Laporan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 62

`

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu . Untuk itu,
sejalan dengan pentingnya peranan dan fungsi dari air minum perlu direncanakan
suatu sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik. Maka dari itu, diharapkan di setiap daerah agar
infrastruktur SPAM dapat dikembangkan dengan baik agar masyarakat dapat
memanfaatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup, menunjang
produktivitas, serta meningkatkan kualitas serta taraf hidup masyarakat.
Sebagai upaya memenuhi kebutuhan akan air minum untuk masyarakat di
seluruh daerah , maka diperlukan pembangunan sarana dan prasarana air minum
tersebut. Dari pertimbangan tersebut maka diperlukan suatu kegiatan yang terpadu
dan terencana dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan operasi
dan pemeliharaan. Perencanaan yang baik diperlukan agar tepat sasaran dalam
pemecahan masalah dan menjaga efisiensi dalam tindakan pada tahapan tahapan
selanjutnya.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan tugas ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui serta meningkatkan jangkauan dan kualitas
penyediaan air minum
2. Untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum
dengan kualitas yang lebih baik

1
`

3. Untuk memperbaiki serta meningkatkan kelayakan SPAM agar dapat


memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk
masyarakat berpenghasilan rendah.

1.3 Dasar Hukum Sistem Penyediaan Air Minum


Adapun beberapa landasan hukum yang digunakan dalam hal penyusunan
SPAM ini diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 122 tahun 2015 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
4. PERMENKES No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.

2
`

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Penyediaan Air Minum


Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah satu kesatuan sistem fisik
(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Aspek teknis terdiri dari
unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan sedangkan aspek non
teknis mencangkup keuangan, sosial dan institusi. Pengembangan SPAM adalah
kegiatan yang bertujuan membangun,memperluas dan/atau meningkatkan system
fisik (teknik) dan non fisik(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat,
dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

2.2 Persyaratan Penyediaan Air Minum


Secara umum ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam
sistem penyediaan air minum. Persyaratan ini dikenal sebagai 4K, yaitu:
1. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu/kualitas dari air bersih.
Parameter-parameter yang digunakan sesuai PERMENKES No.32 Tahun 2017
sebagai standar kualitas air adalah sebagai berikut:
- Parameter fisik
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut Mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu °C Suhu udara ± 3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau

- Parameter biologi

3
`

No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu


(kadar maksimum)
1. Total coliform CFU/100ml 50
2. E. coli CFU/100ml 0

- Parameter kimia
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
Wajib
1. pH mg/l 6,5 – 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesedahan mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Cadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 300
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organic (KMNO4) mg/l 10

2. Persyaratan kuantitatif
Setelah persyaratan kualitatif terpenuhi maka air bersih juga harus mampu
melayani daerah pelayanan. Banyaknya penduduk yang ada dalam suatu wilayah

4
`

harus mampu dipenuhi secara kuantitasnya. Persyaratan kuantitatif ini sangat


dipengaruhi oleh jumlah air baku yang tersedia dan kapasitas produksi dari instalasi
pengolahan air (IPA). Pada umumnya debit air dari tiap sumber air akan mengalami
perubahan-perubahan dari suatu waktu ke waktu yang lain.
3. Persyaratan kontinuitas
Menurut PP No.122 Tahun 2015 kontinuitas untuk penyediaan air bersih
adalah memberikan jaminan pengaliran selama 24 (dua puluh empat) jam per hari.
4. Persyaratan keterjangkauan
Persyaratan keterjangkauan untuk penyediaan air bersih artinya sumber air
baku mudah untuk dijangkau sehingga airnya dapat dialirkan ke instalasi
pengolahan air (IPA).

2.3 Kriteria Perencanaan


Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilakukan melalui sistem
jaringan perpipaan terdiri atas beberapa unit penyusun yaitu unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit bangunan penunjang. Berikut
adalah skema unit- unit sistem penyediaan air minum (SPAM) menurut PP No.122
Tahun 2015 :

Gambar 2.1 Skematik Sistem Penyediaan Air Minum

2.3.1 Unit Air Baku


Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air
minum. Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air

5
`

baku. Unit air baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Air baku
wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Sumber Air Baku
Perencanaan dan pembangunan sistem pengembangan air minum perlu
memperhatikan kuantitas dan kualitas yang tersedia dari sumber air baku yang akan
digunakan. Kuantitas dan kualitas sumber air baku akan tergantung dari jenis
sumber air yang tersedia, yang terdiri dari:
- Air Permukaan
Sumber air permukaan terbagi dalam beberapa jenis, yaitu air
danau/pond/situ/kolam dan air sungai. Air danau atau pond dapat berasal dari aliran
sungai, air hujan dan/atau mata air.Air sungai berasal dari mata air dan curahan air
hujan yang tertampung pada permukaan tanah derah tangkapan. Sumber air
permukaan ini banyak digunakan pada sistem penyediaan air minum.
- Air Tanah
Air tanah berasal dari lapisan aquifer di dalam tanah.Keberadaan air
di lapisan aquifer berasal dari air hujan yang menyelusup kedalam
tanah.Penggunaan air tanah bagi kebutuhan sistem penyediaan air minum
tidak dianjurkan karena dapat merusak lingkungan.
- Air Hujan
Air hujan juga banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
minum di beberapa tempat yang tidak memiliki sumber air permukaan
maupun air tanah.
- Air Laut
Air laut sebenarnya dapat digunakan sebagai air baku, akan tetapi
dibutuhkan berbagai tahapan dan proses dalam mengelola air tersebut hingga
menjadi air baku yang layak. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya
kandungan garam yang terdapat pada air laut.
2. Pipa Transmisi

6
`

Fungsi dari saluran transimisi adalah untuk membawa air baku dari bangunan
pengambilan air baku ke unit produksi, atau membawa air hasil olahan unit
produksi ke reservoir. Saluran transmisi terbagi dalam dua jenis aliran :
- Saluran transmisi untuk aliran bebas/tidak bertekanan. Saluran ini terdiri
dari beberapa macam bentuk, diantaranya open canals, aquaduct, tunnels,
dan lain sebagainya.
- Saluran transmisi untuk aliran bertekanan.

2.3.2 Unit Produksi


Menurut Permen PUPR No 27 Tahun 2016, unit produksi adalah sarana dan
prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum
melalui proses fisik, kimiawi an/atau biologi, meliputi bangunan pengolahan dan
perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan
pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
1. Perhitungan Kebutuhan Air
a) Konsumsi Air Minum
Produksi air minum yang dibutuhkan adalah untuk keperluan pelayanan
domestik dan non domestik. Pelayanan domestik adalah untuk keperluan
rumah tangga sehari-hari seperti minum, memasak, mencuci, dan keperluan
rumah tangga lainnya. Sedangkan pelayanan non domestik adalah untuk
keperluan komersil seperti industri, perkantoran, pertokoan, dan sebagainya.
Untuk dapat menentukan besarnya konsumsi air minum baik untuk pelayanan
domestik maupun non domestik pada lokasi tertentu harus melalui kegiatan
studi kelayakan, yaitu dengan melakukan survei kebutuhan nyata (real demand
survey). Untuk kebutuhan praktis, penentuan besarnya kebutuhan air pada
suatu lokasi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Standar Penentuan Besar Kebutuhan Air
Kategori Sistem Air Minum

No Uraian Sat Perde- Kota Kota Kota Metro-


IKK
saan Kecil Sedang Besar politan

1 Tingkat Pelayanan %
Konsumsi SR l/o/h 120 120 120 120 150
2
HU l/o/h 60 60 60 60 60 60
3 Rasio SR:HU - 100:0 90:10 90:10 90:10 90:10 90:10

7
`

4 Jmlh Org per SR Org 5 5 5 6 6


5 Jmlh Org per HU Org 50 50 100 100 100 100
Kategori Sistem Air Minum
No Uraian Sat Perde- Kota Kota Kota Metro-
IKK
saan Kecil Sedang Besar politan
6 Domestik : N. Dom - 100:0 100:0 90:10 85:15 80:20 75:25
7 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20 20
8 Keb. Vol. Reservoir % 20 20 20 20 20 20
9 Faktor Hari Maks - 1,2 1,2 1,5 1,5 2 2
10 Faktor Jam Puncak - 2 2 1,75 1,75 1,5 1,5

b) Faktor Hari Maksimum


Faktor hari maksimum didapatkan dengan memperhatikan fluktuasi
kebutuhan konsumen dalam suatu wilayah tertentu yang berubah-ubah.
c) Faktor Jam Puncak
Selain faktor hari maksimum, untuk perhitungan kapasitas kebutuhan
sistem penyeediaan air minum juga menggunakan faktor jam puncak
d) Proyeksi Jumlah Penduduk
Perencanaan besar kapasitas pelayanan pada suatu sistem pengembangan
air minum harus didasari oleh perkiraan pengembangan jumlah penduduk di
masa yang akan datang.
e) Penentuan Besar Kapasitas Kebutuhan Air Minum
1) Pengolahan air
2) Reservoir
Fungsi utama dari reservoir pada sistem penyediaan air minum adalah
untuk menciptakan kondisi setimbang pada jumlah kapasitas produksi dari unit
produksi terhadap fluktuasi kebutuhan di jaringan distribusi. Berdasarkan
fungsinya, reservoir terdiri dalam beberapa jenis sebagai berikut:
- Reservoir aktif, yaitu berupa menara air. Reservoir jenis ini berfungsi
bukan hanya sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan
kondisi setimbang dengan kebutuhan distribusi, namun juga akan
mengalirkan air ke jaringan distribusi secara gravitasi.
- Reservoir pasif, yaitu berupa ground reservoir. Reservoir jenis ini hanya
berfungsi sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan kondisi

8
`

setimbang dengan kebutuhan distribusi. Sedangkan pengaliran ke jaringan


distribusi dengan sistem pemompaan.

2.3.3 Unit Distribusi


Unit distribusi merupakan jaringan perpipaan distribusi yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari unit produksi ke konsumen. Jaringan distribusi menggunakan
pipa dengan aliran yang bertekanan, dimana disepanjang perpipaannya
dihubungkan dengan sambungan pelanggan. Jenis sambungan pelanggan dapat
berupa sambungan rumah (SR), sambungan hidran (HU), maupun sambungan
untuk pelanggan usaha komersial. Jalur pipa distribusi biasanya ditanam mengikuti
jalur jalan yang sudah ada.
- Jaringan Pipa Distribusi
Pipa distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari unit produksi menuju
pelanggan. Jaringan distribusi menggunakan pipa dengan aliran yang
bertekanan, dimana di sepanjang perpipaannya dihubungkan dengan
sambungan pelanggan. Jenis sambungan pelanggan dapat berupa sambungan
rumah (SR) dan sambungan Hidran Umum (HU) maupun sambungan untuk
pelanggan usaha komersil. Sistem jaringan pipa distribusi yaitu cabang dari
sistem loop.
- Perhitungan Hidrolis jaringan Perpipaan Distribusi
Perhitungan hidrolis ini ditujukan untuk perpipaan yang memiliki aliran air
yang bertekanan.
Rumus aliran : Q = v x A
dimana :
Q = kapasitas aliran air dalam pipa
v = kecepatan aliran
A = luas potongan melintang pipa
Rumus aliran kontinyu : v1 x A1 = v2 x A2
dimana :
v = kecepatan aliran
A = luas potongan melintang pipa

9
`

2.3.4 Unit Pelayanan


Unit pelayanan merupakan titik pengambilan air yang terdiri atas
sambungan langsung, hidran umum, dan atau hidran kebakaran. Unit pelayanan
harus dipasang alat pengukuran berupa meteran air.
1) Sambungan Rumah
Pipa dan perlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan
meter air.
2) Hidran umum/kran
Pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air berikut konstruksi sipil
yang diperlukan sesuai gambar rencana.
3) Hidran Kebakaran
Suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk mengambil air
dari pipa air minum untuk keperluan pemadaman kebakaran atau pengurasan
pipa.

