2019 TA STL 082001400058 Bab-3 PDF
2019 TA STL 082001400058 Bab-3 PDF
2019 TA STL 082001400058 Bab-3 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan (Permenkes 492 Tahun 2010).
Pengolahan air bersih atau air minum adalah usaha-usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat-sifat air baku menjadi air bersih atau air minum
yang aman baik secara fisik, kimia, biologi maupun radiologi yang kualitasnya
memenuhi syarat atau standar yang berlaku (Reynolds dan Richards, 1977).
Proses pengolahan air yang akan diterapkan dalam memperbaiki kualitas air
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan proses
pengolahan fisik, kima, dan biologi. Pengolahan ini dibuat dalam suatu tahap dan
berupa bangunan yaitu Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). IPAM merupakan
bangunan proses perbaikan kualitas air yang pada umumnya terdiri dari proses
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi untuk memenuhi standar
konsumsi air baku yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia
(BPPSPAM, 2009)
Daya dukung lingkungan yang semakin berkurang dan terbebani oleh
pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, kualitas air baku atau air permukaan
semakin menurun merupakan masalah yang sering dihadapi, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan air bersih maupun air minum diperlukan upaya pengolahan
air.
Dalam melakukan pengolahan air bersih dan air minum, digunakan dasar-
dasar atau pedoman berupa peraturan sebagai berukut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengedalian Pencemaran Air.
9
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
10
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
11
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
12
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
13
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
14
6. Dilengkapi dengan saringan kasar yang selalu dibersihkan dan ujung pipa
yang berhubungan dengan pompa sebaiknya dilengkapi dengan saringan
(strainer).
7. Inlet sebaiknya terletak di bawah permukaan air agar untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung.
8. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang berhubungan dengan sumur
pengumpul sebaiknya dibuat beberapa level.
9. Intake dapat dibuat dengan sungai jika permukaan badan air selalu konstan
dan tebing sungai terendam air.
Bangunan intake memiliki jenis yang bermacam-macam yaitu terdiri dari
direct intake dan indirect intake. Direct intake biasanya digunakan untuk sumber
air yang dalam seperti sungai atau danau dengan kedalaman yang cukup tinggi.
Intake jenis ini memungkinkan terjadinya erosi pada dinding dan pengendapan di
bagian dasar.
Terdapat beberapa macam indirect intake, yaitu:
1. River intake, yaitu intake yang memiliki penyadap dalam bentuk sumur
pengumpul. Pada umumnya jenis intake ini digunakan pada air sungai yang
mempunyai perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau.
2. Canal intake, digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber
terbuka sebagian ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan untuk
ke unit selanjutnya.
3. Reservoir intake, digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan
menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat terpisah dan
diletakkan di bagian hulu dan inlet diletakkan pada menara dengan beberapa
level untuk mengatasi fluktuasi level muka air.
4. Spring intake, digunakan untuk mengambil air baku yang berasal dari yang
memiliki kedalaman air dalam level tertentu.
5. Gate intake, berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada
prasedimentasi.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
15
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
16
3.3.2 Prasedimentasi
Unit prasedimentasi merupakan unit yang di dalamnya terjadi proses
pengendapan partikel diskret secara gravitasi tanpa menggunakan koagulan.
Partikel diskret yang dimaksud adalah partikel yang tidak mengalami perubahan
bentuk, ukuran, maupun berat pada saat terjadi pengendapan. Bedasarkan SNI 19-
6774-2002 unit prasedimentasi digunakan apabila air baku memiliki kekeruhan
melebihi 600 NTU, sehingga air yang masuk ke unit pengolahan di IPA memiliki
kekeruhan < 600 NTU. Unit prasedimentasi diperlukan agar tidak membebani unit
selanjutnya yaitu unit koagulasi – flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
Terdapat beberapa macam bentuk bak prasedimentasi, yaitu:
1. Rectangular (Segi empat), biasanya didesain dengan kemiringan dasar 5 – 10
%. Pengurasan manual dilakukan selama enam bulan sekali sedangkan
pengurasan dengan menggunakan scrapper mekanis maka dasar bak didesain
dengan kemiringan 1 %. Bak prasedimentasi yang berbentuk segi empat dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
17
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
18
4. Zona outlet, air yang masuk dan partikelnya sudah diendapkan akan
dialirkan keluar bak dan masuk ke dalam unit pengolahan selanjutnya.
Bak prasedimentasi memiliki beberapa kriteria dalam pembangunannya,
yaitu dapat dilihat pada Tabel 3.3 .
