Blended

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI BLENDED LEARNING


Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu Blended
dan Learning. Kata blend berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas
agar bertambah baik atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan.
Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas
mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran,
atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. (Sukarno, 2005)
Istilah blanded learning telah menjadi sangat mengikuti mode saat ini,
terutama di pendidikan tinggi. Secara umum, blanded learning memiliki tiga makna
antara lain: 1) perpaduan/integrasi pembelajaran tradisional dengan pendekatan
berbasis web on-line; 2) kombinasi media dan peralatan (misalnya buku teks) yang
digunakan dalam lingkungan e- learning, dan 3) kombinasi dari sejumlah
pendekatan belajar-mengajar terlepas dari teknologi yang digunakan. Model blended
learning merupakan gabungan dua lingkungan belajar. Di satu sisi, ada
pembelajaran tatap muka di lingkungan tradisional, di sisi lain ada lingkungan
pembelajaran terdistribusi yang mulai tumbuh dan berkembang dengan cara- cara
eksponensial sebagai teknologi baru yang kemungkinan diperluas untuk distribusi
komunikasi dan interaksi. Dalam uraian ini, blanded learning dianggap sebagai
integrasi pembelajaran tatap muka dan metode pembelajaran dengan pendekatan
on-line. (Pradnyana, Aditra, 2012)
Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara
teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi
cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global. Sebagaimana
pendapat lain dikatakan bahwa: “A blended learning approach combines face to face
classroom methods with computermediated activities to form an integrated
instructional approach.In the past, digital materials have served in a supplementary
role, helping to support face to face instruction” (Maresca et al., 2014) Selain itu
Blended learning is defined as a mix of traditional face-to-face instruction and e-
learning (McLaughlin, Gharkholonarehe, Khanova, Deyo, & Rodgers, 2015) New
South Wales Department of Education and Training (2002) provides a simple
definition: Blended learning is learning which combines online and face-to-face
approaches. Sampai sekarang, tidak ada konsensus tentang definisi tunggal untuk
blended learning. Selain itu, istilah "blended," "hybrid," dan "mixedmode" yang
digunakan secara bergantian dalam literature penelitian terbaru. Istilah yang lebih
disukai di Penn State dalam pembelajaran diatas adalah "blended”.
Pada dasarnya, penggunaan model blended learning adalah cara baru untuk
kedua mengajar dan belajar dalam lingkungan pendidikan tinggi. Tiga alasan utama
mengapa blanded learning dipilih antara lain: 1) Memperbaiki ilmu keguruan; 2)
Meningkatkan akses / fleksibilitas; dan 3) Meningkatkan efektivitas biaya.

Tiga alasan pemilihan model blanded learning di atas karena:


1. Berkontribusi dalam pengembangan dan dukungan strategi interaktif tidak
hanya dalam mengajar tatap muka, tetapi juga dalam pendidikan jarak jauh.
Mengembangkan kegiatan terkait dengan hasil pembelajaran yaitu fokus
pada interaksi peserta didik, bukan hanya penyebaran konten. Selain itu,
dapat menawarkan lebih banyak informasi yang tersedia bagi peserta didik,
umpan balik yang lebih baik dan lebih cepat dalam komunikasi yang lebih
kaya antara dosen/tutor dan mahasiswa;
2. Akses untuk belajar merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi
pertumbuhan pembelajaran lingkungan. Peserta didik dapat mengakses
materi setiap saat dan dimana saja. Selanjutnya, mereka dapat melanjutkan
sesuai dengan kemampuannya. Sebagai konsekuensinya, peserta didik harus
memiliki stumulasi dan motivasi yang tinggi
3. Peningkatan efektivitas biaya terutama berlaku untuk guru/pengajar yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Guru Tetap Yayasan (GTY) di
mana orang secara permanen sibuk dan hampir tidak pernah mampu untuk
menghadiri kelas-kelas penuh waktu tatap muka. Namun model blanded
learning memungkinkan mereka setelah menyelesaikan pekerjaan mereka,
keluarga dan komitmen sosial lainnya untuk mulai belajar.

Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat


pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web
online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan
belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi
berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan
belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang
dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous, belajar
mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang
dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan
pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.
Secara keseluruhan, model blended learning mengacu dengan integrasi atau
campuran yang disebut e-learning, alat dan teknik pengiriman tugas dengan
pengajaran tatap muka tradisional
Menurut Mosa dalam(Ali, 2013) menyampaikan bahwa pola belajar yang
dicampurkan adalah dua unsur utama yakni pembelajaran di kelas dengan online
learning. Dalam pembelajaran online ini terdapat pembelajaran menggunakan
jaringan internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Blended
Learning ini merupakan perpaduan dari teknologi multimedia, CD-ROM, video
streaming, kelas virtual, e-mail, voicemail dan lain-lain dengan bentuk tradisional
pelatihan di kelas dan pelatihan setiap apa yang dibutuhkannya. Intinya
penggabungan atau percampuran dua pendekatan pembelajaran yang digunakan
sehingga tercipta pola pembelajaran baru dan tidak akan menimbulkan rasa bosan
pada pererta didik.
Pembelajaran blended learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar
harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya.
Suasana pembelajaran blended learning akan mengharuskan peserta didik
memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik
membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di
dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan
teknologi
pendidikan. (McLaughlin et al., 2015)

KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING

Adapun karakteristik blended learning menurut Jhon Watson yaitu :


a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi
yang beragam
b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online.
c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian,
cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d. Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru
sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung. 


TUJUAN BLENDED LEARNING

a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses


belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta didik untuk
pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan
menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas
tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman
interaktif. Sedangkan porsi online memberikan peserta didik dengan konten
multimedia yang kaya akan
d. pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik
memiliki akses Internet.
e. Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui
penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi (Sajid et al., 2016)

MANFAAT BLENDED LEARNING

a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada
penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online.
b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan siswa
(mitra belajar).
c. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada siswa.
d. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam
belajar
e. Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning
adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara
mahasiswa (Garrison & Kanuka, 2004).

Dalam kelas model blended learning, mahasiswa umumnya bertemu dalam


pembelajaran tatap muka, dan kemudian memiliki kesempatan untuk berkomunikasi
dengan cara dialog terbuka, untuk mengalami perdebatan kritis, dan pada dasarnya
berpartisipasi dalam berbagai bentuk komunikasi dalam lingkungan "aman". Peluang
ini dapat memfasilitasi refleksi yang lebih besar pada isi materi kuliah dan
memperluas pengalaman belajar mahasiswa.Model Blended learning juga dapat
memberikan manfaat yang berbeda di ruang kelas tradisional. Teori Pedagogi baru-
baru ini menyarankan bahwa kuliah yang hanya mengirimkan informasi dari pada
berfokus pada belajar tidak efektif bagi mahasiswa dalam hal penggunaan retensi
jangka panjang (Ali, 2013) Dengan kata lain, mahasiswa harus mempelajari materi
dalam cara baru dan interaksi dalam memenuhi kepentingan individu, sehingga
keterampilan ini dapat mentransfer ke dunia nyata(Pradnyana, Aditra, 2012). Hal ini
mungkin benar dalam bidang teknologi pembelajaran, di mana pengertian transfer
ke dunia nyata, kolaborasi, dan usaha tim (bekerja dalam kelompok) yang diperkuat.
Selain itu, untuk dapat merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi proses dan
sumber daya untuk belajar teknologi, seperti praktisi di lapangan melakukan setiap
hari, mahasiswa harus mampu belajar untuk menggunakan teknologi sebagai alat
dalam dirinya sendiri. Akibatnya, Model Blended learning tidak hanya merupakan
sarana belajar materi pembelajaran, tetapi juga cara menempatkan isi pembelajaran
dalampraktek.
Model blended learning juga menyediakan kesempatan bagi siswa untuk tidak
hanya membangun suatu hubungan satu sama lain tetapi juga hubungan dengan
instruktur. Memiliki lebih banyak sumber daya yang tersedia dan koneksi ke orang-
orang yang berada dalam bidang yang sama. Selain itu, untuk siswa yang sudah
terbiasa mengalami instruksi hanya tatap muka, model blended learning
menyediakan ruang bagi pengembangan otonomi, self-efficacy, dan keterampilan
organisasi. Namun, juga memberikan konsistensi dalam belajar. Dalam pendekatan
ini mahasiswa memiliki pengalaman metode baru dan cara belajar yang juga
dimasukkan kedalam praktek, akrab belajar tradisional di lingkungan tatap muka.
Ketika tidak ada komponen tatap muka, seperti dalam program pembelajaran jarak
jauh, mahasiswa dapat melaporkan, kecuali instruktur membuat program pendidikan
jarak jauh interaktif, mahasiswa juga dapat melaporkan melepas dengan kelas,
teman sekelas mereka, atau instruktur (Pradnyana, Aditra, 2012). Hasilnya mungkin
tingkat kehadiran rendah, kurangnya akuntabilitas, dan putus sekolah. teknologi baru
telah membantu untuk mengatasi perhatian isolasi dalam pendidikan jarak jauh.
Teknologi seperti video conferencing, video streaming, web-log (blog) sekarang
sering fitur-fitur umum kontemporer kelas pendidikan jarak jauh (Sjukur, 2012)
Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak
pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif
mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang
intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran
konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua
perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin
kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform
model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.

