Makalah Pregnant Woman Bahasa Inggriis
Makalah Pregnant Woman Bahasa Inggriis
Makalah Pregnant Woman Bahasa Inggriis
“PREGNANT WOMAN“
Disusun Oleh :
RIZKA MULIA FEBRIANTI
DEVANI
SASMITA PUTRI
PRODI : S1 KEBIDANAN
SEMESTER IV
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen Universitas Mega Buana Palopo yang telah memberikan tugas yang berjudul
“PREGNANT WOMAN” kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang
berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
C.TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................
D.MANFAAT PENELITIAN................................................................................................
2.PERIODE KEHAMILAN..................................................................................................
1.PENGERTIAN ANEMIA..................................................................................................
2.KLASIFIKASI ANEMIA...................................................................................................
C.TABLET FE.....................................................................................................................
D.KADAR HB......................................................................................................................
A.KESIMPULAN .................................................................................................................
B.SARAN..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya
terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya
janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar
40 minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di Indonesia
pada tahun 2017 tercatat sekitar 5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah, jumlah ibu
hamil mencapai 590.984 jiwa (Kemenkes RI, 2018).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim
maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa
kehamilan (Johnson, 2016).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat
berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada kehamilan merupakan
suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil (Sukarni &
Wahyu, 2013).
Risiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan saat menjelang waktu kehamilan, waktu
hamil muda, waktu hamil pertengahan, saat in partu bahkan setelah persalinan (Manuaba,
2008). Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan
kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan
menjadi lebih besar (Robson and Waugh, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu bangsa.
Kematian ibu merupakan kematian seorang wanita yang dapat disebabkan pada saat kondisi
hamil atau menjelang 42 hari setelah persalinan. Hal ini dapat terjadi akibat suatu kondisi
yang berhubungan atau diperberat oleh kehamilannya maupun dalam penatalaksanaan, tetapi
bukan termasuk kematian ibu hamil yang diakibatkan karena kecelakaan (Maternity & Putri,
2017).
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat sekitar
830 wanita diseluruh dunia meninggal setiap harinya akibat komplikasi yang terkait dengan
kehamilan maupun persalinan dan sebanyak 99% diantaranya terdapat pada negara
berkembang. Di negara berkembang, pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu mencapai 239
per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan negara maju yang hanya mencapai 12 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2018).
AKI di Indonesia dalam data Kemenkes pada tahun 2016 terdapat sekitar 305 per
100.000 kelahiran hidup (Astuti, 2016). Di Jawa Tengah, Angka Kematian Ibu pada tahun
2016 mencapai 602 kasus atau 109,65 per 100.000 kelahiran hidup, yang mana angka
kematian tertinggi ada di Brebes dengan 52 kasus serta angka kematian terendah ada di
Temanggung dan Magelang dengan jumlah masing-masing 3 kasus (Dinkes Jawa Tengah,
2017).
AKI diakibatkan karena risiko yang dihadapi oleh ibu selama masa kehamilan hingga
persalinan. Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil meliputi
kondisi sosial ekonomi yang menjadi salah satu indikator terhadap status gizi ibu hamil,
kesehatan yang kurang baik pada saat sebelum maupun dalam masa kehamilan, adanya
komplikasi pada kehamilan dan saat melahirkan, adanya ketersediaan fasilitas kesehatan
khususnya pelayanan terhadap prenatal dan obstetri. Selain itu, terdapat 4 kriteria “terlalu”
yang juga menjadi penyebab kematian dalam maternal, yaitu terlalu muda usia ibu untuk
melahirkan (usia < 20 tahun), terlalu tua usia ibu saat melahirkan (usia > 35 tahun), terlalu
banyak jumlah anak (anak > 4 orang), dan terlalu rapat jarak antar setiap kelahiran (jarak < 2
tahun) (Dinkes Jawa Tengah, 2017).
