Mitral Stenosis (Eri)
Mitral Stenosis (Eri)
Mitral Stenosis (Eri)
MITRAL STENOSIS
DISUSUN OLEH :
Eri Abdillah C014182054
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Akhtar Fajar M, Sp.Jp, FIHA
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Agama : Islam
Alamat : Bone-bone
Tanggal Keluar :-
No. RM : 903843
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak napas
Sesak nafas dialami sejak 2 hari dan memberat 1 hari sebelum masuk
Riwayat mual & muntah (-), demam (-), batuk (-), ada bengkak pada kaki.
5. Riwayat Kebiasaan
Tidak ada
IV. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis
BB : 80 kg
TB : 155 cm
Tanda Vital
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36.5o C
Leher : JVP R+3 cmH2O, limfadenopati tidak ada dan tidak ada
pembesaran tiroid.
Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor kiri dan kanan, batas paru-hepar ICS 6 kanan
Auskultasi : vesikuler, bunyi tambahan ronkhi basal bilateral,
wheezing -/-
Pemeriksaan jantung
Inpeksi : ictus cordis jantung tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan di ICS 4 garis midklavikula kanan,
dan batas jantung kiri di ICS 5 linea aksilaris anterior. Batas
jantung atas di ICS 2.
Auskultasi : BJ I/II irreguler, dan murmur diastolik 2/6 di apex
Pemeriksaan ekstremitas
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
(06/12/2019)
RUJUKAN
INR 3,09 -
b. EKG
(08/12/2019)
Interpretasi
Regularitas : irregular
Axis : Right Axis Deviasion
C. Echocardiography (06/12/2019)
Conclusion :
LVH concentric
VI. DIAGNOSIS
4. Hiperkalemia
5. Hiponatremia
8. Hypoalbuminemia
VII.TERAPI
VIII. RESUME
Perempuan 48 tahun masuk IGD PJT dengan keluhan sesak nafas. Sesak
nafas dialami sejak 2 hari dan memberat 1 hari sebelum masuk rumah
Riwayat mual & muntah (-), demam (-), batuk (-), BAB dan BAK normal.
sedang / obese 2 / compos mentis. Berat badan 80 kg, tinggi badan 155 cm,
IMT 33,3 kg/m3. Tekanan darah 129/73 mmHg, nadi 74 kali per menit,
frekuensi pernafasan 20 kali per menit, dan suhu 36,5oC. Konjuntiva tidak
ada bilateral dan wheezing tidak ada. BJ I/II irreguler, dan murmur diastolik
2/6 di apex.
right ventrikel hypertrofi, T inversi pada lead II, III, aVF, V5, V6.
SGPT 129)
TINJAUAN PUSTAKA
MITRAL STENOSIS
A. DEFINISI
Katup mitral memiliki diameter 4-6 cm². Kompleks mitral memiliki dua
daun katup, yaitu anteromedial dan posterolateral. Daun ini dikelilingi oleh cincin
fibrosa yang disebut dengan annulus. Daun anterior memiliki bagian yang lebih
kecil sekitar 1/3, sedangkan daun posterior memiliki bagian yang lebih luas.
Katup katup ini dijaga oleh tendon yang melekat di bagian posterior katup,
mencegah agar katup tidak prolaps. Tendon ini dinamakan chordae tendineae.
