Laporan DDA Ipa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

OLEH

NAMA : HANIFATUL KHAIRIYAH

NO BP : 1610213006

KELOMPOK :V

KELAS PRAKTIKUM :B

ASISTEN : 1. SYUKRAWATI (1510212083)

2. DICKY EFRIADY (1610212023)

3. MAIDISA WARDILLA (1610213031)

KOOR ASISTEN : NURUL FEBRIYANTO CHANIAGO (1510211096)

DOSEN PENJAB : RYAN BUDI SETIAWAN, SP. M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : HanifatulKhairiyah

No. BP : 1610213006

Kelas/Kelompok :B/V

Laporan Akhir Praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini telah diperiksa dan disetujui
oleh asisten pendamping :

Koor. Asisten

(Nurul Febriyanto Chaniago)

1510211096

Asisten I Asisten II Asisten III

( Syukrawati) ( Dicky Efriady) ( MaidisaWardilla )

1510212083 1610212023 1610213031


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas limpahan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Dasar
– dasar Agronomi. Laporan ini dibuat sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir
Praktikum Dasar – dasar Agronomi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliah menuju jaman
islamiah sekarang ini.

Terselesainya laporan ini tidak luput dari kinerja kelompok dalam


praktikum dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Gustian, MS. selaku
dosen penanggung jawab, Koordinator asisten Bg Nurul. Dila, Diki, dan Kak
Syukro selaku asisten, kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan
doanya, seluruh teman–teman Program Studi Agroekoteknologi yang telah
memberikan banyak motivasi, dan semua pihak yang terlibat dalam praktikum ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik
selanjutnya, dan semoga dengan hadirnya laporan ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca sekalian. Aamiin

Padang, November 2018

Penulis
BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak zaman praaksara hingga sekarang manusia selalu tergantung pada
lingkungan. Keperluan akan makanan senantiasa menjadi masalah yang sangat
penting dalam mempertahankan kehidupan. Kurang pangan seolah-olah sudah
merupakan persoalan yang akrab dengan manusia, yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan. Sadar atau tidak, baik primitif atau super modern manusianya, ia
pasti memerlukan bahan makanan sebagai penyambung hidup. Kebutuhan pangan
yang begitu tinggi seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia, memaksa
manusia untuk memikirkan suatu cara terbaik untuk mendapatkan suatu manfaat
dari lingkungan guna mengatasi masalah pangan tersebut.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan pangan melakukan langkah-langkah
membudidayakan tanaman seperti tanaman pangan tanaman hortikultur dan
lainnya. Pada mulanya tindakan agronomi manusia berawal dari berburu dan
mengumpulkan hasil hutan dimakan. Mereka berpindah pindah tempat, hanya
mengandalkan naluri yang purbais. Gerak pindah mencari pemenuhan hasrat
makan demikian sudah merupakan kegiatan rutin. Dari zaman ke zaman,
teknologi purba yang demikian terus mengalami perkembangan hingga menjelma
menjadi suatu ilmu yang lazim disebut agronomi.
Ilmu agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan
tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum.
Agronomi berasal dari kata agros dan nomos. Agros berarti lapangan produksi
(field) dan nomos yaitu pengelolaan.Dengan demikian agronomi di artikan suatu
ilmu yang mempelajari cara pengolahan tanman pertanin dan lingkungan guna
memperoleh produksi yang maksimal. Dengan demikian pengertian tersebut
mengandung rangka acuan yang berisi 3 pengertian pokok (unsure unsure
agronomi) antara lain:.lapang produksi (lingkungan tanaman), pengelolaan
