Makalah Lintang NEW

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Asuhan Kebidanan Koprehensif Letak Lintang

Nama : Evi Solihatul Afiah


NIM : 200603035
Prodi/Kelas : S1 Kebidanan B/Kelas C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA


Telp. (021) 86901352
E-mail : [email protected]
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 10 Oktober  2021

Penyusu
n
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................

C. Tujuan........................................................................................................................................

D. Manfaat......................................................................................................................................

E. Ruang Lingkup..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan Letak Lintang........................................................................................................

B. Persalinan Letak Lintang........................................................................................................

C. Penanganan Letak Lintang......................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 230
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur


kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga
mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan
kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap
pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2012).

Setiap menit diseluruh dunia, 380 wanita mengalami kehamilan, 190 wanita
menghadapi kehamilan tidak diinginkan, 110 wanita mengalami komplikasi terkait
kehamilan, 40 wanita mengalami aborsi yang tidak aman dan 1 wanita meninggal.
Indikator yang umum di gunakan dalam kematian ibu adalah angka kematian ibu
(AKI). Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
penyebab langsung yaitu perdarahan(25%), biasanya perdarahan pasca persalinan),
sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi
aborsi tidak aman (13%), dan sebanyak (8 %) dikarenakan oleh sebab-sebab lainnya
(Prawirohardjo, 2010) Penyebab kematian Ibu dan perinatal terjadi karena
pengawasan Ante Natal Care yang kurang sehingga kehamilan dengan resiko tinggi
terlambat untuk diketahui, banyak dijumpai ibu dengan jarak kehamilan yang terlalu
pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil (Saifuddin,
2002).
Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan dalam menjalankan program M.P.S
untuk menurunkan AKI dan AKB, peran bidan dalam melakukan asuhan kebidanan
pro-aktif adalah dengan peningkatan cakupan ante natal care (ANC) yaitu
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, bersalin pada tenaga kesehatan, perawatan
bayi baru lahir, kunjungan nifas, kunjungan neonatal, penanganan komplikasi dan
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan secara komprehensif (Syafrudin, 2009).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan


secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatal sampai
pada keluarga berencana. Asuhan kebidanan ini diberikan sebagai bentuk penerapan

2
fungsi, kegiatan, dan tangggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klien dan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB (Saifuddin,
2006).

Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan
meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, prahamil, KB, serta
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual, yang semuanya
terangkum dalam program PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial), juga
kita telah mempunyai intervensi strategis yaitu empat pilar safe motherhood yang
terdri dari Keluarga berencana, pelayanan antenatal terfokus, persalinan yang bersih
dan aman, serta pelayanan obstetric esensial (Prawiroharjo 2002).

AKI dan Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) di Indonesia masih jauh
dari target yang harus dicapai Tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran
pembangunan millenium. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
melaporkan AKI tahun 2006 sebanyak 253/100.000 kelahiran hidup menjadi
248/100.000 kelahiran hidup tahun 2007. Pada tahun 2009 AKI 226/100.000
kelahiran hidup, tapi angka ini masih jauh di atas target AKI untuk (MDGs)
Millenium Development Goals yang ditetapkan WHO sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup.

Sementara AKBBL di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup atau 2 kali


lebih besar dari target WHO sebesar 15/1000 kelahiran hidup (DepKes, 2008).

Angka kematian ibu di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara


yaitu sebanyak 214/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010, Sedangkan target
MDGs dalam meningkatkan kesehatan Ibu di Indonesia menetapkan batasan jumlah
kematian ibu sebanyak 102/100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia kematian ibu
disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung antara
lain perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%,
emboli obstetri 3%, komplikasi puerpureum 8%, dan lain- lain 11% (Depkes RI,
2011).

Sedangkan untuk data Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia walaupun


masih jauh dari angka target MDGs yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per 1000

3
kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI
2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

4
Kehamilan dengan letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang
di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dan pada kepala janin
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Hal ini termasuk salah satu masaiah
kesehatan yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan
janinnya (Wiknjosastro H. 2007)

Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat


menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan
infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus,
asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.

