Kelompok 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SEMENTARA PRAKTEK KERJA

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI SEMARANG

DEPO FARMASI RAWAT JALAN 7 FEBRUARI – 14 FEBRUARI 2019

Disusun oleh :
MARIANA KRISTIANI 1820364034

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
“YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2019
DEPO FARMASI RAWAT JALAN MERPATI

Depo farmasi rawat jalan merupakan salah satu unit pelayanan farmasi yang
berada di bawah direktur medik dan keperawatan pada Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Kariadi yang bersifat fungsional. Pasien yang dilayani di depo farmasi rawat jalan
terdiri dari pasien umum, BPJS, asuransi tanggungan perusahaan, serta asuransi
lainnya yang berasal dari semua poliklinik instalasi rawat jalan kecuali poli jantung.
Pasien BPJS dapat dilayani di Paviliun Garuda dengan menambah iuran biaya
tindakan dokter dan fasilitas.

Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008


tentang standar pelayanan minimal rumah sakit, standar minimal rawat jalan adalah
sebagai berikut:
1. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100% dokter spesialis.
2. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik penyakit
dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.
3. Pelayanan dimulai pukul 07.00 – 21.00 setiap senin-jumat.
4. Waktu tunggu untuk rawat jalan, untuk racikan tidak lebih dari 60 menit, dan
untuk non racikan tidak lebih dari 30 menit.
5. Kepuasan pelanggan lebih dari 90%.
Depo farmasi rawat jalan, semua pasien mendapatkan pelayanan yang sama dan
mendapatkan pelayanan yang terbaik. Perbedaan dari tiap status pasien berada pada
prosedur yang ada di dalamnya berisi persyaratan (salah satunya berkas-berkas) yang
harus dipenuhi.
Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi didukung oleh
dokter umum, dokter spesialis, dan dokter sub spesialis. Pasien wajib melakukan
registrasi atau pendaftaran sebelum memperoleh pelayanan kesehatan.
1. Kriteria Pasien
a. Pasien umum
Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke
rumah sakit RSUP Dr. Kariadi dan harus membayar pengobatannya sendiri
karena tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun. Adapun prosedur
pelayanannya adalah sebagai berikut:
1) Pasien menyerahkan resep pada bagian penerimaan resep.
2) Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju
maka obat segera disiapkan. Pasien harus membayar terlebih dahulu ke
kasir dan akan mendapatkan kwitansi pembayaran.
3) Resep yang sudah dibayar, kemudian dilakukan skrining resep dan
pembuatan etiket obat melalui teknik komputerisasi.
4) Resep disiapkan, waktu tunggu yang diperlukan maksimal 30 menit untuk
resep non-racikan dan untuk resep racikan maksimal 60 menit.
5) Sebelum obat diserahkan, resep perlu dievaluasi kembali (double checking/
telaah obat).
6) Obat diserahkan kepada pasien dengan memberikan konseling (informasi)
tentang obat yang digunakan dengan sebelumnya meminta pasien
memperlihatkan bukti pembayaran (kwitansi).
b. BPJS
Pasien harus menunjukkan persyaratan administrasi, yaitu:
1) Buku Obat Kronis
Buku Obat Kronis ini berfungsi untuk melihat apakah pasien mendapatkan
resep sesuai dengan yang dibutuhkan dan sesuai dengan yang ditanggung
oleh BPJS, selain itu juga bisa bermanfaat bagi pasien yaitu pasien dapat
mengetahui riwayat pengobatan dan aturan pakai obat yang diperoleh. Pada
dasarnya buku obat ini berfungsi untuk mengendalikaan jumlah obat yang
diterima pasien dalam satu bulan.
2) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
3) Resep
4) Lain-lain.
Adanya persyaratan tambahan bagi obat-obat tertentu, misalnya: Fotokopi
hasil laboratorium. Pelayanan obat dan alat kesehatan yang diberikan
mengacu pada Formularium Nasional BPJS. Jika diresepkan obat ataupun
alat kesehatan yang tidak ditanggung oleh BPJS, maka pasien harus
diminta persetujuannya. Jika pasien setuju untuk membayar obat tersebut,
ketika obat tersedia di depo, maka pasien bisa mendapatkan obat yang
diresepkan tersebut.
c. Tanggungan perusahaan
Standar yang digunakan adalah formularium RSUP Dr.Kariadi dan
formularium nasional. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah penyertaan
fotokopi kartu jaminan dan fotokopi kartu identitas pasien.
d. Asuransi lain (In Health)
Persyaratan yang harus dipenuhi pasien In Health antara lain fotokopi
surat rujukan dari dokter keluarga, kalau pasien dapat rujukan dari rumah sakit
daerah harus ada surat rujukannya dan fotokopi kartu In Health.