(manajemen) dan produksi maksimum (sebagai hasil proses 2 faktor di atas).
Fokus agronomi:lapang produksi,bisa berupa sebidang tanah,bak,pot,gelas plastik,
dll.Letak yang alamih juga berupa buatan. Saran agronomi yang bisa menjadi
pelengkap lapang adalah: sarana teknologi misalkan: a.sarana pengolahan,
b.sarana penyimpanan, dan c.sarana pengangkut produksi. Sasaran agronomi
adalah memaksimalkan produksi yang mungkin berupa buah,biji,getah, dalam
sasaran satuan kg,ton.
Mata kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan
prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan praktikum
diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung pemahaman
terhadap teori yang diberikan dalam perkuliahan.
Praktikum lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian
kegiatan di kebun percobaan yang berisikan materi identifikasi dan praktik
kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh
pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari pengenalan tanaman,
penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman benih,
pembibitan tanaman, pemeiharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, dan pemanenan.
Salah satu praktik budidaya tanaman yang sering dilakukan adalah
budidaya kangkung, buncis, dan ubi jalar. Untuk memperoleh hasil tanaman yang
tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan. Manipulasi
lingkungan dimaksudkan agar tanaman memperoleh faktor-faktor pertumbuhan
seperti hara air, cahaya dan ruang tumbuh yang optimal. Manipulasi lingkungan
tersebut diantaranya adalah pengaturan populasi tanaman atau konfigurasi
tanaman. Populasi tanaman maupun konfigurasi tanaman akan mempengaruhi
efisiensi tanaman dalam memperoleh faktor-faktor tumbuh atau kondisi iklim
mikronya.
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) adalah tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di
pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan
tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Buncis (dari bahasa Belanda, boontjes, Phaseolus vulgaris L.) merupakan
sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya
dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein.
Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu
menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan
amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau
hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan
berat badan.Kacang buncis tumbuh melilit, mempunyai akar tunggang dan sisi
yang panjang dan memerlukan tiang untuk memanjat.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dalam bahasa Inggrisnya sweet
potatoadalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah
akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi.
Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang
penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat
sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan
daunnya. Ubi jalar berasal dari Amerika Selatan tropis dan, yang masih
diperdebatkan, Papua. Kalangan yang tidak menyetujui asal muasal ubi jalar dari
Papua berpendapat bahwa orang Indian telah berlayar menuju ke barat melalui
Samudra Pasifik dan membantu menyebarkan ubi jalar ke Asia. Proposal ini
banyak ditentang karena bertentangan dengan fakta-fakta klimatologi dan
antropologi.
Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dibahas mengenai budidaya
tanaman kangkung, buncis, dan ubi jalar. Mulai dari pembukaan lahan hingga
pemanenan. Ini bertujuan agar apa yang diterangkan dalam perkuliahan bisa
diterapkan atau dipraktikan langsung di lapangan.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui dan mempelajari teknik budidaya tanaman kangkung,


