6833 19197 1 PB
6833 19197 1 PB
6833 19197 1 PB
Jani Deriansyah
Alumni Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu
Kendari 93721
Abstrak
Kebutuhan manusia akan air bersih telah melahirkan berbagai metode pengolahan air. Pengolahan air yang
dilakukan bertujuan untuk menjadikan air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan manusia. Air
yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas sebagaimana standar yang diberlakukan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ MENKES/ Per/ IV/ 2010. Pengelolaan pelayanan air bersih untuk
kebutuhan masyarakat di Kecamatan Baruga dilaksanakan oleh PDAM unit Wanggu yang merupakan
Perusahaan milik Pemerintah kota Kendari.
Studi ini bertujuan untuk mendesain Bangunan Pengolahan Air Bersih PDAM unit Wanggu Kota Kendari,
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774-2008 tentang “Perencanaan unit Instalasi Pengolahan
Air”.
Berdasarkan hasil pengujian kualitas air baku PDAM unit Wanggu, ada beberapa parameter yang tidak
memenuhi standar baku mutu air minum (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/
MENKES/ Per/ IV/ 2010), yaitu kekeruhan, suhu, Total Koliform dan E. coli. Proses bangunan pengolahan
yang diperlukan adalah: Intake - Koagulasi - Flokulasi - Sedimentasi - Filtrasi - Reservoir. Dengan dimensi
bangunan Intake ( P = 5.75 ; L = 4 ; T = 1.5 ) dengan Volume = 23 m3, Dimensi bangunan Koagulasi ( P =
3.5 ; L = 2 ; T = 1.25 ) dengan Volume = 7 m3, Dimensi bangunan Flokulasi ( P = 5 ; L = 4 ; T = 2.25 )
dengan Volume = 40 m3. Dimensi bangunan Sedimentasi ( P = 13.5 ; L = 4 ; T = 3.25 ) dengan Volume =
161 m3, Dimensi bangunan Filtrasi ( P = 4 ; L = 3.5 ; T = 1.95 ) dengan Volume = 23.8 m3, Dimensi
bangunan Reservoir ( P = 12 ; L = 4 ; T = 3.3 ) dengan Volume = 144 m3.
Kata Kunci : Pengolahan, Kualitas, Bangunan, Dimensi.
PENDAHULUAN
Pengelolaan pelayanan air bersih untuk kebutuhan masyarakat di Kecamatan Baruga
dilaksanakan oleh PDAM unit Wanggu yang merupakan Perusahaan Milik Pemerintah
kota Kendari. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) unit Wanggu senantiasa berupaya
untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Sebagai perusahaan air
minum yang melayani penduduk di Kecamatan Baruga dan sekitarnya, PDAM unit
Wanggu harus mampu memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Baruga. Namun,
dengan sumber air baku yang berwarna keruh maka perlu dilakukan pengolahan air bersih
perusahaan dengan sistem manajemen yang baik dan profesional agar dapat memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di Kecamatan Baruga.
Salah satu PDAM Unit yang mengolah dan menyediakan air bersih bagi masyarakat
Kecamatan Baruga adalah PDAM Unit Wanggu. Air baku yang digunakan PDAM Unit
Wanggu saat ini yaitu air permukaan sungai Wanggu. Mengingat air baku ini keruh
terutama bila musim hujan, maka PDAM unit Wanggu harus melakukan pengolahan air
baku tersebut melalui tahapan-tahapan yang sesuai dengan semestinya untuk memenuhi
kebutuhan air bersih di Kecamatan Baruga.
TINJAUAN PUSTAKA
Unit-unit pengolahan air yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air bersih adalah
sebagai berikut:
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai.
Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah
bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment
Plant.
2. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan
utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak
koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu
per satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi ini
dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-
air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di
dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa
tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump.
Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini
ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan
pengadukan lambat (slow mixing)
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di
kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan
elevasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya
terletak diatas bukit, atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun
dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan
pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari
WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan
melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.