KELEBIHAN BLENDED LEARNING

Kelebihan blended learning :


a. Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana
saja.
b. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya
memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien.
d. Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka
pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
e. Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku. 


PROSES PERANCANGAN BLENDED LEARNING

Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima


kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1. Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara
terpadu dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu
sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang
tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama.
Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
2. Self-Paced Learning Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta didik
belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten
(bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang
bersifat text-based maupun multimedia- based (video, animasi, simulasi,
gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut,
dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via
mobile device dalam bentuk streaming audio, streaming video, e-book, dll)
maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
3. Collaboration Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar,
maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas
sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus
meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta didik
ataupun kolaborasi antara peserta didik dan pengajar melalui alat-alat
komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email,
website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses social
atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi,
problem solving, project- based learning, dll.
4. Assessment Tentu saja dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara
untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam blended
learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessment baik
yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik
(authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping
itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessment online
dan assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas
peserta belajar mengikuti atau melakukan assessment tersebut.
5. Performance Support Materials Ini bagian yang jangan sampai terlupakan
ketika akan mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas
dan tatap muka virtual, pastikan kesiapan sumber daya untuk mendukung hal
tersebut. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar
tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk
CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Jika
pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management
System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal
dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya. 


