Makalah Pio Bu Yanti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PELAYANAN INFORMASI OBAT


“ Pasien Infeksi Saluran Pernapasan”

Kelas A
Kelompok 5

Diana Mulyana (1820364013)


Dinny Fitriani (1820364014)
Etik Puji Hastuti (1820364015)
Fatimah (1820364016)
Fitriani (1820364017)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian ini merupakan wujud pelaksanaan pekerjaan kefarmasian
berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Sebagai hasil kesepakatan WHO dengan Federasi Farmasi Internasional di


Vancouver tahun 1997, telah disepakati bahwa format baru pelayanan
kefarmasian adalah berbasis pasien dengan prosedur yang dikenal sebagai
pelayanan kefarmasian atau Pharmaceutical Care . Format baru ini berdampak
kepada cara pelayanan yang baru yang akan merubah format lama menjadi lebih
disempurnakan khususnya peranan apoteker kepada pelayanan pasien, yang
merupakan cerminan dari praktek kefarmasian yang baik Good Phamacy Practice
(GPP).

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu dan selalu baru up to


date mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan, termasuk adanya spesialisasi
dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit pada
dasarnya adalah untuk menjamin dan memastikan penyediaan dan penggunaan
obat yang rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian tersebut memerlukan informasi obat yang lengkap,
objektif, berkelanjutan, dan selalu baru up to date pula. Untuk itu diperlukan
upaya penyediaan dan pemberian informasi yang (1) lengkap, yang dapat
memenuhi kebutuhan semua pihak yang sesuai dengan lingkungan masing masing
rumah sakit, (2) memiliki data cost effective obat, informasi yang diberikan terkaji
dan tidak bias komersial (3) disediakan secara berkelanjutan oleh institusi yang
melembaga dan (4) disajikan selalu baru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kefarmasian dan kesehatan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari PIO?
2. Apa saja sumber sumber dari informasi dan metode PIO?
3. Apa tujuan dan prioritas dari PIO?
4. Apa fungsi fungsi dari PIO?
5. Siapa saja yang menjadi sasaran informasi obat?
6. Apa saja kategori dari informasi obat?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui dan memahami definisi dari PIO
2. Mengetahui sumber sumber dari informasi dan metode PIO
3. Mengetahui tujuan dan prioritas dari PIO
4. Mengetahui dan memahami fungsi dari PIO
5. Mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran informasi obat
6. Mengetahui kategori dari informasi obat
7. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pelayanan informasi obat kepada
pasien
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian PIO


Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien (Anonim, 2004).
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya
maksud dan intinya sama. Salah satu definisinya, informasi obat adalah setiap
data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi
mencakup farmakologi, toksikologi dan farmakoterapi obat. Informasi obat
mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama kimia,
struktur dan sifat sifat, identifikasi, indikasi diagnostik atau indikasi terapi,
mekanisme kerja, waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal
pemberian, dosis yang direkomendasikan, absorpsi, metabolisme
detoksifikasi, ekskresi, efek samping dan reaksi merugikan, kontraindikasi,
interaksi, harga, keuntungan, tanda dan gejala dan pengobatan toksisitas,
efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data penggunaan obat dan setiap
informasi lainnya yang berguna dalam diagnosis dan pengobatan pasien
(Siregar, 2004).

2.2. Sumber sumber informasi


Sumber informasi obat meliputi :
a. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker, dokter gigi, tenaga
kesehatan lain merupakan sumber informasi obat
b. Pustaka
Pustaka sebagai sumber informasi obat digolongkan menjadi 3 kategori :
1. Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi
yang terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah. Contoh pustaka primer : laporan hasil penelitian,
laporan kasus, studi evaluatif dan laporan deskriptif.
2. Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari
berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi yang terdapat dalam
sumber informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data
base. Contoh : medline yang berisi abstrak abstrak tentang terapi obat,
International Phamaceutical Abstract yang berisi abstrak penelitian
kefarmasian.
3. Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel dan pedoman praktis.
Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi informasi
umum, lengkap dan mudah dipahami. Menurut UU No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa standar profesi
adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi dengan baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan
dengan pasien seperti dokter dan perawat, dalam melaksanakan tugasnya
harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien adalah
hak informasi, hak untuk memberika persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua.
c. Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet dan perpustakaan
d. Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan
tinggi farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain lain)
e. Sumber informasi lainnya
Selain sumber informasi yang sudah disebutkan diatas, masih
terdapat beberapa sumber informasi obat lainnya. Diantaranya informasi
obat dari media massa, leaflet, brosur, etiket dan informasi yang berasal
dari seorang Medical Representative.