buncis, dan ubi jalar yang baik dan mengetahui pengelolaan yang tepat sehingga
menghasilkan tanaman yang berkualitas baik dan juga dapat dipasarkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi
A. Kangkung

Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantea ( tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )

Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )

Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )

Kelas : Magnoliapsida ( berkeping dua / dikotil )

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Convolvulaceae ( suku kankung – kangkungan )

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya
akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60
hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).Batang kangkung bulat dan
berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-
bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan
setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di


ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung (Maria, 2009).

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam
jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Maria, 2009).

Syarat Tumbuh

1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung
darat (Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan
beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini
berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh
rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang
yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
2. Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur
banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar
akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar
bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).

3. Ketinggian Tempat

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah


sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk (Anggara, 2009).

B. Buncis

Buncis merupakan tanaman sayuran yang diambil buah dan polongnya


untuk dijadikan bahan makanan. Secara umum terdapat dua tipe pertumbuhan
batang buncis, yaitu buncis yang tumbuh secara merambat dan buncis yang
tumbuh secara tegak. Buncis yang tumbuh tegak dapat tumbuh di dataran rendah
(200-300Mdpl) dan termasuk tanaman yang direkomendasikan karena biaya
produksi lebih rendah (tidak memerlukan lanjaran). Buncis tumbuh baik pada
tanah andosol dan regosol. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman buncis
adalah yang gembur, subur, remah, dan memiliki pH antara 5,5-6 (Mulyani,
2006).
Buncis mempunyai nama latin Phaseolus vulgaris L. Menurut Deptan
(2009) buncis merupakan sayuran buah yang termasuk family
Leguminosae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan diproduksi baik pada
dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi
dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate) dan tipe tegak (bentuk semak
dan bersifat determinate). Kultipar merambat memiliki percabangan yang lebih
banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak sehingga mempunyai potensi
hasil yang lebih besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter
dan mudah rebah sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan
baik, tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Kacang
buncis berasal dari amerika, sedangkan buncis tipe tegak adalah tanaman asli
lembah Tahuaacan-Meksiko. Penyebar luasan tanaman buncis dari Amerika-
Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di inggris,
menyebar kenegara-negara Eropa, Afrika sampai ke Indonesia. (Mulyani, 2006).
Adapun klasifikasi tanaman buncis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus L
Syarat Tumbuh Kacang Buncis (Phaseolus Vulgaris .L.) antara lain :yang
pertama Tanah, Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di
dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenis
tanah yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang
baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim
sedang dengan curah hujan di atas 1.500-2.500 mm/tahun. Yang kedua Curah
hujan, tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan
1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim
kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim
kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat
cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan
pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit
bercak bila curah hujan terlalu tinggi. Yang ketiga suhu udara yang paling baik
untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C
tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan
akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak
polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih
besar daripada proses fotosintesis pada suhu tinggi. Yang keempat Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya
tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800
footcandles. (Maesan, 1992)
C. Ubi Jalar
Dalam sistematika tumbuhan, tanaman ubi jalar diklasifikasikan dalam
Rukmana (1997), sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Convovulales

Family : Convovulaceae

Genus : Ipomoea

Species : Ipomoea batatas L

Tanaman ubi jalar memiliki kerabat dekat dengan kangkung air (Ipomoea
aquatic Forsk) dan kangkung laut (Ipomoea persaprae) (Tim Penyusun Kamus,
2005).

Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi.
Kedalaman akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh
akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetapi aktif
(Sonhaji, 2007).

Ubi jalar adalah tanaman dikotiledon tahunan dengan batang panjang


menjalar dan daun berbentuk jantung hingga bundar yang bertopang tangkai daun
tegak. Bagian tengah batang tempat tumbuhnya cabang lateral biasanya bengkok
dan bergantung pada panjang ruas batang, dapat terlihat berupa semak. Tipe
kultivar yaitu semak, semak menjalar, atau menjalar, lebih ditentukan oleh
panjang ruas daripada oleh panjang batang, percabangan batang berbeda – beda
bergantung pada kultivar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai


daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007). Mahkota bunga menyatu
membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan
leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga
‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta
layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji berbentuk
dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya
memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk
membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Waktu yang diperlukan mulai dari bibit ubijalar ditanam sampai dipanen
adalah sekitar 100-150 hari tergantung jenis ubi jalar dan keadaan lingkungan
tumbuhnya (Suparman, 2007).

Syarat Tumbuh

1. Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi
dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20
°C dan suhu minimum tinggal di atas 15 °C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur
antara 15 hingga 33 °C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal
yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung
pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung
perkembangan vegetatif (perkembangan umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran
suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya berhenti di bawah 10 °C).
Ubi jalar adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk
pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan
hari-hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi
pertumbuhan dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan
pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan
umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk mencapai perkecambahan yang baik.
Tanah juga harus tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun
pada panen kelembaban harus rendah untuk mencegah busuk umbi . Kondisi yang
mendukung perkembangan bagian vegetatif tanaman meliputi kelembaban relatif
80% dan tanah lembab (http://www.fao.org, 2008).
2. Tanah

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek
atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun
menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.
Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono,
2005). Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah
yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus
tersedia air yang memadai.

3. Ketinggian Tempat

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena
daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim
tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500
m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat
tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.

4. Varietas
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ubi jalar kedua setelah
Amerika Latin. Ubi jalar berdaging umbi jingga adalah salah satu sumber β-
Karoten atau provitamin A. Meskipun potensinya cukup besar, tetapi studi
genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih terbatas. Salah satu
penyebabnya karena ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman heksaploid
(2n = 6x = 90) serta mempunyai sistem ketidakserasian sendiri (self-
incompatibility) dan ketidakserasian silang (cross- incompatibility) (Onggo,
2008).

