Makalah Abortus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ABORTUS INKOMPLIT
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”ABORTUS INKOMPLIT”. Dalam penyusunannya,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 16 Desember 2020

penyusun
Daftar IsI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………,....................
BAB1 PENDAHULUAN……..………………………………………….........................
Latar belakang..........................................................................................................
Rumusan masalah………………………………………………….............................
Tujuan Penelitian......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....................
Pengertian Abortus……………………………………………...........................,.......
Klafikasi Abortus....................…………………………………………………….......
Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus …………………….....................
Faktor yang berhubungan dengan abortus………………………………............
Patologi …………….........................…………………………………………….........
Komplikasi abortus ………………………………………………………………........
Kasus…………………………………………………………………….........................
BAB III PENUTUP………………………………………………………………............
Kesimpulan………………………………………………………………......................
Saran……………………………………………………………………….....................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………............
BAB 1
PENDAHULUAN

Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi kesehatan,


kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsiyang
terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari
abortus jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka
kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi
perdarahan,perforasi, infeksidan syok(Sujiyatini, 2009).Abortus dapat terjadi secara tidak
sengaja maupun disengaja. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan, sedangkan abortus yang dilakukan dengan sengaja disebut abortus provokatus
dan abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut disebut habitualis
(Prawirohadjo,2010).
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta,
sama halnya dengan 125.000 abortus per hari. Hasil studi Abortion Incidence and Service
Avaibility in United States pada tahun 2016 menyatakan tingkat abortus telah menurun
secara signifikan sejak tahun 1990 di negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh
G et al, 2016).
Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah
tersebut, kematian akibat abortus tercatat mencapai 30 persen.Angka ini telah mengalami
penurunan namun belum mencapai target MDGs (Millennium
Development Goals) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2011). Angka
ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.Angka tersebut
masih belum sesuai dengan kesepakatan MDGs pada tahun 2015 yaitu 115 per 100.000
kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Indonesia ini masih sangat tinggi mengingat target SDGs
(SustainableDevelopmentGoals) pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah) 2015-2019, target angka kematian ibu pada tahun 2019 yaitu 306 per
100.000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2014).
Penelitian yang dilakukan olehAustralia Concortium For In Country Indonesia Studies
(2013) menunjukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 4 persen aborsi
per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar
78% dan perempuan di pedesaan sebesar 40% (CNN, 2014). Pada tahun 2015 didapatkan
jumlah abortus berdasarkan data profil kesehatan Sumatera Barat sebanyak 3.359 orang,
jumlah ini meningkat tajam dari tahun 2009 yaitu sebanyak 2.123 orang. Tercatat untuk kota
padang ada 339 kasus abortus pada tahun 2015 (Dinkes Sumbar,2015).
Menurut profil kesehatan kota Padang tahun 2014 salah satu indikator yang digunakan
untuk menentukan derajat kesehatan adalah angka kematian bayi. Pada tahun 2016 tercatat
60 orang bayi lahir mati, diketahui kematian bayi 0-12 bulan sebanyak 108 orang per
17.033 kelahiran hidup (Dinkes Padang, 2015).
Abortus ini merupakan salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu, namun
lebih sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Bila abortus
ini terjadi, maka harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan
yang banyak dapat menyebabkan kematian ibu (Halim, 2012).
Abortus bisa disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor maternal, faktor paternal dan
faktor fetus (Mochtar, 2011). Faktor maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu intrinsik
meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamilan, penyakit dan kelainan uterus
dan faktor ekstrinsik meliputi status pekerjaan (Sinaga, 2012).
Faktor usia merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya
abortus. Penelitian yang dilakukan Maconochie dkk (2007) di London pada ibu hamil
menunjukkan kejadian abortus pada <25 tahun berjumlah 12%, usia 25 – 29 tahun
berjumlah 27%, usia 30 – 34 tahun berjumlah 30%, usia 35 – 39 tahun berjumlah 22 % dan
usia ≥ 40 tahun berjumlah 10 %. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Raden (2009) di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari total 186 kasus abortus tahun 2008 diambil 40 kasus
terdapat 65% penderita abortus usia < 20 tahun dan terdapat 35% penderita abortus usia ≥
20 tahun.
Faktor lain yang berperan serta terhadap terjadinya abortus adalah paritas.
Maconochie dkk (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu hamil yang mengalami
abortus 17% merupakan primigravida, 50% merupakan pirimipara, dan 32% merupakan
multipara. Penelitian yang dilakukan Raden (2009) di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta dari
40 kasus abortus yang diambil terdapat 24 kasus pada primipara, 12 kasus pada
sekundipara dan 4 kasus pada multipara. Penelitian yang dilakukan Gustina (2012) dari 70
ibu hamil yang mengalami abortus, 33% diantaranya mempunyai paritas yang < 1 dan > 3
dan 52,9% mempunyai paritas 1 – 3.
Jarak kehamilan juga berperan menjadi salah satu faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus pada ibu hamil. Pada penelitian Maconochie dkk(2007)
juga meneliti jarak kehamilan pada kasus abortus yaitu jarak kehamilan > 1 tahun sebesar
15%, jarak kehamilan 2 tahun sebesar 20% dan jarak kehamilan > 5 tahun sebesar 18%.
Pada penelitian Battachaya dkk (2010) didapatkan jarak kehamilan pada ibu yang
mengalami abortus, jarak < 6 bulan sebesar 10,3%, jarak 6—12 bulan sebesar 12,9%, jarak
12 – 18 bulan sebesar 12,5%, jarak 18 – 24 bulan sebesar 13% dan jarak > 24 bulan
sebesar 12,4 %.
Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap terjadinya abortus adalah
pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Gustina menyatakan bahwa 90% dari ibu hamil yang
mengalami abortus merupakan ibu dengan pendidikan rendah. Pada 70 pasien abortus
terdapat 63 pasien dengan pendidikan rendah dan 7 pasien dengan penddikan tinggi.
Sugiharti (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dari 178 ibu hamil yang mengalami
abortus 37, 6% diantaranya adalah ibu yang bekerja. Maconochie dkk (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ibu yang mengalami abortus, selama bekerja duduk > 6
jam sehari sebesar 35%, berdiri > 6 jam sehari sebesar 20% dan mengangkat beban berat
sebesar 22%.