2. Syarat Berobat
Persyaratan yang perlu diperhatikan oleh pasien ketika akan melakukan
pendaftaran di RSUP Dr. Kariadi adalah sebagai berikut:
a. Pasien Umum
1) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama)
2) Buku obat
3) Kartu identitas (KTP)
b. Pasien BPJS
1) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama)
2) Buku obat
3) Asli dan fotokopi kartu BPJS
4) Asli dan fotokopi kartu identitas (KTP)
5) Asli dan fotokopi surat rujukan dari RSUD setempat dan SEP yang
sudah dilegalisasi oleh petugasn BPJS RSUD setempat
c. Pasien Jamkesda
1) Kartu Jamkesda / Kartu KSS, Surat jaminan dari Dinas Kesehatan
setempat.
2) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama).
3) Buku obat
4) Kartu identitas (KTP)
5) Kartu Keluarga (KK)

3. Pelayanan Rawat Jalan


a. Poliklinik Rawat Jalan
1) Poliklinik Penyakit Dalam
2) Poliklinik Bedah Umum
3) Poliklinik Anak
4) Poliklinik Kandungan dan Kebidanan
5) Poliklinik THT
6) Poliklinik Mata
7) Poliklinik Saraf
8) Poliklinik Kulit dan Kelamin
9) Klinik Kesehatan Jiwa / Psikiatri
10) Poliklinik Rehabilitasi Medik
11) Poliklinik Gigi dan Mulut
12) Klinik Tumbuh Kembang
13) Klinik KB dan Infertilitas
14) Klinik Psikologi
15) Klinik Gizi
16) Klinik VCT
17) Klinik DOTS TB
18) Klinik Metadon
b. Poliklinik Spesialis dan Sub Spesialis
Poliklinik Penyakit Dalam Gastroenterologi, Endokrinologi,
Rheumatologi, Tropik Infeksi, Hematologi, Hepatologi, Ginjal dan Hipertensi
1) Poliklinik Kandungan & Kebidanan Fetomaternal, Fertilitas dan Endokrin
Reproduksi, Onkologi-Gineakologi, Obstetri Sosial, Andrologi
2) Poliklinik Mata Vitroretina, Rekonstruksi, Glaukoma, Infeksi, Onkologi,
Pediatric Kongenital, Strabismus
3) Poliklinik Syaraf Neuro Pedriatri - Epilepsi, Neuro Vascular, Neuro
Emergensi, Neuro Sub Infeksi, Neuro Sub Headaches-Vertigo, Neuro
Fungsiluhur - Neuro Sonologi
4) Klinik Kesehatan Jiwa
5) Poliklinik THT Penyakit Telinga, Gangguan pendengaran, Penyakit Hidung
dan Sinus, Laring dan Faring, Onkologi Kepala Leher, Plastik
Rekonstruksi, Alergi Imunologi.
6) Poliklinik Anak Endokrin/Alergi Anak, Ginjal Anak, Neuro Anak,
Onkologi Hematologi, Gizi Anak, Jantung dan Paru, Perinatologi.
7) Klinik Gigi & Mulut Bedah Mulut, Prostodonsi, Pedodonsi, Orthodonsi,
Konservasi, Periodonsi.
8) Poliklinik Bedah Anak, Bedah Saraf, Bedah Jantung dan Vaskuler, Bedah
Plastik, Bedah Urologi, Bedah Orthopedi, Bedah Toraks, Bedah Digestif,
Bedah Onkologi.
9) Poliklinik Kulit & Kelamin Penyakit Menular Seksual, Dermatosis, Lepra,
Bedah Kulit, Kosmetik Medik.
10) Poliklinik Geriatri
11) Poliklinik Jantung & Pembuluh Darah
12) Poliklinik Paviliun Garuda
13) Klinik Rehabilitasi Medik
14) Klinik Stroke
15) Pelayanan Poliklinik Khusus
a) Klinik Genetika
b) Klinik Gizi Sub Klinik Obesitas
c) Pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer
(Tradkom)
16) Poliklinik Kosmetik Medik