2.2. Lahan Ultisol

Kata Ultisol berasal dari bahasa latin Ultimus, yang berarti terakhir atau
dalam arti hal Ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh
pencucian yang terahir. Ultisol memiliki horizon argilik degan kejenuhan basa
yang rendah. Biasanya terdapat alumunium yang dapat dipertukarkan dalam
jumlah yang tinggi. Pertanian dapat dipertahankan dengan perladangan berpisah
atau dengan penggunaan pupuk (Prasetyo, 2006).

Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25%
dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar
kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai
peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia.
Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini,
kecuali terkendala oleh iklim dan relief (Prasetyo, 2006)

Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang


tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti
fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam,
serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang
sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik
yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro
serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong
terjadinya erosi tanah (Prasetyo, 2006).
Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia
banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan
bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk
pertanian. Problem tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah,
diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat
masam sangat menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan
kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena
perkembangan muatan positif (Prasetyo, 2006).

Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui


pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah
adaptif, penerapan tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari),
terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran
yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan
jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti
di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5
sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan
pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi
pertumbuhan tanaman (Repository USU, 2010).

Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan


berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan
organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap
erosi (Repository USU, 2010)

2.3. Pupuk Organik

Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada


sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan
manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk
primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari
kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina,
dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama
dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum
diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan
petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya,
jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan
mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan,
sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia
dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka
beralih dari pupuk konvensional ke pupuk organik. Perkembangan terakhir
menunjukan bahwa produksi pupuk organik dan permintaan pupuk organik
semakin meningkat. Karena petani semakin sadar dampak buruk pupuk kimia
pada tanah pertaniannya dan masyarakat pun menginginkan bahan makanan yang
bersih dari residu bahan kimia (Jumin, Hasan Basri. 2005).

Pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. Pupuk
kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang dapat
digunakan apabila telah dikeringkan dan proses pelapukannya (dekomposisi) telah
sempurna. Pupuk hijau berasal dari tanaman berpolong dan kacang-kacangan.
Sedangkan kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan
tanaman yang telah mengalami penguraian (dekomposisi) (Saktiyono, 2008).

Beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan


dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau dan pupuk mikroba.
Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik
padat. Sebagai contoh kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang
dibuat dari bahan organik padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah
pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk
organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik
berupa feses maupun urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik
(Musnamar, 2003).

2.4. Pupuk NPK


Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga
kerja dan modal. Pemupukan berimbang memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian. Kandungan zat hara N, P, K dalam tanah berbeda-
beda, tergantung sifat-sifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada
tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis
dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda (Mulyani, 2002).
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan
yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Sebagai seorang petani kita harus
mengenal jenis pupuk dan juga manfaatnya untuk tanaman padi, antara lain: (1)
Urea. Pupuk Urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur
hara Nitrogen (N). Adapun manfaat dari unsur N adalah: Menjadikan bagian daun
menjadi hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang
diperlukan dalam proses fotosintesa. Mempercepat pertumbuhan vegetatif
tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain) sehingga memperbanyak
produksi serta menambah kandungan protein dari hasil tanaman. (2) SP 36. Pupuk
Sp-36 diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Fosfat (P)
Adapun manfaat dari unsur hara Fosfat (P) adalah : Memacu pertumbuhan akan
dan pembentukan sistim perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur
hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat.
Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
Mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh
tanaman. Memacu pertumbuhan generatif tanaman yaitu mempercepat
pembentukan bunga dan masaknya buah/bji sehingga mempercepat masa panen.
Memperbesar prosentase pembentukan bunga menjadi buah dan biji. (3) KCL.
Pupuk KCL diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
Kalium (K). Adapun manfaat unsur hara Kalium (K) adalah : Memperlancar
proses fotosintesa. Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan
Memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko mudah rebah.
Mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan.
Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan
kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan
warna) (Mulyani, 2002).
BAB III BAHAN DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Pada praktikum dasar-dasar agronomi ini dilaksanakan dari bulan


Septembersampai dengan bulan 3 November 2018 pukul 07.30 WIB di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah


cangkul,meteran,parang,bambu,tali raffia,ember, mesin traktor,waring, dan
pancang.Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih ubi jalar, serta pupuk
urea, KCL, SP 36, pupuk kandang dan sekam.