Data yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun
2017, bahwa jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura merupakan jumlah
terbanyak dari 12 Puskesmas yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Tercatat sekitar 1988 ibu
hamil dan sebanyak 452 diantaranya merupakan ibu hamil yang dirujuk karena kasus risiko
tinggi.
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan trimester manapun,
mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor risiko terhadap komplikasi akan
mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya bahaya terhadap ibu maupun janin
(Johnson, 2016). Rencana asuhan keperawatan akan sangat penting dilakukan terhadap ibu
hamil yang memiliki risiko tinggi dalam kehamilan, sehingga perlu dilakukan eksplorasi
tentang “Apa saja penyakit penyerta pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan isi pada latar belakang tersebut, peneliti dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu : “Apa saja penyakit penyerta pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit penyerta pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat digunakan sebagai
referensi tambahan tentang penyakit penyerta pada kehamilan
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
dalam pemberian informasi kesehatan kepada ibu hamil tentang penyakit yang dapat
menyertai selama kehamilan, sehingga kondisi kesehatan ibu hamil dapat dijaga dengan baik.
b) Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini berguna sebagai bahan bacaan di
perpustakaan terutama dalam konteks keperawatan maternitas, terkait penyakit penyerta pada
ibu hamil dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
c) Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan untuk
masyarakat tentang penyakit yang dapat menyertai ibu dalam masa kehamilan, sehingga
dapat mencegah terjadinya perdarahan saat melahirkan, persalinan yang sulit dan lama,
kondisi bayi dengan berat badan yang berlebih, Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR,
komplikasi lanjut dalam kehamilan dan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibu Hamil
Ibu hamil adalah seseorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin (Prawirohardjo, 2005). Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan
berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho
dkk, 2014).
2. Periode kehamilan
Menurut Atikah Proverawati (2009), Periode kehamilan dibedakan menjadi III trismester
yaitu :
Masa kehamilan trimester I yaitu 0-12 minggu, pada awal kehamilan ( trimester I) sering
terjadinya mual dan muntah yang dialami oleh wanita atau sering disebut morning sickness.
Mual dan muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan kadar hormonal pada
tubuh wanita hamil. Pada kehamilan trimester I biasanya terjadi peningkatan berat badan yang
tidak berarti yaitu sekitar 1-2 kg.
b. Masa kehamilan trimester II dan III Masa kehamilan trimester II yaitu 13-27 minggu dan
trimester III yaitu 28-40 minggu, pada masa trimester II dan III terjadi penambahan berat badan
yang ideal selama kehamilan. Ibu hamil harus memiliki berat badan yang normal karena akan
berpengaruhi tehadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi akan menyebabkan keguguran, anak lahir prematur, berat badan bayi rendah,
gangguan rahim pada waktu persalinan, dan pendarahan setelah persalinan.
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar
hemoglobin (Hb) lebih rendah dari normal, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi
oksigen oleh darah ke seluruh tubuh (Kemenkes, 2018).
Anemia pada kehamilan dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan, seperti kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), kelainan janin, abortus, intelegensi rendah, mudah
terjadi pendarahan dan syok akibat lemahnya kontraksi rahim (Rahmawati, 2012).
2. Klasifikasi anemia
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya
dilakukan untuk mendeteksi anemia. Klasifikasi anemia bagi ibu hamil menurut Riskesdas
(2013)
Tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi). Ibu hamil yang
Mengalami malnutrisi akan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah
luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek yaitu anemia sudah parah
dan keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, 2009).
4. Dampak anemia
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko, melainkan tingginya angka kematian ibu berkaitan
erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel - sel
tubuh tidak cukup mendapatkan pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Pendarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat terhindar dari kehilangan darah
(Rukiyah, 2010).
