Teknologi Pembelajaran K2 Word
Teknologi Pembelajaran K2 Word
Teknologi Pembelajaran K2 Word
campuran dan Learning yang berarti pembelajaran. Dengan demikian sepintas lalu blended
learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran
atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya dalam pembelajaran.
Mosa dalam Kumar (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan dalam blended
learning yaitu dua unsur utama, yakni pembelajarna di kelas (classroom lesson) dengan
online learning.
langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen
media),
Manfaat dari penggunaan e-learning dan juga blended learning dalam dunia pendidikan saat
ini adalah e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
pelajaran disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses
Berdasarkan pengertian menurut para ahli mengenai blended learning, maka blended learning
mempunyai 3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran belnded
learning. Komponen-komponen itu terdiri dari 1) online learning, 2) pembelajaran tatap muka, dan 3)
belajar mandiri.
online learning adalah lingkungan pembelajaran yang mempergunakan teknologi intranet dan
berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran antara sesama peserta didik atau dengan pengajar dimana saja dan kapan saja. Online
learning merupakan salah satu dari komponen blended learning, dimana online learning
memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber belajar. Online learning mempergunakan
teknologi Internet, intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus
dilakukan dan sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran konvensional, yang berupaya untuk
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pembelajaran tatap muka mempertemukan guru
dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar. Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik
yaitu terencana, berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial
(Liyanagunawardena,2014).
Sanagustin M. P (2012) belajar mandiri sebagai pembelajaran yang merubah perilaku, dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pebelajar dalam tempat dan waktu berbeda serta lingkungan
belajar yang berbeda dengan sekolah. Peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai
kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan pengajarnya di kelas.
Peserta didik mempunyai otonomi yang luas dalam belajar.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur menjadi fasilitator atau perancang
proses belajar dan sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta Blended
Learning, Trend Strategi Pembelajaran Masa depan didik mengatasi kesulitan belajar, atau dapat
menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar
mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format yang sesuai dengan pola belajar
mandiri.
1. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet.
Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan
kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
4. Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-learning
5. Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran
sistem e-learning, seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan
penilaian, serta menjawab atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh
peserta didik.
6. Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi
digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka
7. Diperlukan strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan potensi blended
learning.
Degeng (1989), “Kualitas pengajaran selalu terkait pada penggunaan metode atau model pengajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai hasil yang diharapkan dengan kondisi pengajaran
tertentu”. Dengan demikian bila ingin mencapai hasil sesuai dengan harapan baik dari siswa maupun
guru maka guru perlu memiliki strategi pengorganisasian pengajaran, penyampaian pengajaran, dan
kualitas pengajaran yang tepat apalagi di era 21 ini yang sebagian besar siswa ingin pembelajaran
tatap muka di kelas (face-to-face) ditiadakan dan melakukan proses pembelajaran secara online
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi serta sebagian siswa mash ingin tetap
menggunakan pembelajaran tatap muka (face-to-face). Hal ini bisa terjadi karena gaya belajar yang
dimiliki masing-masing siswa berbeda-beda.
Blended learning merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya tarik pada proses
pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan sangat sesuai untuk diterapkan di era 21. Blended
learning dapat mengakomodasi perkembangan teknologi yang luas tanpa harus m e n i n g g a l k a n
pembelajaran tatap muka (face-toface) di kelas dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka
dengan e-learning. Blended learning membuat siswa dapat terus belajar dan mengikuti proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat menjadi peluang keberhasilan guru dan siswa pada pembelajaran.
Blended learning juga membantu guru dalam mempersiapkan siswa untuk mencipatakan lingkungan
belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa dan dapat membantu siswa menghadapi
tantangan di masa depan.