Chordae tendineae menempel ujungnya pada otot papilaris (papillary muscles)
dan pada katup. Otot papilaris sendiri merupakan penonjolan dari dinding
ventrikel kiri. Ketika ventrikel kiri berkontraksi , tekanan intraventrikuler
memaksa katup mitral untuk menutup. Tendon menjaga agar leaflet tetap sejajar
satu sama lain dan tidak bocor ke arah atrium. (Ramli & Karani, 2018)
C. ETIOLOGI
Etiologi stenosis katup mitral bisa terjadi baik secara kongenital maupun
didapat (acquired). Secara kongenital, stenosis mitral utamanya terjadi karenya
adanya abnormalitas dari kompleks mitral dan biasanya banyak terjadi pada bayi
dan anak. Sedangkan secara acquired (didapat) bisa berasal dari penyakit jantung
rematik/ rheumatic heart disease, myxoma atrium kiri, kalsifikasi mitral annulus,
dan formasi trombus. Namun penyakit jantung rematik adalah penyebab tersering
stenosis mitral di negara berkembang. (Neema, 2015)
D. PATOFISIOLOGI
Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup mitral
pada waktu fase penyembuhan demam reumatik. Terbentuk sekat jaringan ikat
tanpa pengapuran yang mengakibatkan lubang katub mitral pada waktu diastol
lebih kecil dari normal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada stenosis mitral derajat berat, dispneu mungkin saja terjadi pada saat
istirahat, dapat pula terjadi orthopneu dan paroxysmal nocturnal dyspneu akibat
kongesti pulmonal yang semakin berat. Pada stenosis mitral yang lebih berat dapat
pula ditandai dengan adanya tanda gagal jantung kanan, seperti distensi vena
jugular, hepatomegali, ascites, dan edema perifer. Adanya kompresi pada nervus
laryngeus recurrent karena adanya pembesaran arteri pulmonal dapat pula
menimbulkan hoarseness (suara parau). Diagnosis stenosis mitral dapat pula
ditegakkan oleh salah satu komplikasi yang ditimbulkan misalnya : fibrilasi
atrium, tromboemboli, endokarditis infektif, atau hemoptisis yang telah dijelaskan
pada patofisiologi sebelumnya. (Lilly, 2011)
F. DIAGNOSIS
Stenosis mitral yang murni (isolated) dapat dikenal dengan terdengarnya bising
mid-diastolik yang bersifat kasar, bising mengenderang (rumble), aksentuasi
presistolik dan bunyi jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan
opening snap berarti katup masih relatif lemas (pliable) sehingga waktu terbuka
mendadak saat diastol menimbulkan bunyi yang menyentak (seperti tali putus).
Interval bunyi jantung II dengan opening snap memberikan gambaran beratnya
stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya.
Pada fase lanjut, jika sudah terjadi bendungan interstisial dan alveolar paru akan
terdengar ronkhi basah atau wheezing pada fase ekspirasi. Jika sampai
menimbulkan gagal jantung maka dapat ditemukan distensi vena jugular,
hepatomegali, asites, edema tungkai. Dapat pula mengganggu hati, sehingga dapat
menimbulkan ikterus, hiperpigmentasi kulit (fasies mitral) dan sebagainya.
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004)
Elektrocardiogram
Foto Thoraks
Gambaran foto thoraks pada stenosis mitral dapat berupa pembesaran atrium kiri,
pelebaran arteri pulmonal (karena peninggian tekanan), aorta yang relatif lebih
kecil dan pembesaran ventrikel kanan. Kadang-kadang terlihat perkapuran di
daerah katup mitral atau perikard. Pada paru terlihat tanda-tanda bendungan vena.
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004)
Ekokardiogram
Laboratorium
G. TATALAKSANA
a. Atrial Fibrilasi
jantung untuk mengurangi gejala yang ada. Denyut jantung dapat dikontrol
1) Digitalis
3) Bisoprolol 1 x 1.25 - 10 mg
b. Dispneu
1) Hidroclorthiazide 12,5 - 50 mg
2) Furosemide 40 - 120 mg
3) Spironolactone 12,5 - 50 mg
c. Pembentukan Trombus
dan atau dengan trombus pada atrium menunjukkan bahwa harus dengan
1) Warfarin diberi sesuai target INR 2-3 pada pasien dengan fibrilasi
Tindakan Intervensi
a. Indikasi intervensi
1) MS simtomatik
Bila symptom tidak jelas atau tidak sesuai dengan temuan ekokardiografi,
b. Jenis intervensi
derajat sedang atau berat, Kalsifikasi berat bikomisura, tanpa ada fusi
orang tua).
Komplikasi mitral stenosis antara lain : fibrilasi atrium, trombus atrium kiri,
tromboemboli, kejadian cerebrovaskuler, hipertensi pulmonal, edema pulmonal,
infeksi tractus respiratorius, gagal jantung kanan, efusi pleura, efusi pericard,
regurgitasi trikuspid dan endokarditis infektif. (Riaz, Kaleem, & Abbas, 2015)
DAFTAR PUSTAKA