2.3. Metode PIO


Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan
informasi, yaitu komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan
kapan suatu jenis dari metode itu digunakan untuk menjawab lebih tepat
daripada yang lain. Dalam banyak situasi klinik, jawaban oral biasanya
diikuti dengan jawaban tertulis.
a. Jawaban tertulis
Jawaban tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang
diberikan kepada penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk
penanya dan responden. Keuntungan dari format tertulis adalah
memungkinkan penanya untuk membaca ulang informasi jawaban tersebut
dan secara pelan pelan menginterpretasikan jawaban tersebut. Komunikasi
tertulis juga memungkinkan apoteker untuk menerangkan sebanyak
mungkin informasi dalam keadaan yang diinginkan tanpa didesak
penanya. Jawaban tertulis dapat mengakomodasi tabel, grafik, dan peta
untuk memperlihatkan data secara visual (Siregar, 2004).
b. Jawaban lisan (oral)
Setelah ditetapkan bahwa jawaban lisan adalah tepat, apoteker perlu
memutuskan jenis metode jawaban lisan yang digunakan. Ada dua jenis
metode menjawab secara lisan, yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai, jika apoteker
mempunyai waktu dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan
informasi obat dengan penanya (Siregar, 2004).
2.4. Tujuan dan prioritas PIO
a. Tujuan PIO

1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi


pada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain.
3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT (Panitia/Komite Farmasi
dan Terapi) (Anonim, 2006).

b. Prioritas PIO

Sasaran utama pelayanan informasi obat adalah penyempurnaan perawatan


pasien melalui terapi obat yang rasional. Oleh karena itu, prioritas harus
diberikan kepada permintaan informasi obat yang paling mempengaruhi
secara langsung pada perawatan pasien. Proritas untuk permintaan informasi
obat diurutkan sebagai berikut :

a. Penanganan/pengobatan darurat pasien dalam situasi hidup atau mati


b. Pengobatan pasien rawat tinggal dengan masalah terapi obat khusus
c. Pengobatan pasien ambulatory dengan masalah terapi obat khusus
d. Bantuan kepada staf professional kesehatan untuk penyelesaian tanggung
jawab mereka
e. Keperluan dari berbagai fungsi PFT
f. Berbagai proyek penelitian yang melibatkan penggunaan obat

2.5. Fungsi fungsi PIO


1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan rumah sakit
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Komite Farmasi dan Terapi
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker
4. Menunjang terapi obat yang rasional
5. Meningkatkan keberhasilan pengobatan

2.6. Sasaran informasi obat


Yang dimaksud dengan sasaran informasi obat adalah orang, lembaga,
kelompok orang, kepanitiaan, penerima informasi obat, seperti dibawah ini :
1. Dokter
Dalam proses penggunaan obat, pada tahap pemilihan obat serta regimennya
untuk seorang pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari apoteker
agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat diberikan
langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telepon atau
sewaktu apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan ke ruang perawatan
pasien atau dalam konferensi staf medis (Siregar, 2004).

2. Perawat
Dalam tahap penyampaian atau distribusi obat dan rangkaian proses
penggunaan obat, apoteker memberikan informasi obat tentang berbagai aspek
obat pasien, terutama tentang pemberian obat. Perawat adalah professional
kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien, karena itu
perawatlah yang umumnya mengamati reaksi obat merugikan atau mendengan
keluhan mereka. Apoteker adalah yang paling siap, berfungsi sebagai sumber
informasi bagi perawat. Informasi yang dibutuhkan perawat pada umumnya
harus praktis dan ringkas misalnya frekuensi pemberian dosis, metode
pemberian obat, efek samping yang mungkin, penyimpanan obat,
inkompatibilitas campuran sediaan intravena dan sebagainya (Siregar, 2004).

3. Pasien dan keluarga pasien


Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga pasien pada umumnya adalah
informasi praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan professional kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan
apoteker sewaktu menyertai kunjungan tim medis ke ruang perawatan,
sedangkan untuk pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan
obat. Informasi obat untuk pasien/keluarga pasien pada umumnya mencakup
cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada
obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan resep obat dan sebagainya
(Siregar, 2004).