2.3.5 Unit Bangunan Penunjang


1) Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak Pelepas Tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan
penunjang pada jaringan transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk
menghilangkan tekanan berlebih yang terdapat pada aliran yang dapat
menyebabkan pipa pecah. Biasanya BPT ditempatkan di titik-titik tertentu
pada pipa transmisi yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter sampai
100 meter.
2) Booster Station
Booster station berfungsi untuk menambah tekanan air dalam pipa
menggunakan pemompaan. Booster station ditempatkan pada tempat-
tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air minimum.
3) Jembatan Pipa
Jembatan pipa merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa
distribusi yang menyeberang sungai/saluran atau sejenis di atas permukaan
tanah/sungai.
4) Aksesoris Pipa

10
`

- Air Valve : berfungsi untuk melepaskan aliran udara yang ada dalam
aliran. Air valve dipasang pada bagian tertinggi pipa dan tekanan
diatas 1 atm karena udara cenderung terakumulasi di tempat itu.
Biasanya Air valve diletakkan pada jarak setiap 600 meter sampai
1000 meter.
- Check Valve: berfungsi untuk mengamankan pompa dari aliran
balik. Valve ini dipasang bila pengaliran diinginkan satu arah.
Biasanya check valve dipasang pada pipa tekanan antara pompa dan
gate valve.
- Gate Valve: berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Gate
valve dapat menutup dan membagi aliran ke bagian lainnya dalam
pipa distribusi.
- Bangunan perlintasan pipa: diperlukan bila pipa memotong sungai,
jalan kereta api dan pipa yang memotong jalan, untuk memberikan
keamanan pada pipa.
Thrust block : menjaga agar fitting tidak bergerak akibat beban
hidrolik ataupun beban lain.

2.4 Periode Perencanaan


Periode perencanaan rencana induk pengembangan SPAM adalah 15-20
tahun. Dimana pengertian dari rencana induk SPAM adalah suatu rencana jangka
panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahapan awal dari perencanaan
air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi
kebutuhan air minum. Rencana induk pengembangan SPAM harus dikaji ulang
setiap 5 tahun atau dapat dirubah bila ada hal-hal khusus dengan memperhatikan
pertimbangan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten, dan kota.

2.5 Proyeksi Pendudukan


Proyeksi jumlah penduduk digunakan sebagai langkah awal dalam
menghitung proyeksi kebutuhan air bersih. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketelitian proyeksi jumlah penduduk pada masa yang akan dating adalah :
1. Kecepatan pertumbuhan penduduk.
2. Kurun waktu proyeksi dan jumlah tahun pengambilan data.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat menggunakan metode yang

11
`

telah diakui secara umum seperti metode-metode berikut ini (RISPAM,2011) :


1) Metode Aritmatik
Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek sama dengan
kurun waktu perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = Po + Ka.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
Ka = rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)
2) Metode Geometri
Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan
secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan
jumlah penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = Po (1 + r)n
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
r = rata-rata presentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)
3) Metode Least Square
Metode inimerupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan
antara sumbu Y yaitu jumlah penduduk dan sumbu X yaitu tahunnya dengan
cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah
pangkat dua dari masing-masing oenyimpangan jarak data-data dengan garis
yang dubuat.
Persamaan yang digunakan adalah:
Pn = a + b.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
n = beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b konstanta, dengan persamaan:

12
`

( P)( t ) − ( t )( P  t )
2

a=
N  ( t ) - ( t )
2 2

N  ( P  t ) − ( t )( P )
b=
N  ( t ) - ( t )
2 2

dengan t adalah nomor tahun dan N adalah banyak data.


Selanjutnya untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi
penduduk, terlebih dahulu menguji nilai standar deviasi dan koefisien korelasi (r)
untuk tiap-tiap metode. Metode yang digunakan untuk proyeksi penduduk adalah
metode dengan perhitungan standar deviasi yang paling kecil dan koefisien korelasi
paling mendekati satu. Persamaan standar deviasi dan koefisien korelasi yang
digunakan adalah sebagai berikut.
n

 (Yi − Ymean )
n n

 (Y − Ymean )2 −  (Y − Yi )2
2

SD = i =1
dan r = i =1
n
i =1
n
 (Y − Ymean )
i =1
2

Dimana:
SD = standar deviasi
r = koefisien korelasi
Y = jumlah penduduk pada satu tahun tertentu (jiwa)
Ymean = rata-rata dari jumlah penduduk pada satu periode waktu
tertentu (jiwa)
Yi = hasil perhitungan jumlah penduduk pada satu tahun
tertentu dengan metode aritmatik, geometri atau least
square

2.6 Analisis Hidraulika


Analisa hidraulika merupakan perhitungan dan rumus-rumus yang akan
digunakan untuk rencana sistem jaringan air minum. Analisa aliran yang bertekanan
adalah aliran yang seluruh tampang pipa dipenuhi oleh air. Jika air mengalir dalam
pipa tetapi ada permukaan air bebas dalam pipa, maka aliran tersebut tidak termasuk
dalam definisi aliran dalam pipa. Dalam perencanaan sistem penyediaan air baku
dengan perpipaan, analisis hidraulika terutama dimaksudkan untuk menentukan
dimensi bangunan dan fasilitas yang direncanakan.

13
`

2.6.1 Persamaan Dasar dalam Aliran Pipa


Menurut Triatmodjo (1995), aliran dalam pipa merupakan aliran tertutup
dimana air kontak dengan seluruh penampang saluran. Jumlah aliran yang mengalir
melalui lintang aliran tiap satuan waktu disebut debit aliran, yang secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut
Q = A x V (m2 x m/det = m3/det)
1) Persamaan Kontinuitas
Pada setiap aliran dimana tidak ada kebocoran maka untuk setiap penampang
berlaku bahwa debit tiap potongan selalu sama.
V1 x A1 = V2 x A2 atau,
Q = A x V (konstan)

Gambar 2. 1 Saluran Pipa dengan Diameter Berbeda


Sumber : Triatmodjo (1995)
Menurut Triatmojo (1995), untuk pipa bercabang berdasarkan persamaan
kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang harus sama dengan debit yang
meninggalkan titik tersebut, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut
Q1 = Q2 + Q3 atau,
A1 x V1 = A2 x V2 = A3 x V3

Gambar 2. 2 Persamaan Kontinuitas pada Pipa Bercabang

14
`

Sumber : Triatmodjo (1995)

2) Persamaan Bernoulli
Menurut Bernoulli, jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan
pada setiap titik pada aliran air selalu konstan. Persamaan Bernoulli dapat
dipandang sebagai persamaan kekekalan energi, mengingat z = energi potensial cair
tiap satuan berat.
𝑚. 𝑔. 𝑧
≈𝑧
𝑚. 𝑔
𝑝
≈ Tenaga potensial zat cair
𝑦

𝑝. 𝑣 𝑚. 𝑔 𝐹
≈𝑝 ≈
𝑚. 𝑔 𝛾 𝑦
𝑣2
= 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘
2𝑔
1 2
2 𝑚. 𝑣 ≈ 𝑣
2

𝑚. 𝑔 2𝑔
Dengan neraca massa energi yang masuk sama dengan yang keluar
energi di A = energi di B sehingga
𝑝 𝑣2
𝐻=𝑧+ +
𝛾 2𝑔
𝑝1 𝑣 2 𝑝1 𝑣 2
𝑧1 + + + ℎ𝑓 = 𝑧1 + + + ℎ𝑓
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔

Gambar 2. 3 Garis Energi dan Garis Tekanan


Sumber : Triatmodjo (1995)

15
`

3) Persamaan Hazen William


Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54
Dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)
C = Koefisien kekasaran, dapat dilihat pada tabel 2.4
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = beda tinggi/panjang pipa (m/m)

Tabel 2. 2 Nilai Koefisien C Hazen Williams


No. Jenis Pipa Nilai C
1 New Cast Iron 130 - 140
2 Concrete or Concrete 120 - 140
lined
3 Galvanized Iron 120
4 Plastic 140 - 150
5 Stell 140 - 150
6 Vetrivied Clay 110
Sumber : Epanet 2, User manual

- Tekanan Air dan Kecepatan Aliran


Jika tekanan air berkurang, akan menyebabkan kesulitan dalam
pemakaian air. Sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan rasa
sakit karena terkena pancaran air, merusak peralatan plumbing, dan
menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang
baik pada suatu daerah bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang
harus dilayani. Secara umum, dapat dikatakan besarnya tekanan standar
adalah 1,0 kg/cm2, sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0-
5,0 kg/cm2 untuk perkantoran dan 2,5-3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan.
Di samping itu beberapa macam peralatan plumbing tidak dapat berfungsi
dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari batas minimum.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air, menimbulkan suara berisik dan kadang
menyebabkan ausnya permukaan dalam pipa. Biasanya digunakan standar
kecepatan antara 0,6-1,2 m/dt, dan batas maksimumnya adalah 1,5-2,0 m/dt.
Di lain pihak, kecepatan yang terlalu rendah ternyata dapat menimbulkan efek

16
`

korosi, pengendapan kotoran yang mempengaruhi kualitas air (Morimura et


al., 1999).
- Kehilangan Tekanan
Macam kehilangan tekanan adalah:
• Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Menurut
Atang, (1983), besarnya kehilangan tekanan karena gesekan dapat
ditentukan dengan formula umum dari Darcy, yaitu:
𝐿 𝑉2
ℎ𝑓 = 𝑓𝑥 .
𝐷 2𝑔

Dimana koefisien tahanan aliran f merupakan fungsi dari bilangan


Reynolds dan kekasaran relative dari pipa. Bilangan Reynolds dapat
𝑣.𝑑
dihitung dengan formula: 𝑅𝑒 = 𝑣

• Minor losses, terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan,


belokan, dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa
panjang biasanya jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga
sekunder, sehingga pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga
sekunder diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder
harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang
dari 5% dari kehilangan tenaga akibat gesekan maka kehilangan
tenaga tersebut dapat diabaikan. Untuk memperkecil kehilangan
tenaga sekunder, perubahan penampang atau belokan jangan dibuat
mendadak tapi berangsur-angsur. Persamaan minor losses:
𝑉2
ℎ𝑒 = 𝑘
2𝑔
- Analisis Aliran Pipa
Headloss dalam pipa air dapat dihitung melalui persamaan Darcy-
Weisbach (Triatmodjo, 1995)
𝐿 𝑉2
ℎ𝑓 = 𝑓𝑥 .
𝐷 2𝑔
Dimana : Hf = headloss (m)
f = koefisien kekasaran pipa
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)