Lebar / panjang -
> 1/5 - - -
Beban pelimpah
3 7,2 – 10
(m /m/jam) < 11 < 11 3,8 – 15 7 – 15
Kecepatan vertikal
(cm/menit) - - - <1 <1
3 – 5% dari
Sirkulasi Lumpur
- - - input -
Periode antar
pengurasan lumpur 12 – 24 8 – 24 12 – 24 Kontinyu 12 – 24
(jam) ***
Kemiringan tube/plate 300 / 600 300 / 600 300 / 600 300 / 600 300 / 600
Air baku yang berasal dari sumber air dipompa ke dalam intake untuk ditampung terlebih
dahulu, sebelum masuk ke dalam bak pengendap. Pada bangunan intake ini terdapat bar
screen yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Setelah air melalui proses penyaringan kemudian dialirkan ke bak pengendap yang
barfungsi untuk mengurangi endapan kotoran-kotoran (material), yang terdapat didalam air
sungai maupun pada sumber-sumber yang akan digunakan, hal ini biasanya terjadi pada
waktu hujan, karena pada saat ini banyak kotoran-kotoran yang terbawa oleh air hujan
misalnya, tanah, pasir, dan lain sebagainya, masuk ke dalam sungai dan sumber-sumber
diatas yang menyebabkan air menjadi keruh dan kotor.
Sebelum didistribusikan, air dari bak pengendap masuk ke dalam reservoir.
Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi.
Evaluasi
Analisa Perhitungan Debit Sumber Air Baku Secara Langsung
Untuk menghitung debit sumber secara langsung di lapangan dapat menggunakan rumus:
Q=VxA
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/dt)
A = Luas Permukaan (m2)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur debit sumber secara langsung yaitu:
1. Alat yang digunakan
a. Tali rafia
b. Penggaris
c. Stop watch (Handpone)
d. Meter
2. Bahan yang di gunakan
a. Air
b. Kayu kering.
Dimana:
h = kedalaman air (meter)
B = lebar kali (meter)
L = panjang pengamatan (meter)
t = waktu tempuh pelampung (detik)
∅ = koefisien geser (0,8-0,95)
trerata
= t1+ t2+ t3/ 3
= 8.49+ 6.63+ 15,58 / 3
= 30,7 / 3
= 10,23 dtk
Vp = L/trerata
= 9 / 10,23
= 0,88 m/dtk
Va = 0,88 x ∅
= 0,88 x 0,85
= 0,75
hrata = h1 + h2 + h3 / 3
= 0.93 + 1.37 + 0.96 / 3
= 1,09m
karena bentuk sketsa sungai diasumsikan bentuk trapesium maka, untuk mencari luasannya
digunakan rumus luasan trapesium.
A = (B + m.h) h
= (10,3 + 1 x 1,09)1,09
= 12,42 m2
Jadi Debit sumber air baku PDAM unit Wanggu yaitu
Q =VxA
= 0,75 x 12,42
= 9,32 m3/dtk atau 9315 lt/dtk
Dari hasil analisa diatas, menunjukkan bahwa ada beberapa parameter yang tidak
memenuhi standar kualitas air minum (PERMENKES No. 492/ MENKES/ Per/ IV/ 2010),
yaitu :
1. Kekeruhan
2. Suhu
3. Total Koliform
4. E. Coli.
Maka dari itu perlu dilakukan pengolahan air baku agar layak dikonsumsi dan
memenuhi syarat sebagai air bersih yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
dapat langsung di minum setelah dimasak terlebih dahulu.
Sedimentasi
Kapasitas pengolahan = 22.3 l/dt
Waktu Detensi ( td ) = 2 jam = 120 menit = 7200 detik
kedalaman = 3 m ( KP SNI-6774-2008 )
Fb = ( Free Board ) / tinggi jagaan = 0.25 m
Perhitungan :
Volume = Kapasitas pengolahan x Waktu detensi
= 22.3 liter/dt x 7200 detik
= 160560 liter 160.56 m ≈ 161 m
Dimensi bak = V=pxlxt
161 m =pxlx3m
pxl = 54 m
p = 13.5 m
l =4m
Jadi dimensi bangunan sedimentasi adalah :
P = 13.5 m ; L = 4 m ; T = 3.25 m ( tinggi jagaan 0.25 m )
Filtrasi
Kapasitas Pengolahan = 22.3 l/dt = 0.0223 m / detik
Kecepatan penyaringan ( v ) = 6 m/jam = 0.0016 m/detik
Tebal media antrasit = 400 mm = 40 cm
Tebal media pasir = 300 mm = 30 cm ( KP SNI-6774-
2008 ).
Ketinggian Air di atas pasir = 100 cm
( kriteria Reynolds, 1982 ) 170 cm = 1.7 m
Fb = ( Free Board ) / tinggi jagaan = 0.25
Jumlah Bak :
N = 1.2 ( Q ) .
