Blended
Blended
Blended
TINJAUAN PUSTAKA
a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada
penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online.
b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan siswa
(mitra belajar).
c. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada siswa.
d. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam
belajar
e. Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning
adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara
mahasiswa (Garrison & Kanuka, 2004).
A. E-Learning
Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang
pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian e-lektronik
(LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi
atau bimbingan. Rossenburg (Surya, 2002) mengatakan bahwa e-learning
merupakan suatu penggunaan teknologi Internet dalam menyampaikan
pembelajaran dalam jangkauan yang luas yang beandaskan tiga criteria
dasar yaitu :
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan
dan sharing pembelajaran serta informasi. Kriteria ini sangatlah penting
dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai
persyaratan absolute.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui teknologi computer
dengan menggunakan standar teknologi intemet.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang mengungguli paradigm tradisional dalam
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi e-learning diatas, dapat disimpulkan
bahwa e-learning adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan
penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu
perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses
belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara
interaktif kapan pun dan dimana pun.
Penerapan e-learning diantaranya untuk pembelajaran online. Apalagi
sekarang membuat situs e-learning sangatlah mudah dengan memanfaatkan
modul Content Learning Service (CMS) yang sangat mudah untuk diinstalasi
dan dikelola seperti moodle. Menurut Munir (2009), moodle adalah salah
satu aplikasi e-learning yang berbasis open source dengan menggunakan
paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis Internetdan
website atau sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat
merubah sebuah pembelajaran kedalam bentuk web, aplikasi ini
memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk
mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan materi moodle, kita dapat
membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu
sendiri adalah istilah singkatan dari Modular Object Orientied Dynamic
Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan
menggunakan model berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan
pendidikan berbasis web yang dinamis dan dan dikembangkan dengan
konsep berorientasi dengan objek. Penerapan blended e-Learning merupakan
suatu system pembelajaran dalam dunia pendidikan yang berangkat dari
pemikiran bahwa pada dasarnya pembelajaran berbasis intrnet dapat
diterapkan dalam pendidikan. Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh
para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya
Universitas Terbuka yang diizinkan menyelengarakan pendidikan jarak jauh,
maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
NO.107/U/2001 (2 juli 2001 ) tentang‘ penyelenggaraan program pendidikan
tingi jarakjauh’, maka perguruantinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh mengunakan blended
e- learning, juga telah diizinkan penyelenggaraanya (pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, (Rusman,dkk., 2012).
Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan teknologi informasi
yang telah diterapkan dapat di kategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama adalah memanfaatkan computer untuk menyampaikan materi
pengajaran itu sendiri, yang biasa di kenal dengan istilah Computer Assisted
Instructional (CAI). Pemakian Kelompok kedua adalah untuk pendistribusian
materi ajar melalui jaringan internet. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk
webpage, ataupun program belajar intraktif ( CAI atau CBT ). Pemanfaatan
kelompok ketiga adalah sebagai media komunikasi dengan pakar, atau
narasumber, atau peserta didik yang lain. Komunikasi ini dapat digunakan
menanyakan hal-hal yang tidak bias dimengerti, atau mengemukakan
pendapat supaya dapat di tanggapi oleh peserta yang lain. Dengan demikian
peserta didik bisa mendapat umpan balik dari pakar atau narasumber serta
dari teman-teman peserta didik yang lain mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pemahaman materi ajar. Jadi blended e-learning menekan kanpada
penggunaan teknologi intrnet dalam proses pendidikan baik dalam
mengirimkan pesan materi pembelajaran, pemecahan masalah dll. Seperti
pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa blended e-learning merujuk
pada penggunaan teknologi intrnet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Dalam pembelajaran blended e-learning, peran dan otoritas guru untuk
memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran lebih banyak lewat media
tidak seperti pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional guru
dianggap sebagai orang yang serbatahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sementara dalam pembelajaran
blended e-learning focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaranya. Dalam
pembelajaran ini (blended e- learning) keberadaan guru di wakili dengan
media. Karena itu pembelajaran blended e-learning hendaknya.