17
`

v = kecepatan aliran (m/det)


g = percepatan gravitasi (m/det2)
Persamaan Darcy dapat ditransformasikan dengan persamaan Chezy
adalah (Triatmodjo, 1995)
2𝑔𝐷
𝑣2 = ℎ𝑓
𝑓𝐿
ℎ𝑓
= 𝑆 (kemiringan garis energy atau kemiringan hidrolisis)
𝑙

Untuk pipa penuh sehingga R = A/P = D/4


A = luas permukaan pipa πD2/4
P = keliling basah πD
8𝑔
𝑣2 = 𝑅𝑆 atau 𝑣 2 = 𝐶 2 𝑅𝑆
𝑓
8𝑔
Dimana 𝐶 2 = 𝑓

Sehingga 𝑣 = 𝐶√𝑅𝑆
Dalam persamaan Chezy nilai C harus diketahui. Manning dan Strickler
dibangun dengan persamaan Chezy. Sehingga persamaan secara praktis
adalah:
1 1⁄ 1 1 1 1⁄
𝑣 = 𝑛𝑅 6 . 𝑅 ⁄2 . 𝑆 ⁄2 (di mana 𝐶 𝑛 𝑅 6)

1 2⁄ 1⁄
𝑣= 𝑅 3𝑆 2
𝑛
Dimana n = koefisien kekasaran (Manning)

2.6.2 Aplikasi Waternet


WaterNet merupakan suatu program yang dirancang untuk melakukan
simulasi aliran air atau fluida lainya (bukan gas) dalam pipa baik dengan sistem
jaringan tertutup (loop), sistem jaringan terbuka (bercabang) maupun sistem
jaringan campuran antara loop dan percabangan. Langkah-langkah penggunaan
program WaterNet adalah sebagai berikut:
1) Untuk memulai program waternet, klik Start → Program File → Waternet.
Setelah klik Program Waternet, tampilan pertama yang muncul adalah jendela
pilihan apakah akan membuka File Baru (New File) atau membuka file yang
telah ada (Open File).

18
`

2) Disaat klik New File akan muncul jendela persiapan Data Default. Isikan Nama
Proyek dan Nama Perencana sesuai dengan kehendak pengguna. Pada Jendela
Default pilih cara penggambaran pipa misalnya skematis sehingga panjang
pipa dalam gambar tidak harus sesuai dengan panjang pipa yang dikenali
Waternet. Jika skala skalatis, maka panjang gambar pipa merupakan panjang
pipa yang akan dikenali oleh Waternet secara skalatis. Setelah diisi semua data
yang diperlukan klik OK.
3) Apabila datum yang diisi hendak diubah, jendela default dapat ditampilkan
kembali dengan mengklik Tombol Default.
4) Untuk mengubah nilai default pipa, node, pompa sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya gunakan Tombol Editing untuk memunculkan jendela editing
masing-masing komponen.
5) Setelah isian pada default selesai akan muncul Jendela Paper. Isikan pilihan
paper Letter dengan layout Lansccape kemudian klik Apply and Exit untuk
keluar dan siap menggambar jaringan.

6) Klik tombol pipa dan bawa cursor ke jendela grafis maka cursor akan
berbentuk pensil, siap menggambar pipa. Tekan mouse sebelah kiri dan drag
(tarik dengan tetap menekan mouse) untuk menggambar pipa dengan panjang
sesuai keinginan. Lepaskan mouse dan sebuah pipa akan tergambar di layar.
Gambar kembali pipa-pipa lain dengan mengingat bahwa pipa-pipa tersebut
pada akhirnya harus membentuk jaringan, yaitu ada kaitan antara satu pipa
dengan pipa lain sehingga air dapat mengalir dari pipa satu ke pipa lain.
7) Jaringan sederhana telah siap disimulasi (di Run). Klik tombol GO dan akan
muncul jendela informasi variabel yang digunakan dalam simulasi secara
singkat. Klik Go pada jendela variabel, hasil running dilaporkan secara singkat
dengan jendela Report.
Hasil running dilaporkan secara singkat dengan jendela Report. Pada
sebelah kanan atas ada lingkaran berwarna hijau yang menunjukkan bahwa simulasi
sukses dan jaringan tidak mempunyai masalah. Pada jendela report ada tiga combo
box yang jika jaringan mengalami masalah pesan akan ditampilkan di dalamnya.
Klik EXIT dan akan muncul jaringan yang telah dilengkapi dengan arah aliran. Jika
hasil simulasi bertulisakan stop or aborted berarti harus dilakukan simulasi ulang,

19
`

program ini akan menunjukan kejanggalan yang akan muncul akibat perhitungan
yang kurang tepat (lihat kotak yang dilingkar merah).

2.7 Jenis-Jenis Pipa


Adapun jenis jenis pipa yang umum digunakan dalah perencanaan sistem
penyediaan air minum antara lain :
Tabel 2. 3 Jenis – Jenis Pipa
No Nama Pipa Penjelasan
1 Pipa PVC Pipa plastik yang difungsikan untuk menyalurkan
air dalam tekanan tinggi. Ukuran standar pipa ini
dimulai dari diameter ½ inch sampai 4 inch.
Penggunaan pipa PVC dikhususkan untuk
mengalirkan air dingin sehingga penggunaan untuk
mengalirkan air panas sangat dilarang karena dapat
membuat pipa PVC menjadi pecah dan tidak dapat
digunakan. Warna pipa PVC biasanya putih dan
abu-abu
2 Pipa CPVC Clorinated Poly Vinyl Chloride adalah jenis pipa
PVC yang pembuatannya mendapat klorinasi
tambahan. Tambahan ini yang memungkinkan
dinding pipa ini menjadi fleksibel. Kloronasi pada
Pipa PVC akan membuat pipa ini dapat
mengalirkan air dalam keadaan panas maupun
dingin. Dengan diameter luar sama dengan pipa
tembaga, tingkat jangkauan penggunaannya pun
bertambah
3 Pipa PEX Tersedia dalam warna putih, cream, merah dan
biru. Warna ini menandakan fungsi dari pipa
sebagai penyalur air panas atau air hangat.
Walaupun sudah diproduksi dari tahun 1920an,
jenis pipa ini baru terkenal beberapa tahun
belakangan. Pipa PEX merupakan pipa yang
mempunyai ketahanan panas lebih tinggi dari pipa

20
`

lainnya sehingga difungsikan dalam sistem


pemanas air.
4 Pipa Polypipe Warna pipa ini hitam dan sangat kaku. Pipa
polypipe difungsikan untuk mengalirkan air dari
rumah atau ke dalam rumah dengan tekanan tinggi.
Jenis pipa ini tidak bisa diletakan di atas tanah atau
menempel pada dinding karena bisa memicu
pembekukan. Pemasangan pipa ini harus dilakukan
dengan menanamnya dibawah tanah.
5 Pipa Tembaga Pipa Tembaga adalah jenis pipa logam yang umum
digunakan dalam rumah tangga. Kelebihan dari
pipa tembaga adalah pipa jenis ini lebih tahan
terhadap pengeroposan oleh karat dan suhu yang
tinggi. Oleh karena itu pipa tembaga memiliki
harga yang mahal dari pipa plastic.Pipa tembaga
memiliki tiga jenis ukuran. Ukuran M pada pipa
tembaga diartikan sebagai pipa tembaga yang
memiliki dinding yang tipis. Pipa tembaga dengan
label L adalah pipa tembaga dengan dinding yang
sedang. Sedangkan pipa tembaga dengan tipe K
adalah pipa yang mempunyai ketebalan dinding
paling tinggi dari yang lain.

6 Pipa Stainless Steel Tidak banyak peminat pipa ini di kalangan rumah
tangga karena harganya yang mahal dan sulit
ditemukan di pasaran. Pipa jenis ini akan banyak
dijumpai pada industri pengeboran minyak laut.
Dengan bahan baku stainless steel maka pipa ini
akan lebih tahan menghadapi air laut yang sering
mengikis jenis pipa logam lain.
7 Pipa Galvanis Digunakan juga pada rumah tangga. Ukuran pipa
galvanis di pasaran berkisar antara ½ inch hingga 2

21
`

inch. Pipa galvanis sangat tahan karat sehingga


untuk mengalirkan air sangat disarankan. Tetapi
dengan ditemukannya pipa PEX yang lebih awet
dan murah, pamor dari pipa galvanis menjadi turun.
8 Pipa Acrylic Pipa acrylic terbuat dari bahan dasar Acrylic
Polymethyl Methacrylate (PMMA) merupakan
unsur kimia dalam pembuatan Pipa Acrylic yang
tentunya memiliki sifat thermmoplastik (mencair
apabila dipanaskan). Kebanyakan orang banyak
memilih bahan akrilik ini sebagai alternative dalam
memilih material transparan yang lebih ringan,
tahan goresan dan tahan pecah tidak seperti kaca
silika biasa. Dipasaran di jual pipa acrylic juga
yang berwarna.

22
`

BAB III
ANALISA KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN PENUNJANG

3.1 Analisa Jumlah Penduduk

3.1.1 Rencana Daerah Pelayanan


Rencana daerah pelayanan untuk masing-masing reservoir distribusi
direncanakan dengan jaringan distribusi type I dengan rincian daerah pelayanan
sebagai berikut:
• Reservoir I melayani Desa A, Desa B, Desa C dan Desa D
• Reservoir II melayani Desa E, Desa F dan desa G
Sedangkan untuk tingkat pelayanan direncanakan untuk 15 tahun ke depan
dengan rincian sebagai berikut:
• 5 tahun pertama (2017-2021) dengan tingkat pelayanan sebesar 70%
• 5 tahun kedua (2022-2026) dengan tingkat pelayanan sebesar 80%
• 5 tahun ketiga (2027-2031) dengan tingkat pelayanan sebesar 90%

3.1.2 Tingkat Pertumbuhan Penduduk berdasarkan Data yang Tersedia


Berikut merupakan data penduduk yang digunakan pada analisis kebutuhan
air dan ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Data Penduduk Type I


Jumlah Penduduk (jiwa)
Reservoir Wilayah
2012 2013 2014 2015 2016
Desa 1 (A) 2130 2350 2550 2775 2950
Desa 2 (B) 1650 1730 1765 1825 1870
1 Desa 3 (C) 1825 1835 1865 1915 1975
Desa 4 (D) 2115 2215 2255 2340 2360
JUMLAH 7720 8130 8435 8855 10155
Desa 5 (E) 1735 1855 1950 2140 2257
Desa 6 (F) 2015 2120 2270 2350 2390
2
Desa 7 (G) 1935 2030 2225 2365 2455
JUMLAH 5685 6005 6445 6855 7102