Gambar 1. Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan Merpati


4. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Fasilitas Ruangan
Depo farmasi rawat jalan merpati terdapat satu orang apoteker sebagai
penanggung jawab depo, dua apoteker farmasi klinik, terdapat 18 tenaga teknik
kefarmasian dan 3 pekarya yang membantu pelayanan di depo rawat jalan
merpati. Tenaga teknik kefarmasian bertugas membantu dalam pelayanan kepada
pasien, meracik obat, menyiapkan obat, dan bertanggung jawab kepada
Apoteker.
Ruangan depo farmasi rawat jalan terdiri dari ruang penerimaan resep,
penyerahan obat yang menjadi satu dengan ruang telaah resep, ruang pembuatan
etiket ruang administrasi dan kasir, ruang konseling terdapat di sebelah ruang
penerimaan resep, yang langsung terhubung kedalam ruang dispensing dengan
dibatasi sebuah pintu masuk keluar karyawan. Ruang dispensing yang menjadi
satu dengan ruang peracikan obat, ruang double ceck, gudang, pentry, mushola
dan kamar mandi. Pada ruang dispensing terdapat beberapa lemari untuk
penyimpanan obat meliputi lemari obat generik, non generik, Obat khusus ODA,
tetes mata, salep mata, sediaan injeksi, psikotropika, obat luar, sediaan sirup,
sediaan B-3, serta alat-alat kesehatan, dan 1 buah lemari es untuk menyimpan
obat yang memerlukan kondisi tertentu (suhu 2-8 ̊ C) seperti insulin, supositoria,
dan lain-lain. Sedangkan di gudang terdapat 2 lemari obat kaca, 1 lemari
narkotika, lemari sitostatika, lemari HAM, lemari untuk obat-obat TB (OAT) dan
lemari untuk sediaan infus.