Letak lintang terjadi rata-rata pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di
Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973;
Johnson, 1964). Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin
tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Janin letak lintang seringkali ditemukan
dengan pemeriksaan USG pada awal gestasi. Angka kejadian meningkat jika janinnya
premature.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah
“Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu dengan
Masalah “Janin Letak Litang” dalam masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,
nifas, neonatus sampai dengan pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan ?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu Dengan
Masalah “Janin Letak Litang” dari masa kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
neonatus serta pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan”.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

5
a. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil sehingga dilakukannya
asuhan kehamilan secara teratur untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi dapat termonitor dengan baik dengan pemantauan terhadap komplikasi-
komplikasi yang mungkin terjadi dapat terdeteksi secara dini.
b. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu bersalin akan terlaksananya asuhan
persalinan normal tanpa ada komplikasi ataupun penyulit yang mungkin
terjadi.
c. Dengan adanya asuhan pada bayi baru lahir dengan baik dan benar akan
mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.
d. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga masa nifas dapat
berlangsung normal tanpa terjadi infeksi ataupun komplikasi yang mungkin
dapat terjadi.
e. Dengan adanya asuhan pada neonatus dengan baik dan benar akan mencegah
terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.
f. Dengan adanya asuhan pelayanan kontrasepsi diharapkan laju pertumbuhan
penduduk dapat ditekan sehingga tercipta masyarakat yang berkualitas.
mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.
g. Dengan adanya asuhan pelayanan kontrasepsi diharapkan laju pertumbuhan
penduduk dapat ditekan sehingga tercipta masyarakat yang berkualitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi bahan pembelajaran dalam
perkuliahan.
b. Bagi Puskesmas wilayah kerja setempat dapat membantu untuk menjalankan
dan melancarkan program kerja puskesmas.
c. Bagi klien, klien mendapatkan pengetahuan dan pelayanan sesuai standar
pelayanan kebidanan.
d. Bagi peneliti, dapat mempraktikan teori yang didapat secara langsung dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,nifas,
neonatus dan KB.
e. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam membuat karya
tulis ilmiah.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan Letak Lintang


1. Pengertian
Letak lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu (Sastrawinata, 2004).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
(Wiknjosastro, 2011).
Jadi pengertian letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang
didalam uterus dengan sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu.
2. Klasifikasi Letak Lintang
Klasifikasi letak lintang menurut (Mochtar, 2012) dapat dibagi menjadi 2 macam,
yang dibagi berdasarkan :
a. Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.
b. Letak Punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso – anterior.
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior.
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorsosuperior.
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorsoinferior.
3. Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2011), penyebab terjadinya letak lintang adalah :
1. Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek
2. Fiksasi kepala tidak ada, indikasi CPD (cephalopelvic disporpotion)
3. Hidrosefalus
4. Pertumbuhan janin terhambat atau janin mati
5. Kehamilan premature
6. Kehamilan kembar
7. Tumor di daerah panggul
8. Kelainan bentuk rahim ( uterus arkuatus atau uterus subseptus)

7
9. Kandung kemih serta rektum yang penuh
10. Plasenta Previa

4. Patofisiologi

Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus


beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang.
Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka (Wiknjosastro, 2011).

5. Diagnosis letak lintang (Wiknjosastro, 2011).

Untuk menegakan diagnosa maka hal yang harus di perhatikan adalah dengan
melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, pemeriksaan dalam :