23
`

A. Perhitungan Proyeksi Penduduk Desa A, Desa B, Desa C dan Desa D


Tabel 3. 2 Data Statistik Penduduk Desa A, Desa B, Desa C dan Desa D
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 7720
2013 8130 410 5,3
2014 8435 305 3,8
2015 8855 420 5,0
2016 9155 300 3,4
Jumlah 1435 17,4
Rata-Rata 358,75 4,4

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2012 hingga 2016


menggunakan metode aritmatik, metode geometri, dan metode least square.
1) Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka.(n)
Po = Pn - Ka.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
Ka = rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)
Diketahui:
Po = 7720 (jiwa)
Ka = 358,75 jiwa
Maka:
P12 = 7720 + 358,75.(0) = 7720 jiwa
P13 = 7720 + 358,75.(1) = 8079 jiwa
P14 = 7720 + 358,75.(2) = 8438 jiwa
P15 = 7720 + 358,75.(3) = 8796 jiwa
P16 = 7720 + 358,75.(4) = 9155 jiwa
2) Metode Geometri
Pn = Po (1 + r)n
Po = Pn / (1 + r)n
Dimana:

24
`

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)


Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
r = rata-rata presentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)
Diketahui:
Pn = P16 = 9155 jiwa
r = 4,4 % = 0,044
Maka:
P12 = 9155 / (1 + 0,044)4 = 7719 jiwa
P13 = 9155 / (1 + 0,044)3 = 8055 jiwa
P14 = 9155 / (1 + 0,044)2 = 8406 jiwa
P15 = 9155 / (1 + 0,044)1 = 8773 jiwa
P16 = 9155 / (1 + 0,044)0 = 9155 jiwa
3) Metode Least Square
Pn = a + b.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
n = beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b konstanta, dengan persamaan:
( P)( t ) − ( t )( P  t )
2

a=
N  ( t ) - ( t )
2 2

N  ( P  t ) − ( t )( P )
b=
N  ( t ) - ( t )
2 2

dengan t adalah nomor tahun dan N adalah banyak data.


Tabel 3. 3 Perhitungan Statistik Jumlah Penduduk Desa A, Desa B, Desa C, dan
Desa D
Tahun Tahun ke (t) Jumlah Penduduk (Jiwa) (P) P.t t2
2012 1 7720 7720 1
2013 2 8130 16260 4
2014 3 8435 25305 9
2015 4 8855 35420 16
2016 5 9155 45775 25
Jumlah 15 42295 130480 55
Rata-Rata 3 8459 26096 11

25
`

Didapatkan nilai a dan b yaitu:


(42295)(55)−(15)(130480)
𝑎= = 7380,5
5⋅(55) -(15)2
5⋅(130480)−(15)(42295)
𝑏= = 359,5
5⋅(55) -(15)2

Substitusi nilai a dan b ke persamaan awal menjadi:


Pn = a + b.(n) = 7380,5 + 359,5(n)
Maka:
P12 = 7380,5 + 359,5.(0) = 7380,5 jiwa
P13 = 7380,5 + 359,5.(1) = 7740 jiwa
P14 = 7380,5 + 359,5.(2) = 8100 jiwa
P15 = 7380,5 + 359,5.(3) = 8459 jiwa
P16 = 7380,5 + 359,5.(4) = 8819 jiwa
Selanjutnya adalah perhitungan standar deviasi dan koefisien korelasi
untuk menentukan metode yang digunakan untuk proyeksi penduduk.
Metode yang digunakan untuk proyeksi penduduk adalah metode dengan
perhitungan standar deviasi yang paling kecil dan koefisien korelasi paling
mendekati satu. Persamaan standar deviasi dan koefisien korelasi yang
digunakan adalah sebagai berikut.
n n n

 (Yi − Ymean )  (Y − Ymean )2 −  (Y − Yi )2


2

SD = i =1
dan r = i =1
n
i =1

 (Y − Ymean )
n 2

i =1

Dimana:
SD = standar deviasi
r = koefisien korelasi
Y = jumlah penduduk pada satu tahun tertentu (jiwa)
Ymean = rata-rata dari jumlah penduduk pada satu periode waktu
tertentu (jiwa)
Yi = hasil perhitungan jumlah penduduk pada satu tahun
tertentu dengan metode aritmatik, geometri atau least square

26
`

Tabel 3. 4 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk Desa
A, Desa B, Desa C dan Desa D dengan Metode Aritmatik
Hasil
Tahun Jumlah
Tahun perhitungan (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y)
Aritmatik (Yi)
2012 1 7720 7720 546121 546121 0
2013 2 8130 8078,75 144590 108241 2626,563
2014 3 8435 8437,5 462 576 6,25
2015 4 8855 8796,25 113738 156816 3451,563
2016 5 9155 9155 484416 484416 0
Jumlah 42295 42187,5 1289327 1296170 6084,375
Ymean 8459 Str.Deviasi 507,80 Koef.Korelasi 0,99765

Tabel 3. 5 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk Desa
A, Desa B, Desa C dan Desa D dengan Metode Geometri
Hasil
Tahun Jumlah
Tahun perhitungan (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y)
Geometri (Yi)
2012 1 7720 7719 547485 546121 0,851131
2012 2 8130 8055 162870 108241 5560,942
2013 3 8435 8406 2763 576 815,944
2014 4 8855 8773 98431 156816 6767,197
2015 5 9155 9155 484416 484416 0
Jumlah 42295 42108,678 1295966 1296170 13144,93
Ymean 8459 Str.Deviasi 509,11 Koef.Korelasi 0,994916

Tabel 3. 6 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk Desa
A, Desa B, Desa C dan Desa D dengan Metode Least Square
Hasil
Tahun Jumlah perhitungan
Tahun (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y) Least Square
(Yi)
2015 1 7720 7381 1163162 546121 115260,3
2016 2 8130 7740 516961 108241 152100
2017 3 8435 8100 129240 576 112560,3
2018 4 8855 8459 0 156816 156816
2019 5 9155 8819 129240 484416 113232,3
Jumlah 42295 40497,5 1938604 1296170 649968,8
Ymean 8459 Str.Deviasi 622,67 Koef.Korelasi 0,706078

27
`

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa A, Desa B, Desa C dan


Desa D dengan menggunakan metode aritmatik, metode geometri, dan metode least
square didapatkan nilai standar deviasi masing-masing metode sebesar 507,80;
509,11; dan 622,67. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) masing-masing
metode adalah 0,9976, 0,9949, dan 0,7060. Pemilihan metode proyeksi penduduk
yang akan digunakan didasarkan pada nilai standar deviasi yang paling kecil dan
nilai koefisien korelasi yang paling mendekati satu. Dalam hal ini metode aritmatik
menghasilkan standar deviasi paling kecil yaitu 507,80 dan koefisien korelasi yang
paling mendekati satu yaitu 0,9976. Jadi proyeksi penduduk Desa A, Desa B, Desa
C dan Desa D menggunakan metode geometri.

B. Perhitungan Proyeksi Penduduk Desa E, Desa F, dan Desa G


Tabel 3. 7 Data Statistik Penduduk Desa E, Desa F dan Desa G
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 5685
2013 6005 320 5,6
2014 6445 440 7,3
2015 6855 410 6,4
2016 7102 247 3,6
Jumlah 1417 22,9
Rata-Rata 354,25 5,7
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2012 hingga 2016
menggunakan metode aritmatik, metode geometri, dan metode least square.
1) Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka.(n)
Po = Pn - Ka.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
Ka = rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)
Diketahui:
Po = 5685 jiwa
Ka = 354 jiwa

28
`

Maka:
P12 = 5685 - 354.(0) = 5685 jiwa
P13 = 5685 - 354.(1) = 6039 jiwa
P14 = 5685 - 354.(2) = 6394 jiwa
P15 = 5685 - 354.(3) = 6748 jiwa
P16 = 5685 - 354.(4) = 7102 jiwa
2) Metode Geometri
Pn = Po (1 + r)n
Po = Pn / (1 + r)n
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
r = rata-rata presentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)
Diketahui:
Pn = P16 = 7102 jiwa
r = 5,7 % = 0,057
Maka:
P12 = 7102 / (1 + 0,057)4 = 5683 jiwa
P13 = 7102 / (1 + 0,057)3 = 6009 jiwa
P14 = 7102 / (1 + 0,057)2 = 6353 jiwa
P15 = 7102 / (1 + 0,057)1 = 6717 jiwa
P16 = 7102 / (1 + 0,057)0 = 7102 jiwa
3) Metode Least Square
Pn = a + b.(n)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
n = beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b konstanta, dengan persamaan:
( P)( t ) − ( t )( P  t )
2

a=
N  ( t ) - ( t )
2 2

29
`

N  ( P  t ) − ( t )( P )
b=
N ( t ) - ( t )
2 2

dengan t adalah nomor tahun dan N adalah banyak data


Tabel 3. 8 Perhitungan Statistik Jumlah Penduduk Desa E, Desa F dan Desa G
Tahun Tahun ke (t) Jumlah Penduduk (Jiwa) (P) P.t t2
2012 1 5685 5685 1
2013 2 6005 12010 4
2014 3 6445 19335 9
2015 4 6855 27420 16
2016 5 7102 35510 25
Jumlah 15 32092 99960 55
Rata-Rata 3 6418 19992 11
Didapatkan nilai a dan b yaitu:
(32092)(55)−(15)(99960)
𝑎= = 5313,2
5⋅(55) -(15)2
5⋅(99960)−(15)(32092)
𝑏= = 368,4
5⋅(55) -(15)2

Substitusi nilai a dan b ke persamaan awal menjadi:


Pn = a + b.(n) = 5313,2 + 368,4.(n)
Maka:
P12 = 5313,2 + 368,4.(0) = 5797 jiwa
P13 = 5313,2 + 368,4.(1) = 5682 jiwa
P14 = 5313,2 + 368,4.(2) = 6050 jiwa
P15 = 5313,2 + 368,4.(3) = 6418 jiwa
P16 = 5313,2 + 368,4.(4) = 6787 jiwa
Selanjutnya adalah perhitungan standar deviasi dan koefisien korelasi
untuk menentukan metode yang digunakan untuk proyeksi penduduk.
Metode yang digunakan untuk proyeksi penduduk adalah metode dengan
perhitungan standar deviasi yang paling kecil dan koefisien korelasi paling
mendekati satu. Persamaan standar deviasi dan koefisien korelasi yang
digunakan adalah sebagai berikut.
n n n

 (Yi − Ymean )  (Y − Ymean )2 −  (Y − Yi )2


2

SD = i =1
dan r = i =1
n
i =1

 (Y − Ymean )
n 2

i =1

30
`

Dimana:
SD = standar deviasi
r = koefisien korelasi
Y = jumlah penduduk pada satu tahun tertentu (jiwa)
Ymean = rata-rata dari jumlah penduduk pada satu periode waktu
tertentu (jiwa)
Yi = hasil perhitungan jumlah penduduk pada satu tahun
tertentu dengan metode aritmatik, geometri atau least square