5. Alur Pengelolaan Obat


Apoteker di depo rawat jalan merpati dalam pengelolaan obat menjalankan
fungsinya meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan perbekalan farmasi,
dan menjamin sediaan farmasi tetap dalam keadaan baik hingga sampai ke
tangan pasien serta menjaga agar perbekalan farmasi selalu tersedia sehingga
akan mendukung pada pelayanan pasien.
a. Perencanaan
Perencanaan dilakukan melalui pengecekan perbekalan farmasi di
depo rawat jalan merpati dilakukan setiap hari. Pengecekan ini bisa dilihat
pada stok obat pada Hospital Management and Information System
(HMIS)untuk mengetahui stok obat yang berkurang kemudian diadakan agar
tidak mengganggu pelayanan, hal ini dilakukan terutama untuk obat-obat yang
fast moving. Pemesanan dapat juga dilakukan setiap hari atau saat persediaan
sudah habis dan memang dibutuhkan seperti kebutuhan obat cito, jika
persediaan di gudang tidak ada maka dapat diambil dari depo-depo farmasi
lainnya.
b. Pengadaan
Persediaan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan yang ada di
depo farmasi rawat jalan diperoleh dari gudang farmasi yang pemesanannya
dilakukan dengan sistem Hospital Management and Information System
(HMIS) dan pengambilannya dilakukan dengan mengajukan daftar
permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan dalam bentuk print out
dengan judul “Permintaan Mutasi”. Print out tersebut dibuat rangkap dua,
yaitu lembar pertama (lembar asli) untuk gudang farmasi dan lembar kedua
(lembar tembusan) untuk arsip di depo farmasi rawat jalan merpati. Bagian
gudang akan memasukkan perbekalan yang dikirim ke depo farmasi rawat
jalan merpati melalui komputer sehingga bagian depo farmasi rawat jalan
merpati tidak perlu melakukan entry ke komputer saat ada barang datang.
Pemasukan (entry) data oleh gudang dilakukan berdasarkan nama obat,
kode obat dan produsen, bentuk sediaan, dan tanggal masuk, hal ini akan
memudahkan dalam monitoring persediaan perbekalan farmasi karena
persediaan dapat dilihat sewaktu-waktu. Entry yang dilakukan hanya pada saat
mengeluarkan obat untuk pasien.
c. Penyimpanan
Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di Depo Farmasi
Rawat Jalan Merpati diatur berdasarkan alfabetis, generik-paten,
farmakoterapi (untuk obat sitostatika, imunosupresan, ARV, hepatitis, dan
TBC), dipisahkan sesuai dengan bentuk sediaan (sirup, salep, tetes mata,
infus), sediaan yang perlu penanganan khusus (insulin, suppo dan lain-lain)
serta obat-obat HAM, telah diatur dengan baik sehingga mempermudah dan
mempercepat pelayanan. Obat psikotropika disimpan pada satu lemari besar
namun berbeda pintu, bersamaan dengan obat persediaan paten, alat-alat
kesehatan serta obat sitostatika yang tidak butuh lemari pendingin. Sedangkan
obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan pada lemari khusus
yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat), terdiri dari 2
pintu dan memiliki 2 kunci yang berbeda. Pengambilan obat narkotik harus
menulis pada kartu stok sesuai dengan nama pasien, jumlah dan sediaan obat.
Terdapat lima emergency kit, yang masing-masing terdiri obat-obatan serta
alat-alat yang dibutuhkan secara darurat untuk keperluan masing-masing
poliklinik yang diletakkan pada tempat-tempat strategis di area pelayanan
depo merpati. Lima berupa emergency bag, dan satu berupa trolly emenrgency
kit. Sistem pengeluaran obat yang digunakan di Depo Farmasi Rawat Jalan
adalah kombinasi sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out). Barang yang baru datang diletakkan paling bawah, dan disesuaikan
dengan expired date-nya.
d. Distribusi
Sistem distribusi obat di depo farmasi rawat jalan dilakukan dengan
Individual Prescribing System (IPS), dimana obat dilayani berdasarkan resep
dari setiap pasien. Sebelum resep dilayani, apoteker melakukan skrining resep
untuk mengurangi terjadinya kesalahan dalam peresepan. Pelayanan dengan
sistem ini menguntungkan karena apoteker dapat memeriksa setiap resep yang
masuk serta dapat berinteraksi langsung dengan pasien, sehingga
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat atau drug related
problem dapat diminimalkan. Selain itu, sistem ini juga mempermudah
apoteker dalam mengontrol persediaan obat.
e. Pelaporan
Depo Farmasi Rawat Jalan Merpati membuat laporan kepada Instalasi
Farmasi setiap bulan. Laporan yang dibuat adalah:
1) Laporan pemantauan obat generik dan formularium
2) Laporan pemantauan obat generik dan formularium terdiri dari unit
pelayanan, jumlah resep yang ditulis (generik berlogo, dan non generik
yang tidak terdapat dalam formularium), jumlah lembar resep dan jumlah
resep yang ditulis dan dilayani.
3) Laporan pemakaian obat narkotika
4) Laporan terdiri dari nama sediaan, satuan persediaan awal bulan,
pemasukan, jumlah keseluruhan, pengeluaran dan persediaan akhir bulan.
5) Laporan pelayanan pasien HIV dan TBC.
6) Laporan pemakaian perbekalan farmasi dengan sistem LAN komputer.
7) Laporan obat kadaluarsa
8) Laporan pemantauan waktu tunggu pelayanan resep.
9) Pengecekan dan pengendalian obat kadaluarsa
Pengecekan obat kadaluarsa dilakukan di awal tahun, dan selalu
dipantau setiap bulannya, dengan melakukan pencatatan terhadap waktu
kadaluarsa obat, terutama obat-obat yang berwaktu kadaluarsa pendek dan
obat-obat slow moving.
Pengecekan terdiri dari semua lemari obat, termasuk persediaan obat
digudang persediaan, dilihat dan dicatat nama obat serta tanggal
kadaluarsanya, obat yang memiliki expired date dekat (<6 bulan ). Jika obat
tersebut sudah hampir mendekati waktu kadaluarsa (< 6 bulan) maka obat-
obat tersebut segera dipisahkan untuk dikembalikan ke Gudang Farmasi. Ada
tiga kemungkinan yang akan dilakukan terhadap obat-obat tersebut, yaitu
diretur ke distributor, diberikan ke depo lain yang membutuhkan, atau ketika
keduanya tidak memungkinkan dilakukan, maka obat-obat tersebut
dikumpulkan untuk nantinya dimusnahkan. Namun, apabila obat tersebut
sudah mendekati waktu kadaluarsa tetapi dapat diperkirakan dapat dihabiskan
sebelum batas kadaluarsa, maka obat tersebut akan dipertahankan di depo,
sambil dipantau mengenai pemakaiannya di depo farmasi rawat jalan, selain
itu juga untuk obat yang mendekati ED (<6 bulan) diserahkan kembali ke
gudang.

6. Alur Peresepan
a. Penerimaan dan skrining resep
Resep yang telah memenuhi kelengkapan administrasi sesuai
kelengkapan BPJS maupun administrasi secara biaya untuk pasien umum,
selanjutnya diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian untuk kemudian
ditelaah resep/skrining resep secara administrasi, farmasetis maupun klinis.
Skrining kelengkapan administrasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
meliputi kelengkapan resep yaitu identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
dan BB pasien), identitas dokter (nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter),
tanggal resep, serta keabsahan resep, kemudian dilakukan skrining farmasetis
yang meliputi nama obat, stabilitas obat, incompatibilitas, dosis dan jumlah
obat, aturan dan cara penggunaan obat, serta bentuk dan kekuatan sediaan
obat. Kemudian dilakukan skrining farmakologis. Untuk skrining klinis
meliputi ketepatan indikasi, interaksi obat, alergi terhadap obat, ROTD, dosis
dan waktu penggunaan obat, serta kontraindikasi obat. Petugas yang
bertanggung jawab dalam telaah resep baik secara administrasi, farmasetis,
maupun klinis memberikan paraf pada kolom yang disediakan dalam resep,
sebagai pertanggungjawaban profesi, dan jaminan keamanan bagi pasien
dalam mengkonsumsi obat. Skrining resep dapat juga digunakan sebagai alat
penelusur apabila terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap pasien misalnya
terjadi alergi, salah dosis, salah obat, sehingga obat dapat dipastikan apakah
obat yang diberikan telah melalui proses telaah resep sampai obat tersebut
diterima oleh pasien.
b. Pembuatan etiket
Resep yang telah diskrining kemudian di entry data obat selanjutnya
disiapkan etiket dimana tercantum identitas pasien, nama dan indikasi obat,
serta aturan pakai obat. Pembuatan etiket dilakukan setelah skrining resep
dengan menuliskan jumlah obat yang didapat pasien di Buku Obat Kronis
(untuk pasien BPJS dengan penyakit kronis). Untuk obat dengan bentuk
sediaan seperti tablet, kapsul, kaplet, dikemas dalam wadah plastik yang
sudah tertera form penulisan etiket. Etiket berisi tanggal obat diberikan, nomor
resep, nama pasien, nama obat dan khasiatnya. Aturan pakai yang terdiri dari
frekuensi, jumlah pemakaian, serta waktu pemakaian yang meliputi
pagi/siang/sore/malam dan sebelum/saat/sesudah makan. Untuk obat-obat
tertentu seperti ISDN perlu diberi tambahan tulisan “diselipkan dibawah
lidah”. Penulisan etiket harus benar dan tepat karena etiket ini yang akan
membantu pasien dalam pemakaian obat yang diperolehnya.
c. Dispensing (peracikan obat)
Kegiatan dispensing dilakukan oleh Tenaga Teknik Kefaramasian
setelah etiket selesai disiapkan. Kegiatan dispensing meliputi pengambilan
obat maupun alat kesehatan yang terdapat dalam resep yang telah diskrining,
kemudian dimasukkan dalam plastik dan diberi etiket. Kegiatan ini selain
pengambilan obat, juga peracikan obat seperti pulveres, pulvis serta kapsul.
Peracikan dilakukan di ruang peracikan, yang di dalamnya terdapat alat-alat
seperti mortir, stamper, blender, cangkang kapsul, kertas perkamen, serta alat
lain yang berguna dalam peracikan. Waktu tunggu resep non racikan adalah
30 menit dan untuk resep racikan selama 60 menit. Waktu tunggu setiap hari
dicatat serta dievaluasi untuk menilai apakah resep sudah memenuhi waktu
penyiapan resep yang tepat atau tidak, dan untuk melihat apa yang perlu
diperbaiki dalam meningkatkan pelayanan resep.
d. Double checking (pemeriksaan ulang)
Double checking merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali obat
yang akan diserahkan, setelah melewati berbagai proses dan sebelum sampai
ke tangan pasien. Double checking dilakukan oleh apoteker maupun tenaga
teknis kefarmasian yang akan melakukan penyerahan obat ke pasien. Kegiatan
ini dilakukan untuk memastikan bahwa obat yang diterima pasien benar dan
tepat serta meminimalkan human error, skrining obat biasanya dilakukan
dengan cara mengecek kecocokan jumlah maupun jenis obat apakah sudah
sesuai dengan resep, serta kecocokan etiket dengan obat yang berkaitan.
e. Penyerahan obat dan dokumentasi
Setelah Double checking selesai dilakukan, maka obat siap untuk
diserahkan kepada pasien. Pasien dipanggil namanya, kemudian kita harus
melakukan verifikasi pasien meliputi nama, alamat dan nomor antrian pasien.
Hal ini bertujuan agar obat diserahkan pada pasien yang tepat.
Setelah dipastikan kebenarannya, kemudian dilakukan pemberian
informasi tentang obat-obat yang diterima oleh pasien. Penjelasan meliputi:
indikasi obat, cara pakai obat, aturan pakai obat, dan keterangan lain
contohnya obat yang hanya diminum jika perlu dan obat yang harus
dihabiskan seperti antibiotik. Setelah dilakukan pemberian informasi obat,
maka obat diserahkan kepada pasien, dan pasien diminta untuk
menandatangani lembar belakang resep disertai nomor telepon yang bisa
dihubungi. Hal ini berfungsi untuk mengantisipasi jika saja terjadi obat yang
tertukar, atau obat tertinggal, dan hal-hal lain. Untuk pasien psikiatri biasanya
diminta untuk menuliskan keterangan dibelakang resep “ obat sudah lengkap”,
untuk menghindari permintaan kembali obat tanpa resep. Pasien yang
menerima obat-obat tertentu dihimbau untuk menghitung dulu jumlah obat
yang diterima sesuai dengan resep sebelum meninggalkan RSUP Dr.Kariadi
untuk menghindari terjadinya komplain pasien.
Pengarsipan di Depo Farmasi Rawat Jalan Merpati meliputi setiap
resep yang masuk dilakukan entry data yang dikerjakan setiap hari. Untuk
resep pasien umum langsung di entry saat resep datang, sedangkan untuk
resep lainnya (pasien tanggungan/jaminan) dilakukan oleh bagian administrasi
seusai pelayanan. Data resep yang telah dilayani dimasukkan pada laporan
pengeluaran dalam komputer untuk mengetahui harga tiap resep yang
selanjutnya akan diklaimkan ke pemerintah atau instansi penjamin. Resep
yang mengandung obat narkotika dipisahkan penyusunannya. Resep-resep
yang telah dilayani diarsip berdasarkan jenis pasien dan dikelompokkan tiap
bulan dan selanjutnnya tiap tahun. Penyimpanan resep dilakukan selama tiga
tahun, setelah itu baru dimusnahkan oleh panitia pemusnahan dan dihadiri
oleh pihak-pihak yang berwenang.

7. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau
keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).

Tujuan melakukan konseling :


a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien.
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien.
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat.
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya.
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat.
g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi.
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan.
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling obat meliputi:


a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions;
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat;
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan obat;
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan
f. Dokumentasi.

Kriteria pasien yang dapat prioritas untuk diberi pelayanan konseling:


a. Pasien yang dirujuk dokter kepada farmasis
b. Pasien yang menggunakan obat tersebut untuk pertama kali, misalnya
penggunaan insulin, inhaler dan cuci hidung
c. Pasien yang mendapat obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin)
d. Pasien dalam kondisi khusus, misalnya: pasien pediatrik, geriatrik,
gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui)
e. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
f. Pasien dengan penyakit degeneratif
Pembahasan
Sumber daya manusia merupakan salah satu factor penting yang berperan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan resep pasien rawat
jalan. Sumber daya manusia di instalasi farmasi rawat jalan adalah satu orang
apoteker sebagai penanggung jawab depo, dua apoteker farmasi klinik, terdapat 18
tenaga teknik kefarmasian dan 3 pekarya yang membantu pelayanan di depo rawat
jalan merpati. Tenaga teknik kefarmasian bertugas membantu dalam pelayanan
kepada pasien, meracik obat, menyiapkan obat, dan bertanggung jawab kepada
Apoteker. Semua SDM merupakan salah satu factor yang berhubungan langsung
dengan pelayanan resep pasien rawat jalan dengan jumlah resep yang datang rata-rata
700 resep. Dengan menyesuaikan jumlah SDM dan volume resep maka diharapkan
dapat mempercepat pelayanan resep di depo rawat jalan serta kepuasan pasien dapat
tercapai dengan baik. Hal sebaliknya akan terjadi jika jumlah SDM yang tidak sesuai
dengan kebutuhan maka akan terjadi masalah yaitu dapat mempengaruhi waktu
tunggu pelayanan.
Hasil kinerja kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh sumber daya kesehatan
dan ketersediaan sarana/prasarana dalam pelayanan kesehatan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayan Kefarmasian di Rumah
Sakit, Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses pelayanan kefarmasian, menjamin lingkungan kerja
yang aman untuk petugas dan memudahkan system komunikasi Rumah Sakit. Luas
yang kurang memadai tentunya sangat menghambat petugas dalam melakukan tugas
pelayanan resep.
Sarana pelayanan resep di depo rawat jalan di RSUP Dr. Kariadi memiliki
luas bangunan yang sudah memadai dimana terdiri dari ruang penerimaan resep,
penyerahan obat dan telaah obat, ruang pembuatan etiket, ruang konseling terdapat di
sebelah ruang penerimaan resep, yang langsung terhubung kedalam ruang dispensing
dengan dibatasi sebuah pintu masuk keluar karyawan. Ruang dispensing yang
menjadi satu dengan ruang peracikan obat, ruang double ceck, gudang, pentry,
mushola dan kamar mandi serta tata letak obat yang telah disusun rapi dan telah
digolongkan berdasarkan generik, non generik serta penyakitnya. Tetapi untuk letak
telepon untuk berkomunikasi kurang efesien dimana terletak diatas lemari
psikotropika dan dekat dengan akses jalan serta jauh dari akses untuk mengangkatnya
sehingga ketika telepon tersebut berbunyi maka petugas perlu berlari terlebih dahulu
untuk mengangkatnya serta akan menutup akses ketika petugas ingin mengambil obat
psikotropika yang menjadi resep harus menunggu petugas tersebut selesai menelpon
baru mengambil obat tersebut serta menutup akses jalan untuk pergi mengambil obat
yang berada di lemari pendingin.. Hal ini akan membuat waktu tunggu dari resep
akan semakin bertambah.
Pelayanan kesehatan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam
kondisi lengkap, siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik. Salah satu
contohnya adalah kondisi dari persediaan Emergency Bag yang harus selalu siap
sedia terutama jika diperlukaan dalam system Code Blue atau kondisi-kondisi bahaya.
Jika persediaan dari Emergency Bag berkurang/terjadi kekosongan maka akan
menghambat dalam pelayanan kefarmasian dan akan berdampak pada pasien. Prinsip
pengelolahan obat emergensi harus menjamin
 Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
ditetapkan
 Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain
 Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
 Dikontrol secara berkala apakah ada yang rusak atau kedaluarsa

Anda mungkin juga menyukai