Menurut Arisman 2004, anemia dalam kehamilan dapat dicegah dengan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Ada beberapa pendekatan dasar untuk mencegah anemia antara lain:
a. Pemberian tablet Fe
b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui
makanan
d. Modifikasi makanan pokok dengan zat besi Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat
dilakukan dengan cara pemberian tablet Fe serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu
hamil biasanya tidak hanya mendapatkan preparat besi tetapi juga asam folat (Sulistyoningsih,
2011).
C. Tablet Fe
1. Pengertian tablet Fe
Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan
sel darah merah atau hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk 11
pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika ibu hamil
kekurangan zat besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan
gangguan anemia gizi (kurang darah). Tablet zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh ibu hamil,
sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet selama
kehamilannya (Kemenkes, 2018).
2. Kandungan tablet Fe
Kandungan Tablet Fe yaitu zat besi (ferrous fumarate yang setara dengan 60 mg besi
elemental), asam folat 0,400 mg (Kemenkes, 2018).
Menurut Kemenkes 2018, Zat besi (Fe) berfungsi sebagai sebuah komponen yang membentuk
mioglobin, yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim,
kolagen dan ketahana tubuh. Tablet zat besi (Fe) penting untuk ibu hamil karena memiliki
beberapa fungsi berikut ini:
d. Menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan pada saat persalinan
Kebutuhan zat besi akan meningkat pada trimester II dan III yaitu sekitar 6,3 mg perhari.
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini dapat diambil dari cadangan zat besi dan peningkatan
adaptif serapan zat besi melalui saluran cerna. Apabila cadangan zat besi sangat sedikit atau
tidak ada sama sekali sedangkan kandungan dan penyerapan zat besi dari makanan sedikit, maka
pemberian suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil (Arisman,
2007).
b. Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah
kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg
c. Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditamabah
kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Penyerapan besi dipengaruhi oleh faktor protein hewani dan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dapat mengikat Fe sehingga mengurangi
jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat
memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan,
atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi
sebaiknya diperoleh dari makanan.
Metabolisme zat besi yaitu Fe3+ dan Fe2+ masuk ke lambung, lambung merubah Fe3+
menjadi Fe2+ dan kelebihan disimpan dalam bentuk ferritin. Besi akan dibawa ke dalam darah
(alat transport transferin) dan beberapa zat besi disimpan di jaringan otot dalam bentuk
mioglobin. Pembentukan sel darah merah dan hemoglobin terjadi di sumsum tulang, kelebihan
zat besi disimpan dalam bentuk feritin dan hemosidorin. Hati akan memecah sel darah merah dan
transferin akan mengangkut zat besi dalam darah (Whitney dkk, 2008).
Besi dalam makanan yang dikonsumsi berada dalam bentuk ikatan ferro (umumnya dalam
pangan hewani). Di dalam sel mukosa, ferro dioksidasi menjadi ferri, kemudian bergabung
dengan apoferitin membentuk protein yang mengandung besi yaitu feritin. Selanjutnya untuk
masuk ke plasma darah, besi dilepaskan dari feritin dalam bentuk ferro, sedangkan apoferitin
yang terbentuk kembali akan bergabung lagi dengan ferri hasil oksidasi di dalam sel mukosa.
Setelah masuk ke dalam plasma, maka besi ferro segera dioksidasi menjadi ferri untuk
digabungkan dengan protein spesifik yang mengikat besi yaitu transferin (Suhardjo, 2002).
Plasma darah disamping menerima besi berasal dari penyerapan makanan, juga menerima besi
dari simpanan, pemecahan hemoglobin dan sel-sel yang telah mati. Sebaliknya plasma harus
mengirim besi ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin, juga ke sel endotelial untuk
disimpan, dan ke semua sel untuk fungsi enzim yang mengandung besi. Jumlah besi yang setiap
hari diganti (turnover) sebanyak 30-40 mg. Dari jumlah ini hanya sekitar 1 mg yang berasal dari
makanan (Suhardjo, 2002).
Banyaknya besi yang dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin umumnya sebesar 20-25
mg per hari. Pada kondisi saat sumsum tulang berfungsi baik, dapat memproduksikan sel darah
merah dan hemoglobin sebesar enam kali (Suhardjo, 2002). Besi yang berlebihan disimpan
sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin di dalam sel parenkhim hepatik sel
retikuloendotelial sumsum tulang hati dan limfa. (Suhardjo, 2002).
D. Kadar Hb
1. Pengertian
Kadar Hb adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat
diukur secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas
pembawa oksigen pada darah. Kandungan Hb yang rendah dengan demikian mengindikasikan
anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai Hb menjadi akurat sampai 2-3%
(Supariasa, dkk, 2001).
2. Pemeriksaan kadar Hb
Hematology analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasa
digunakan dalam bidang kesehatan.Fungsi dari alat Hematologi analyzer untuk memeriksa darah
lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi
aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan. Hematology Analyzer lebih
cepat dalam pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit dibandingkan dilakukan
secara manual (Gandasoebrata, R . 2008).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hb pada ibu hamil
a. Faktor dasar
Menurut Notoatmodjo (2010), faktor dasar yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil
yaitu:
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulus terhadap terwujudnya sebuah
perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara
mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan akan
terhindar dari resiko anemia dalam kehamilan. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui pendidikan, pengelaman orang lain, media massa, dan lingkungan (Notoatmodjo,
2010).
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki ibu. Pendidikan dapat
mengubah pola pikir manusia dalam memilih bahan makanan yang dikonsumsi. Ibu dengan
tingkat pendidikan yang memadai dapat memilih makanan sumber zat besi untuk mencegah
terjadinya anemia (Budiono, 2009).
Faktor sosial ekonomi juga berpengaruh terjadinya anemia. Ibu hamil yang masih
mempercayai terhadap pantang-patangan makan yang bisa menghambat terciptanya pola
makan sehat bagi ibu hamil. Asupan ibu hamil kurang dikarenakan ada pantangan pada suatu
makan akan berdampak pada terjadinya anemia dikarenakan asupan tidak tercukupi dengan
baik (Sulistyoningsih, 2011).
b. Faktor langsung
Menurut Arisman (2007), faktor langsung yang mempengaruhi kadar Hb pada ibu hamil
yaitu:
Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama masa
kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi kebutuhan selama
hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga untuk janin yang ada
di dalam kandungannya. Apabila ibu hamil selama masa kehamilan patuh mengkonsumsi
tablet Fe maka resiko terkena anemia semakin kecil (WHO, 2002). Kepatuhan ibu sangat
berperan dalam meningkatkan kadar Hb. Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi mengonsumsi
tablet Fe (Hidayah dan Anasari, 2012).
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat pemasukan
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk
kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh (Supariasa, dkk,
2001).
Status gizi ibu hamil yang buruk akan berdampak bagi ibu dan janin. Ibu hamil yang
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada 18
janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan
(Maulana, 2010).
3) Penyakit infeksi
Beberapa infeksi penyakit yang beresiko terjadinya anemia antara lain TBC, cacingan dan
malaria, karena menyebabkan terjadinya penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit. Cacingan dapat menyebabkan malnutrisi dan mengakibatkan anemia. infeksi
malaria juga dapat menyebabkan anemia (Nurhidayat, 2013).
4) Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab anemia yang dikarenakan terlampau banyaknya besi yang
keluar dari tubuhnya. pada ibu hamil yang terjadi anemia akan beresiko terjadi pendarahan
pada saat persalinan dikarenakan asupan makan dan zat besi selama kehamilan tidak optimal
(Arisman, 2007).
Menurut Arisman (2007), faktor tidak langsung yang mempengaruhi kadar Hb pada ibu
hamil yaitu:
1) Frekuensi ANC
Antenatal Care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim. Pemeriksaan ANC secara rutin akan mendeteksi
keadaan anemia ibu akan lebih dini, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang
sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah ketahap yang
lanjut ( Arisman, 2007).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim.