3.3.3 Koagulasi
Proses koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel
tersuspensi yang ada di dalam air untuk membentuk flok-flok melalui proses
pengadukan cepat (rapid mixing) dengan menambahkan bahan kimia yang disebut
juga sebagai koagulan (Kawamura 2000).
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
19
Keterangan:
P = Suplai tenaga ke air (N.m/detik)
V = Volume air yang diaduk (m3)
* = Viskositas absolut air (N detik/m3)
Persamaan (3.1) dapat digunakan untuk semua jenis pengadukan. Perbedaan
parameter untuk setiap jenis pengadukan adalah besarnya tenaga yang disuplai (P)
yang dapat dihitung berdasarkan jenis koagulasi yang akan digunakan.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
20
Impeller yang digunakan pada unit koagulasi mekanis terdiri dari tiga tipe,
yaitu paddle, turbine dan propelleri. Masing-masing impeller memiliki kriteria
yang berbeda dan dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Untuk menghitung besarnya tenaga yang disuplai pada koagulasi mekanis
dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
Aliran turbulen (Nre > 200)
P = KT x n3 x Di5 x + (3. 2)
Keterangan:
P = daya listrik, ft-lb/sec (N-m/s)
KT = konstanta impeller aliran turbulen
n = kecepatan putar (rps)
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
21
2 × 45 6 × + (3.3)
/01 =
*
Nilai KT merupakan konstanta untuk baffled tank dengan empat baffled lebar
10% diameter bak. Konstanta tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5.
d = 30%-50%
Turbine 10 – 150 rpm
lebar bak
d = max. 45 cm
Propeller 400 – 1750 rpm
jumlah pitch 1-2 buah
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
22
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
23
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
24
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
25
Selain koagulan yang ada pada Tabel 3.8, terdapat jenis koagulan yang
merupakan jenis koagulan lain yaitu poly aluminium chloride (PAC). Unsur dasar
PAC adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain, seperti pada
persamaan 3.4.
3.3.4 Flokulasi
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok yang lebih besar dengan
menggunakan pengadukan lambat. Flok-flok tersebut akan mengendap pada bak
sedimentasi karena terdapat perbedaan massa jenis antara air dan flok. Gradien
kecepatan yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai pada flokulasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (3.1).
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
26
Terdapat tiga tipe flokulasi yaitu flokulasi mekanis, hidrolis dan penumatis.
a) Flokulasi mekanis, merupakan jenis flokulasi yang metode pengadukannya
menggunakan peralatan mekanis yang terdiri dari motor, poros pengaduk, dan
alat pengaduk dan terdapat pada Gambar 3.5. Terdapat beberapa tipe
pengadukan mekanis, yaitu, turbin, paddle, dan propeller (Reynolds and
Richards 1996).
Nilai untuk daya atau power (P) pengaduk dapat diperoleh dengan persamaan
(Reynolds and Richards 1996):
P = KL x n3 x Di5 x * (3.5)
Keterangan:
P = daya listrik, ft-lb/sec (N-m/s)
KL = konstanta impeller aliran laminer
n = kecepatan putar (rps)
Di = diameter impeller (ft atau m)
* = viskositas air (N-s/m2)
Nilai KL merupakan konstanta untuk baffled tank dengan empat baffled lebar
10% diameter bak. Konstanta tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
27
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
28
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
29
Sumber: SNI 6774-2008 Tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi
Pengolahan Air
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
30
Keterangan:
Ga = debit udara (m3/menit)
h = kedalaman diffuser (m)
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
31
3.3.5 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu operasi yang dirancang untuk menghilangkan
sebagian besar padatan yang mengendap secara gravitasi. Tujuan unit ini yaitu
untuk menghilangkan pasir atau kerikil halus, partikel, flok biologis, flok kimia
serta pemekatan padatan dalam tangki lumpur (Kawamura,2000). Selain itu pada
unit ini terjadi penyisihan BOD sebesar 40 – 70%, COD sebesar 50 – 80% (Fair,
Geyer and Okun 1968).
Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran partikel,
bentuk partikel, berat jenis partikel, viskositas cairan, konsentrasi partikel
tersuspensi, dan sifat-sifat partikel tersuspensi.