KOMPONEN BLENDED LEARNING

A. E-Learning
Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang
pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian e-lektronik
(LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi
atau bimbingan. Rossenburg (Surya, 2002) mengatakan bahwa e-learning
merupakan suatu penggunaan teknologi Internet dalam menyampaikan
pembelajaran dalam jangkauan yang luas yang beandaskan tiga criteria
dasar yaitu :
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan
dan sharing pembelajaran serta informasi. Kriteria ini sangatlah penting
dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai
persyaratan absolute.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui teknologi computer
dengan menggunakan standar teknologi intemet.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang mengungguli paradigm tradisional dalam
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi e-learning diatas, dapat disimpulkan
bahwa e-learning adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan
penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu
perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses
belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara
interaktif kapan pun dan dimana pun.
Penerapan e-learning diantaranya untuk pembelajaran online. Apalagi
sekarang membuat situs e-learning sangatlah mudah dengan memanfaatkan
modul Content Learning Service (CMS) yang sangat mudah untuk diinstalasi
dan dikelola seperti moodle. Menurut Munir (2009), moodle adalah salah
satu aplikasi e-learning yang berbasis open source dengan menggunakan
paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis Internetdan
website atau sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat
merubah sebuah pembelajaran kedalam bentuk web, aplikasi ini
memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk
mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan materi moodle, kita dapat
membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu
sendiri adalah istilah singkatan dari Modular Object Orientied Dynamic
Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan
menggunakan model berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan
pendidikan berbasis web yang dinamis dan dan dikembangkan dengan
konsep berorientasi dengan objek. Penerapan blended e-Learning merupakan
suatu system pembelajaran dalam dunia pendidikan yang berangkat dari
pemikiran bahwa pada dasarnya pembelajaran berbasis intrnet dapat
diterapkan dalam pendidikan. Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh
para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya
Universitas Terbuka yang diizinkan menyelengarakan pendidikan jarak jauh,
maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
NO.107/U/2001 (2 juli 2001 ) tentang‘ penyelenggaraan program pendidikan
tingi jarakjauh’, maka perguruantinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh mengunakan blended
e- learning, juga telah diizinkan penyelenggaraanya (pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, (Rusman,dkk., 2012).
Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan teknologi informasi
yang telah diterapkan dapat di kategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama adalah memanfaatkan computer untuk menyampaikan materi
pengajaran itu sendiri, yang biasa di kenal dengan istilah Computer Assisted
Instructional (CAI). Pemakian Kelompok kedua adalah untuk pendistribusian
materi ajar melalui jaringan internet. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk
webpage, ataupun program belajar intraktif ( CAI atau CBT ). Pemanfaatan
kelompok ketiga adalah sebagai media komunikasi dengan pakar, atau
narasumber, atau peserta didik yang lain. Komunikasi ini dapat digunakan
menanyakan hal-hal yang tidak bias dimengerti, atau mengemukakan
pendapat supaya dapat di tanggapi oleh peserta yang lain. Dengan demikian
peserta didik bisa mendapat umpan balik dari pakar atau narasumber serta
dari teman-teman peserta didik yang lain mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pemahaman materi ajar. Jadi blended e-learning menekan kanpada
penggunaan teknologi intrnet dalam proses pendidikan baik dalam
mengirimkan pesan materi pembelajaran, pemecahan masalah dll. Seperti
pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa blended e-learning merujuk
pada penggunaan teknologi intrnet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Dalam pembelajaran blended e-learning, peran dan otoritas guru untuk
memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran lebih banyak lewat media
tidak seperti pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional guru
dianggap sebagai orang yang serbatahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sementara dalam pembelajaran
blended e-learning focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaranya. Dalam
pembelajaran ini (blended e- learning) keberadaan guru di wakili dengan
media. Karena itu pembelajaran blended e-learning hendaknya.
memudahkan peserta didik dan guru dalam menjalankan proses pendidikan
serta menjadikan peserta didik dan guru bekerja sama guna mencapai tujuan
pendidikan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang baik dan jujur
sangat penting dalam proses pembelajaran ini, perbedaan individu dihargai
dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

B. Pembelajaran Tatap Muka


Menurut Sudirman dan Rusyan (1990), Pembelajaran tatap muka
merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus dilakukan
dan sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
tatap muka merupakan salah satu bentuk model pembelajaran konvensional
yang mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar.
Pembelajaran tatap muka guru atau pembelajar akan menggunakan berbagai
macam metode dalam proses Pembelajarannya untuk membuat proses
belajar lebih aktif dan menarik. Metode pembelajaran yang biasanya
digunakan adalah :
1. Metode ceramah
Metode yang paling sederhana karena guru hanya menyampaikan materi
pembelajaran melalui kegiatn berbicara/ceramah di depan kelas dan
terkadang menggunakan media lain untuk menunjang prose pembelajaran.
2. Metode penugasan
Metode pembelajaran dengan memberikan penugasan 
 untuk dikerjakan
didalam kelas, melatih kemandirian dan 
 tanggung jawab siswa.
3. Metode tanya jawab
Metode pembelajaran yang menimbulkan interaksi antara siswa dengan guru,
guru memberikan pertanyaan lalu siswa menjawab pertanyaan atau
sebaliknya.
4. Metode tutorial
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru
kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.

