Persepsi Kognisi Emosi Benedictus B 131 17 0426
Persepsi Kognisi Emosi Benedictus B 131 17 0426
Persepsi Kognisi Emosi Benedictus B 131 17 0426
NIM : B.131.17.0426
1. Negoisasi
Negosiasi merupakan bentuk dari interaksi sosial pada pihak – pihak yang terlibat
berusaha untuk saling meyelesaikan suatu tujuan yang bertentangan dan berbeda.
Kegiatan negosiasi merupakan proses saat kedua belah pihak melakukan negosiasi
untuk mencapai tujaun yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang memiliki
kepentingan dengan elmen-elemn kompetisi dan kerjasama. Serta termasuk yang ada
didalamnya, suatu tindakan yang dilakukan saat melakukan mengosiasi, untuk
mempengaruhi atau kerjasama dengan orang lain dengan memiliki tujuan tertentu.
Contoh negoisasi :
2. Persepsi
Menurut Matsumoto (2008), dalam psikologi tradisional, sensasi dan persepsi adalah
tentang memahami bagaimana kita menerima stimulasi dari lingkungan dan
bagaimana kita memproses stimulus tersebut. Persepsi biasanya dimengerti sebagai
bagaimana informasi yang berasal dari organ yang tersetimulasi diproses, termasuk
bagaimana informasi tersebut diseleksi, ditata, dan ditafsirkan. Persepsi mengacu pada
proses di mana informasi inderawi diterjemahkan menjadi sesuatu yang bermakna.
Selama proses negosiasi, sangat penting untuk menjaga persepsi diantara pihak yang
terlibat. Sehingga penyampaian gagasan masing-masing pihak seharusnya harus dapat
diterima dengan jelas oleh pihak lawan. Sehingga tidak menimbulkan mispersepsi
yang berakibat terhadap kepentingan/ keputusan yang diperoleh tidak dapat sesuai
dengan keinginan awal.
Contoh persepsi :
persepsi bahwa negosiasi akan cenderung lebih mudah dilakukan dengan orang
yang to the point, maka lawan negosiator yang memiliki indikasi/ ciri-ciri to the point
akan dianggap lebih mudah diajak bernegosiasi, misalnya tegas dalam menyampaikan
gagasan dan serius dalam menghadapi negosiator lawan.
3. Kognisi
Kognisi adalah aspek yang harus diperhatikan dan dipahami antar negosiator yang
mencakup latar belakang serta minat, target maupun perspektif. Sehingga tercipta
persepsi yang benar dan bukan mispersepsi yang tidak diharapkan terjadi. Kognisi
adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah masukan-
masukan dari indera menjadi pengetahuan (Matsumoto, 2008). Menurut Tri Dayakisni
(2008) salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian kategori pada setiap benda
atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya. Selain kedua hal di atas,
pemberian kategori juga biasanya didasarkan pada fungsi dari masing-masing objek
tersebut. Proses-proses mental dari kognisi mencakup persepsi, pemikiran rasional,
dan seterusnya. Ada beberapa aspek kognisi, yaitu kategorisasi (pengelompokkan),
memori (ingatan) dan pemecahan masalah (problem solving).
Contoh kognisi :
Negosiator yang memperhatikan apa yang perlu dievaluasi, karena tindakan yang
sama terus dilakukan dengan melihat bagaimana hasil yang telah dicapai, sehingga
hasilnya tidak optimal bahkan sia-sia. Hal ini dapat diatasi dengan adanya penasihat
yang dapat memberikan pencerahan.
4. Emosi
Emosi adalah aspek psikologis negosiator yang harus dijaga tetap dalam sisi yang
positif, sehingga menciptakan konsekuensi terjadinya negosiasi yang lebih integratif
dan kesepahaman atas sikap positif satu sama lain. Yang diharapkan, bahwa dengan
adanya emosi yang positif sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif
serta dukungan kognisi yang mencakup berbagai aspek yaitu minat, target maupun
perspektif dengan saling memahami antar pihak negosiator, maka akan menciptakan
proses dan hasil negosiasi yang optimal antara kedua belah pihak.
Contoh emosi :
Kita diharuskan untuk tidak bersikap egois dengan mengedepankan kepentingan diri
kita atau organisasi kita sendiri. Kedua belah pihak diminta untuk mengerti apa yang
diinginkan oleh lawan bicaranya. Mengapa sulit? Karena dalam negosiasi kita diminta
untuk selembut mungkin, dan selihai mungkin untuk membuat lawan bicara kita
berfikir seolah-olah merekalah pihak yang membutuhkan kita. Selain itu kita juga
diminta untuk mencarikan solusi atau jalan keluar bagi lawan negosiasi kalau-kalau
mereka merasa negosiasi dari kita tidaklah menguntungkan bagi diri mereka.
Kemampuan ini tentu tidak dimiliki oleh setiap orang. Entah karena kurangnya
kemampuan dalam berkomunikasi atau kurangnya wawasan mereka mengenai tujuan
dan kepentingan lawan negosiasi mereka. Oleh karena itu dalam bernegosiasi kita
perlu mengasah kemampuan debat dan berfikir kritis terlebih dahulu sehingga tujuan
kita dapat tercapai tanpa ada pihak yang dirugikan.