memudahkan peserta didik dan guru dalam menjalankan proses pendidikan
serta menjadikan peserta didik dan guru bekerja sama guna mencapai tujuan
pendidikan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang baik dan jujur
sangat penting dalam proses pembelajaran ini, perbedaan individu dihargai
dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Ada beberapa cara sebagai panduan bagi pengajar yang ingin memulai
pembelajaran dengan blended learning. Berikut beberapa panduan untuk memulai
menerapkan model blended learning:
a. Guru menyiapkan beberapa video pembelajaran, teks, foto, suara, atau
gambar yang sesuai dengan isi kurikulum yang telah diunduh dari internet,
kemudian disimpan di flasdisk atau di folder dalam komputer. Guru dapat
menggunakan sumber belajar tersebut dalam pembelajaran tatap muka di
kelas. Cara yang ditempun guru ini sudah termasuk pelaksanaan blended
learning, tetapi blended learning dengan model offline.
b. Guru mengembangkan materi pembelajaran dan tugas-tugas evaluasi (tes)
sesuai dengan isi kurikulum. Materi ini dapat juga berupa materi yang diunduh
dari internet, kemudian disimpan dalam CD-room. Materi dalam CD tersebut
dibagikan kepada siswa untuk dipelajari dan tugas-tugasnya dipelajari dan
dikerjakan di rumah dengan bantuan orang tua, Ini juga pembelajaran dengan
“blended Learning” model “offline”.
c. Guru meanfaatkan WA (Whatsapp), group email, group facebook sebagai
media belajar. Di dalam media tersebut guru dapat memasukkan materi
inisiasi, tugas-tugas diskusi, dan tes untuk dikerjakan siswa di rumah dengan
bantuan orang tua, Atau dikerjakan bersama teman lain baik satu sekolah
atau dari beberapa sekolah. Model ini juga termasuk blended learning dengan
model hybrid learing atau online
d. Guru mempelajari beragam materi yang ada di internet sesuai dengan materi
yang ditetapkan dalam kurikulum dan memanfaatkannya sebagai materi
suplemen dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Guru dan kepala sekolah
dapat memulai penggunaan blended learning ini sesuai dengan situasi dan
kondisi siswa dan kemampuan guru dalam mengakases internet melalui
media komputer. Guru sekolah dasar dapat memulainya. Jika ada kesulitan
tentu guru dapat berlatih bersama teman sejawat baik teman dalam satu
sekolah, dalam kelompok kerja guru (KKG), atau melalui pelatihan-pelatihan
yang dapat diselenggarakan oleh jajaran dinas pendidikan. Dapat pula
bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau
dengan institusi lain yang sudah mengembangkan “blended learning” dalam
pembelajarannya di sekolah.
Maresca, C., Barrero, C., Duggan, D., Platin, E., Rivera, E., Hannum, W., & Petrola,
F. (2014). Utilization of Blended Learning to Teach Preclinical Endodontics.
Journal of Dental Education , 78(8), 1194–1204. Retrieved from
http://www.jdentaled.org/content/78/8/1194.abstract
McLaughlin, J. E., Gharkholonarehe, N., Khanova, J., Deyo, Z. M., & Rodgers, J. E.
(2015). Instructional design and assessment the impact of blended learning on
student performance in a cardiovascular pharmacotherapy course. American
Journal of Pharmaceutical Education, 79(2). https://doi.org/10.5688/ajpe79224
Sajid, M. R., Laheji, A. F., Abothenain, F., Salam, Y., AlJayar, D., & Obeidat, A.
(2016). Can blended learning and the flipped classroom improve student
learning and satisfaction in Saudi Arabia? International Journal of Medical
Education, 7, 281–285. https://doi.org/10.5116/ijme.57a7.83d4