Paritas merupakan faktor terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil
dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu ( Arisman, 2007).
Ibu hamil dengan paritas tinggi berhubungan dengan kondisi organ reproduksi yang belum
pulih ditambah dengan menyusui. Pemulihan organ tubuh memerlukan konsumsi zat besi
yang cukup bagi ibu hamil. Apabila ibu hamil belum bisa mengembalikan cadangan zat besi
dalam tubuhnya tetapi sudah hamil lagi akan berdampak pada kondisi anemia. Kondisi inilah
yang menyebabkan anemia kehamilan pada ibu yang paritas tinggi (Yanti, 2016).
3) Umur Ibu
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu
kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun. (Walyani, 2018).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan kehamilan Trimester III pada Ny H dilakukan berdasarkan data subjektif
dan objektif, sehingga didapatkan penatalaksanaan sesuai dengan keluhan dan kebutuhan pasien.
Asuhan yang diberikan pada Ny H sudah sesuai dengan teori yang ada. Anemia yang dialami ibu
dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu ketika hamil telah tertangani dengan baik.
2. Asuhan kebidanan persalinan pada Ny H telah sesuai dengan teori. Ny H mengalami KPD
pada masa kehamilan 39+5 minggu dan telah mendapat asuhan yang sesuai. Persalinaan
berlangsung secara spontan dengan dilakukan episiotomi atas indikasi perineum kaku. Lama fase
laten 19 jam, fase aktif 6,5 jam, kala II 25 menit, kala III 10 menit, kala IV 2 jam. Peneliti tidak
dapat melakukan asuhan secara langsung, hanya berdasarkan sumber data sekunder dari rekam
medis dan dari pihak pasien sehingga ada beberapa data observasi yang tidak tercantum.
3. Asuhan kebidanan pada BBL dan neonatus Ny H berlangsung fisiologis. Namun pada usia 6
hari bayi mengalami ikterik fisiologis krammer I. Penatalaksanaan yang dilakukan pada BBL
dan neonatus telah sesuai dengan teori sehingga ikterik teratasi.
4. Asuhan kebidanan masa nifas pada Ny H berlangsung secara fisiologis dan keluhan yang
dirasakan ibu merupakan hal fisiologis. Dengan konseling yang tepat dan sesuai pada Ny H,
keluhan dapat teratasi.
6. Pendokumentasian dalam asuhan yang diberikan pada Ny H sudah selalu dituliskan sesuai
dengan asuhan yang diberikan.
B. Saran
1. Kepada pihak bidan puskesmas sebaiknya lebih memperhatikan faktor risiko yang terdapat
pada klien sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan sedini mungkin dan lebih melengkapi
dokumentasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Dalam memberikan asuhan telah sesuai
dengan teori dan diharapkan dapat mempertahankan asuhan yang diberikan.
2. Kepada klien dan masyarakat diharapkan lebih terbuka sehingga segala permasalahan yang
ada dapat segera teratasi dengan baik. Mengenal tanda-tanda abnormal sehingga bila ibu
mengalami akan segera datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan tindakan segera.
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yogyakarta: Nuha Medika
Aprilia, 2010, Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan Melahirkan, Jakarta:
Penerbit Gagas Media
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakarta: EGC
Bandiyah, (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika
Dewi, Vivian nanny lia dan Tri sunarsih. 2010. Asuhan Kehamilan untuk kebidanan. Jakarta:
Salemba medika.
Diah, 2012, Mekanisme gerakan kepala janin pada persalinan normal mulai dari engangement
hingga descent, http://jurnalbidandiah.blogspot.com. Diakses tanggal 26 Agustus 2017
Dinkes, Kabupaten Ponorogo. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2016.
Eni, Ambarwati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: EGC
Fraser, Diane M, dan M.A Cooper. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta : EGC.
Gent G. 2011. Obstetri William, alih bahasa: Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
_______, H. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.