Terdapat dua macam desain unit sedimentasi yaitu, unit sedimentasi aliran
horizontal dan sedimentasi dengan aliran vertikal. Desain untuk jenis unit tersebut
meliputi beberapa faktor yaitu, bentuk, jumlah bak, dimensi, kecepatan, dan arah
aliran, waktu detensi (td), volume bak lumpur, susunan inlet dan outlet, serta
karakteristik air dan flok yang masuk (Schultz and Okun 1991).
a) Sedimentasi aliran horiontal
Sedimentasi aliran horizontal (Gambar 3.8) merupakan proses pemisahan
partikel tersuspensi dalam air secara gravitasi dengan bak pengendap yang
memiliki kondisi yang tenang sehingga partikel dengan spesific gravity yang
besar dapat mengendap.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
32
Unit sedimentasi terdiri dari empat bagian atau zona, yaitu (Gambar 3.10) :
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
33
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
34
Keterangan:
v = kecepatan pada tube/plate
Q = debit air (m3/detik)
A = luas bak (m2)
Sin [ = sudut kemiringan tube/plate
3. Bilangan Reynolds
\T ] ^
NRe = (3.11)
_
Keterangan:
NRe = bilangan Reynolds
vh = kecepatan aliran horizontal (m/detik)
R = jari-jari hidrolis (m)
9 = viskositas kinematik (m2/detik)
4. Bilangan Froude
\T `
NRe = (3.12)
a ] ^
Keterangan:
vh = kecepatan aliran horizontal (m/detik)
R = jari-jari hidrolis (m)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
35
Kecepatan vertikal
- - -
(cm/menit)
Sirkulasi lumpur - - -
Kemiringan dasar
45˚ - 60˚ 45˚ - 60˚ 45˚ - 60˚
bak tanpa scrapper
Periode antar
pengurasan lumpur 12 – 24 8 – 24 8 – 24
(jam)
Kemiringan
30˚/60˚ 30˚/60˚ 30˚/60˚
tube/plate
Sumber : *SNI DT – 91 – 0002 –Tata Cara Unit Instalasi Pengolahan Unit Paket IPA;
**Montgomery, 1985
3.3.6 Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan partikel atau bahan terlarut dan tidak
terlarut pada proses pengolahan air dengan menggunakan media berpori agar dapat
menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik. Pada unit filtrasi, penyisihan
TSS sebesar 60% - 80%, BOD sebesar 20% - 60%, dan COD adalah 0% - 50%
(Hammer and Jr 1996).
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
36
Media filter yang digunakan dalam unit filtrasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Single media filter, media yang digunakan sebagai filter dalam unit filtrasi
adalah hanya satu media yaitu yang biasa digunakan adalah pasir dengan
diameter berbeda (Qasim, 2000).
2. Dual media filters, media yang digunakan sebanyak dua jenis yang berbeda
seperti pasir dan antrasit. Antrasit memiliki butiran yang lebih besar tetapi
memiliki kecepatan pengendapan yang sama dengan butiran pasir berukuran
kecil, sehingga antrasit terletak paling atas untuk menyaring atau menangkap
partikel tersuspensi yang berukuran kecil (Qasim, 2000).
3. Multimedia filters, filtrasi dengan menggunakan tiga media yang berbeda dan
media filter yang biasa digunakan yaitu pasir, antrasit dan garnet.
Terdapat dua tipe filtrasi yaitu:
1. Saringan pasir cepat (rapid sand filter) (Gambar 3.11), merupakan jenis
filtrasi yang memiliki kecepatan penyaringan yang relatif lebih besar. Proses
penyaringan pasir cepat akan dapat berjalan dengan baik apabila tinggi media
penyaring minimal 70 cm, karena mikroorganisme beraktifitas pada lapisan 30
– 40 cm di bawah permukaan. Pencucian media menggunakan backwash atau
air yang dialirkan dari bawah media ke arah atas.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
37
Gambar 3. 11 Filtrasi Pasir Cepat
Sumber: Fair, dkk. 1986
Media filter yang digunakan untuk filtrasi pasir cepat dalam pengolahan air
minum memiliki kriteria yang harus dipenuhi, dapat dilihat pada Tabel 3.16.
2. Saringan pasir lambat (Gambar 3.12) adalah saringan pasir yang mengolah air
baku secara gravitasi melalui lapisan pasir sebagai media penyaringnya.
Kecepatan saringan berkisar antara 0,1 – 0,4 m3/jam.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
38
Berdasarkan SNI 3981:2008 saringan pasir lambat adalah bak saringan yang
menggunakan pasir sebagai media filter dengan ukuran butiran yang sangat kecil,
namun memiliki kandungan kuarsa yang cukup tinggi. Proses penyaringan
berlangsung membutuhkan waktu yang lebih lama dan secara gravitasi dan proses
penyaringan merupakan gabungan dari proses fisik dan biologis.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk merancang sebuah
unit filtrasi, yaitu:
1. Kecepatan filtrasi pada saringan pasir cepat yang efektif adalah berkisar 4 – 21
m3/m2 jam.
2. Sistem underdrain, diperlukan untuk mendistribusikan air yang sudah disaring
melalui media penyaring. Terdapat beberapa sistem underdrain yang
digunakan pada unit filtrasi yaitu nozzles dan orifice.
3. Pencucian filter (Backwash), dilakukan agar tidak terjadi penurunan kecepatan
filtrasi, kualitas efluen dan headloss yang besar. Pencucian filter bergantung
kepada kualitas air baku dan dilakukan 12 – 72 jam setelah filter beroperasi.
Laju backwash biasanya berkisar 30 – 60 m/jam selama 10 – 20 menit.
Terdapat beberapa metode dalam melakukan pencucian filter yaitu dengan
menggunakan pompa, elevated water tank, atau perbedaan head antara saluran
effluent dan bak filter. Pada saat pencucian filter akan terjadi ekspansi media
filter, ekspansi media yang diizinkan adalah 20-50% (Reynold, 1982)
Antara saringan pasir cepat dan saringan lambat memiliki perbedaan pada
kriteria desain yang dapat dilihat pada Tabel 3.17.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
39
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
40
3.3.7 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembubuhan bahan kimia (desinfektan) yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi merupakan
proses mematikan bakteri, protozoa, dan virus dan kuantitas yang digunakan sedikit
sehingga tidak membahayakan manusia (Al-Layla, 1978).
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
41
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
42
3.3.8 Reservoir
Reservoir adalah tempat menyimpan air untuk sementara sebelum
didistribusikan kepada konsumen jika diperlukan pada suatu waktu, dan berfungsi
juga sebagai bak kontak desinfektan. Biasanya bak reservoir dilengkapi dengan
baffle agar terjadi kontak antara air dan desinfektan. Sketsa unit bak reservoir dapat
dilihat pada Gambar 3.14.
Terdapat kriteria yang harus diperhatikan dalam mendesain bak reservoir,
yaitu (Tjokrokusumo, 1998):
1. Reservoir dibuat dari konstruksi beton bertulang baja
2. Bagian atap dan yang terendam tanah harus dilapisi dengan bahan kedap air
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
43
3. Reservoir dibuat 2 bak sebagai cadangan apabila salah satu bak mengalami
kerusakan atau sedang dicuci
4. Freeboard minimal 30 cm
5. Dasar bak minimal 15 cm dari muka air minum
6. Kemiringan pada dasar bak 0,5% - 1% kearah pipa penguras.
3.4 Pemilihan Alternatif Pengoalahan
Pemilihan alternatif unit diperlukan untuk mengetahui unit yang tepat dan
efisien dalam menyisihkan beberapa parameter dengan tingkat efisiensi penyisihan
yang berbeda. Analisis pengaruh unit pengolahan terhadap parameter terdapat pada
Tabel 3.18.
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
Tabel 3. 18 Pengaruh Proses Pengolahan Air Terhadap Parameter
Parameter Pra pengolahan Pengolahan Utama Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
0 – 20 E
Coliform 20 – 100 O O O O E
MPN/100 ml 100 – 5000 E E E O E
Rata-rata bulanan
>5000 E O E E E O
0 -10 O
Turbidity NTU 10-200 O E
>200 O O E
Warna mg/L Pt- 20 - 70 E O O
Co >70 O E O
Rasa dan bau Terasa O O O O E
CaCO mg/L >2000 E E E E
<0,3 O O E
Fe & Mn mg/L 0,3 - 1 O E E O O
>10 E E E E O O
0 – 250 E E E E O O
Chloride mg/L 200 – 500 O
>500 E
Sumber: JICA 1990
Keterangan:
O = Optional A = Aerasi P = Post Chlorination
E = Esensial LS = Lime Softening SC = Super Chlorination
S = Screening CS = Coagulation – flocculation & Sedimentation AC = Activated Sludge
PC = Pre-chlorination AC = Activated Carbon SCT = Special Chemical Treatment
PS = Prasedimentasi RSF = Rapid Sand Filter SWT = Salt Water Treatment
SSF = Slow Sand Filter
44
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019
45
Perencanaan Pengembangan Bangunan Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged, Kabupaten Tangerang
Rifa Adriany
2019