4. Apoteker
Setiap apoteker rumah sakit masing masing mempunyai tugas atau fungsi
tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan professional kesehatan dan
pasien, sering menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan
yang tidak dapat dijawabnya dengan segera, diajukan kepada sejawat apoteker
yang lebih mendalami pengetahuan informasi obat. Apoteker di apotek dapat
meminta bantuan informasi obat kepada sejawat di rumah sakit (Siregar,
2004).

5. Kelompok, Tim, Kepanitiaan dan Peneliti


Selain kepada perorangan, apoteker juga memberikan informasi obat kepada
kelompok professional kesehatan, misalnya mahasiswa, masyarakat, peneliti
dan kepanitiaan yang berhubungan dengan obat. Kepanitiaan dirumah sakit
yang memerlukan informasi obat antara lain : panitia farmasi dan terapi,
panitia evaluasi penggunaan obat, panitia sistem pemantauan kesalahan obat,
panitia sistem pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan, tim pengkaji
penggunaan obat retrospektif, tim program pendidikan “in service” dan
sebagainya (Siregar, 2004).

2.7. Kategori informasi obat

KATEGORI
NO CONTOH PERTANYAAN
PERTANYAAN
Dapatkah ranitidin menyebabkan keracunan hati?
1 Reaksi merugikan
Apa saja efek samping rifampisin?
Bagaimana dosis fenitoin untuk status epilepsi?
Bagaimana dosis gentamisin untuk penderita
2 Dosis
gangguan ginjal?
Bagaimana dosis PCT untuk bayi 6 bulan?
Dapatkah karbamazepin diberikan secara rektal?
3 Pemberian obat Seberapa cepat simetidin dapat diberikan secara IV?
Bolehkah penisiliin diberikan peroral?
Apa nama obat baru untuk tukak peptik produksi
industri farmasi “X”?
Apa saja nama dagang obat generik ampisilin yang
4 Identifikasi obat
tersedia secara komersial?
Apa nama obat baru yang disetujui untuk
endometriosis?
Amankah asetosal dan warfarin diberikan
bersamaan?
Dapatkah tetrasiklin diberikan bersamaan dengan
5 Interaksi obat
susu?
Apakah sefaleksin mempengaruhi penetapan glukosa
serum?
Seberapa efektif mesalamin untuk pengobatan
6 Indikasi ulseratif kolitis?
Untuk apa digunakan vibramisin?
Dapatkah heparin dan nitroprusid ditambahkan
Kompatibilitas
kedalam botol atau kantong IV yang sama?
7 intavaskular atau
Dapatkah morfin dan difenhidramin ditarik kedalam
intramuskular
spuit yang sama?
Berapa waktu paruh streptokinase?
8 Farmakokinetik Berapa banyak fenitoin harus diberikan kepada
penderita dengan konsentrasi “steady state” 5mg/ml?
9 Teratogenitas Apa resiko terhadap janin seorang ibu jika ia
mengonsumsi asetosal 650 mg 2 x sehari untuk 2
minggu selama trimester pertamanya?
Antibiotik apa yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi saluran urin pada seorang ibu
yang memasuki trimester ketiganya?
Toksisitas dan Apa gejala pada seorang penderita yang
10
keracunan mengonsumsi tablet luminal secara berlebihan?
Apa obat pilihan untuk penyakit Parkinson?
Bagaimana mekanisme kerja antibiotik
Terapi dan
11 aminoglikosida?
farmakologi
Apa kelebihan nifedipin dalam pengobatan
hipertensi?
Bagaimana menghitung dosis obat pediatri
berdasarkan luas permukaan tubuh?
Perhitungan
12 Kecepatan suatu IV adalah 199 ml/jam. Berapa
farmasetik
seharusnya kecepatan sediaan IV tersebut dalam
tetes atau menit?
2.8. Evaluasi kegiatan
Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan
pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan tingkat
keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat
(Anonim, 2006).
Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi
obat, indikator yang dapat digunakan antara lain :
1) Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan.
2) Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.
3) Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.
4) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leflet, buletin, ceramah).
5) Meningkatnya pertanyaan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkat
kesulitan.
6) Menurunnya keluhan atas pelayanan (Anonim, 2006).
BAB III
CONTOH TANYA JAWAB PIO
PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

3.1. Pio Dengan Dokter

Seorang dokter disuatu rumah sakit menghubungi pusat PIO yang berada di
rumah sakit tersebut lewat telepon. Dokter tersebut ingin menanyakan tentang
penggunaan antibiotik ampisilin dan kloramfenikol pada pasien anak yang
mengalami infeksi saluran napas akut (faringitis).