Menurut Gintings (2008) metode tutorial sangat cocok diterapkan dalam


model pembelajaran mandiri seperti pada pembelajaran jarak jauh di mana
siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari. Selain itu, siswa
memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga
permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula.
Hal ini sejalan dengan model pembelajaran Blended Learning. Pelaksanaan
blended learning tergantung pada beberapa faktor.
(1) Sarana dan prasarana. Guru perlu memiliki akses terhadap jaringan
internet yang cukup besar dan cepat sehingga memudahkan kerja.
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai juga memerlukan
biaya.
(2) Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam bidang TIK dengan
cara membaca dan berlatih mandiri maupun melalui pelatihan formal.
Sekolah perlu memperhatikan hal ini sebagai salah satu
pengembangan profesional.
(3) Siswa perlu mendapatkan akses terhadap komputer dan internet dan
memiliki kemampuan memanfaatkan E-learning. Sekolah perlu
membekali siswa sebelum blended learning diterapkan. Mengingat
kondisi setiap sekolah berbeda, implementasi blended learning dapat
dipilih sesuai dengan kondisi persekolahan. Beberapa ragam blended
learning adalah sebagaimana gambar di bawah.

Model implementasi yang paling sederhana adalah model 5 yakni


pemanfaatan bahan-bahan online tanpa harus mensyaratkan siswa untuk
terhubung dengan internet. Hal ini berarti guru melakukan pembelajaran tatap
muka dengan melibatkan kegiatan siswa yang memanfaatkan bahanbahan
yang tersedia di internet misalnya film, animasi, game dan sebagainya. Model
implementasi berikutnya adalah model pembelajaran tatap muka dengan
kegiatan siswa dan guru melakukan akses internet. Misalnya ketika
berdiskusi, siswa dapat mencari bahan-bahan di internet dan
mempresentasikannya di kelas. Pada model ini dibutuhkan jaringan internet di
dalam dan di luar kelas. Model-model berikutnya adalah model dengan
pemanfaatan internet yang intensif. Beberapa cara mengimplementasikan
blended learning pada tahap permulaan diantaranya:
1) Guru mengintegrasikan teknologi komputer dan informasi
dalam materi pembelajarannya. Misalnya guru mendownload
video, animasi, dan simulasi yang sesuai untuk dimanfaatkan
di kelas. Berbagai media ini diintegrasikan dalam
pembelajaran.
2) Guru mengembangkan bahan ajar atau modul berbantuan
komputer. Bahan ajar ini dapat diakses oleh siswa dan dapat
dipelajari di luar jam tatap muka. Bahan ajar akan membantu
siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran tatap
muka
3) Guru mengoptimalkan email dengan mengembangkan email
group sebagai wahana diskusi guru-siswa-siswa. Group email
juga dapat digunakan untuk berbagi file, mengumpulkan tugas
dan sebagainya.
4) Guru mempelajari moodle dan memanfaatkannya sebagai
penunjang pembelajaran tatap muka. Guru memanfaatkan fitur
yang tersedia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tatap
muka. Guru dan sekolah dapat memilih model yang sesuai
dengan sarana prasarana yang tersedia, kemampuan guru,
dan kesiapan siswa. Implementasi model yang sesuai akan
berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