3.3. Cara Kerja


1. Pembersihan Lahan
Persiapan praktikum meliuti penyiapan lokasi dan bahan praktikum.
Lokasi praktikum diratakan dan dibersihkan dari gulma. Setelah dibersihkan tanah
digemburkan dan diberi kapur.
2. Pembuatan bedengan
Membuat bedengan dengan mengolah tanah dengan pengolahan maksimal
(full telage), dengan membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman kemudian
dicangkul balik agar tanah gembur, serta drainase dan airasenya menjadi lebih
baik.
3. Penanaman
Menentukan letak lubang tanam sesuai jarak tanam, jarak tanam ubi jalar.
Memberi tanda dengan meletakkan ajir pada sudut-sudut lubang tanam yang telah
ditentukan jarak tanamannya. Menentukan lubang tanam pada barisan tanaman,
denagn merentangkan tali jarak tanam sejajar dengan tepi petak dan simpul
pertama pada letak tanaman sudut. Demikian seterusnya.Membuat lubang tanam
dengan cara menugal sedalam 3-4 cm menggunakan tugal tepat pada simpul-
simpul tali jarak tanam.Menanam benih yang telah disediakan dengan cara
memasukan benih sebanyak jumlah tanaman yang diharapkan tumbuh.
4. Pemupukan
Pemberian pupukan dilakukan dua kali secara bertahap. Pertama sebagai
pupuk dasar serempak dengan waktu tanam dengan dosis 100 kg ha-1 Urea, 200
kg ha-1 SP36, 150 kg ha-1 KCl. Dengan cara membuat alur terlebih dahulu yang
berjarak 10 cm sejajar dengan barisan tanaman, kemudian menaburkan pupuk
kedalam alur yang telah disediakan dan ditimbun tanah kembali untuk
menghindari pencucian dan penguapan pupuk. Kedua dilakukan setelah tanaman
berumur tiga minggu setelah tanam (mst). Hanya diberikan pada alur barisan
tanaman saja, dengan dosis 200 kg ha-1 SP36, 150 kg ha-1 KCl. Dengan cara yang
sama dengan pemupukan pertama.
5. Pemeliharaan
Penyiraman diberikan pada alur lubang tanam hingga tanah cukup basah.
Penyiraman tidak perlu dilakukan jika kondisi lahan dinilai sudah cukup basah.
Penyulaman dilakukan 1 mst dengan mengganti benih tanaman yang tidak tumbuh
atau pertumbuhannya abnormal dengan menggunakan benih baru pada lubang
lubang tanam yang tidak tumbuh atu tumbuhnya tidak normal tersebut.
Penyiangan bertujuan untuk mengendalikakan gulma, dalam penyiangan dapat
juga dilakuakan penggeburan tanah dan pembubunan perakaran tanamn paad saat
tanaman berumur 3-4 mst. Pengendalian dilakukan jika terdapat gejala serangan
hama atu penyakit pada tanamannya. Pengendalian secara kimia dengan
menggunakan pestisida. Dalam pengaplikasian pestisida perlu diperhatikan jenis,
dosis dan cara aplikasinya sesuai dengan jenis OPT, tingkat serangan dan keadaan
lingkungan.
6. Panen
Pemanenan dilakukan jika tanaman telah menunjukkan tanda tanda
(kreteria) siap panen atau suadah waktunya panen. Panen meliputi Panen tanaman
sample yaitu semua tanaman sample dipanen seluruh bagian tanamannya. Panen
produksi yaitu selain tanaman sample seluruh hasil tanaman dipanen dengan cara
mengambil hasil ekonomisnya, dan meninggalkan massa non ekonomis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Minggu pertama Sabtu, 29 September 2018
Pengamatan Bedengan 1 Bedengan 2
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tinggi Batang 24 16 25 23 18 29 24 25 24 15
Jumlah Daun 9 11 12 10 6 18 20 9 12 8
Lebar Daun 14 10 13 13 9 13 12, 15 14 11
5
Panjang Daun 24 17 20 27 16 19 23 22 23 17
Tabel 2. Minggu kedua Sabtu, 06 Oktober 2018
Pengamatan Bedengan 1 Bedengan 2
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tinggi Batang 31 19 33 30 35 35 26 37 35 22
Jumlah Daun 20 22 18 19 15 24 32 15 14 14
Lebar Daun 14,5 11 14 14 10 13 13 15 14, 12
5
Panjang Daun 28 29 24 31 25 26 25 27 25 21
Tabel 3. Minggu ketiga Sabtu, 13 Oktober 2018
Pengamatan Bedengan 1 Bedengan 2
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tinggi Batang 37 24 37 34 40 39 31 42 39 28
Jumlah Daun 32 30 28 27 24 32 36 28 27 22
Lebar Daun 15 12 14, 15 11 14 14 15, 15 13
5 5
Panjang Daun 31 30 26 32 27 28 26 29 27 22
Tabel 4. Minggu keempat Sabtu, 20 Oktober 2018
Pengamatan Bedengan 1 Bedengan 2
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tinggi Batang 42 30 41 39 45 44 38 48 45 33
Jumlah Daun 40 37 40 38 37 42 45 43 44 39
Lebar Daun 13 13 15 15 12 15 16 16 15 14
Panjang Daun 32 33 29 33 29 20 28 28 28 25
Tabel 5. Minggu kelima Sabtu, 27 Oktober 2018
Pengamatan Bedengan 1 Bedengan 2
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tinggi Batang 57 35 44 42 48 47 41 59 49 35
Jumlah Daun 58 46 49 50 45 52 50 51 53 49
Lebar Daun 16,5 14 16 15, 13 16 17 16, 17 15
5 5
Panjang Daun 33 34 38 35 30 31 29 32 30 27