a. Inspeksi
Pada saat melakukan pemeriksaan inspeksi letak lintang dapat diduga hanya
pemeriksaan inspeksi, fundus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih
rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.
b. Palpasi
Pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi hasilnya adalah fundus uteri kosong,
bagian yang bulat, keras, dan melenting berada di samping dan di atas simfisis
juga kosong, kecuali jika bahu sudah turun ke dalam panggul atau sudah
masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP), kepala teraba di kanan atau di kiri.
c. Auskultasi
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan auskultasi adalah denyut jantung janin
di temukan di sekitar umbilicus atau setinggi pusat.
d. Pemeriksaan Dalam
Hasil yang di peroleh dari pemeriksaan dalam adalah akan teraba tulang iga,
scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan, teraba bahu dan ketiak
yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri, bila kepala di kiri ketiak menutup di
kiri, letak punggung di tentukan dengan adanya scapula, letak dada, klavikula,
pemeriksaan dalam agar sukar dilakukan bila, pembukaan kecil dan ketuban
intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
e. Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) atau foto rontgen dengan diperoleh hasil kepala janin
berada di samping.

6. Prognosis Letak lintang

Prognosis letak lintang menurut Mochtar, (2012) prognosis letak lintang bagi ibu
dan janin adalah

a. Bagi Ibu adalah :


1. Rupture uteri
2. Partus lama
3. Ketuban Pecah Dini
4. Infeksi Intrapartum
b. Bagi Janin adalah : Angka kematian tinggi 25 – 40 %, disebabkan karena :
1. Prolapsus funiculi
2. Trauma Partus
3. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4. Ketuban pecah dini
7. Penanganan Letak Lintang
Pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi
luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun
versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin
memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai untuk menilai letak janin
(Wiknjosastro, 2011).

B. Persalinan dengan Letak Lintang


1. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan Menurut Wiknjosastro (2007: 625) pada letak lintang
dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi
persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan

9
menyebabkan kematian janin dan rupture uteri. Bahu masuk ke dalam panggul
sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian – bagian tubuh lainnya.
Disebut persalinan dengan kelainan letak lintang kasep karena janin tidak
dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam usaha untuk mengeluarkan janin,
segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah
uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama
makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Persalinan dengan letak
lintang kasep dapat menyebabkan terjadinya janin meninggal. Apabila tidak segera
dilakukan pertolongan akan terjadi rupture uteri, sehingga janin yang meninggal
sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk dalam rongga perut. Janin
hanya dapat lahir spontan bila kecil ( premature), sudah mati, dan menjadi lembek,
atau bila panggul luas (Mochtar, 2012: 368).
Menurut Wiknjosastro (2007: 625) beberapa cara janin letak lintang lahir
spontan yaitu:
1. Evolutio Spontanea
Variasi Mekanisme lahirnya janin dengan letak lintang akibat fleksi lateral yang
maksimal dari tubuh janin ada dua cara yaitu :
2. Menurut DENMAN
Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
3. Menurut DOUGLAS
Bahu masuk ke dalam rongga panggul kemudian di lewati oleh bokong dan
kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya
kepala.
4. Conduplicatio Corpore
Kepala tertekan ke dalam perut anak dan seterusnya anak lahir dalam keadaan
terlipat. Yang paling dulu tampak dalam vulva ialah daerah dada dibawah bahu,
kepala, toraks melalui rongga panggul bersamaan.

2. Komplikasi
Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban cenderung pecah dan
dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat. Keduanya merupakan

10
komplikasi gawat dan memerlukan tindakan segera (Harry Oxorn William R.
Forte. 2010: 236).

C. Penanganan Letak Lintang


1. Sewaktu Hamil
Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul
sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan
janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan untuk menggunakan korset, dan
dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
2. Sewaktu Partus
Pada permulaan persalinan masih diusahakan mengubah letak lintang janin
menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban
belum pecah atau utuh, umur kehamilan 36 sampai 38 minggu, bagian terendah
belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP, dan bayi dapat lahir
pervagina.
Pada seseorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera
dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan – pertimbangan
sebagai berikut : bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,
sehingga pada seorang primgravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks
sukar menjadi lengkap, tidak ada bagian janin yang menahan tekanan intra – uteri
pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli, dan pada
primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan
di awasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi
ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan
melarang wanita tersebut bangun dan meneran.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus
funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada
prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai

11
pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri
persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk
beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancer
atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila
janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan
pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi atau
embriotomi.

12
PATOFIOLOGI
Relaksasi dinding abdomen pada
perut yang menggantung
KELAINAN LETAK LINTANG
menyebabkan uterus beralih ke
depan, sehingga menimbulkan
ETIOLOGI
Multiparitas defleksi sumbu memanjang bayi
Panggul sempit menjauhi sumbu jalan lahir.
Kehamilan premature
Kehamilan kembar
Plasenta Previa
Kelainan bentuk rahim

Penanganan letak lintang dalam Persalinan


Belum Kasep
Kasep
Belum Kasep
Selaput Ketuban (+) Selaput Ketuban (-) Janin Mati Janin hidup

Pembukaa Seksio Sesaria Embriotomi Seksio Sesaria


n
>4 cm
< 4cm

Syarat Versi Luar


Janin mati Janin hidup
Usia Kehamilan 36-38 minggu
Pembukaan < 4 cm Tunggu pembukaan
Bagian terendah masuk atau lengkap Primi Multi
masih dapat dikeluarkan dari
PAP Riwayat Obstetri
Bayi masih dapat lahir Embriotomi
pervaginam BaikJelek
VL
Tunggu Lengkap
Berhasil Tidak Berhasil
VE
Percobaan Seksio Sesaria
persalinan vaginal Seksio sesaria

13
Sumber : Wiknjosastro (2007)
William R (2010), Manuaba
(2010)
Ket : VL : Versi Luar, VE : Versi
Ekstraksi Gambar 2.1 Pathway letak lintang

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan bidan terhadap ibu
pada masa kehamilan hingga pelayanan kontrasepsi setelah melahirkan sebagai deteksi
dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari atau ditanggulangi.
Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dimana pada saat
pemeriksaan terdapat kesenjangan yaitu letak posisi janin berada dalam letak lintang.
Bidan dapat memberikan asuhan tentang gerakan Kneechest (posisi sujud) ± 10 menit.
Agar Masalah dapat teratasi yaitu dengan di harapakan posisi janin berada dalam letak
normal. Pada pemeriksaan Lepold TFU Ny.S tidak sesuai dengan Usia Kehamilan.
Diberikan asuhan agar Ibu memperbaiki Pola Nutrisi, dan jika ibu mengalamai keluhan
sakit pinggang. Diberikan asuhan tentang Gerakan oeregangan otot dan menganjurkan
mandi air hangat. Jika pada pemeriksaan Lepold TFU ibu tidak sesuai dengan Usia
Kehamilan. Diberikan asuhan agar Ibu memperbaiki Pola Nutrisi.

B. SARAN
a. Diupayakan bimbingan dan asuhan yang diberikan lebih sesuai dengan standar asuhan
kebidanan yang telah diberikan untuk menghasilkan asuhan kebidanan yang tepat,
bermutu dan memuaskan klien.
b. Bidan diupayakan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien agar tercipta
suasana yang terbuka dan harmonis, sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana.
c. Bidan diupayakan melakukan penyuluhan tentang jarak/interval kehamilan yang
terlalu dekat karena hal tersebut merupakan resiko tinggi terhadap kehamilan
berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pelayanan Antenatala di Tingkat


Pelayanan Dasar.Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.www.depkes.go.id, Diakses tanggal 11 Maret 2015
Millenium Development Goals. www.depkes.go.id, Diakses tanggal 11
Oktober 2021.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil kota Balikpapan Tahun 2011 http:
//dkk.balikpapan.go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=137&i
temid=103,Diakses pd tanggal 11 Oktober 2021
Depdiknes. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Indonesia
Depkes, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ilma. 2012. Millennium Development Goals (MDGs). http://bahankuliahilma.blogspot.com.
Diakses (12 oktober 2021)
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
Wiknjosastro, H.2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiraharjo.

Winkjosastro,H. 2006. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta:BPSP


Wiknjosastro, Hanifa. (2011). “Ilmu Bedah Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardho

15

Anda mungkin juga menyukai