrasetikal mendapat
banyak perhatian karena memiliki potensi nutrisi, keamanan dan efek terapi. Terapi
Nutrasetikal sendiri dapat diterapkan dalam pengobatan osteoarthritis.
2.3 Glukosamin
2.3.1 Pengertian Glukosamin
13
dapat menghambat proses penghancuran kartilago yang terjadi pada OA. Namun,
kemaknaan klinis glukosamin terhadap tulang masih belum diketahui
15
Bentuk Tablet
Isi 360 tablet
Konsumsi harian 2 tablet
Kandungan
1500 mg per 2 tablet
glukosamin
MSM, kondroitin sulfat,
Bahan lainnya
kolagen (hydrolyzed gelatin)
Bahan
Hewan laut
glukosamin
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Bruyere, O., Pavelka, K., Rovati, L. C., Gatterová, J., Giacovelli, G., Olejarová, M., …
Reginster, J. Y. (2008). Total joint replacement after glucosamine sulphate
treatment in knee osteoarthritis: results of a mean 8-year observation of patients
from two previous 3-year, randomised, placebo-controlled trials. Osteoarthritis
and Cartilage, 16(2), 254–260.
https://doi.org/10.1016/j.joca.2007.06.01 1
17
Cahlin, B. J., & Dahlström, L. (2011). No effect of glucosamine sulfate on osteoarthritis
in the temporomandibular jointsa randomized, controlled, shortterm study. Oral
Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology and Endodontology,
112(6), 760–766. https://doi.org/10.1016/j.tripleo.2011.06.
012
Clegg, D. O., Reda, D. J., Harris, C. L., Klein, M. A., O’Dell, J. R., Hooper, M. M., …
Williams, H. J. (2006). Glucosamine, Chondroitin Sulfate, and the Two in
Combination for Painful Knee Osteoarthritis. N Engl J Med, 354(8), 795–808.
Glyn-Jones, S., Palmer, A. J. R., Agricola, R., Price, A. J., Vincent, T. L., Weinans, H.,
& Carr, A. J. (2015). Osteoarthritis. The
Lancet, 386(9991), 376–387.
https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(14)60802-3
Henrotin, Y., Marty, M., & Mobasheri, A. (2014). What is the current status of
chondroitin sulfate and glucosamine for the treatment of knee osteoarthritis?
Maturitas, 78(3), 184–187. https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2014.
04.015
Henrotin, Y., Mobasheri, A., & Marty, M. (2012). Is there any scientific evidence
for the use of glucosamine in the management of human osteoarthritis? Arthritis
Research and Therapy, 14(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/ar3657
Jackson, C. G., Plaas, A. H., Ph, D., Sandy, J.D., Hua, C., Kim-rolands, S., … Clegg,
D. O. (2011). The Human Pharmacokinetics of Oral Ingestion of
Glucosamine and Chondroitin Sulfate Taken Separately Or In
Combination.18(3), 297–302. https://doi.org/10.1016/j.joca.2009.10.013.THE
18