CARA PENERAPAN BLENDED LEARNING DI SEKOLAH

Ada beberapa cara sebagai panduan bagi pengajar yang ingin memulai
pembelajaran dengan blended learning. Berikut beberapa panduan untuk memulai
menerapkan model blended learning:
a. Guru menyiapkan beberapa video pembelajaran, teks, foto, suara, atau
gambar yang sesuai dengan isi kurikulum yang telah diunduh dari internet,
kemudian disimpan di flasdisk atau di folder dalam komputer. Guru dapat
menggunakan sumber belajar tersebut dalam pembelajaran tatap muka di
kelas. Cara yang ditempun guru ini sudah termasuk pelaksanaan blended
learning, tetapi blended learning dengan model offline.
b. Guru mengembangkan materi pembelajaran dan tugas-tugas evaluasi (tes)
sesuai dengan isi kurikulum. Materi ini dapat juga berupa materi yang diunduh
dari internet, kemudian disimpan dalam CD-room. Materi dalam CD tersebut
dibagikan kepada siswa untuk dipelajari dan tugas-tugasnya dipelajari dan
dikerjakan di rumah dengan bantuan orang tua, Ini juga pembelajaran dengan
“blended Learning” model “offline”.
c. Guru meanfaatkan WA (Whatsapp), group email, group facebook sebagai
media belajar. Di dalam media tersebut guru dapat memasukkan materi
inisiasi, tugas-tugas diskusi, dan tes untuk dikerjakan siswa di rumah dengan
bantuan orang tua, Atau dikerjakan bersama teman lain baik satu sekolah
atau dari beberapa sekolah. Model ini juga termasuk blended learning dengan
model hybrid learing atau online
d. Guru mempelajari beragam materi yang ada di internet sesuai dengan materi
yang ditetapkan dalam kurikulum dan memanfaatkannya sebagai materi
suplemen dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Guru dan kepala sekolah
dapat memulai penggunaan blended learning ini sesuai dengan situasi dan
kondisi siswa dan kemampuan guru dalam mengakases internet melalui
media komputer. Guru sekolah dasar dapat memulainya. Jika ada kesulitan
tentu guru dapat berlatih bersama teman sejawat baik teman dalam satu
sekolah, dalam kelompok kerja guru (KKG), atau melalui pelatihan-pelatihan
yang dapat diselenggarakan oleh jajaran dinas pendidikan. Dapat pula
bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau
dengan institusi lain yang sudah mengembangkan “blended learning” dalam
pembelajarannya di sekolah.

Blended Learning memadukan pembelajaran tatap muka dan e-learning.


Media belajar on-line yang tersedia di internet dapat digunakan secara langsung
atau diunduh terlebih dahulu untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran tatap
muka di kelas. Prima Suci R. (2013) telah mengembangkan beberapa prinsip
dasar pengembangan media e-learning untuk anak usia dini. Prinsip-prinsip
tersebut dapat diadopsi sebagai bahan pengembangan blended learning di
sekolah dasar. Penulis mencoba mengadopsi dengan beberapa penyesuaian
antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan blended learning pada prinsipnya dapat digunakan untuk
membiasakan anak belajar mandiri. Tentu saja dengan kontrol guru dan
orang tua. Dengan belajar secara mandiri menjadi terbiasa mengeksplorasi
bermacam-macam ilmu pengetahuan dasar untuk mengembangkan dirinya.
b. Penerapan pembelajaran dengan blended learning pada prinsipnya sama
dengan tahap-tahap pembelajaran tatap muka, yaitu melalui tahapan
pendahuluan, penyampaian informasi dan materi dasar, partisipasi peserta,
dan evaluasi untuk mengetahui pencapaian pembelajaran. Pendahuluan
yang yang terkait dengan blended learning bentuknya berupa kegiatan
memperkenalkan media elearning yang dimanfaatkan serta petunjuk
penggunaan dan petunjuk pendampingan bagi orang tua maupun
guru/instruktur. Sedangkan tahapan lainnya pada prinsipnya sama dengan isi
tahapantahapan yang ada pada pembelajaran tatap muka.
c. Materi dasar yang dikembang pada penerapan blended learning pada
prinsipnya sama dengan materi dasar yang dikembangkan dalam
pembelajaran tatap muka, hanya sumbernya ditambah dengan sumber atau
media belajar yang diunduh dari internet. Kemampuan dasar yang
dikembangkan di SD tetap mencap materi yang berkaitan dengan aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dan pengembanga keterampilan
membaca, menulis, dan berhitung.
d. Materi pelajaran yang disajikan melalui pendekatan blended learning pada
prinsipnya disajikan secara bertahap dari bentuk abstrak ke bentuk konkret
yang disampaikan dalam bentuk multimedia interaktif seperti audio, video,
teks, alat bantu (tool), koneksi (link), dan animasi. Agar peserta dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sistem dilengkapi dengan simulasi-
simulasi yang memungkinkan peserta untuk mengeksplor pemahaman
mereka. Alur materi dan simulasi dirancang sedemikian rupa agar anak
belajar mulai dari pemahaman yang sederhana hingga ke pemahaman
komplek.
e. Peran orang tua dan guru pada prinsipnya sama dengan ketika siswa belajar
secara tatap muka, yaitu berperan sebagai fasilitator yang membantu anak
usia SD dalam memanfaatkan e-learning yang telah dikembangkan. Hal ini
dimaksudkan agar anak mengetahui tata cara pemanfaatan media e-learning
tersebut dengan benar sekaligus dapat membantu untuk memberikan
penjelasan di saat anak tersebut menemukan hal yang tidak dipahaminya.
Oleh karena itu, pemanfaatan e-learning untuk anak SD tetap harus dalaM
pengawasan dan pendampingan orang tua maupun pendidik/instruktur.
f. Pada prinsipnya guru dapat memberikan beberapa contoh konsep media
pembelajaran e-learning untuk anak SD. Caranya dengan memperkenalkan
web e-learning yang berisi berisi gambar-gambar, audio dan video
pembelajaran, dan aplikasi interaktif, lainnya untuk mengembangkan
beberapa keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa SD, misalnya
keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.
g. Pada tahap permulaan guru dapat menunjukkan dalam web, bahwa di dalam
web pembelajaran terdapat beragam sumber belajar. Sumber belajar
tersebut dapat disimpan di fashdist agar dapat dipelajari kembali secara off-
line di rumah bersama orang tuanya.
h. Dalam web, guru harus disediakan petunjuk penggunaan yang lengkap dan
mudah dipahami oleh anak dan pendampingnya (orang tua maupun orang
dewasa lainnya). Bentuk web juga harus tersaji sederhana, simpel, dan
menarik dengan warna yang cerah tetapi tetap natural. Ukuran huruf dan
konten menyesuaikan dengan usia siswa SD, yaitu dengan ukuran huruf
lebih besar untuk siswa kelas awal dan lebih kecil (ukuran normal untuk
siswa kelas tinggi.
i. Bentuk evaluasi dalam web perlu disediakan kunci dan skor untuk feedback
pencapaian anak pada dalam belajar melalui e-learning, misalnya guru dapat
menggunakan software hot potatoes yang dapat diselesaikan siswa sendiri
atau dengan pendampingan orang tua atau orang dewasa lainnya, dan
secara otomatis siswa langsung mengetahui jawabannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2013). Analisis Dampak Implementasi Model Blended Learning (Kombinasi