RumusanMasalah
Apakah faktor-faktor risiko yang berperan dalam kejadian abortus yang dijumpai di
RS Bhayangkara?

TujuanPenelitian

1. TujuanUmum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor risiko kejadian abortus di RS
Bhayangkara
2. TujuanKhusus
Untuk mengetahui gambaranparitas ibu hamilyang mengalami abortus di RS
Bhayangkara.
Untuk mengetahui gambaranusiapada ibu hamil yang mengalami abortus di RS
Bhayangkara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
1. Abortus
a. Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500
gram17. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapaiberat
500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan2.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun,
spontanmaupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini
berdasarumur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus
adalahterminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari
500gr18.
Berdasarkan beberapa definisi tentang abortus di atas makadisimpulkan
bahwa abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janindapat hidup diluar
kandungan pada umur kehamilan < 20 minggu denganberat badan janin < 500 gr.

b. Klasifikasi Abortus
1) Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untukmengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan.Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (Miscarriage).
Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens,
abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus Selanjutnya, dikenal pula
missed abortion, abortus habitualis, abortusinfeksiosus dan abortus septik2.
a) Abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut ataudipertahankan1.
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, dan
tidakdisertaimules-mules17.
b) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan
dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran product of conception (POC).
Pada abortus ini mungkin terjadi pengeluaran sebagian atas seluruh hasil konsepsi
dengan cepat. Abortus dianggap inspiens jika ada tanda-tanda berikut : penipisan
serviks derajat sedang, dilatasi serviks > 3 cm, pecah selaput ketuban, perdarahan >
7 hari, kram menetap meskipun sudah diberikan analgetik narkotik, dan tanda-tanda
penghentian kehamilan (misal, tidak ada mastalgia)19.

c) Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)


Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia
berat1.

d) Abortus kompletus (keguguran lengkap)


Proses abortus di mana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan
lahir20. Tanda dan gejalanya yaitu ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah mengecil. Penderita tidak memerlukan pengobatan
khusus1.

e) Abortus infeksiosa dan Abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi padagenitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam
uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok

Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang


disertai gejala dan tanda infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan
pervaginam berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan
leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun2.

f) Missed abortion (retensi janin mati)


Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu
tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

g) Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu21.

2) Abortus provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk
menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500
gram17.Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a) Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)


Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud
melindungi kesehatan ibu. Indikasi untuk melakukan abortus therapeutic adalah
apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut
seperti pada penyakit vaskular
hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus
therapeutic juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat
hubungan saudara (incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan
deformitas fisik yang berat atau retardasimental4.

b) Abortus provocatus criminalis


Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang
tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak
berwenang. Kemungkinan adanya abortus provocatus criminalis harus
dipertimbangkan bila ditemukan abortus febrilis22

c) Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien17

2. Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus


a. Pengertian

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
Sedangkan abortus kompletus adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.

b. Etiologi
1) Hal yang dapat menyebabkan abortus, antara lain24 :
a) Infeksi akut virus, misalnya :
(1) Rubella
Infeksi rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan
dewasa muda, tetapi memberi nuansa istimewa seandainya infeksinya mengenai ibu
hamil, dimana virus dapat menembus barier plasenta dan langsung patogenik
terhadap janin yang dikandung. Infeksi rubella dapat menyebabkan abortus spontan,
lahir mati, malformasi janin, kelainan bayi, sindrom rubella pada anak di kemudian
hari .
(2) Parasit, misalnya malaria
Terdapat empat spesies plasmodium yang menyebabkan malaria pada
manusia, yaitu vivax, ovale, malariae, dan falsiparum. Organisme ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Serangan-serangan malaria secara
bermakna meningkat tiga sampai empat kali lipat pada dua trimester terakhir
kehamilan dan dua bulan pascapartum. Insiden abortus dan kelahiran preterm
meningkat pada wanita hamil yang mengalami
malaria4.
(3) Cacar.
(4) Hepatitis.
(5) Infeksi bakteri misalnya streptokokus24.c

b) Infeksi kronis
(1) Pneumonia
Pneumonia dalam kehamilan merupakan penyebab kematian non obstetrik
yang terbesar setelah penyakit jantung. Oleh karena itu, pneumonia harus segera
diketahui dalam kehamilan, segera dirawat, dan diobati secara intensif untuk
mencegah timbulnya kematian janin/ibu, terjadinya abortus, persalinan prematur,
atau kematian dalam kandungan25

(2) Tuberkulosis paru


(3) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua24.
2) Penyakit kronis, misalnya :

a) Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik sekurangkurangnya 30
mmHg, atau peningkatan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-
kurangnya90mmHg.
Wanita hamil dengan hipertensi esensial biasanya hanya menunjukkan gejala
hipertensi tanpa gejala-gejala lain. Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat
dan kehamilan kurang baik. Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar
antara 1% dan 2%, kematian biasanya disebabkan perdarahan otak,
dekompensasio kordis, atau uremia. Kurang baiknya prognosis bagi janin
disebabkan oleh sirkulasi utero-plasenter yang kurang baik pada hipertensi berat.
Janin bertumbuh kurang wajar (dismaturitas), lahir prematur, atau mati
Dalamkandungan3
b) Diabetes
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan
yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin. Beberapa gangguan
endokrin telah terlibat dalam abortus spontan berulang, salah satu diantaranya
adalah diabetes mellitus24. Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor
meningkat pada wanita dengan diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan
dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.

c) Infeksi Toxoplasma Gondii


Penyakit toxoplasmosis bukan disebabkan virus tetapi disebabkan oleh
sejenis parasit toxoplasma gondii. Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil,
maka pada janin dalam kandungannya juga akan berisiko terinfeksi dan
menimbulkan berbagai kecacatan fisik pada anak setelah dilahirkan. Infeksi
toxoplasma gondii menyebabkan abortus spontan sebesar 4%, lahir mati sebesar
3%,toxoplasmosisbawaan20%.

d) Anemia berat
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau
eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi
yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan
berbagai cara, antara lain metode sahli, oksihemoglobin atau cyanmethemoglobin.
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia.
Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang disebabkan
karena gangguan nutrisi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi utero plasenter
sehingga dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta2. Pada anemia ringan dapat mengakibatkan terjadinya
lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR), sedangkan pada anemia berat
selama masa hamil dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas baik pada ibu
maupun janin yang salah satunya adalah terjadinya abortus dan perdarahan pada
saat persalinan1.

e) Penyakit jantung
f) Gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, dan lain-lain
g) Trauma
(1) Trauma fisik
(a) Trauma minor
Merupakan trauma yang ringan yang terjadi pada kehamilan. Biasanya
disebabkan karena jatuh, pukulan langsung ke perut dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Hal ini menyebabkan memar, laserasi dan konstusio.
(b) Trauma mayor
Trauma sedang sampai dengan berat. Lebih sering menyebabkan kritis
pada kehamilan. Dampaknya dapat berupa patah pada tulang rusuk, patah tulang
panggul.
Tipe trauma fisik pada kehamilan muda: Cidera tumpul (blunt trauma),
pemerkosaan atau kekerasan seksual (sexual assault), luka tusuk (penetrating
injuries), dan luka bakar (burns).

(2) Trauma psikis


Trauma psikis sangat mungkin terjadi dialami pada masa awal kehamilan
karena masa awal kehamilan merupakan masa yang rentan terjadinya tingkat
kestressan yang tinggi yang
dipengaruhi beberapa faktor yaitu perubahan hormonal, perubahan fisik ibu hamil
yang butuh penyesuaian diri. Adapun trauma psikis tersebut adalah berupa
kecemasan,kegusaran,danperasaanpanikyangberlebihan24

3) Penyebab yang bersifat lokal, antara lain :


Fibroid, radang pelvis kronis, retroversi kronis, hubungan seksual yang
berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hyperemia dan abortus, kelainan
alat kandungan, gangguan kelenjar gondok, kematian janin akibat kelainan bawaan,
kelainankromosom,danlingkunganyangkurangsempurna24

c. Faktor yang berhubungan dengan abortus


Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah :
1) Faktor maternal
a) Kelainan genetalia ibu

Misalnya pada ibu yang menderita:


(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lainlain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau
estrogen, endometritis, dan mioma submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, molahidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis17.
(6) Sebab lain abortus dalam trimester kedua ialah serviks inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks,
dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang
tidak dijahit3.

b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun
sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan
diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada :

(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti


pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya.
Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi
kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
(4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

c) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi


Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan
lain-lain. Dapat juga karena trauma langsung terhadap letus: selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obatobatan.

e) Gangguan sirkulasi plasenta


Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

f) Usia ibu
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama26. Sedangkan usia ibu hamil
adalah usia ibu yangdiperolehdengan melihat catatan medik pasien.

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah


maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali
lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun2.

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi
untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,
psikologi, sosial dan ekonomi27.
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan
kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun28.
Kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai
risiko:
1) Sering mengalami anemia.
2) Gangguan tumbuh kembang janin.
3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4) Gangguan persalinan.
5) Preeklampsi.
6)Perdarahanantepartum.

Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia


terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal
atau abnormal 29. Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang
ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena
menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan
kromosom.
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor
etiologi abortus. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja
memang ada hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau
mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang menghambat
uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap
proseskonsepsi30.

Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap


kehamilan di atas 35 tahun adalah munculnya penyakit kronis31. Para peneliti
mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan dibandingkan wanita
berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan diabetes pada saat
pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada usia di atas 40 tahun
memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita tekanan darah tinggi dan 4 kali
lebih rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang
berusia 20 tahun pada penelitian serupa di University of California pada tahun 1999.
Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas 35 tahun meningkat,
yaitubisaberupakelainankromosompadaanak.
g)Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obsterik lebih baik, sedangkan risiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan3.

Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko kesehatannya dan


juga bagi kesehatan anaknya. Hal ini berisiko karena pada ibu dapat timbul
kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi
sirkulasi nutrisi ke janin28.

Menurut hasil pengamatan, wanita primigravida akan mengalami gugurnya


kehamilan sebesar 5,6 % dan wanita yang telah memiliki anak akan terjadi abortus
sebesar 2,2 % pada kehamilan berikutnya32. Abortus yang sering terjadi pada
kehamilan pertama adalah karena faktor fisik atau pun alasan sosial belum siap
memiliki anak3. Paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor tinggi pada ibu
hamil. Kejadian kematian pada persalinan pertama cukup tinggi (38,8 per 1000
kelahiran hidup dan persalinan lebih dari tiga kali akan lebih tinggi yaitu 77,5 per
1000kelahiranhidup).

Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi
terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan
rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin
akan berjurang dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat
menyebabkankematianpadabayi.

h)Pekerjaan
Pekerjaan harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan mencari
nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsa. Menurut Katz perilaku
dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan, ibu yang memiliki
aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja dapat memiliki risiko yang lebih tinggi
akan terjadinya keguguran atau dalam istilah kesehatan abortus33.

2) Faktor janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka
48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan
letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum
abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-
80%)3

3) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus.
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat
bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus4.
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi
kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar
rontgen,avitaminosis31

d. Patologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi
benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan
mengakibatkanpengeluaranjanin24.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan
pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak
dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan
pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk.

Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap. Hasil
konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya janin tidak
tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin
telah mati lama disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan
darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila
pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak sepertidaging.

Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak


dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, dan seluruh janin berwarnakemerah-merahan2

e. Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
syok, dan gagal ginjal akut.

1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya2.

2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula
terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasikomplikasi24

3) Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan
yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi
menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
diikutiolehsyok.

4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).

5) Gagal ginjal akut


Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari
efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat
berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi
klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal
ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk
memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi
berat.
ASUHAN KEBIDANAN NY “N” DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RS
BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 20 SEPTEMBER 2019

No Register : 327581

Tanggal Kunjungan : 20 September 2019 Jam : 03.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 20 September 2019 Jam : 08.00 WITA

Nama Pengkaji : Nurhidayanti

A. Langkah I : Pengkajian Data

1. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny “N / Tn “M”

Umur : 25 tahun / 40 tahun

Nikah / lamanya : 1 kali / 7 bulan

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SD

Pekerjaan : IRT/ Buruh harian

Gol. Darah : O / -

Alamat : Pangkabinanga, Kab. Gowa


2.Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir,agak banyak dan mengumpal,serta nyeri perut
bagian bawah tembus belakang.
b) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan hamil pertama dan mengalami keguguran, HPHT: tanggal 22
Juli 2019

3. Riwayat kesehatan lalu dan sekarang

Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, Asma, TBC, hepatitis, DM,
malaria, HIV/AID, dan penyakit menular seksual baik dari ibu sendiri maupun dari
keluarga.
4. Data Psikososial, Spiritual, dan Ekonomi

a. Ibu merasa cemas dengan kehamilannya.

b. Hubungan ibu,suami dan keluarga baik

c. Pengambil keputusan adalah suami

d. Ibu yakin bahwa kehamilannya ini karunia dari Allah SWT

e. Penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

f. Biaya pemeriksaan ditanggung oleh suami

g. Tidak menggunakan bpjs karena tidak sanggup membayar bulanan

5. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a. Nutrisi 1) Kebiasaan makan teratur sebanyak 3 kali yaitu nasi, sayur, ikan,
tahu, telur, dan buah-buahan

a) Pagi : nasi satu piring, sayur 1 mangkok, dan telur 1 butir, buah pisang 1,
dan 2 gelas air putih + teh (tidak rutin).
b) Siang : nasi satu piring, sayur satu mangkok, ikan 1 ekor, buah pisang 2,
air putih 1-2 gelas.

c) Malam : nasi satu piring, sayur 1 mangkok, ikan 2 ekor, air putih 2-3 gelas.
2) Nafsu makan baik

3) Kebiasaan minum 6-8 gelas sehari/semalam

b. Eliminasi
1) BAK : Pada tanggal 20 september 2019 : 2 kali
: Warna kuning jernih

2) BAB : Pada tanggal 19 september 2019 Pukul 06.00 wita : 1 kali


:Warna kecoklatan
c. Istirahat
Istirahat terakhir pada tanggal 19 september 2019 pukul 21.00 – 01.00 Wita
d. Pengetahuan
Ibu sudah mengetahui tanda kehamilan yang sehat, tanda bahaya kehamilan,
nutrisi seimbang, istirahat yang cukup.
6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum lemah

b. Kesadaran composmentis

c. BB 62 kg

d. TB 155 cm

e. Lila 25 cm

f. TTV : TD : 130 / 80 mmHg

N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 36,50C

g. Kepala, Wajah dan Leher


Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada oedema
dan kloasma gravidarum pada wajah, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.

h. Payudara
Simetris kiri dan kanan, puting susu terbentuk, hiperpigmentasi pada areola
mammae, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekan.

i. Abdomen
Belum teraba
Penunjang:
USG oleh dokter: Masih ada sisa jaringan
Pemeriksaan Lab:
Hb : 13,2 gr/dl
Plano test : Positif (+)

j. Ekstremitas tangan dan kaki

Tidak ada oedema dan varises.


PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN NY “N” GESTASI 8 MINGGU 4 HARI
DENGAN ABORTUS INKOMPLITDI RS BHAYANGKARA MAKASSAR TANGGAL
20 SEPTEMBER 2019

No Register : 327581

Tanggal Kunjungan : 20 September 2019 Jam : 03.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 20 September 2019 Jam : 08.00 WITA

Nama Pengkaji : Nurhidayanti

1) Subjektif (S)

a. Kehamilan yang pertama (G1 P0 A0)

b. Keluar darah dari jalan lahir awalnya sedikit kemudian menggumpal

2) Objektif (O)

a. Keadaan umum lemas

b. Kesadaran composmentis

c. HPHT : 22 Juli 2019

d. TP : 29 April 2019

e. BB : 62 kg

f. Lila : 26 cm

g. TTV

a. TD: 130 / 90 mmHg


b. N : 80x/i

c. P : 20x/i

d. S : 36,6C

h. Kepala, Wajah dan Leher

Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada oedema
dan kloasma gravidarum pada wajah, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.

i.Payudara

Positif (+)

Simetris kiri dan kanan, puting susu terbentuk, hiperpigmentasi pada areola
mammae, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekan.
j. Abdomen

Belum teraba

Penunjang:

USG oleh dokter: Masih ada sisa jaringan

Pemeriksaan Lab:

Hb : 13,2 gr/dl

Planot Tes Assesment ( A)


Ny. “N” Umur 25 Tahun G1P0A0 Gestasi 8 minggu 4 hari, dengan abortus inkomplit
dengan kecemasan
Penatalaksanaan (P)

Tanggal 20 September 2019, Pukul: 08.30 WITA

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan bahwa ibu akan dikuret

2. Mengobservasi perdarahan, darah yang keluar ± 200 cc

3. Memberitahu ibu mengenai penyebab perdarahan dan nyeri yang dialaminya

4. Mengistirahatkan ibu dengan mengatur posisi yang nyaman

5. Memberi dorongan spiritual kepada ibu

6. Melibatkan orang terdekat ibu selama perawatan

7. Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu

8. Menganjarkan teknik relaksasi jika timbul rasa nyeri

9. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai pentingnya dilakukan kuretase dan
meminta persetujuan suami untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
tindakan kuretase (inform consent)

10. Mempersiapkan ibu untuk tindakan kuretase

11. Melakukan skin test


BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya Penulis akan
memberikan beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang
diajukan sebagai berikut : Ditinjau dari peraturan mengenai Hak Asasi Manusia Di
Indonesia dalam hal ini menurut Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Abortus Provocatus tidak dibenarkan karena manusia memiliki hak
untuk hidup yang tercantum dalam Pasal 9 ayat (1) UU RI No.39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia dan hak untuk hidup dipandang sebagai salah satu hak
asasi manusia yang paling kodrati, Karena itu Abortus Provocatus bukan merupakan
bagian dari hak asasi manusia, tetapi justru melanggar hak asasi manusia yang
paling kodrati. Namun di sisi lain Abortus Provocatus tidak melanggar HAM jika itu
menyangkut kehidupan sang Ibu Hamil dan anak dalam kandungan sang Ibu yang
itu mengharuskan untuk dilakukannya Abortus Provocatus berdasarkan indikasi
medis demi menyelamatkan nyawa dari sang Ibu Hamil dan anak dalam
kandungannya Dalam hal ini Abortus Provocatus tidak melanggar Hak Asasi
Manusia.

B. Saran
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal
sebagai berikut : 1. Sebagai pencegahan terhadap tindakan Abortus Provocatus,
sebaiknya pemerintah membentuk suatu yayasan sosial artinya wanita yang hamil
yang tidak menghendaki kandungannya mempunyai pilihan lain sehingga dapat
melanjutkan kandungannya sehingga janin yang ada dalam rahimnya dapat
terselamatkan karena sebagai bentuk penghargaan terhadap kehidupan. 2. Tindakan
Abortus Provokatus hendaknya diperhatikan kasus per kasus dengan melibatkan
berbagai pihak seperti dokter,ahli hukum dan rohaniawan, sehingga dapat
dipertimbangkan apakah tindakan Abortus Provokatus memang perlu dilakukan atau
tidak. Seandainya tindakan Abortus Provakatus tetap akan dilakukan, itu adalah
merupakan pilihan terakhir demi menyelamatkan Sang Ibu.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?q=http://repository.unissula.ac.id/14556/7/Bab
%2520I.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjc5LiWn9HtAhWE4XMBHUbqCAwQFjAAegQI
BhAB&usg=AOvVaw0Mhuldf75BpdGgWLdXxxks

https://www.google.com/url?q=http://repository.ump.ac.id/5559/3/Eka
%2520Linarti%2520BAB
%2520II.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiAqLixn9HtAhVGeX0KHY3aDCYQFjAAegQIC
RAB&usg=AOvVaw3t54Qz8tdMOd45B3QiZctx

https://www.google.com/url?
q=http://abortus.inkomplittahun2009repository.ump.ac.id/5559/3/Eka
%2520Linarti%2520BAB
%2520II.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiAqLixn9HtAhVGeX0KHY3aDCYQFjAAegQIC
RAB&usg=AOvVaw3t54Qz8tdMOd45B3QiZctx

Anda mungkin juga menyukai