Tabel 3. 9 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk Desa
E, Desa F dan Desa G Metode Aritmatik
Hasil
Tahun Jumlah
Tahun perhitungan (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y)
Aritmatik (Yi)
2012 1 5685 5685 537876 537876 0
2013 2 6005 6039 143755 170900 1173,063
2014 3 6445 6394 620 708 2652,25
2015 4 6855 6748 108471 190620 11502,56
2016 5 7102 7102 467309 467309 0
Jumlah 32092 31967,5 1258031 1367411 15327,88
Ymean 6418,4 Str.Deviasi 501,60 Koef.Korelasi 0,994379

Tabel 3. 10 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk


Desa E, Desa F dan Desa G dengan Metode Geometri
Hasil
Tahun Jumlah
Tahun perhitungan (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y)
Geometri (Yi)
2012 1 5685 5683 540683 537876 3,653173
2013 2 6005 6009 167820 170900 13,99576
2014 3 6445 6353 4270 708 8454,058
2015 4 6855 6717 89220 190620 19017,28
2015 5 7102 7102 467309 467309 0
Jumlah 32092 31864 1269302 1367411 27488,99
Ymean 6418,4 Str.Deviasi 503,85 Koef.Korelasi 0,989897

31
`

Tabel 3. 11 Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi (r) Penduduk


Desa E, Desa F dan Desa G dengan Metode Least Square
Hasil
Tahun Jumlah perhitungan
Tahun (Yi-Ymean)2 (Y-Ymean)2 (Y-Yi)2
ke (X) Penduduk (Y) Least Square
(Yi)
2012 1 5685 5313 1221467 537876 138235,2
2013 2 6005 5682 542874 170900 104587,6
2014 3 6445 6050 135719 708 156025
2015 4 6855 6418 0 190620 190619,6
2016 5 7102 6787 135719 467309 99351,04
Jumlah 32092 30250 2035778 1367411 688818,4
Ymean 6418,4 Str.Deviasi 638,09 Koef.Korelasi 0,704458

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa E, Desa F dan desa G


dengan menggunakan metode aritmatik, metode geometri, dan metode least square
didapatkan nilai standar deviasi masing-masing metode sebesar 501,6; 503,85; dan
638,09. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) masing-masing metode adalah
0,9943, 0,9899, dan 0,7044. Pemilihan metode proyeksi penduduk yang akan
digunakan didasarkan pada nilai standar deviasi yang paling kecil dan nilai
koefisien korelasi yang paling mendekati satu. Dalam hal ini metode aritmatik
menghasilkan standar deviasi paling kecil yaitu 501,6 dan koefisien korelasi yang
paling mendekati satu yaitu 0,9943. Sehingga dipilih koefisien korelasi sebagai
acuan dan proyeksi penduduk Desa E, Desa F dan Desa G menggunakan metode
aritmatik

3.1.3 Proyeksi jumlah penduduk


1. Desa A
Tabel 3. 12 Data Proyeksi Penduduk Desa A
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 2130
2013 2350 220 10,3
2014 2550 200 8,5
2015 2775 225 8,8
2016 2950 175 6,3
Jumlah 820 34,0
Rata-Rata 205 8,5

32
`

Perhitungan di Desa A menggunakan metode aritmatik, sehingga:


Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 2950 jiwa
Ka = 205 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.
2. Desa B
Tabel 3. 13 Data Proyeksi Penduduk Desa B
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 1650
2013 1730 80 4,8
2014 1765 35 2,0
2015 1825 60 3,4
2016 1870 45 2,5
Jumlah 220 12,7
Rata-Rata 55 3,2
Perhitungan di Desa E menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 1870 jiwa
Ka = 55 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.
3. Desa C
Tabel 3. 14 Data Proyeksi Penduduk Desa C
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 1825
2013 1835 10 0,5
2014 1865 30 1,6
2015 1915 50 2,7
2016 1975 60 3,1
Jumlah 150 8,0
Rata-Rata 37,5 2,0
Perhitungan di Desa E menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 1957 jiwa
Ka = 37,5 jiwa

33
`

Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.


4. Desa D
Tabel 3. 15 Data Proyeksi Penduduk Desa D
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 2115
2013 2215 100 4,7
2014 2255 40 1,8
2015 2340 85 3,8
2016 2360 20 0,9
Jumlah 245 11,2
Rata-Rata 61,25 2,8
Perhitungan di Desa E menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 2360 jiwa
Ka = 61,25 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.
5. Desa E
Tabel 3. 16 Data Proyeksi Penduduk Desa E
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 1735
2013 1855 120 6,9
2014 1950 95 5,1
2015 2140 190 9,7
2016 2257 117 5,5
Jumlah 522 27,2
Rata-Rata 130,5 6,8
Perhitungan di Desa E menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 2257 jiwa
Ka = 130,5 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.

34
`

6. Desa F
Tabel 3. 17 Data Proyeksi Penduduk Desa F
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 2015
2013 2120 105 5,2
2014 2270 150 7,1
2015 2350 80 3,5
2016 2390 40 1,7
Jumlah 375 17,5
Rata-Rata 93,75 4,4
Perhitungan di Desa F menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 2390 jiwa
Ka = 93,75 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.22.
7. Desa G
Tabel 3. 18 Data Proyeksi Penduduk Desa G
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jiwa Persen (%)
2012 1935
2013 2030 95 4,9
2014 2225 195 9,6
2015 2365 140 6,3
2016 2455 90 3,8
Jumlah 520 24,6
Rata-Rata 130 6,2
Perhitungan di Desa G menggunakan metode aritmatik, sehingga:
Pn = Po + Ka.(n)
Po = P2016 = 2455 jiwa
Ka = 130 jiwa
Perhitungan selanjutnya dilanjutkan dalam tabel 3.20 s.d tabel 3.23.

35
`

8. Desa A,B,C,D,E,F,G
Tabel 3. 19 Data Proyeksi Penduduk Desa A,B,C,D,E,F,G
Jumlah Penduduk
Wilayah 2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5
Desa A 2150 2345 2625 2775 2950
Desa B 1635 1730 1768 1832 1882
Desa C 1820 1845 1881 1934 1980
Desa D 2167 2214 2255 2335 2380
Desa E 1745 1838 1973 2135 2261
Desa F 2060 2110 2285 2350 2395
Desa G 1961 2068 2220 2365 2469
Tabel 3. 20 Proyeksi Jumlah Penduduk untuk 5 Tahun Pertama
Jumlah Penduduk
Wilayah 2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5
Desa A 3155 3360 3565 3770 3975
Desa B 1925 1980 2035 2090 2145
Desa C 2013 2050 2088 2125 2163
Desa D 2421 2483 2544 2605 2666
Desa E 2388 2518 2649 2779 2910
Desa F 2484 2578 2671 2765 2859
Desa G 2585 2715 2845 2975 3105
Tabel 3. 21 Proyeksi Jumlah Penduduk untuk 5 Tahun Kedua
Jumlah Penduduk
Wilayah 2022 2023 2024 2025 2026
6 7 8 9 10
Desa A 4180 4385 4590 4795 5000
Desa B 2200 2255 2310 2365 2420
Desa C 2200 2238 2275 2313 2350
Desa D 2728 2789 2850 2911 2973
Desa E 3040 3171 3301 3432 3562
Desa F 2953 3046 3140 3234 3328
Desa G 3235 3365 3495 3625 3755
Tabel 3. 22 Proyeksi Jumlah Penduduk untuk 5 Tahun Ketiga
Jumlah Penduduk
Wilayah 2027 2028 2029 2030 2031
11 12 13 14 15
Desa A 5205 5410 5615 5820 6025
Desa B 2475 2530 2585 2640 2695
Desa C 2388 2425 2463 2500 2538
Desa D 3034 3095 3156 3218 3279
Desa E 3693 3823 3954 4084 4215
Desa F 3421 3515 3609 3703 3796
Desa G 3885 4015 4145 4275 4405

36
`

3.2 Proyeksi Kebutuhan Air Minum

3.2.1 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa A


Tabel 3. 23 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa A
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 2950 3975 5000 6025 7050
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1770 2782,5 4000 5422,5 7050
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
5 Perbandingan SR : HU 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
Jumlah Kebutuhan Air
6 l/hari 299130 470242,5 676000 916402,5 1191450
untuk SR
Jumlah Kebutuhan Air
7 l/hari 0 0 0 0 0
untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 299130 470242,5 676000 916402,5 1191450
untuk Domestik
Presentase Kebutuhan
9 % 20 20 20 20 20
Non Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 59826 94048,5 135200 183280,5 238290
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 358956 564291 811200 1099683 1429740
Domestik
4,15458 9,38888
atau l/detik 6,53 12,73 16,55
3 9
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
0,83091 1,87777
13 Jumlah Kebocoran l/detik 1,31 2,545563 3,31
7 8
Kebutuhan Air Rata- 11,2666
14 l/detik 4,9855 7,84 15,27 19,86
Rata 7
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 5,9826 9,40485 13,52 18,32805 23,829
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
18 Kapasitas Jam Puncak l/detik 11,9652 18,8097 27,04 36,6561 47,658

37
`

3.2.2 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa B


Tabel 3. 24 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa B
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 1882 2145 2420 2695 2970
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1129 1502 1936 2426 2970
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
5 Perbandingan SR : HU 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
Jumlah Kebutuhan Air
6 l/hari 190834,8 253753,5 327184 409909,5 501930
untuk SR
Jumlah Kebutuhan Air
7 l/hari 0 0 0 0 0
untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 190834,8 253753,5 327184 409909,5 501930
untuk Domestik
Presentase Kebutuhan
9 % 20 20 20 20 20
Non Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 38166,96 50750,7 65436,8 81981,9 100386
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 229001,8 304504,2 392620,8 491891,4 602316
Domestik
atau l/detik 2,650483 3,52 4,54422 5,69 6,97
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,53 0,70 0,91 1,14 1,39
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 3,18 4,23 5,45 6,83 8,37
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 3,82 5,08 6,54 8,20 10,04
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
18 Kapasitas Jam Puncak l/detik 7,63 10,15 13,09 16,40 20,08

38
`

3.2.3 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa C


Tabel 3. 25 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa C
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 1980 2163 2350 2538 2725
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1188 1514 1880 2284 2725
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
Perbandingan SR :
5 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
HU
Jumlah Kebutuhan
6 l/hari 200772 255823,8 317720 385953,8 460525
Air untuk SR
Jumlah Kebutuhan
7 l/hari 0 0 0 0 0
Air untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 200772 255823,8 317720 385953,8 460525
untuk Domestik
Presentase
9 Kebutuhan Non % 20 20 20 20 20
Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 40154,4 51164,75 63544 77190,75 92105
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 240926,4 306988,5 381264 463144,5 552630
Domestik
atau l/detik 2,7885 3,55 4,41277 5,36 6,40
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,56 0,71 0,88 1,07 1,28
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 3,35 4,26 5,30 6,43 7,68
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 4,02 5,12 6,35 7,72 9,21
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
Kapasitas Jam
18 l/detik 8,03 10,23 12,71 15,44 18,42
Puncak

