KEL.12 (KMB II) MELINA Y D3-3A Diagnosa Hidrosefalus
KEL.12 (KMB II) MELINA Y D3-3A Diagnosa Hidrosefalus
KEL.12 (KMB II) MELINA Y D3-3A Diagnosa Hidrosefalus
Di RSI Masyitoh
Oleh
P17220173024
JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN, LAWANG
April 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada An.B dengan diagnosa Hidrosefalus di
Ruang Mina, RSI Masyitoh Bangil.
Oleh mahasiswa :
NIM : P17220173024
Mahasiswa
NIM : P17220173024
Menyetujui
Mengetahui
LAPORAN PENDAHULUAN
HIDROSEFALUS
A. Definisi
dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan karena tidak seimbangnya produksi dan
B. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
intrauterine meliputi :
Syndrom Dandy-Walker
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan
jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
kraniofaringioma.
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
C. Klasifikasi
1. Waktu Pembentukan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan
terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang +
2. Parenchym otak
3. Arachnoid
4. Sirkulasi CSF
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju
ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan
cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari
sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna
Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
E. Patofisiologis
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak
kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa
otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi
sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi
ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.
F. Pathway
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal
lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara
terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan
teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum.
baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus
komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel
dan bahkan kematian
J. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
(https://www.academia.edu/10331813/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIDROSEFALUS). Online,
diakses pada tanggal 19 April 2020
(https://www.academia.edu/10842184/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIDROSEFALUS). Online,
diakses pada tanggal 19 April 2020
Marwan,dkk. 2014. Jurnal Neuroanestesi Indonesia ; Pengelolaan Anestesi pada Anak dengan
Hidrosefalus. Volume 3, No 1. http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/131. (Online) diakses
pada tanggal 20 April 2020
Dessy & Dwita. 2017. Jurnal Medula Unila. Hematom Intraventrikular Disertai Hidrosefalus
Obstruktif. Vol 7 No 1. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/741. (Online)
diakses pada tanggal 20 April 2020
Afdalurrahman,A. 2013. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Gambaran Neuromaging Hidrosefalus Pada
Anak. Vol 13 No 2 : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3413/0. (Online) diakses pada
tanggal 20 April 2020
Apriyanto, dkk. 2013. Jambi Medical Journal. Hidrosefalus Pada Anak. Vol 1 No 1 : https://online-
journal.unja.ac.id/kedokteran/article/view/2690. (Online) diakses pada tanggal 20 April 2020
LAPORAN KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
Oleh :
MELINA YOLANDA SETIAWATI
NIM :
P17220173024
APRIL 2020
PENGKAJIAN
BIODATA
Nama : An B
Umur : 11 Tahun
Agama :Islam
Pendidikan Terakhir : TK
DATA PSIKOSOSIAL
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Kondisi secara umum : Lemah
3. Pengkajian nyeri :
P : peningkatan TIK
Q : cekot - cekot
R : kepala bagian belakang
S:6
T : hilang timbul± 3jam sekali, selama ±20mnt
4. Tanda tanda vital
Suhu tubuh : 36OC Nadi : 100 x/dtk
Tekanan darah : 110/60 mmHg Respirasi : 20 x/dtk
Tinggi badan : 130 cm Berat badan : 24 kg
B. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : Tampak membesar ,
Ubun –ubun : -
Kulit kepala : Bersih, tidak ada benjolan
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut rata, rambut bersih
Bau : Tidak berbau, wangi
Warna : Hitam
c. Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Tampak ada pembesaran pada daerah dahi, tampak sunset
phenomena.
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, simetris
b. Kelopak mata : Tidak ada benjolan, tidak ada luka.
c. Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva bewarna merah muda dan sclera bewarna
putih
d. Pupil : Anisokor
e. Kornea dan iris : -
f. Ketajaman penglihatan : Px mulai tidak bisa melihat dengan jelas, kabur
g. Tekanan bola mata : Tidak terdapat tekanan bola mata
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris, normal
b. Lubang hidung : Normal tidak terdapat mukus
c. Cuping hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga
Ukuran telinga : Normal, tidak terdapat deformitas
Ketegangan telinga : Normal
b. Lubang telinga : Tidak ada sekret
c. Ketajaman pendengaran : Pendengaran tajam
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan
b. Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada perdarahan gigi
c. Keadaan lidah : Bewarna merah muda
6. Leher
a. Posisi trakhea
b. Tiroid : Tidak didapatkan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Suara : -
d. Kelenjar lymphe : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
e. Vena jugularis : Tidak meningkat
f. Denyut nadi carotis : Teraba nadi carotis
C. Pemeriksaan integument (kulit)
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Akral hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : CRT < 2dtk
e. Tekstur : Kenyal
f. Kelembapan : Normal
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada
h. Skor resiko dekubitus : -
D. Pemeriksaan payudara dan ketiak \
a. Ukuran dan bentuk payudara : Normal
b. Warna payudara dan areola : Normal, areola bewarna coklat
c. Kelainan payudara dan puting : Tidak ada kelainan
d. Axila dan clavicula : Normal
E. Pemeriksaan thorak/dada
1. Inapeksi thorak
a. Bentuk thorak : Normal, tidak ada benjolan
b. Pernafasan
Frekuensi : 20x/mnt
Irama : -
c. Tanda –tanda kesulitan bernafas : Tidak ada
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi : Vokal fremitus kanan sama kiri
b. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
c. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : -
Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan di lapang paru
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi dan palpasi
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Ictus cordis : Ictus cordis tidak teraba
b. Perkusi
Batas batas jantung :
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC II LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinistra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
c. Auskultasi
Bunyi jantug I : S1 tunggal
Bunyi jantung II : S2 tunggal
Bising/mur-mur Tidak ada suara tambahan gallop/murmur
Frekuensi denyut jantung : 100x/mnt
F. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen :
- Perut tampak besar, perut terasa keras
Benjolan : Tidak ada benjolan
b. Auskultasi
Peristaltik usus : Bising usus menurun 3x/mnt
c. Palpasi
Tanda nyeri tekan : Terdapat nyeri tekan
Benjolan : Tidak terdapat benjolan
Tanda tanda ascites : Tidak ada tanda tanda ascites
Hepar : Hepar tidak membesar
Lien : -
Titik Mc Burne : Tidak terkaji
d. Perkusi
Suara abdomen : -
Pemeriksaan ascites : Tidak terkaji
G. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genetalia
a. Rambut pubis : Terdapat rambut pubis pada daerah kemaluan
b. Meatus urethra : Tidak terkaji
c. Kelainan kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal : Tidak ada
kelainan, tampak terpasang selang kateter.
2. Anus dan perineum
a. Lubang anus : Tidak terkaji
b. Kelainan kelainan pada anus : Tidak ada kelainan
c. Perenium : Tidak terkaji
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstrimis)
a. Kesimetrisan otot : Tidak terkaji
b. Pemeriksaan oedema : Tidak ada edema tungkai bilateral
c. Kekuatan otot : Terdapat kelemahan pada otot ekstremitas atas dan bawah 4 4
2 2
d. Kelainan kelainan pada ekstrimitas dan kuku : Tidak ada
e. Skor resiko jatuh : -
I. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran/GCS : GCS = 15 (E4 V5 M6)
2. Tanda-tanda rangsangan otak :
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh, terdapat nyeri kepala, kaku kuduk (-)
3. Fungsi motorik : Px tampak lemah ,
4. Fungsi sensorik : Px dapat merasakan nyeri, refleks bisep trisep pada kaki dan tangan
terjadi kelemahan
5. Refleks’
a. Refleks fisiologis : Baik
b. Refleksi patologis : Baik
J. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi emosi/perasaan : Px tampak cemas, tampak meringis
b. Orientasi : Px berorientasi baik, tetap semangat.
c. Proses berfikir (ingatan,atensi,keputusan,perhitungan) : Px dapat mengingat kejadian
dengan baik, px mengambil keputusan bersama kedua orang tuanya
d. Motifikasi (kemampuan) : Baik
e. Persepsi : Baik
f. Bahasa : Indonesia, Jawa.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Pasien : An B
Umur : 11 Tahun
DO :
- Ku = lemah
- Px tampak meringis, px
tampak sesekali memegang
kepalanya
- TD : 110/60 mmhg
- RR : 20 x/mnt
- N : 100 x/mnt T : 36 OC
- GCS = 456
2. DS : Hambatan mobilitas Penurunan kekuatan
- Px mengatakan kedua kaki fisik otot
sulit digerakan, diangkat
DO :
- Ku = lemah
- GCS : 456
- TD : 110/60 mmhg
- RR : 20 x/mnt
- N : 100 x/mnt T : 36 OC
- Penurunan kekuatan otot
4 4
2 2
- Px tampak berbaring
terlentang diatas kasur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An B
Umur : 11 Tahun
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : An B
Umur : 11 Tahun
Nama Pasien : An B
Umur : 11 Tahun
Nama Pasien : An B
Umur : 11 Tahun
EVALUASI
Nama Pasien : An B
Umur : 11Tahun