PIO : Halo selamat siang. Kami Pusat Pelayanan Informasi Obat (PIO). Ada
yang bisa kami bantu ?

Dokter : Iya siang mba. Saya dokter Rudi dari spesialis anak dari Rumah
Sakit Banjarbaru ini ingin berkonsultasi tentang antibiotik yang digunakan
untuk pasien anak yang mengalami ISPA (faringitis).

PIO : Oh iya dok, silahkan dok.

Dokter : Emm.. begini mba kan saya punya beberapa pasien anak yang
mengalami ISPA (faringitis) saya berikan terapi dengan kombinasi antibiotik
ampisilin dan kloramfenikol nah setelah saya pantau kok tidak ada perubahan
dengan penyakitnya. Bagaimana menurut anda tentang kasus ini ?

PIO : Sebentar ya dok, saya cek data antibiotiknya dulu.. Telpon nya bisa
dimatikan dulu dok nanti setelah data terkumpul kami hubungi dokter kembali.

Dokter : oke baik.

(Setelah beberapa jam kemudian. Pihak PIO menghubungi dokter


kembali)

PIO : Selamat siang. Kami dari Pusat Pelayanan Informasi Obat Rumah Sakit
Banjarbaru , apa benar ini dengan dokter Rudi spesialis anak di Rumah Sakit
Banjarbaru ?
Dokter : iya benar dengan saya sendiri. Bagaimana mba dengan kasus saya
tadi ?

PIO : begini dok, berdasarkan literatur tentang drug related problem pada
pasien anak dengan infeksi saluran pernapasan akut mengatakan bahwa
penggunaan kombinasi antara ampisilin dengan kloramfenikol terdapat
interaksi yang bersifat mayor yaitu kombinasi kedua obat ini dapat
meningkatkan resistensi dari H. influenza dan kloramfenikol dapat mengurangi
efek dari penisilin sehingga pengobatan pada pasien dokter kurang optimal
dalam memberikan efek.

Dokter : oh begitu ya mba. Jadi saya ganti terapi lain aja yang tidak ada
interaksi dan lebih efektif. Terimakasih banyak ya mba atas bantuannya.

PIO : baik dokter Rudi terimakasih kembali.

3.2. Pio Dengan Perawat

Seorang perawat datang ke Pusat Pelayanan Informasi Obat (PIO) ingin


menanyakan tentang kondisi pasien anak dengan penyakit ISPA di Rumah
Sakit Banjarbaru yang mengalami diare setelah mengkonsumsi obat-obatan
ISPA.

PIO : Halo selamat sore. Kami Pusat Pelayanan Informasi Obat (PIO). Ada
yang bisa kami bantu ?

Perawat: Sore mba, saya perawat dari Rumah Sakit Banjar Baru ini, ingin
menanyakan tentang kondisi pasien anak dengan ISPA yang ada di bangsal
anak mba.

PIO : Baik mba, silahkan.


Perawat: Begini mba, dibangsal anak ada beberapa anak dengan ISPA yang
mengalami diare setelah mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan. Untuk
kasus ini itu kenapa ya mba ?

PIO : Obat-obatan apa yang diberikan mba ?

Perawat: Untuk obat yang diberikan yaitu antibiotik ampisilin dan


kloramfenikol sama obat demamnya parasetamol syrup.

PIO : Baik, kami minta waktunya sebentar untuk mengecek data obat-obatan
tersebut ya mba

Perawat: Baik mba.

(setelah beberapa menit kemudian)

PIO : Mba, berdasarkan data yang kami dapatkan dari literatur untuk diare
yang terjadi pada pasien anak dibangsal tersebut merupakan efek samping dari
antibiotik ampisilin. Jadi antibiotik memang sering menyebabkan diare pada
anak.

Perawat: Mba itu bagaimana ya mekanisme obatnya sampai bisa


menyebabkan diare ?

PIO : Begini mba untuk mekanisme diare karna antibiotik itu terjadi ketika
antibiotik mengganggu keseimbangan antara bakteri baik dan buruk dalam
saluran pencernaan, sehingga menyebabkan bakteri yang berbahaya dapat
tumbuh melebihi jumlah yang seharusnya sehingga menyebabkan diare.
Sebagian besar diare karna antibiotik tidak berat dan berhenti setelah
menghentikan pengobatan.

Perawat: Oh iya mba berarti diarenya karna efek samping obat itu ya mba.

PIO : Iya bener mba.

Perawat: Oke mba terimakasih banyak atas infonya.


PIO : Sama-sama mba. Terimakasih kembali sudah datang kesini.