39
`

3.2.4 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa D


Tabel 3. 26 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa D
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 2380 2666 2973 3279 3585
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1428 1866 2378 2951 3585
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
Perbandingan SR :
5 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
HU
Jumlah Kebutuhan
6 l/hari 241332 315417,4 401882 498697,9 605865
Air untuk SR
Jumlah Kebutuhan
7 l/hari 0 0 0 0 0
Air untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 241332 315417,4 401882 498697,9 605865
untuk Domestik
Presentase
9 Kebutuhan Non % 20 20 20 20 20
Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 48266,4 63083,48 80376,4 99739,58 121173
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 289598,4 378500,9 482258,4 598437,5 727038
Domestik
atau l/detik 3,35183 4,38 5,58169 6,93 8,41
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,67 0,88 1,12 1,39 1,68
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 4,02 5,26 6,70 8,31 10,10
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 4,83 6,31 8,04 9,97 12,12
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
Kapasitas Jam
18 l/detik 9,65 12,62 16,08 19,95 24,23
Puncak

40
`

3.2.5 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa E


Tabel 3. 27 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa E
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 2261 2910 3562 4215 4867
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1357 2037 2850 3793 4867
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
Perbandingan SR :
5 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
HU
Jumlah Kebutuhan 229265,4
6 l/hari 344193,9 481582,4 641025,5 822523
Air untuk SR
Jumlah Kebutuhan
7 l/hari 0 0 0 0 0
Air untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 229265,4 344193,9 481582,4 641025,5 822523
untuk Domestik
Presentase
9 Kebutuhan Non % 20 20 20 20 20
Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 45853,08 68838,77 96316,48 128205,1 164504,6
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 275118,5 413032,6 577898,9 769230,5 987027,6
Domestik
atau l/detik 3,184242 4,78 6,688644 8,90 11,42
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,64 0,96 1,34 1,78 2,28
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 3,82 5,74 8,03 10,68 13,71
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 4,59 6,88 9,63 12,82 16,45
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
Kapasitas Jam
18 l/detik 9,17 13,77 19,26 25,64 32,90
Puncak

41
`

3.2.6 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa F


Tabel 3. 28 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa F
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 2395 2859 3328 3796 4265
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1437 2001 2662 3417 4265
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
Perbandingan SR :
5 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
HU
Jumlah Kebutuhan
6 l/hari 242853 338190,1 449878 577409,6 720785
Air untuk SR
Jumlah Kebutuhan
7 l/hari 0 0 0 0 0
Air untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 242853 338190,1 449878 577409,6 720785
untuk Domestik
Presentase
9 Kebutuhan Non % 20 20 20 20 20
Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 48570,6 67638,03 89975,6 115481,9 144157
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 291423,6 405828,2 539853,6 692891,6 864942
Domestik
atau l/detik 3,372958 4,70 6,248306 8,02 10,01
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,67 0,94 1,25 1,60 2,00
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 4,05 5,64 7,50 9,62 12,01
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 4,86 6,76 9,00 11,55 14,42
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
Kapasitas Jam
18 l/detik 9,71 13,53 18,00 23,10 28,83
Puncak

42
`

3.2.7 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa G


Tabel 3. 29 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa G
No Uraian Satuan 2016 2021 2026 2031 2036
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 2469 3105 3755 4405 5055
Sesuai Tahun
2 Tingkat Pelayanan % 60 70 80 90 100
Jumlah Penduduk
3 Jiwa 1481 2174 3004 3965 5055
terlayani
Tingkat Konsumsi
4
Pelayanan Domestik
SR l/o/h 130 130 130 130 130
HU l/o/h 0 0 0 0 0
Perbandingan SR :
5 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0 130 : 0
HU
Jumlah Kebutuhan
6 l/hari 250356,6 367321,5 507676 670000,5 854295
Air untuk SR
Jumlah Kebutuhan
7 l/hari 0 0 0 0 0
Air untuk HU
Total Kebutuhan Air
8 l/hari 250356,6 367321,5 507676 670000,5 854295
untuk Domestik
Presentase
9 Kebutuhan Non % 20 20 20 20 20
Domestik
Total Kebutuhan Air
10 l/hari 50071,32 73464,3 101535,2 134000,1 170859
untuk Non Domestik
Total Kebutuhan Air
11 Domestik + Non l/hari 300427,9 440785,8 609211,2 804000,6 1025154
Domestik
atau l/detik 3,477175 5,10 7,051056 9,31 11,87
12 Tingkat Kebocoran % 20 20 20 20 20
13 Jumlah Kebocoran l/detik 0,70 1,02 1,41 1,86 2,37
Kebutuhan Air Rata-
14 l/detik 4,17 6,12 8,46 11,17 14,24
Rata
Faktor Hari
15 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Maksimum
Kapasitas Hari
16 l/detik 5,01 7,35 10,15 13,40 17,09
Maksimum
17 Faktor Jam Puncak 2 2 2 2 2
Kapasitas Jam
18 l/detik 10,01 14,69 20,31 26,80 34,17
Puncak

43
`

3.3 Kapasitas Resevoir


Rumus umum volume reservoir adalah:
(15 − 20)%  K  24  3600
V=
1000
Dimana:
V = volume reservoir rencana (m3)
K = kebutuhan air hari maksimum (l/detik)
(1) Perhitungan volume reservoir I yang meliputi Desa A, Desa B, Desa C dan
Desa D
Perhitungan volume reservoir I di Tahun 2031
(15 − 20)% × 𝐾 × 24 × 3600 0,2 × (23,83 + 10,04 + 9,21 + 12,21) × 24 × 3600
𝑉= =
1000 1000
V = 954 m3
(2) Perhitungan volume reservoir II yang meliputi Desa E, Desa F dan Desa G
Perhitungan volume reservoir II di Tahun 2036
(15−20)%×𝐾×24×3600 0,2×(16,45+14,42+17,09)×24×3600
𝑉= =
1000 1000
3
V = 829 m

Dimensi Masing-Masing Reservior


Dimensi reservoir dapat dihitung setelah mendapat volume masing-
masing reservoir. Standar tinggi reservoir adalah 2,5 s.d. 4 meter. Rumus
untuk menghitung dimensi reservoir:
V
A=
h
dimana : A = luas dasar reservoir (m2)
V = volume rencana reservoir (m3)
h = tinggi reservoir (m)
1) Perhitungan dimensi reservoir I yang meliputi Desa A, Desa B, Desa C dan
Desa D

Volume reservoir I = 954 m3

Tinggi reservoir diambil = 3 meter


Maka:
𝑉 954
𝐴= = = 317,926 m2
ℎ 3

44
`

dengan P = L = 18 meter
2) Perhitungan dimensi reservoir II yang meliputi Desa E, Desa F dan Desa G

Volume reservoir II = 829 m3

Tinggi reservoir diambil = 3 meter


Maka:
𝑉 829
𝐴= = = 276,204 m2
ℎ 3

dengan P = L = 17 meter

3.4 Bangunan Penunjang


3.4.1. Bak Pelepas Tekan
Bak pelepas tekan ditempatkan di titik-titik tertentu pada pipa
transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter sampai 100 meter,
terhadap titik awal transmisi tergantung dari jenis pipa yang digunakan. BPT
berfungsi untuk menghilangkan tekanan berlebih yang terdapat pada aliran
yang dapat menyebabkan pipa pecah.
• Perencanaan BPT Untuk Sistem Cabang Type I
• Sumber mata air Sta 0+00 terletak pada elevasi +330
Karena pipa transmisi mampu menerima tekanan hidraulik sebesar 12
bar (120 mka) maka sebaiknya menaruh Bak Pelepas Tekan (BPT) dibawah
12 bar (120 mka). Dalam perencanaan ini, penempatan BPT diambil setiap
90 – 100 mka (9 bar – 10 bar)
• Penempatan BPT pertama diletakkan pada elevasi +335 (0+800)
• Penempatan BPT kedua diletakkan pada elevasi +235 (4+200)
3.4.2. Kebutuhan Aksesoris
Dalam sistem pipa transmisi terdapat aksesoris pipa, antara lain air
valve, gate valve, dan wash out sebagai mana fungsinya telah dijelaskan pada
Bab II. Dalam perencanaan ini aksesoris pipa akan dipasang pada elevasi-
elevasi berikut ini. (Lampiran - Skema Perencanaan SPAM). Agar memenuhi
syarat bahwa air valve harus diletakan di posisi punggung suatu jaringan
perpipaan dan diletakkan setidaknya pada jarak 600 meter, maka penempatan
air valve dapat dilihat pada tabel berikut ini :
I. Pemasangan Air Valve dari STA 0 – STA 4+7000 :

45
`

• Pemasangan air valve I pada STA 0 + 600.


• Pemasangan air valve II pada STA 1+ 200.
• Pemasangan air valve III pada STA 2+ 200.
• Pemasangan air valve IV pada STA 2+ 800.
• Pemasangan air valve V pada STA 3+ 500.
• Pemasangan air valve VI pada STA 4+ 200.
II. Pemasangan Air Valve dari STA 4+700 – Daerah pelayanan Desa A,
Desa B, Desa C, dan Desa D :
• Pemasangan 2 buah air valveVII pada STA 4+700 menuju resevoir I
• Pemasangan 2 buah air valveVIII pada resevoir I menuju STA 8+200
III. Pemasangan Air Valve dari STA 4+700 – Daerah pelayanan Desa E,
Desa F, dan Desa D :
• Pemasangan 5 buah air valveIX pada STA 4+700 menuju resevoir II
• Pemasangan 2 buah air valve X pada resevoir II menuju STA 10+800
Pada jaringan perpipaan ini dibutuhkan 1 buah wash out dengan rincian
sebagai berikut:
• Pemasangan wash out pertama pada STA 1+700.
Pada jaringan perpipaan ini dibutuhkan get valve dengan rincian sebagai
berikut:
▪ Pemasangan get valve 1 buah pada STA 0+00.
▪ Pemasangan get valve 2 buah pada STA 4+700.
▪ Pemasangan get valve 1 buah pada STA 8+200 menuju Desa A, B,C,D.
▪ Pemasangan get valve 1 buah pada STA 10+800 menuju Desa E, F,G.
3.4.3. Kebutuhan Pompa
1) Kapasitas Pompa
Volume reservoar transmisi = 1782 m3/hari
Untuk memenuhi reservoar waktu yang diperlukan tidak boleh
lebih dari 8 jam maka kapasitas pompa yang harus disediakan
adalah
1782
• Kapasitas pompa = (5 𝑥 3600) =

0,0825 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 = 83 𝐿/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

46
`

• Kehilangan energi mayor


1,85
 Q 
Hf =  2 , 63 
 L
 ( 0, 2785  C HW  D ) 
0,0825 1,85
Hf = ((0,2785×120×0,402,63 )) × 1350

Hf = 1,748 meter
• Kehilangan energi minor
𝑄 0.0825
𝑉=𝐴= = 0.654 𝑙/𝑑𝑡
0.126

𝑉2
𝐻𝑚 = 8 𝑥 (𝑘𝑜𝑒𝑓 45°) 𝑥
2𝑔
0.6542
𝐻𝑚 = 8 𝑥 (0,4) 𝑥 = 0.07
2𝑥 9,18

• Head Pompa
Head pompa = beda elevasi + kehilangan energi mayor +
kehilangan minor
= (375 – 340) + 1,748 + 0,07
= 36,818 m
𝑄𝑥𝐻𝑥𝐿
• Daya Pompa 𝑃=
75𝑥𝑛
0,825𝑥36,818𝑥1350
𝑃=
75𝑥0,9
= 60,76 Hp
Maka daya yang dibutuhkan untuk memompa air dari sumber mata air ke
pipa transmisi adalah sebesar 60,76 Hp

47
`

BAB IV
ANALISIS HIDRAULIKA PADA JARINGAN PIPA

4.1. Estimasi Diameter Pipa

Untuk menghitung diameter pipa digunakan persamaan Hazen – Williams


berikut ini :
Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54

Dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)
C = Koefisien kekasaran Hazen Williams, diambil nilai C = 120
untuk jenis pipa Galvanized Iron
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = beda tinggi/panjang pipa (m/m)

Besar debit yang digunakan dalam perhitungan adalah dari hasil


perhitungan kapasitas hari maksimum pada Bab III yang dapat dilihat pada Tabel
4.1.