4.2 Pembahasan

Dari tabel diatas, penanaman ubi jalar dilakukan pada 2 bedengan dengan

lima perlakuan. Ubi jalar adalah tanaman budidaya yang dimanfaatkan pada

bagian akar saat membentuk umbi. selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi

jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman

hias karena keindahan daunnya.

Ubi jalar dapat dibudidayakan melalui stolon/batang rambatnya. cara

menanamnya cukup mudah, dengan mencangkul lahan yang mau ditanami

sehingga stolon/batang rambat ubi jalar mudah dimasukkan dalam tanah.

pemeliharaannya cukup mudah. ubi jalar akan tumbuh baik bila lahan terkena

matahari langsung, pemeliharaan dari gulma untuk menghindari persaingan unsur

hara disekitar tanaman. pemberian pupuk urea atau Organik akan menambah hasil

panen yang lebih bagus. Panen ubi jalar yaitu dengan mencangkuli sekitar

tanaman,ini untuk mempermudah ubi rusak karena terkena cangkul atau alat

pertanian.
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya

adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian

ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi

pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi

layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi

tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada

stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %,

perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan

bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus

dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang

dianjurkan.

Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang

kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya

berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil

meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi

larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang

atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-

lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau

menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi.

Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga

menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1)

pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan

ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan

guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi
yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman

ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan

tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang

mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan

konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan

bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat

kerusakan yang lebih berat.

Penyakit yang ada pada ubi jalar adalah (a) Kudis atau Scab, disebabkan

cendawan Elsinoe batatas dengan gejala adanya benjolan pada tangkai sereta urat

daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat

menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil

ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1)

pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman

ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur

teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang

sehat.b) Layu fusariumdisebabkan jamur Fusarium oxysporum f. Batatas, dengan

gejala tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati.

Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah.

Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.

Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran

/rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili;

(3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit

Fusarium.c) Virus, Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi

jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala:
pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata

letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau

kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak

menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2)

pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis

(endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.d)

Penyakit Lain-lain, Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun

cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi

oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo

ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi

perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan

seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.

Pada lahan yang kami praktikumkan, lahannya terserang hama babi,

karena letaknya yang dekat dengan hutan, hingga babi lebih mudah menyerang,

dan memakan semua tanaman yang ada.


BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
tanaman perlu diberi nutrisi agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Agar
tanaman dapat panen dengan menghasilkan hasil yang optimal yang sesuai dengan
harapan. Tanamn perlu disiram secara rutin agar gulma tidak mudah menyerang
tanaman tersebut. Tanaman juga perlu dirawat dengan baik dan diperhatikan
dengan baik agar hama dan penyakit tidak mudah menyerang tanaman buncis,
kankung, dan ubi jalar.
Tiap tanaman harus diperhatikan. Bila tanaman sudah mengalami
pertumbuhan yang kerdil maka perlu dilakukan penambahan nutrisi dengan cara
pemberian pupuk pada tanaman tersebut. Tanaman juga diberi waring agar dapat
terlindungi dari serangan babi.Buncis, ubi jalar, dan kankung akan tumbuh baik
bila lahan terkena matahari langsung, pemeliharaan dari gulma untuk menghindari
persaingan unsur hara disekitar tanaman. Pemberian pupuk UREA atau Organik
dan anorganik akan menambah hasil panen yang lebih bagus.
5.2. Saran

Untuk praktikan selanjutnya agar melakukan praktikum dengan sungguh-


sungguh agar mendapatkan hasil yang maksimal, penyiraman dilakukan secara
teratur dan pemberian pupuk sesuai dengan dosis yang di anjurkan. Lakukan
pengamatan secara rutin, agar dapat menghasilkan data yang optimum. Rawat
tanaman dengan baik, bila ada gulma bersihkan dengan segera. Tetap jaga
tanaman dari berbagai serangan hama, gulma dan penyakit. Sebaiknya tanaman
dilindungi dari serangan babi dengan cara memberi waring pada lahan tersebut
agar tanaman dapat terlindungi.
DAFTAR PUSTAKA

Belfield, Stephanie dan Brown, Christine. 2008. Field Crop


Manual. Maize (A Guide to Upland Production in
Cambodia). Canberra

Hartono, Rudi. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta : Penerbit Penebar


Swadaya.

HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II: 1064-6. Jakarta : Badan


Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Kasno A. 2004. Pencegahan infeksi Aspergillus flavus dan kontaminasi alfatoksin


pada kacang tanah. J Litbang Pertanian 23(3):75

Maesan dan Sadikin. 1992. Penyebaran Buncis. Bogor: IPB

Mulyani. S,. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Purwono. 2007. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Bogor : Penebar
Swadaya
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
LAMPIRAN

A. Kebutuhan Pupuk
1. Urea
Kebutuhan pupuk/bedeng 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘/ℎ𝑎
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑎𝑠 1 ℎ𝑎
x 150.000 𝑔/ℎ𝑎
=
4 𝑚2 10.000𝑚2

10.000m2 . x = 600.000
x = 60 g/bedengan
60
Kebutuhan pupuk/tan = 40= 1,5 g/tanaman

2. KCl

Kebutuhan pupuk/bedeng 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘/ℎ𝑎


=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑎𝑠 1 ℎ𝑎

x 100.000 𝑔/ℎ𝑎
=
4m2 10.000𝑚2

10.000m2 . x = 400.000

x = 40 g/bedengan

40
Kebutuhan pupuk/tan = 40= 1 g/tanaman

3. SP-36

Kebutuhan pupuk/bedeng 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘/ℎ𝑎


=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑎𝑠 1 ℎ𝑎

x 50.000 𝑔/ℎ𝑎
=
4m2 10.000𝑚2

10.000m2 . x = 200.000

x = 20 g/bedengan

20
Kebutuhan pupuk/tan = 40= 0,5 g/tanaman

B. Grafik

C. Dokumentasi
Gambar Keterangan
Lahandicangkul, dibersihkandarigulma, diolah,
dibikinbedengan, satuminggusetelahitudiberipupuk.

Dilakukanpembuatanlubangtanam pada lahan yang


akanditanam

Tanamanditanamansesuaidenganjaraktanam yang
ditentukan.

Tanamandirawatdengandilakukanpenyiramanterhadapt
anaman.

Dilakukanpengamatan pada tanaman.

Anda mungkin juga menyukai