Pembelajaran Di Kelas Dan E-Learning) Pada Mata Kuliah Medan
Elektromagnetik. Jurusan Pendidika Teknik Elektro UNY, 6, 22–35.

Maresca, C., Barrero, C., Duggan, D., Platin, E., Rivera, E., Hannum, W., & Petrola,
F. (2014). Utilization of Blended Learning to Teach Preclinical Endodontics.
Journal of Dental Education , 78(8), 1194–1204. Retrieved from
http://www.jdentaled.org/content/78/8/1194.abstract

McLaughlin, J. E., Gharkholonarehe, N., Khanova, J., Deyo, Z. M., & Rodgers, J. E.
(2015). Instructional design and assessment the impact of blended learning on
student performance in a cardiovascular pharmacotherapy course. American
Journal of Pharmaceutical Education, 79(2). https://doi.org/10.5688/ajpe79224

Pradnyana, Aditra, G. (2012). Blended Learning, (January), 18. Retrieved from


http://www.projectred.org/uploads/The-Rise-of-K-12-Blended-Learning.pdf

Sajid, M. R., Laheji, A. F., Abothenain, F., Salam, Y., AlJayar, D., & Obeidat, A.
(2016). Can blended learning and the flipped classroom improve student
learning and satisfaction in Saudi Arabia? International Journal of Medical
Education, 7, 281–285. https://doi.org/10.5116/ijme.57a7.83d4

Sjukur, S. B. (2012). Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan


Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(November 2012),
368–378. https://doi.org/10.21831/JPV.V2I3.1043

Sukarno. (2005). Blended Learning Sebuah Alternatif Model Pembelajaran


Mahasiswa Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan.
Jurnal Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai