Kelompok 6
Kelompok 6
Kelompok 6
Disusun oleh :
MARIANA KRISTIANI 1820364034
Depo farmasi rawat jalan merupakan salah satu unit pelayanan farmasi yang
berada di bawah direktur medik dan keperawatan pada Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Kariadi yang bersifat fungsional. Pasien yang dilayani di depo farmasi rawat jalan
terdiri dari pasien umum, BPJS, asuransi tanggungan perusahaan, serta asuransi
lainnya yang berasal dari semua poliklinik instalasi rawat jalan kecuali poli jantung.
Pasien BPJS dapat dilayani di Paviliun Garuda dengan menambah iuran biaya
tindakan dokter dan fasilitas.
2. Syarat Berobat
Persyaratan yang perlu diperhatikan oleh pasien ketika akan melakukan
pendaftaran di RSUP Dr. Kariadi adalah sebagai berikut:
a. Pasien Umum
1) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama)
2) Buku obat
3) Kartu identitas (KTP)
b. Pasien BPJS
1) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama)
2) Buku obat
3) Asli dan fotokopi kartu BPJS
4) Asli dan fotokopi kartu identitas (KTP)
5) Asli dan fotokopi surat rujukan dari RSUD setempat dan SEP yang
sudah dilegalisasi oleh petugasn BPJS RSUD setempat
c. Pasien Jamkesda
1) Kartu Jamkesda / Kartu KSS, Surat jaminan dari Dinas Kesehatan
setempat.
2) Kartu berobat pasien RSUP Dr. Kariadi (pasien lama).
3) Buku obat
4) Kartu identitas (KTP)
5) Kartu Keluarga (KK)
6. Alur Peresepan
a. Penerimaan dan skrining resep
Resep yang telah memenuhi kelengkapan administrasi sesuai
kelengkapan BPJS maupun administrasi secara biaya untuk pasien umum,
selanjutnya diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian untuk kemudian
ditelaah resep/skrining resep secara administrasi, farmasetis maupun klinis.
Skrining kelengkapan administrasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
meliputi kelengkapan resep yaitu identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
dan BB pasien), identitas dokter (nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter),
tanggal resep, serta keabsahan resep, kemudian dilakukan skrining farmasetis
yang meliputi nama obat, stabilitas obat, incompatibilitas, dosis dan jumlah
obat, aturan dan cara penggunaan obat, serta bentuk dan kekuatan sediaan
obat. Kemudian dilakukan skrining farmakologis. Untuk skrining klinis
meliputi ketepatan indikasi, interaksi obat, alergi terhadap obat, ROTD, dosis
dan waktu penggunaan obat, serta kontraindikasi obat. Petugas yang
bertanggung jawab dalam telaah resep baik secara administrasi, farmasetis,
maupun klinis memberikan paraf pada kolom yang disediakan dalam resep,
sebagai pertanggungjawaban profesi, dan jaminan keamanan bagi pasien
dalam mengkonsumsi obat. Skrining resep dapat juga digunakan sebagai alat
penelusur apabila terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap pasien misalnya
terjadi alergi, salah dosis, salah obat, sehingga obat dapat dipastikan apakah
obat yang diberikan telah melalui proses telaah resep sampai obat tersebut
diterima oleh pasien.
b. Pembuatan etiket
Resep yang telah diskrining kemudian di entry data obat selanjutnya
disiapkan etiket dimana tercantum identitas pasien, nama dan indikasi obat,
serta aturan pakai obat. Pembuatan etiket dilakukan setelah skrining resep
dengan menuliskan jumlah obat yang didapat pasien di Buku Obat Kronis
(untuk pasien BPJS dengan penyakit kronis). Untuk obat dengan bentuk
sediaan seperti tablet, kapsul, kaplet, dikemas dalam wadah plastik yang
sudah tertera form penulisan etiket. Etiket berisi tanggal obat diberikan, nomor
resep, nama pasien, nama obat dan khasiatnya. Aturan pakai yang terdiri dari
frekuensi, jumlah pemakaian, serta waktu pemakaian yang meliputi
pagi/siang/sore/malam dan sebelum/saat/sesudah makan. Untuk obat-obat
tertentu seperti ISDN perlu diberi tambahan tulisan “diselipkan dibawah
lidah”. Penulisan etiket harus benar dan tepat karena etiket ini yang akan
membantu pasien dalam pemakaian obat yang diperolehnya.
c. Dispensing (peracikan obat)
Kegiatan dispensing dilakukan oleh Tenaga Teknik Kefaramasian
setelah etiket selesai disiapkan. Kegiatan dispensing meliputi pengambilan
obat maupun alat kesehatan yang terdapat dalam resep yang telah diskrining,
kemudian dimasukkan dalam plastik dan diberi etiket. Kegiatan ini selain
pengambilan obat, juga peracikan obat seperti pulveres, pulvis serta kapsul.
Peracikan dilakukan di ruang peracikan, yang di dalamnya terdapat alat-alat
seperti mortir, stamper, blender, cangkang kapsul, kertas perkamen, serta alat
lain yang berguna dalam peracikan. Waktu tunggu resep non racikan adalah
30 menit dan untuk resep racikan selama 60 menit. Waktu tunggu setiap hari
dicatat serta dievaluasi untuk menilai apakah resep sudah memenuhi waktu
penyiapan resep yang tepat atau tidak, dan untuk melihat apa yang perlu
diperbaiki dalam meningkatkan pelayanan resep.
d. Double checking (pemeriksaan ulang)
Double checking merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali obat
yang akan diserahkan, setelah melewati berbagai proses dan sebelum sampai
ke tangan pasien. Double checking dilakukan oleh apoteker maupun tenaga
teknis kefarmasian yang akan melakukan penyerahan obat ke pasien. Kegiatan
ini dilakukan untuk memastikan bahwa obat yang diterima pasien benar dan
tepat serta meminimalkan human error, skrining obat biasanya dilakukan
dengan cara mengecek kecocokan jumlah maupun jenis obat apakah sudah
sesuai dengan resep, serta kecocokan etiket dengan obat yang berkaitan.
e. Penyerahan obat dan dokumentasi
Setelah Double checking selesai dilakukan, maka obat siap untuk
diserahkan kepada pasien. Pasien dipanggil namanya, kemudian kita harus
melakukan verifikasi pasien meliputi nama, alamat dan nomor antrian pasien.
Hal ini bertujuan agar obat diserahkan pada pasien yang tepat.
Setelah dipastikan kebenarannya, kemudian dilakukan pemberian
informasi tentang obat-obat yang diterima oleh pasien. Penjelasan meliputi:
indikasi obat, cara pakai obat, aturan pakai obat, dan keterangan lain
contohnya obat yang hanya diminum jika perlu dan obat yang harus
dihabiskan seperti antibiotik. Setelah dilakukan pemberian informasi obat,
maka obat diserahkan kepada pasien, dan pasien diminta untuk
menandatangani lembar belakang resep disertai nomor telepon yang bisa
dihubungi. Hal ini berfungsi untuk mengantisipasi jika saja terjadi obat yang
tertukar, atau obat tertinggal, dan hal-hal lain. Untuk pasien psikiatri biasanya
diminta untuk menuliskan keterangan dibelakang resep “ obat sudah lengkap”,
untuk menghindari permintaan kembali obat tanpa resep. Pasien yang
menerima obat-obat tertentu dihimbau untuk menghitung dulu jumlah obat
yang diterima sesuai dengan resep sebelum meninggalkan RSUP Dr.Kariadi
untuk menghindari terjadinya komplain pasien.
Pengarsipan di Depo Farmasi Rawat Jalan Merpati meliputi setiap
resep yang masuk dilakukan entry data yang dikerjakan setiap hari. Untuk
resep pasien umum langsung di entry saat resep datang, sedangkan untuk
resep lainnya (pasien tanggungan/jaminan) dilakukan oleh bagian administrasi
seusai pelayanan. Data resep yang telah dilayani dimasukkan pada laporan
pengeluaran dalam komputer untuk mengetahui harga tiap resep yang
selanjutnya akan diklaimkan ke pemerintah atau instansi penjamin. Resep
yang mengandung obat narkotika dipisahkan penyusunannya. Resep-resep
yang telah dilayani diarsip berdasarkan jenis pasien dan dikelompokkan tiap
bulan dan selanjutnnya tiap tahun. Penyimpanan resep dilakukan selama tiga
tahun, setelah itu baru dimusnahkan oleh panitia pemusnahan dan dihadiri
oleh pihak-pihak yang berwenang.
7. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau
keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).