Tabel 4. 1 Kapasitas Hari Maksimum Tahun 2036 pada Desa Tipe I (liter/detik)

Kapasitas Hari Desa


maksimum
A B C D E F G
(2031)
23.83 10.04 9.21 12.12 16.45 14.42 17.09

Diameter pipa dirancang agar dapat mengalirkan air dengan kecepatan


rencana (Vrencana) = 1,0 s.d. 1,5 m/dt. Gambar skema dari jaringan perpipaan
pada pedesaan Type I dapat dilihat pada Gambar 4.1.

48
`

Gambar 4. 1 Skema Jaringan Perpipaan pada Pedesaan Tipe I

• Estimasi Diameter Pipa Sebelum BPT 1


Pada perencanaan ditetapkan :
Debit (Q) = 103,1 l/dt = 0,1031 m3/dt
Koefisien (C) = 120 (Galvanized Iron)
Sedangkan dari peta diidentifikasi :
Elevasi titik awal = + 375 (sta 0+000)
Elevasi titik akhir = +349 (sta 2+800)
375−340
Slope = = 0,0259
1350

Sehingga, estimasi diameter pipa dapat dihitung dengan :


0.38
 Q 
D =  0, 54 

 ( 0, 2785  C  S ) 
0,091 0.38
D = ((0,2785×120×0,02590,54 ))

D = 0,24 meter

49
`

Tabel 4. 2 Perhitungan Estimasi Diameter Pipa

Beda Perbedaan Koefisien Kec Pengaliran Diameter


Elevasi (m) Panjang Debit (Q) Luas (A) m2
No Segmen Tinggi Tekanan Hazen- Slope (V) m/dt Dalam (D) m
(m) (m3/dt)
Sta 0 Sta 0+1 (m) (P) William (C) Hitung Use Hitung Use Hitung Use
SMA - Reservoir
1 340 375 1350 35 35 0.10315 120 0.0259 2.37 0.821 0.24 0.40
Transmisi 0.043 0.126
Reservoir Transmisi -
2 375 285 3000 90 90 0.10315 120 0.0300 2.52 0.821 0.23 0.40
BPT 0.041 0.126
3 BPT - 3 + 500 285 259 500 26 26 0.10315 120 0.0520 3.16 0.821 0.20 0.40 0.033 0.126
4 3+500 - 4+700 259 207 1000 52 52 0.10315 120 0.0520 3.16 0.821 0.20 0.40 0.033 0.126
5 4+700 - Reservoir 1 207 205 1800 2 2 0.05520 120 0.0011 0.56 0.439 0.35 0.40 0.098 0.126
6 Reservoir 1 - 8+200 205 172 1700 33 33 0.05520 120 0.0194 1.81 0.781 0.20 0.30 0.030 0.071
8+200 - P1 172 154 800 18 18 0.02383 120 0.0225 1.58 0.759 0.14 0.20 0.015 0.031
P1 - P2 154 125 2200 29 29 0.01004 120 0.0132 1.03 0.568 0.11 0.15 0.010 0.018
P2 - P3 125 122 1200 3 3 0.00921 120 0.0025 0.51 0.521 0.15 0.15 0.018 0.018
8+200 - P4 172 131 1800 41 41 0.01212 120 0.0228 1.35 0.686 0.11 0.15 0.009 0.018
P3 - P4 131 122 1500 9 9 0.00921 120 0.0060 0.73 0.521 0.13 0.15 0.013 0.018
7 4+700 - Reservoir 2 207 195 4100 12 12 0.04795 120 0.0029 0.81 0.678 0.28 0.30 0.059 0.071
8 Reservoir 2 - 10+800 195 165 2000 30 30 0.04795 120 0.0150 1.58 1.526 0.20 0.20 0.030 0.031
10+800 - P5 165 142 1500 23 23 0.01645 120 0.0153 1.23 0.931 0.13 0.15 0.013 0.018
P5 - P6 142 127 2300 15 15 0.01442 120 0.0065 0.84 0.816 0.15 0.15 0.017 0.018
P6 - 10+800 127 165 2200 38 38 0.01709 120 0.0173 1.30 0.967 0.13 0.15 0.013 0.018

50
4.2. Kehilangan Energi

Pada aliran air dikenal persamaan energi ( persamaan Bernoully ) dan


persamaan kontinuitas. Persamaan Bernoully secara umum ditulis kembali
sebagai berikut :
𝑃 𝑣2 𝑃 𝑣2
+𝑧+ = +𝑧+ + ℎ𝑒
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔
dengan :
P = tekanan
z = tinggi datum
V = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa
g = percepatan gravitasi bumi
he = kehilangan tinggi tenaga
𝛾 = berat per unit volume
hf = kehilangan tinggi tenaga karena gesekan
hs = kehilangan tinggi tenaga sekunder (turbulensi lokal)

4.2.1. Kehilangan Energi Utama /Mayor (Hf)


1) Persamaan Darcy Weisbach
Persamaan matematis persamaan Darcy Weisbach ditulis sebagai :
𝐿 𝑄2 𝐿 𝑉2
ℎ𝑓 = 8𝑓 𝐷5 𝜋2𝑔 atau ℎ𝑓 = 𝑓 𝐷 2𝑔

dengan :
hf = kehilangan energi atau tekanan ( mayor atau utama ) ( m )
𝑄 = debit air dalam pipa ( m3/s )
𝑓 = koefisien gesek ( Darcy Weisbach )
L = panjang pipa ( m )
D = diameter pipa ( m )
g = percepatan gravitasi bumi ( m/s2 )
2) Persamaan Hazen Wiliams
Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54
Dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)

51
C = Koefisien kekasaran Hazen Williams, diambil nilai C = 120
untuk jenis pipa Galvanized Iron
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = beda tinggi/panjang pipa (m/m)
Kehilangan Energi Mayor (Hf) Sebelum BPT 1
1,85
 Q 
Hf =  
2 , 63 
L
 (0,2785  C HW  D ) 
0,091 1,85
Hf = ((0,2785×120×0,402,63 )) × 1350

Hf = 2.642 meter
Perhitungan kehilangan energi mayor untuk type I selanjutnya akan
disajikan dalam Tabel 4
Tabel 4. 3 Perhitungan Kehilangan Energi Utama/Mayor (Hf)
Diameter Kehil.
Koefisien
Panjang Dalam (D) m Energi
No Segmen Hazen-
(m) Mayor
William (C) Hitung Use (Hf)
1 SMA - Reservoir 1350 120 0.24 0.40 2.642
Transmisi
Reservoir Transmisi
2 3000 120 0.23 0.40 5.872
- BPT
3 BPT - 3 + 500 500 120 0.20 0.40 0.979
4 3+500 - 4+700 1000 120 0.20 0.40 1.957
5 4+700 - Reservoir 1 1800 120 0.35 0.40 1.108
6 Reservoir 1 - 8+200 1700 120 0.20 0.30 4.243
8+200 - P1 800 120 0.14 0.20 3.035
P1 - P2 2200 120 0.11 0.15 6.837
P2 - P3 1200 120 0.15 0.15 3.180
8+200 - P4 1800 120 0.11 0.15 7.923
P3 - P4 1500 120 0.13 0.15 3.975
7 4+700 - Reservoir 2 4100 120 0.28 0.30 7.887
Reservoir 2 -
8 2000 120 0.20 0.20 27.666
10+800
10+800 - P5 1500 120 0.13 0.15 11.623
P5 - P6 2300 120 0.15 0.15 13.960
P6 - 10+800 2200 120 0.13 0.15 18.286
SMA - Reservoir
1350 120 0.24 0.40 2.642
Transmisi

52
4.2.2. Kehilangan Energi Sekunder/Minor (Hm)
Walaupun disebut minor, kehilangan di bagian pipa yang memiliki
sambungan dan belokan mungkin saja jauh lebih besar dibandingkan dengan
kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa.

Kehilangan energi minor dalam bahasan matematika ditulis sebagai berikut :

Q2 v2
Hm = k atau Hm = k
2 A2 g 2g

dengan :
k = koefisien kehilangan energi minor
V = kecepatan aliran

Koefisien tergantung pada bentuk fisik belokan, penyempitan, katup


dan sebagainya. Harga k ini (selain katup) biasanya berkisar antara 0 sampai
dengan 1.

• Kehilangan Energi Minor (Hm) Sebelum BPT 1

v2
Hm = k
2g
𝐻𝑚 = ((2 × 1,5) + (8 × 0,4) + (3 × 0,3) + (0 × 0,9) + (1 × 0,9) +
0.8212
(1 × 0,15)) × Hm = 0,280 meter
2×9,81

Perhitungan kehilangan energi minor untuk type I selanjutnya akan


disajikan dalam Tabel 4.4.

53
Tabel 4. 4 Perhitungan Kehilangan Energi Sekunder/Minor (Hm)
Jumlah (Unit) ACC
Kecepatan
Bend Bend Bend Wash Air Gate Hm
Segmen (V)
90 45 22,5 Out Valve Valve

1.5 0.4 0.3 0.9 0.9 0.15 (m/dt) (m)


SMA - Reservoir
2 8 3 0 1 1 0.821 0.280
Transmisi
Reservoir Transmisi
0 20 20 1 3 0 0.821 0.604
- BPT
BPT - 3 + 500 0 5 3 1 1 0 0.821 0.161
3+500 - 4+700 0 14 14 1 1 0 0.821 0.398
4+700 - Reservoir 1 0 12 16 0 2 1 0.439 0.114
Reservoir 1 - 8+200 0 10 2 0 2 1 0.781 0.204
8+200 - P1 0 2 1 0 0 0 0.759 0.032
P1 - P2 0 6 5 0 0 0 0.568 0.064
P2 - P3 0 3 1 0 0 0 0.521 0.021
8+200 - P4 0 7 6 0 0 0 0.686 0.110
P3 - P4 0 1 1 0 0 0 0.521 0.010
4+700 - Reservoir 2 0 10 18 0 2 1 0.678 0.266
Reservoir 2 - 10+800 0 5 4 0 2 1 1.526 0.612
10+800 - P5 0 5 4 0 0 0 0.931 0.141
P5 - P6 0 5 4 0 0 0 0.816 0.109
P6 - 10+800 0 5 4 0 0 0 0.967 0.152

4.3. Profil Hidraulis

Profil hidraulis merupakan gambar yang menunjukkan letak ketinggian


pipa dengan garis hidraulisnya pada tiap titik di jalur perpipaan. Profil hidraulis
digambarkan dengan menetapkan sumbu absis untuk panjang pipa dan sumbu
ordinat untuk letak pipa atau kontur tanah dan ketinggian hidraulisnya.
Berdasarkan hasil perhitungan, kehilangan energi utama (mayor),
kehilangan energi sekunder (minor) dan sisa tekanan pada tiap segemen pipa
dapat dilihat pada Tabel 4.5. Untuk gambar profil hidraulis segmen pipa skema
Type I dapat dilihat pada lampiran

54
Tabel 4. 5 Perhitungan Sisa Tekanan
Koefisien Kehil. Kehil. Kualitas Pipa
Elevasi (m) Beda Perbedaan Diameter (D) (m) Tinggi Sisa
Pnjng Debit (Q) Hazen- Energi Energi (Bar)
No Segmen Tinggi Tekanan Slope Sf Tekanan Tekanan
(m) (m3/dt) William Mayor Minor
Sta Sta (m) (P) (m) (mka)
(C) Hitung Use (Hf) (Hm) Hitung Use
0 0+1
SMA - Reservoir
340 375 35 1350 35 0.10315 120 0.0259 2.37 0.821
1 Transmisi 0.0020 2.642 0.280 35 32.078 4 10
Reservoir Transmisi -
375 285 90 3000 90 0.10315 120 0.0300 2.52 0.821
2 BPT 0.0020 5.872 0.604 90 83.524 10 10
3 BPT - 3 + 500 285 259 26 500 26 0.10315 120 0.0520 3.16 0.821 0.0020 0.979 0.161 26 24.860 3 10
3+500 - 4+700 259 207 52 1000 52 0.10315 120 0.0520 3.16 0.821 0.0020 1.957 0.398 52 49.644 6 10
4 4+700 - Reservoir 1 207 205 2 1800 2 0.05520 120 0.0011 0.56 0.439 0.0006 1.108 0.114 2 0.778 0 5
5 Reservoir 1 - 8+200 205 172 33 1700 33 0.05520 120 0.0194 1.81 0.781 0.0025 4.243 0.204 33 28.554 3 5
8+200 - P1 172 154 18 800 18 0.02383 120 0.0225 1.58 0.759 0.0038 3.035 0.032 18 14.933 2 5
6 P1 - P2 154 125 29 2200 29 0.01004 120 0.0132 1.03 0.568 0.0031 6.837 0.064 29 22.099 3 5
7 P2 - P3 125 122 3 1200 3 0.00921 120 0.0025 0.51 0.521 0.0026 3.180 0.021 3 -0.201 0 5
8+200 - P4 172 131 41 1800 41 0.01212 120 0.0228 1.35 0.686 0.0044 7.923 0.110 41 32.967 4 5
P3 - P4 131 122 9 1500 9 0.00921 120 0.0060 0.73 0.521 0.0026 3.975 0.010 9 5.015 1 4
4+700 - Reservoir 2 207 195 12 4100 12 0.04795 120 0.0029 0.81 0.678 0.0019 7.887 0.266 12 3.846 0 4
8 Reservoir 2 - 10+800 195 165 30 2000 30 0.04795 120 0.0150 1.58 1.526 0.0138 27.666 0.612 30 1.722 0 4
10+800 - P5 165 142 23 1500 23 0.01645 120 0.0153 1.23 0.931 0.0077 11.623 0.141 23 11.235 1 4
P5 - P6 142 127 15 2300 15 0.01442 120 0.0065 0.84 0.816 0.0061 13.960 0.109 15 0.931 0 4
P6 - 10+800 127 165 38 2200 38 0.01709 120 0.0173 1.30 0.967 0.0083 18.286 0.152 38 19.562 2 4

55
BAB V
APLIKASI WATERNET

5.1.Analisis Hidraulika pada Sistem Jaringan Pipa dengan WaterNet

Membuat jaringan pipa pada titik – titik elevasi yang diketahui dan yang
sesuai dengan perencanaan seperti :
• Dimensi pipa yang digunakan
• Mengetahui berapa besar kehilangan energi pada jaringan pipa yang
direncanakan
• Mengetahui berapa banyak penggunaan pompa dan katup
• Mengetahui fluktuasi air pada reservoir pada jam pelayanan

5.1.1. Hasil Analisis Hidraulika pada Sistem Jaringan Pipa dengan


WaterNet (Aliran Constant)

Gambar 5. 1 Skema Jaringan Pipa Tipe I dalam Kondisi Constant

Gambar 5. 2 Pipe Notations

56
Gambar 5. 3 Node Notations

a) Data Umum
Viskositas cairan yang dialirkan : 0.000001
Persamaan friksi yang digunakan : Hazen Williams
Tipe aliran atau kebutuhan tiap node tetap
Digunakan kebutuhan rerata pada setiap Node

Gambar 5. 2 Data Node (Jam ke-48 pada aliran Constant)

57
Gambar 5. 3 Data Pipa dan Aliran (Jam terakhir pada aliran Constant)

b) Data Tangki
• Reservoar Transmisi
Bentuk Tangki : Uniform
Luas tampang = 263.25 m2
Elevasi Maksimum = 381.5 m
Elevasi Minimum = 379.5 m
Elevasi Simulasi = 381 m
• Bak Pelepas Tekan I
Bentuk Tangki : Uniform
Luas tampang = 263.25 m2
Elevasi Maksimum = 293.5 m
Elevasi Minimum = 289.5 m
Elevasi Simulasi = 293 m
• Reservoar Distribusi I
Bentuk Tangki : Uniform
Luas tampang = 317.926 m2
Elevasi Maksimum = 211.5 m
Elevasi Minimum = 208.5 m
Elevasi Simulasi = 211 m

58
• Reservoar Distribusi II
Bentuk Tangki : Uniform
Luas tampang = 171 m2
Elevasi Maksimum = 201.5 m
Elevasi Minimum = 198,5 m
Elevasi Simulasi = 201 m

c) Komentar
Komentar yang diberikan berikut ini didasarkan pada hitungan
hidraulika dan merupakan komentar umum. Pengguna dipersilakan
mencermati komentar tersebut, apakah jaringan perlu diperbaiki atau dikaji
ulang untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Komentar dibagi dalam kajian 1. Node, 2. Pipa, 3. Tangki, 4. Pompa,
dan kemungkinan hubungan diantaranya.
1) Komentar Umum
Aliran yang diuji adalah aliran rerata. Kecepatan pada aliran rerata
biasanya mencapai 0,5 kecepatan saat maksimum.
2) Komentar Node
Kebutuhan rerata maksimum seluruh node : kebutuhan rerata
minimum pada seluruh node = 2.58 Range kebutuhan ini biasa digunakan.
Ada Node yang kebutuhan airnya tidak berfluktuasi. Chek kembali
kebutuhan ? Berikut adalah node dengan kebutuhan tetap.
Node 9 , Node 10 , Node 11 , Node 12 , Node 14 , Node 15 , Node
16.
Seluruh kebutuhan pada node adalah rerata (tanpa fluktuasi sama
sekali) ini tidak lazim dalam sistem jaringan air minum dan tidak mungkin
ada. Usahakan mengisikan kebutuhan sesuai dengan fluktuasi terhadap
waktu.
3) Komentar Pipa
Ada 17 pipa merupakan pipa lurus.Diantara pipa lurus yang ada,
sejumlah 16 pipa belum diberi koefisien kehilangan energi sekunder.
Sebagian atau semua koefisien kehilangan energi sekunder pada pipa

59
mungkin terlalu kecil. Seyogyanya koefisien kehilangan energi sekunder
minimum yang dimasukkan = 1.0 .Perbaiki data pipa.
Beberapa pipa terlalu besar. Berikut adalah pipa-pipa tersebut: Pipa
10 , Pipa 16 . Kadang memang diperlukan pipa yang agak besar untuk
menghemat energi.
Beberapa pipa terlalu kecil. Berikut adalah pipa-pipa tersebut: Pipa
3 , Pipa 4 , Pipa 5. Selama energi masih dipenuhi, tak ada masalah
dengan pipa kecil.
4) Komentar Tangki
Tangki nomer 3 sedikit lebih besar dari kebiasaan ukuran tangki yang
digunakan. Hal ini mungkin anda perlukan jika fluktuasi yang anda
gunakan lebih besar dari standar perumahan (misal Gupta, Cipta Karya)
Tangki nomer 4 sedikit lebih kecil dari kebiasaan ukuran tangki yang
digunakan. Ukuran tangki mungkin cukup jika fluktuasi yang anda
gunakan lebih ekstrim dari standar.
5) Komentar Pompa
Ada 1 pompa, Pompa nomer 1 Sangat efisien

60
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun yang dapat disimpulkan dari tugas ini adalah


1. Proyeksi Kebutuhan di Desa A, Desa B, Desa C, Desa D, Desa E, Desa F
dan Desa G berturut-turut adalah 23,83 l/dt, 10.04 l/dt, 9.21 l/dt, 12.12 l/dt,
16.45 l/dt,14.42 l/dt, 17.09 l/dt.
2. Kapasitas Reservoar Distribusi 1 dan Reservoar Distribusi 2 dari
perencanaan sistem penyediaan air minum pedesaan tipe I berturut-turut
adalah 954 m3 dan 829 m3.
3. Estimasi diameter awal pipa berdasarkan persamaan Hazen-William dari
perencanaan sistem penyediaan air minum pedesaan tipe I adalah seperti
padatabel 4.5 pada BAB IV.
4. Kehilangan energy (Mayor/Minor) dari perencanaan sistem penyediaan
airminum pedesaan tipe I adalah seperti pada tabel 4.5 pada BAB IV.
5. Head pompa dan daya pompa berturut turut pada skema sistem penyediaan
airminum pedesaan tipe I didapat sebesar 36.818 m dan 60.764 Hp
6. Perencanaan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi utama dengan
menggunakan program WaterNet adalah seperti pada gambar 5.1 dan
gambar 5.6 pada BAB V.

61
DAFTAR PUSTAKA

Negara Republik Indonesia. 2019. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air . Jakarta
Team Pengajar SPAM. 2019. Pengantar Kuliah Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM). Denpasar, Universitas Udayana.
Kuningsih,TW. 2011. Uji Coba Waternet.
https://triwahyukuningsih.wordpress.com/2011/08/13/uji-coba-waternet/
Diakses pada 15/05/2020
Sanjaya. Arsana. Suputra. 2014. Analisis Hidraulik Pipa Transmisi Pada
SistemPenyediaan Air Baku Waduk Titab (Studi Kasus : Sistem Penyediaan Air
Minum Wilayah Barat Kabupaten Buleleng).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7e2c600c2c70be
e29238857f64a0381a.pdf
Diakses pada 15/05/2020

62

Anda mungkin juga menyukai