= 1.2 ( 0.0223 ) .
= 0.179198 = 1 unit
Luas Permukaan :
A =
.
A = .
= 13.93 m = 14 m
Volume :
V =Axt
= 14 m x 1.7 m
= 23.8 m
Reservoir
Debit air baku = 9870 l/dt
Debit yang dibutuhkan = 20 l/dt
Volume reservoir = 144 m ( Data sekunder PDAM unit
wanggu ).
Direncanakan kedalaman air = 3 m
Fb = ( Free Board ) / tinggi jagaan = 0.3 m
Perhitungan :
Dimensi bak = V =pxlxt
144 m = p x l x 3 m
p x l = 48 m
p = 12 m
l =4m
Jadi dimensi bangunan reservoir adalah :
P = 12 m ; L = 4 m ; T = 3.3 m ( tinggi jagaan 0.3 m )
Berdasarkan hasil analisa pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulan
sebagai berikut:
1. Kapasitas pada Ruas Jalan Bunggasi Kota Kendari untuk pos pengamatan sebesar
6147.6 smp/jam dimana lalu lintas rata-rata tersibuk terjadi pada hari Senin sebesar
1703 smp/jam. Dengan demikian kondisi dari Ruas Jalan Bunggasi Kota Kendari
masih dapat melayani arus lalu lintas yang berinteraksi pada jalan tersebut.
2. Dari hasil perhitungan tersebut, dengan perbandingan antara volume lalu lintas dengan
kapasitas jalan (rasio q/c), menunjukkan bahwa tingkat pelayanan pada Ruas Jalan
Bunggasi Kota Kendari termasuk dalam tingkat Pelayanan A dengan nilai 0,227.
Saran
Demi peningkatan kelancaran arus lalu lintas pada Ruas Jalan Bunggasi Kota Kendari
pada masa yang akan datang, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlu adanya pengaturan yang terkontrol terhadap kendaraan yang akan parkir serpeti
kendaraan berat pada badan Ruas Jalan Bunggasi Kota Kendari agar pemakai jalan
lain dapat menikmati kelancaran dan kenyamanan dalam berlalu lintas.
2. Untuk tindak lanjutnya perlu diadakan penelitian dari segi penggunaan badan jalan
sebagai parkir kendaraan agar ruas jalan tersebut dapat dipakai secara optimal demi
kelancaran dan kenyamanan lalu lintas.
Fatur Rahman Rustam. 2009. “Analisis Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Warga Perumahan
Bumi Mas Graha Asri Kota Kendari “. Program Studi S1 Sipil Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo.
Aprianus Kunang. 2006. “Analisa Kapasitas Debit Perusahaan Daerah Air (PDAM) Kota Kendari
“. Program Studi S1 Sipil Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo.
Daniel. J Van Rooijen, et all. 2008. “Urban and Industrial Water Use In The Krishna Basin,
India”. Jurnal: Irrigation and Drainage.
Fisman. 2012. “Tinjauan Pelayanan Air Bersih Pada Perusahaan Air Minum Kecamatan Tomia
Timur Kabupaten Wakatobi (Studi Kasus: Kelurahan Patipelong)”. Program Studi D-III
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo.
Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. “Rencana Induk Pengembangan SPAM”.
Jakarta.
Chow, V.T., 1959, Open Channel Hydraulics, McGraw-Hill Kogakusha, LTD., Tokyo.
Chow, V.T., D.R., Maidment dan L.W., Mays, 1988, Applied Hydrology, McGraw-Hill Book
Company, New York.
Haan, S.T., 1977, Statistical Methods in Hydrology, The Iowa State University Press, Ames,
Iowa.
Imam Subarkah, 1980, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma Bandung,
Bandung.
Jayadi, R., 2000. Dasar-dasar hidrologi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Linsley, R.K., Kohler, M.A., Paulhus, J.L.H., 1986. Hidrologi Untuk Insinyur. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Ponce, V.M., 1989. Engineering Hydrology. Prentice Hall, New Jersey, USA.
Sri Harto Br., 1993, Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sri Harto Br., 2000, Hidrologi: Teori, Masalah dan Penyelesaian, Naviri Offset,
Yogyakarta.
Viessman, dkk., 1977, Introduction to Hydrology, Harper & Row, Publishers, New York.