3.3. Pio Dengan Apoteker

Seorang Apoteker datang ke Pusat PIO ingin menanyakan bagaimana


mekanisme terjadinya otitis media pada pasien yang awalnya mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (faringitis).

PIO : Selamat pagi bu. Ada yang bisa kami bantu?

Apoteker : Pagi bu, saya Apoteker dari Rumah Sakit Banjarbaru. Saya ingin
bertanya tentang bagaimana mekanisme terjadinya otitis media pada pasien
yang awalnya mengalami infeksi saluran pernafasan akut?

PIO : Oh iya bu. Sebentar ya saya cek data penyakit ISPA dulu.

Apoteker : Iya bu

(Beberapa menit kemudian)

PIO : Begini bu, Otitis media sering diawali dengan infeksi pada
saluran nafas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius,
bakteri dapat sebabkan infeksi disaluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan disekitar saluran, tersumbatnya saluran dan dampaknya sel-sel
darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga bagian tengah. Selain itu, pembengkakan jaringan sekitar saluran
eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel ditelinga bagian tengah
terkumpul dibelakang gendang telinga.

Apoteker : Oh begitu jadi terjadinya otitis media karena penyumbatan pada


tuba eustachius ya.

PIO : Iya bu betul.


Apoteker : Oh iya saya mengerti. Terima kasih atas penjelasannya bu.

3.4. Pio Dengan Pasien


Seorang Ibu datang ke Pusat PIO ingin menanyakan tentang indikasi serta
aturan pakai obat yang diresepkan oleh dokter untuk anaknya.

PIO : Selamat siang bu. Ada yang bisa kami bantu?

Pasien : Iya bu. Saya ingin bertanya tentang indikasi obat serta cara pakai
obat otopain.

PIO : Oh iya sebentar bu, saya cek datanya terlebih dahulu.

(Beberapa menit kemudian)

PIO : Otopain digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi pada telinga dengan
beberapa gejala berupa rasa nyeri, bengkak, gatal serta telinga berair. Obat ini
diteteskan 4-5 tetes 2-4 kali sehari tergantung dari keparahan infeksi atau dapat
digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Cara penggunaan tetes telinga ini
sebelumnya cuci tangan dengan air dan sabun, hangatkan terlebih dahulu
kemasan obat tetes telinga dengan menggenggamnya selama 1-2 menit karena
air yang dingin dapat memicu rasa pusing berputar pada kepala apabila
diteteskan kedalam telinga. Buka tutup botol obat, hindari menyentuh corong
ujung mulut botol (bila botol obat menggunakan pipet pastikan bahwa pipet
bersih, tidak retak atau pecah). Lalu, miringkan kepala anak / dalam posisi
tidur menghadap kesamping sehingga telinga menghadap keatas lalu tarik daun
telinga keatas kemudian teteskan sesuai dosis yang dianjurkan dokter lalu
tarikpelan daun telinga keatas dan kebawah untuk membantu cairan obat
mengalir kedalam saluran telinga dan menekan bagian depan telingan yang
menonjol untuk mendorong obat kedalam.tetap miringkan kepala / tetap dalam
posisi tidur selama 2-5 menit.

Pasien : Oh seperti itu bu.


PIO : Apakah bisa diulang cara penggunaannya?

(Pasien mengulang dengan benar)

PIO : Baik ibu sudah benar, ada lagi yang ingin ibu tanyakan

Pasien : Tidak bu sudah cukup, terima kasih.


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan pelayanan informasi obat adala untuk menunjang ketersediaan dan
penggunaan obat yang rasional, berorientasi pada pasien, tenaga kesehatan, dan
pihak lain; menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT
(Panitia/Komite Farmasi dan Terapi).

4.2. Saran
Pelayanan Informasi Obat sangat disarankan dan sangat penting dilakukan di
Pusat Pelayanan Kesehatan baik itu di rumah sakit, puskesmas, apotek maupun
pelayan kesehatan lainnya untuk membantu masyarakat guna menyelesaikan
masalah kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Manfaat dari
Pelayanan Informasi Obat adalah pengobatan menjadi lebih rasional dan optimal
serta dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Anonim, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/Menkes/SK/X/2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta : Kemenkes RI.

Hartini, Y.S, dan Sulasmono. 2006. Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek. Yogyakarta : Penerbit Universitas
Sanata Dharma
Siregar, Charles. 2006. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC
Wahyu, Dadang. 2010. Pelayanan Informasi Obat dan Praktek. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai